Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
GNAPS adalah sindrom nefritik yang ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal yang timbul setelah infeksi streptokokus. Patogenesisnya melibatkan reaksi radang pada glomerulus akibat antigen streptokokus yang mengaktivasi sistem komplemen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan bukti infeksi streptokokus sebelumnya. Penatalaksanaan meliputi antibiotik, diuretik, dan obat hipertensi untuk
1. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria berlebih, edema, dan hipoalbuminemia yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran glomerulus.
2. Merupakan sindrom yang ditandai dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema yang dapat terjadi karena faktor yang menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat.
3. Mencakup etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan sindrom nefrot
Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
GNAPS adalah sindrom nefritik yang ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal yang timbul setelah infeksi streptokokus. Patogenesisnya melibatkan reaksi radang pada glomerulus akibat antigen streptokokus yang mengaktivasi sistem komplemen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan bukti infeksi streptokokus sebelumnya. Penatalaksanaan meliputi antibiotik, diuretik, dan obat hipertensi untuk
1. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria berlebih, edema, dan hipoalbuminemia yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran glomerulus.
2. Merupakan sindrom yang ditandai dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema yang dapat terjadi karena faktor yang menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat.
3. Mencakup etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan sindrom nefrot
Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Makalah ini membahas tentang konsep medis dan konsep keperawatan disentri. Disentri dijelaskan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan disentri dibahas secara terperinci. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien disentri mencakup manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda dehidrasi, memenuhi kebutuhan giz
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi insulin yang menyebabkan peningkatan glukagon yang menurunkan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan glukoneogenesis dan glikemia serta menyebabkan berbagai komplikasi metabolik dan vaskuler seperti ketonemia, asidosis, trombosis, aterosklerosis, komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard dan stroke.
1. Station ini bertujuan menilai kemampuan dokter dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis termasuk tonometri, dan menegakkan diagnosis pada pasien glaukoma.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D atau E. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga demam, nyeri perut, dan kuningnya kulit. Hepatitis dapat ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, berbagi jarum suntik, atau kontak darah. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan biopsi hati.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran kemih pada lansia. Infeksi saluran kemih pada lansia sering disebabkan oleh sisa urin dalam kandung kemih, mobilitas yang menurun, nutrisi yang kurang baik, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Diagnosa dan pengobatan infeksi saluran kemih pada lansia perlu mempertimbangkan gangguan penyerapan obat dan interaksi obat.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Penyakit batu empedu merupakan masalah kesehatan penting yang sering tidak menimbulkan keluhan. Batu empedu dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi kimianya. Gejala batu empedu bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga nyeri dan komplikasi seperti kolangitis dan pankreatitis. Diagnosis didasarkan pada riwayat pasien dan pemeriksaan penunjang seperti USG dan MRCP. Pen
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Makalah ini membahas tentang konsep medis dan konsep keperawatan disentri. Disentri dijelaskan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan disentri dibahas secara terperinci. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien disentri mencakup manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda dehidrasi, memenuhi kebutuhan giz
Dokumen tersebut membahas tentang defisiensi insulin yang menyebabkan peningkatan glukagon yang menurunkan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan glukoneogenesis dan glikemia serta menyebabkan berbagai komplikasi metabolik dan vaskuler seperti ketonemia, asidosis, trombosis, aterosklerosis, komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard dan stroke.
1. Station ini bertujuan menilai kemampuan dokter dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis termasuk tonometri, dan menegakkan diagnosis pada pasien glaukoma.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D atau E. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga demam, nyeri perut, dan kuningnya kulit. Hepatitis dapat ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, berbagi jarum suntik, atau kontak darah. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan biopsi hati.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran kemih pada lansia. Infeksi saluran kemih pada lansia sering disebabkan oleh sisa urin dalam kandung kemih, mobilitas yang menurun, nutrisi yang kurang baik, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Diagnosa dan pengobatan infeksi saluran kemih pada lansia perlu mempertimbangkan gangguan penyerapan obat dan interaksi obat.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Penyakit batu empedu merupakan masalah kesehatan penting yang sering tidak menimbulkan keluhan. Batu empedu dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi kimianya. Gejala batu empedu bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga nyeri dan komplikasi seperti kolangitis dan pankreatitis. Diagnosis didasarkan pada riwayat pasien dan pemeriksaan penunjang seperti USG dan MRCP. Pen
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Dokumen ini membahas tentang dukungan nutrisi pada sindrom nefrotik dengan tujuan mengganti kehilangan protein terutama albumin melalui urin. Diet harus menyediakan energi 35 kkal/kgBB, protein 1.0-0.8 g/kgBB dan karbohidrat yang mencukupi serta mengontrol kadar kolesterol dan protein urin. Monitoring dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi gizi.
Laporan kasus ini membahas tentang kasus seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama Deni yang didiagnosis menderita sindrom nefrotik relaps. Pasien mengalami edema seluruh tubuh dan proteinuria tingkat berat. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik serta laboratorium, didiagnosis sindrom nefrotik relaps dan ditatalaksanakan dengan IV cairan, diuretika, kortikosteroid, serta diet rendah garam.
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom nefrotik, yaitu manifestasi klinik glomerulonefritis yang ditandai dengan proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer maupun sekunder yang dipengaruhi berbagai faktor seperti infeksi, penyakit sistemik, atau obat-obatan. Gejala umum sindrom nefrotik antara lain proteinuria, hipoalbuminemia,
Sindroma nefrotik ditandai dengan proteinuria berlebih, hipoalbuminemia, dan edema. Penyebabnya belum jelas tetapi diduga autoimun. Pemeriksaan menunjukkan kadar protein urin tinggi dan albumin rendah. Pengobatan berfokus pada kortikosteroid, penggantian protein, dan diuretik.
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom nefrotik. Ringkasannya adalah:
1. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia.
2. Terjadi akibat peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein plasma.
3. Etiologinya meliputi sindrom nefrotik bawaan, sekunder karena penyakit tertentu, dan primer dengan penyebab tidak diketahui.
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit ginjal yang menyebabkan sindrom nefrotik, seperti minimal change disease, focal segmental glomerulosclerosis, membranous nephropathy, membranoproliferative glomerulonephritis, diabetic nephropathy, dan systemic amyloidosis. Berbagai penyakit tersebut memiliki patofisiologi dan tatalaksana yang berbeda-beda.
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan proteinuria massif, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus ginjal. Dokumen ini membahas konsep medis dan keperawatan terkait asuhan pada pasien dengan sindrom nefrotik, meliputi etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.
Sindrom nefrotik dan nefritik merupakan kondisi yang berbeda. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema. Sedangkan sindrom nefritik ditandai dengan hematuria, oliguria, azotemia, dan hipertensi yang disebabkan oleh inflamasi glomerulus. Keduanya dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan tromboembolisme.
Sindrom nefrotik pada anak ditandai dengan proteinuria massif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein urine melewati membran. Manifestasi klinisnya berupa edema, penurunan nafsu makan, dan gangguan sirkulasi. Pengobatan utamanya meliputi diet rendah natrium, diuretik, dan kortikosteroid. Komplikasinya dapat berupa in
Sindrom nefrotik merupakan kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein lepas ke urin. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan sesak napas karena edema. Pengobatan meliputi diet rendah garam, diuretik, dan kortikosteroid untuk mengurangi edema dan gejala lainnya.
Sindrom nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan kebocoran protein. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan edema yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelebihan volume cairan, dan ansietas.
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis sindrom nefritik akut dan penyakit ginjal yang terkait, termasuk poststreptococcal glomerulonephritis, subacute bacterial endocarditis, lupus nephritis, antiglomerular basement membrane disease, dan membranoproliferative glomerulonephritis. Dokumen ini menjelaskan gejala, patogenesis, pemeriksaan, dan pengobatan dari berbagai kondisi tersebut.
Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berlebih, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Jika tidak ditangani, akan menyebabkan penurunan laju filtrasi ginjal dan gagal ginjal. Secara etiologi dibedakan menjadi kongenital, primer, dan sekunder. Secara klinis dibagi berdasarkan respons terhadap steroid menjadi responsif, relaps jarang, relaps sering tergantung steroid, serta resisten
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
4. Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma, yang
menimbulkan protein urea, hipoalbuminemia
atau hipoprotein, hiperlipidemia atau
hiperkolestrolemia, edema,
hiperkoagulabilitas, lipiduria.
5. Etiologi syndrome nefrotik
Sindrom nefrotik digolongkan berdasarkan tipe-tipenya
yaitu:
a. sindrom nefrotik bawaan diturunkan sebagai reseseif
autosomal atau karena reaksi fetomaternal.
b. Sindrom nefrotik sekunder akibat penyakit tertentu
seperti penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
penyakit multi sistem, alergi, penyakit herediter,
toksin, trombosis vena renalis, obesitas masif.
c. Sindrom nefrotik primer (idiopatik) yang berhubungan
dengan kelainan primer dengan sebab tidak diketahui.
6. patofisiologi
a. Kelainan patogenik yang mendasari sindrom nefrotik
adalah proteinuria, akibat dari kenaikan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus. Proteinuri merupakan kelainan
dasar sindrom nefrotik.
b. Adanya edema di dahului oleh timbulnya albuminemia,
menyebabkan tekanan onkotik plasma yang
memungkinkan transudasi cairan dari intravaskuler ke
ruang intertsisial. Penurunan tekanan intravaskuler
menurunkan tekanan perfusi ginjal, mengaktifkan sistem
renin-angiotensin-aldosteron merangsang reabsorbsi
natrium di tubulus distal.
c. Pada status nefrosis, hampir semua kadar lemak
(kolesterol, trigiserid) dan lipoprotein serum meningkat.
7. Manifestasi klinik
• manifestasi klinik sindrom nefrotik yang utama
adalah edema akibat retensi cairan yang dapat
timbul diberbagai bagian tubuh sehingga
terjadi kenaikan berat badan. Gejala lainnya
anoreksia, diare, pucat, gagal tumbuh,
pelisutan otot jangka panjang. malaise, sakit
kepala, iritabilitas. Penurunan jumlah urin
(urin gelap, berbusa), hematuria.
8. Pemeriksaan Penunjang
• Skrining rutin terhadap proteinuria dilakukan dengan tes carik celup
urin biasa. Tes ini hanya pemeriksaan kualitatif dan hanya sedikit
berarati, kecuali jika berat jenis urin secara specific diukur simultan.
Diperlukan pengumpulan urin 24 jam untuk mengukur kuantitas
ekskresi protein.
• Ultrasonografi dilakukan untuk menetukan keadaan kedua ginjal,
ukuran dam derajat ekogenisitasnya, serta untuk menyingkirkan
adanya obstruksi traktus urinarius bagian bawah.
• pemeriksaan laboratorium uji urin :
o Protein urin meningkat; urinalisis cast hialin dan granular,
o hematuria; dipstick urin positif untuk protein dan
o darah; berat jenis urin meningkat.
o Uji darah albumin serum menurun; kolesterol serum meningkat;
hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsentrasi);
o laju endap darah meningkat
9. pengobatan
• Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Makanan yang
mengandung protein tinggi sebanyak 3-4 g/kg BB/hari
dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila
edema berkurang maka dapat mengkonsumsi garam
sedikit.
• Langkah pertama dapat diberikan obat tiazid,
sebaiknya dikombinasi dengan obat penahan kalium,
seperti sprinolakton atau triateren. Bisa diberikan
secara oral maupun intravena antara 25-1000 mg/hari
tergantung pada beratnya edema dan respon terhadap
pengobatan.
• Bila ada gagal janyung diberikan digitalis.
10. Prognosis
• Sebagian besar anak dengan nefrosis yang
berespon terhadap steroid akan mengalami
kekambuhan berkali-kali sampai penyakitnya
menyembuh sendiri secara spontan menjelang
usia akhir decade kedua. Yang penting adalah
menunjukkan pada keluarganya bahwa anak
tersebut tidak akan menderita sisa disfungsi
ginjal, bahwa biasanya penyakit tersebut tidak
herediter, dan anak akan tetap fertile bila tidak
ada terapi siklosflosfamid atau klorambisil.
11. Komplikasi
• infeksi akibat defisiensi respon imun,
tromboembolisme (terutama vena renal), embnoli
pulmoner, dan peningkatan terjadinya aterosklerosis
• Gangguan fungsi tubulus proksimal secara keseluruhan
agak jarang ditemukan.
• Anemia ringan kadang ditemukan pada pasien sindrom
nefrotik. Pada pasien yang volume vascular yang
bertambah anemianya terjadi karena pengenceran.
Pada bebrapa pasien terdapat transferin serum yang
sangat menurun, karena hilangnya protein dalam
jumlah besar melalui urin.
12. KESIMPULAN
sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma, yang
menimbulkan protein urea, hipoalbuminemia atau hipoprotein,
hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, edema, hiperkoagulabilitas,
lipiduria.
penyebab sindrom nefrotik adalah sindrom nefrotik primer (idiopatik)
yang berhubungan dengan kelainan primer dengan sebab tidak diketahui.
Sindrom nefrotik sekunder akibat penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
penyakit multi sistem, alergi, penyakit herediter, toksin, trombosis vena
renalis, obesitas masif. Penyebab umumnya adalah kelainan glomerulus
akibat dari benigna, glomenuonefritis, glomerosklerosis, nefropati IgA,
penyakit minimal. Kelainan sekunder akibat herediter, autoimun,infeksi,
obat (anti inflamasi non steroid, heroin, emas.
13. REFERENSI
• Tune BM, Mendoza SA.1997. Treatment of the idiopathic nephritic
syndrome: regimens and outcomes in children and adults. J Am Soc
Nephrol 1997;8:824-832.
• Roth KS, Amaker BH, Chan JS. 2002. Nephritic
syndrome:pathogenesis and management. Pediatr Rev;23:237-248.
• Dumoulin A, Hill GS, Montseny JJ, Meyrier A. Dis 2003. clinical and
morphological prognostic factors in membranous
nephropathy:significance of focal segmental glomerulosclerosis. Am
J Kidney;41:38-48.
• Muttaqin, Arif. 2009.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jakarta:Salemba Medika
• Ganong, William F. 1997. Fisiologi Kedokteran. Buku
Kedokteran.Edisi Ke-20. Jakarta:Egc
• Nursalam.2001.Proses Dan Dekumentasi Keperawatan.Konsep Dan
Praktik.Jakarta:Salemba Medika