SlideShare a Scribd company logo
“ PAPER SINDROM NEFROTIK ”
Anggota Kelompok :
1 Aniatun Rokhimah
2 Ayih Puspita Sari
3 Budianto
4 Danang Kukuh Pramono
5 Dandung Kasmaran
6 Defi Sholifah
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKWERTO
1
SINDROM NEFROTIK
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang
mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003).
Menurut Behrman dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kesehatan Anak
(2001) bahwa “pada anak karena mempunyai kelainan pembentukan
glomerulus”. Menurut tinjauan dari Robson, dari 1400 kasus, beberapa jenis
glomerulonefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada orang
dewasa dan 93% pada anak-anak (Price, 1995).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak
masih tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%.
Menurut Raja Sheh angka kejadian kasus sindrom nefrotik di asia tercatat
sebanyak 2 kasus tiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan angka
kejadian di Indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari
100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Sindrom nefrotik
pada kasus anak-anak tercatat sebanyak 4 kasus yang mendapatkan perawatan
di ruang anak C1 lantai 2 RSUP Dr. Kariadi Semarang terhitung mulai tahun
2006 maret 7 anak .
Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang
mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002).
2
Pada An. P, keluarga mempunyai status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang rendah sehingga resiko terjadi ketidakefektifan
penatalaksanaan aturan pengobatan bisa terjadi. Sehingga peran perawat di
sini adalah memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan penyakit sindrom nefrotik.
Pada keadaan yang lanjut, sindroma nefrotik yang tidak ditangani secara
benar bisa mengarah pada gagal ginjal kronik stadium akhir (Republika,
2005). Oleh karena itu peran perawatlah untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik secara benar dan tepat. Sebab
kematian sindroma nefrotik berhubungan dengan gagal ginjal kronik.
A Pengertian
Sindroma Nefrotik ditandai dengan proteinuria, hipoproteinemia,
edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001). Sindroma Nefrotik adalah status
klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus
terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif
(Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis
yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus
(Luckman, 1996).
Sindroma nefrotik adalah suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa
menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan
inflamasi glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh
keabnormalan pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya
3
menimbulkan berbagai macam masalah yang membutuhkan perawatan yang
tepat, cepat, dan akurat. (Alatas, 2002)
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Syndrom Nefrotik :
1& Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik
Sindroma)
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik
pada anak usia sekolah.
2& Sindroma Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus
eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi
sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3& Sindroma Nefirotik Kongenital
Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal.
Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala
awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap
semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama
kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.
B& Etiologi
Penyebab sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun akhir-akhir ini
dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-antibodi. Dimana
80% anak dengan sindroma nefrotik yang dilakukan biopsi ginjal
menunjukkan hanya sedikit keabnormalannya, sementara sisanya 20 % biopsi
ginjal menunjukkan keabnormalan seperti glomerulonefritis (Novak &
4
Broom, 1999). Patogenesis mungkin karena gangguan metabolisme, biokimia
dan fisiokimia yang menyebabkan permeabilitas membran glomerulus
meningkat terhadap protein (Whalley and Wong, 1998). Sedangkan menurut
Behrman (2001), kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis
mempunyai beberapa bentuk sindroma nefrotik idiopatik, penyakit lesi
minimal ditemukan pada sekitar 85%. Sindroma nefrotik sebagian besar
diperantarai oleh beberapa bentuk glomerulonefritis.
C& Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negatif gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindroma nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein di dalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerulus dan akhirnya dieskresikan dalam urin.
Pada sindroma nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram per-hari yang
terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada
umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun di bawah 2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi yang memuaskan
tetapi kemungkinannya adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya
hipoalbumin akibat kehilangan protein urin. Hipoalbumin menyebabkan
penurunan tekanan osmotik plasma yang memungkinkan transudasi cairan
5
dari ekstravaskuler ke ruang interstisial. Penurunan volume ekstravaskuler
menurunkan tekanan perfusi ginjal, mengaktifkan system renin angiotensin
aldosteron yang merangsang reabsorbsi atrium di tubulus distal.
Penurunan volume intravaskuler juga merangsang pelepasan hormon
antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus.
Karena tekanan osmotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah
diabsorbsi masuk ke ruang interstisial, memperberat edema. Adanya faktor-
faktor lain yang juga memainkan peran pada pembentukan edema dapat
ditunjukkan melalui observasi bahwa beberapa penderita sindroma nefrotik
mempunyai volume intravaskuler yang normal/meningkat dan kadar renin
serta aldosteron plasma normal/ meningkat dan kadar renin serta aldosteron
plasma normal atau menurun Penjelasan secara hipotesis meliputi defek
intrarenal dalam ekskresi natrium dan air atau adanya agen dalam sirkulasi
yang menaikkan permeabilitas dinding kapiler di seluruh tubuh serta dalam
ginjal.
Pada status nefrosis hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserida)
dan lipoprotein serum meningkat. Hipoproteinemia merangsang sintesis
protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein dan katabolisme lemak
menurun, karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Sistem enzim
utama yang mengambil lemak dari plasma. Apakah lipoprotein plasma keluar
melalui urin belum jelas (Behrman, 2000).
6
D Manifestasi Klinis
Menurut Betz & Sowden (2002) :
1 Proteinuria
2 Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema periorbital,
edema dependen, pembengkakan genitelia eksterna, edema fasial, asites
dan distensi abdomen.
3 Penurunan jumlah urine.
4 Hematuria
5 Anorexia
6 Diare
7 Pucat
8 Gagal tumbuh dan pelisutan (jangka panjang).
Sedangkan menurut Dona L. Wong (2004) :
1 Penambahan berat badan
2 Edema
3 Wajah sembab
4 Pembengkakan abdomen (asites)
5 Kesulitan pernafasan (efusi pleura)
6 Pembengkakan labial atau scrotal
Menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2002) :
1 Edema
2 Malese
7
3 Sakit Kepala
4 Iritabilitas
5 Keletihan
E Komplikasi
1 Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
2 Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena)
3 Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan).
4 Kerusakan kulit.
5 Infeksi
6 Peritontis (berhubungan dengan asietas).
7 Efek samping steroid yang tidak diinginkan.
F Pemeriksaan Penunjang
1 Urin
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang
terjadi dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat
jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh
glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk
meningkatkan, menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
pH lebih besar dari 7 ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis
tubular ginjal dan gagal ginjal kronis (GGK). Protein urin meningkat (nilai
normal negatif).
8
2 Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein
dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan
penurunan sintesis karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol
serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220
mg/dl).
G Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk sindroma nefrotik mencakup komponen
perawatan berikut ini :
1 Pemberian kortikosteroid (prednison).
2 Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin).
3 Pengurangan edema : diuretic dan restriksi natrium (diuretika hendaknya
digunakan secara cermat untuk mencegah terjadinya penurunan volume
intravaskuler, pembentukan trombus dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit).
4 Inhibitor enzim pengkonversi-angiotensin (menurunkan banyaknya
proteinuria pada glomerulonefritis membranosa).
5 Klorambusil dan siklofosfamid (untuk sindroma nefrotik tergantung
steroid dan pasien yang sering mengalami kekambuhan).
9
6 Obat nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan berhubungan dengan edema
dan terapi infasive.
10
DAFTAR PUSTAKA
Alatas H Partini (2002) Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2 FKUI : Jakarta
Betz C.L & Sowden (2002) Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3 Alih bahasa
dr. Jan Tamboyang EGC : Jakarta
Carpenito, L.J (2001) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 EGC : Jakarta
Doengoes, M.E Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 EGC : Jakarta
Dona, L. Whaley & Wong (2003) Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri Edisi 4
EGC : Jakarta
Price S.A & Wilsaon L.M (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4 Buku II EGC : Jakarta
Sacharin R.M (1996) Prinsip Keperawatan Pediatri Edisi 2 EGC : Jakarta
Smeltzer S.C (2002) Buku Medical Bedah EGC : Jakarta
Tjokronegoro A & Utomo H (1998) Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Balai Penerbit
FKUI : Jakarta
Tjokronegoro A & Utomo H Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 jilid 3 Balai
penerbit FKUI : Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin (2001) Ilmu Penyakit Anak Edisi 15 EGC : Jakarta
11

More Related Content

What's hot

Amenorhea
Amenorhea Amenorhea
Amenorhea
Ayie Nafeeza
 
Kb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakarKb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakar
pjj_kemenkes
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Kampus-Sakinah
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Winda Darpianur
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Rumandani Choirunisa
 
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDFINTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
Baskoro Abdiansyah
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
Mas Mawon
 
Keperawatan Perioperatif
Keperawatan PerioperatifKeperawatan Perioperatif
Keperawatan PerioperatifRizka Fajriani
 
Analisa data
Analisa data Analisa data
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
Aulia Kauri
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Bunga AnanDjuean
 
Keperawatan anak dalam konteks keluarga
Keperawatan anak  dalam konteks keluargaKeperawatan anak  dalam konteks keluarga
Keperawatan anak dalam konteks keluarga
Nurlina Djafar
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
mohamadrobbie6
 
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 :  Komunikasi TerapeutikMateri 2 M1KB4 :  Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
ppghybrid4
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitasRini Ambarwati Rachmadi
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskulerAsuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskulerOperator Warnet Vast Raha
 
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Amenorhea
Amenorhea Amenorhea
Amenorhea
 
Kb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakarKb 1 penanganan luka bakar
Kb 1 penanganan luka bakar
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDFINTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Keperawatan Perioperatif
Keperawatan PerioperatifKeperawatan Perioperatif
Keperawatan Perioperatif
 
Ppt hemofilia
Ppt hemofiliaPpt hemofilia
Ppt hemofilia
 
Analisa data
Analisa data Analisa data
Analisa data
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
 
Keperawatan anak dalam konteks keluarga
Keperawatan anak  dalam konteks keluargaKeperawatan anak  dalam konteks keluarga
Keperawatan anak dalam konteks keluarga
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 :  Komunikasi TerapeutikMateri 2 M1KB4 :  Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskulerAsuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
 
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
193232600 laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-bayi-neonatus-prematur
 

Similar to Sindrom nefrotik

Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
Nida Hidayati
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
Operator Warnet Vast Raha
 
Nefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecilNefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecil
Operator Warnet Vast Raha
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
Operator Warnet Vast Raha
 
147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx
homeworkping3
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
Septian Muna Barakati
 
Gagal ginjal
Gagal ginjalGagal ginjal
Gagal ginjal
Adi Nurmesa
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lely_Laily
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
homeworkping4
 
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hdLaporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Stikes Insan Cendekia Medika Jombang
 
NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
JeremiaSimbolon
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
Yabniel Lit Jingga
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologi
Hani Ani
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2
homeworkping10
 
SN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptxSN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptx
NovitaApramadha1
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
homeworkping7
 

Similar to Sindrom nefrotik (20)

Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Pylonephritis
PylonephritisPylonephritis
Pylonephritis
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
Nefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecilNefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecil
 
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Gagal ginjal
Gagal ginjalGagal ginjal
Gagal ginjal
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
 
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hdLaporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
 
NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologi
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2
 
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
 
SN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptxSN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptx
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 

More from Yabniel Lit Jingga

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Yabniel Lit Jingga
 
Cover
CoverCover
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
Yabniel Lit Jingga
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
Yabniel Lit Jingga
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Yabniel Lit Jingga
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Yabniel Lit Jingga
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
Yabniel Lit Jingga
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
Yabniel Lit Jingga
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
Yabniel Lit Jingga
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
Yabniel Lit Jingga
 

More from Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 

Sindrom nefrotik

  • 1. “ PAPER SINDROM NEFROTIK ” Anggota Kelompok : 1 Aniatun Rokhimah 2 Ayih Puspita Sari 3 Budianto 4 Danang Kukuh Pramono 5 Dandung Kasmaran 6 Defi Sholifah PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKWERTO 1
  • 2. SINDROM NEFROTIK Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Menurut Behrman dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2001) bahwa “pada anak karena mempunyai kelainan pembentukan glomerulus”. Menurut tinjauan dari Robson, dari 1400 kasus, beberapa jenis glomerulonefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak (Price, 1995). Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak masih tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Menurut Raja Sheh angka kejadian kasus sindrom nefrotik di asia tercatat sebanyak 2 kasus tiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan angka kejadian di Indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Sindrom nefrotik pada kasus anak-anak tercatat sebanyak 4 kasus yang mendapatkan perawatan di ruang anak C1 lantai 2 RSUP Dr. Kariadi Semarang terhitung mulai tahun 2006 maret 7 anak . Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002). 2
  • 3. Pada An. P, keluarga mempunyai status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga resiko terjadi ketidakefektifan penatalaksanaan aturan pengobatan bisa terjadi. Sehingga peran perawat di sini adalah memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit sindrom nefrotik. Pada keadaan yang lanjut, sindroma nefrotik yang tidak ditangani secara benar bisa mengarah pada gagal ginjal kronik stadium akhir (Republika, 2005). Oleh karena itu peran perawatlah untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik secara benar dan tepat. Sebab kematian sindroma nefrotik berhubungan dengan gagal ginjal kronik. A Pengertian Sindroma Nefrotik ditandai dengan proteinuria, hipoproteinemia, edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001). Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindroma nefrotik adalah suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya 3
  • 4. menimbulkan berbagai macam masalah yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat. (Alatas, 2002) Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Syndrom Nefrotik : 1& Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia sekolah. 2& Sindroma Nefrotik Sekunder Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif. 3& Sindroma Nefirotik Kongenital Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis. B& Etiologi Penyebab sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-antibodi. Dimana 80% anak dengan sindroma nefrotik yang dilakukan biopsi ginjal menunjukkan hanya sedikit keabnormalannya, sementara sisanya 20 % biopsi ginjal menunjukkan keabnormalan seperti glomerulonefritis (Novak & 4
  • 5. Broom, 1999). Patogenesis mungkin karena gangguan metabolisme, biokimia dan fisiokimia yang menyebabkan permeabilitas membran glomerulus meningkat terhadap protein (Whalley and Wong, 1998). Sedangkan menurut Behrman (2001), kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis mempunyai beberapa bentuk sindroma nefrotik idiopatik, penyakit lesi minimal ditemukan pada sekitar 85%. Sindroma nefrotik sebagian besar diperantarai oleh beberapa bentuk glomerulonefritis. C& Patofisiologi Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negatif gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindroma nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein di dalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya dieskresikan dalam urin. Pada sindroma nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram per-hari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun di bawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi yang memuaskan tetapi kemungkinannya adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya hipoalbumin akibat kehilangan protein urin. Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma yang memungkinkan transudasi cairan 5
  • 6. dari ekstravaskuler ke ruang interstisial. Penurunan volume ekstravaskuler menurunkan tekanan perfusi ginjal, mengaktifkan system renin angiotensin aldosteron yang merangsang reabsorbsi atrium di tubulus distal. Penurunan volume intravaskuler juga merangsang pelepasan hormon antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus. Karena tekanan osmotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah diabsorbsi masuk ke ruang interstisial, memperberat edema. Adanya faktor- faktor lain yang juga memainkan peran pada pembentukan edema dapat ditunjukkan melalui observasi bahwa beberapa penderita sindroma nefrotik mempunyai volume intravaskuler yang normal/meningkat dan kadar renin serta aldosteron plasma normal/ meningkat dan kadar renin serta aldosteron plasma normal atau menurun Penjelasan secara hipotesis meliputi defek intrarenal dalam ekskresi natrium dan air atau adanya agen dalam sirkulasi yang menaikkan permeabilitas dinding kapiler di seluruh tubuh serta dalam ginjal. Pada status nefrosis hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserida) dan lipoprotein serum meningkat. Hipoproteinemia merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein dan katabolisme lemak menurun, karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Sistem enzim utama yang mengambil lemak dari plasma. Apakah lipoprotein plasma keluar melalui urin belum jelas (Behrman, 2000). 6
  • 7. D Manifestasi Klinis Menurut Betz & Sowden (2002) : 1 Proteinuria 2 Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema periorbital, edema dependen, pembengkakan genitelia eksterna, edema fasial, asites dan distensi abdomen. 3 Penurunan jumlah urine. 4 Hematuria 5 Anorexia 6 Diare 7 Pucat 8 Gagal tumbuh dan pelisutan (jangka panjang). Sedangkan menurut Dona L. Wong (2004) : 1 Penambahan berat badan 2 Edema 3 Wajah sembab 4 Pembengkakan abdomen (asites) 5 Kesulitan pernafasan (efusi pleura) 6 Pembengkakan labial atau scrotal Menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2002) : 1 Edema 2 Malese 7
  • 8. 3 Sakit Kepala 4 Iritabilitas 5 Keletihan E Komplikasi 1 Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik) 2 Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena) 3 Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan). 4 Kerusakan kulit. 5 Infeksi 6 Peritontis (berhubungan dengan asietas). 7 Efek samping steroid yang tidak diinginkan. F Pemeriksaan Penunjang 1 Urin Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan, menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. pH lebih besar dari 7 ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan gagal ginjal kronis (GGK). Protein urin meningkat (nilai normal negatif). 8
  • 9. 2 Darah Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). G Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis untuk sindroma nefrotik mencakup komponen perawatan berikut ini : 1 Pemberian kortikosteroid (prednison). 2 Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin). 3 Pengurangan edema : diuretic dan restriksi natrium (diuretika hendaknya digunakan secara cermat untuk mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan trombus dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit). 4 Inhibitor enzim pengkonversi-angiotensin (menurunkan banyaknya proteinuria pada glomerulonefritis membranosa). 5 Klorambusil dan siklofosfamid (untuk sindroma nefrotik tergantung steroid dan pasien yang sering mengalami kekambuhan). 9
  • 10. 6 Obat nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan berhubungan dengan edema dan terapi infasive. 10
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Alatas H Partini (2002) Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2 FKUI : Jakarta Betz C.L & Sowden (2002) Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3 Alih bahasa dr. Jan Tamboyang EGC : Jakarta Carpenito, L.J (2001) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 EGC : Jakarta Doengoes, M.E Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 EGC : Jakarta Dona, L. Whaley & Wong (2003) Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri Edisi 4 EGC : Jakarta Price S.A & Wilsaon L.M (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku II EGC : Jakarta Sacharin R.M (1996) Prinsip Keperawatan Pediatri Edisi 2 EGC : Jakarta Smeltzer S.C (2002) Buku Medical Bedah EGC : Jakarta Tjokronegoro A & Utomo H (1998) Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Balai Penerbit FKUI : Jakarta Tjokronegoro A & Utomo H Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 jilid 3 Balai penerbit FKUI : Jakarta Behrman, Kliegman, Arvin (2001) Ilmu Penyakit Anak Edisi 15 EGC : Jakarta 11