2. Anggota Kelompok:
1. Weny Ihda Chusnayaini (4119015)
2. Alia Mufrodah (4119031)
3. Ita Rohmawati (4119099)
3. Pengertian Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan
bila jumlah responden cukup besar dan tersebar
di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka
dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui Pos atau internet.
4. Bila penelitian dilakukan pada lingkup
yang tidak terlalu luas sehingga kuesioner dapat
diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu
lama, maka pengirim angket kepada responden
tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak
langsung antara peneliti dengan responden akan
menciptakan suatu kondisi yang cukup baik,
sehingga responden dengan sukarela akan
memberikan data objektif dan cepat.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan
beberapa prinsip dalam penulisan angka sebagai
teknik pengumpulan data yaitu prinsip penulisan
pengukuran dan penampilan fisik.
5. 1. Prinsip Penulisan Kuesioner
a. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan, kalau
bentuk pengukuran, maka dalam pembuatan pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus dalam bentuk skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuisioner atau angket harus disesuaikan dengan kemampuan
berbahasa responden titik kalau sekiranya responden tidak bisa bahasa Indonesia, maka angket jangan disusun
dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan
responden keadaan sosial budaya dan frame of reference dari responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup ( kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak
terstruktur titik dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu hal. Pertanyaan
tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket perlu dibuat
positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius dan tidak mekanistis.
6. d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua atau (double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk
memberikan jawaba.
contoh: Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut? Ini adalah pertanyaan yang Mendua Karena
menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu:
Bagaimanakah kualitas barang tersebut? Bagaimanakah harga barang tersebut?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa
atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berpikir berat.
Contoh misalnya: Bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda Bagaimanakah cara
mengatasi krisis ekonomi saat ini?(kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli kalau misalnya umur responden
baru 25 tahun dan pendidikannya rendah maka akan sulit memberikan jawaban.
f. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angkat sebaiknya tidak menggiring jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja.
Misalnya: Bagaimanakah kalau bonus atau jasa pemasaran di tingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju.
Bagaimanakah Prestasi Kerja Anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
7. g. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak perlu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden
dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak sehingga memerlukan instrumen yang banyak maka
instrumen tersebut dibuat variasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan dan cara
mengisinya.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari
yang mudah menuju ke hal yang lebih sulit atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara
psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi
pertanyaan yang sulit atau yang spesifik maka responden akan patah semangat untuk mengisi angket
yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan
responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
8. 2. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian atau yang
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti oleh karena itu instrumen angka tersebut
harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang
diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel maka sebelum instrumen angka
tersebut diberikan pada responden maka perlu diuji validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu
instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data akan
menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
3. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi responden atau
keseriusan responden dalam mengisi angket titik angket yang dibuat di kertas buram akan
mendapat Respon yang kurang menarik bagi responden bila dibandingkan dengan angket yang
dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus
dan berwarna akan menjadi mahal.
9. TIPS DAN TRIK PENYUSUNAN KUESIONER YANG BAIK DARI DR. TONY IRAWAN,
SE, M.APP.EC:
1. Simple, kuesioner dibuat secara to the point, tidak kompleks dan mudah untuk dimengerti.
2. Memiliki ukuran yang jelas. Misal, jika ingin menanyakan luas lahan kepada petani maka harus
diiringi oleh satuan ukur yang jelas (seperti m2) sesuai pemahaman responden.
3. Pertanyaan yang diajukan tidak terlalu banyak/panjang. Hal ini akan membuat responden
menjadi jenuh dan berujung pada pengisian data yang asal-asalan/tidak teliti.
4. Pertanyaan sedapat mungkin diarahkan tertutup. Hal ini bertujuan memudahkan peneliti
untuk mengelompokkan jawaban dari responden, sesuai informasi yang dibutuhkan.
5. Jangan sampai menimbulkan ambiguitas.Ambiguitas akan membuat responden menjadi
bingung dan memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.
10. 1. Menelusuri pertanyaan penelitian
Penting bagi peneliti untuk memahami dengan saksama tentang rumusan pertanyaan dari penelitian yang dilakukan. Hal ini penting agar
dapat diketahui data atau informasi apa saja yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2. Menentukan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian
Informasi yang akan dicari dapat dikonversi menjadi pertanyaan atau pernyataan yang mendetail dan disusun menjadi kuesioner.
3. Membuat kuesioner yang terstruktur
Pertanyaan dalam kuesioner penelitian diawali dengan identitas serta karakteristik responden penelitian. Selebihnya, penting bagi peneliti
mengklasifikasikan dan menyusun runtutan pertanyaan sehingga mempermudah proses pengumpulan data.
4. Membuat penjelasan atau pertanyaan lanjutan dari kuesioner
Hal ini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam informasi yang dibutuhkan.
5. Melakukan uji coba kuesioner
Uji coba kuesioner ini dibutuhkan ketika kita ingin menguji seberapa baik kuesioner yang telah kita buat. Apakah pertanyaan di dalamnya
relevan dengan karakteristik responden atau apakah terdapat kata-kata yang mengandung ambiguitas dalam kuesioner yang dapat
membuat responden salah paham.
Langkah-Langkah Dalam Menyusun Kuesioner Penelitian
11. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner harus memadahi, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Kesesuaian antara isi dan tujuan yang ingin dicapai kuesioner. Menurut Sekaran (2000)
dalam Jogiyanto (2005) indikator variabel sebaiknya dimanfaatkan secara tepat jangan sampai
terjadi kesalahan dalam pengukuran variabel. Menurut Suharsimi (1996) setiap indikator minimal
terdapat satu pertanyaan tetapi bila memungkinkan lebih dari satu pertanyaan. Jumlah indikator
atau dimensi cukup untuk mengukur variabel . Misalnya penelitian dengan judul :
“Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Dalam Keputusan Pembelian Pada Produk Hijab Abcd”
Variabel Harga (X1)
Indikator:
1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
Bentuk Pertanyaan:
1. Apakah harga pada produk hijab Abcd dapat dijangkau oleh semua kalangan?
2. Apakah harga yang ditawarkan hijab Abcd sesuai dengan kualitas produk?
3. Apakah harga hijab Abcd dapat bersaing dengan produk lain?
12. Variabel Kualitas Produk (X2)
Indikator:
1. Daya tahan
2. Keindahan
3. Kenyamanan
Bentuk Pertanyaan:
1. Apakah produk hijab Abcd memiliki kualitas bahan yang tidak mudah rusak?
3. Apakah produk hijab Abcd memiliki macam warna dan motif Mengetahui informasi produk
rekomendasi orang lain yang menarik?
3. Apakah produk hijab Abcd memiliki kualitas kain yang nyaman dipakai dan mudah dibentuk?
13. Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Indikator:
1. Mengetahui informasi produk
2. Rekomendasi orang lain
3. Sesuai dengan keinginan atau kebutuhan
Bentuk Pertanyaan:
1. Saya membeli produk hijab Abcd karena informasi yang diberikan sesuai dengan
kenyataan.
2. Saya membeli produk hijab Abcd karena rekomendasi orang lain.
3. Saya membeli produk hijab Abcd karena adanya keinginan dan kebutuhan.