Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Endokrinologi : hormon pertumbuhan dan osmoregulasiWiwinUMRAH
materi Hormon Pertumbuhan meliputi tentang jenis-jenis hormon pengontrol pertumbuhan ikan, mekanisme kerja setiap hormon dan dampak yang akan ditimbulkan dari aktifasi hormon didalam tubuh ikan
2. Contents of This Template
A. Definisi Somatropin
B. Klasifikasi Somatropin
C. Sifat-Sifat Somatropin
D. Kelebihan Dan Kekurangan
Somatropin
E. Konsep Dasar Somatropin
F. Jurnal tentang Somatropin
3. Definisi Somatropin
Somatropin (ST) adalah nama ilmiah dari hormone
pertumbuhan (growth hormone atau GH ) yang termasuk ke
dalam kategori hormon protein atau hormone polipeptida. ST
disintesis dan disekresikan oleh sel-sel somatropin yang
terlatak dalam lobus anterior dari kelenjar pituitary (Manalu,
1994).
4. Menurut Hardjopranyoto dan Koentjoko, 2001)
Fungsi fisiologis hormone ini adalah
• mempengaruhi metabolisme yang menyangkut
pertumbuhan melalui stimulasi sistesis protein
• meningkatkan transportasi asam amino kedalam sel
• mempengaruhi metabolisme karbohidrat
glukonoegenesis dalam hati
• memacu mobilisasi lemak tubuh
• mempengaruhi metabolisme mineral dan memacu
pertumbuhan tulang rawan yang pada gilirannya
akan memacu pertumbuhan.
lanjutan..
5. Hormon merupakan komponen Biologik aktif yang
mempengaruhi fungsi banyak sel dan metabolisme. Supaya
kerja hormon sesuai dengan fungsinya, maka harus ada
pengaturan sekresi optimal dan pengawasan yang baik. Karena
apabila terjadi kekurangan maupun kelebihan sekresi hormon
dapat menimbulkan suatu penyakit tertentu. terdapat dua cara
untuk melakukan mekanisme kontrol, yaitu melalui sistem
endokrin dan kedua menggunakan pengaruh sistem saraf.
Sekresi hormon secara umum diatur atas dasar kontrol umpan
balik.
Mekanisme Pengaturan Hormon
6. Hormon merupakan molekul kimiawi yang memiliki
banyak fungsi dalam tubuh, sehingga pengaturan
keseimbangannya sangat penting. Apabila terjadi kelebihan
sekresi (hipersekresi) maupun kekurangan sekresi (hiposekresi)
dapat menimbulkan suatu penyakit tertentu, termasuk pada
hormon pertumbuhan manusia. Kelainan sekresi ini bisa
disebabkan oleh berbagai macam sebab, salah satunya karena
terjadi disfungsi hipotalamus, antara lain tumor SSP, infeksi,
trauma, operasi, stress, dan obat-obatan (Burton,1990).
Hipersekresi Dan Hiposekresi Human Growth
Hormon (Hormon Pertumbuhan Manusia)
7. KLASIFIKASI HORMON
a. Berdasarkan hakikat kimianya berdasarkan hakikat kimianya, hormon dapat
diklasifkasikan menjadi tiga, yaitu hormon poliperptida dan protein, hormon
steroid, dan turunan tirosin. (Isnaeni, 2006)
Steroid Polipeptida dan protein besar Turunan tirosin
Peptide Protein besar
Testosterone
Estrogen
ProgesteroneKortik
osteroid
Hormon
hipotalamusAngiote
nsin Somatostatin
Gastrin Sekretin
Glucagon
KalsitoninInsulinPa
rathormon
Hormon
pertumbuhan
Prolaktin
LHFSHTSH
KatekolaminMelipu
tiNoradrenalin
Adrenalin Hormone
tiroid, meliputi
tiroksin dab
triidotironin.
8. lanjutan..
b. Berdasarkan kelarutan
Hormon-hormon bervariasi dalam kelarutannya pada
lingkungan-lingkungan yang berair dan kaya lipid. Polipeptida dan
kebanyakan hormon amin bersifat larut dalam air. Karena tidak
terlarut dalam lipid, hormone-hormon ini tidak dapat melintas
melalui membran plasma sel. Sebaliknya, hormone-hormon
steroid serta hormone-hormon lain yang sebagian besar non
polar, misalnya tiroksin, bersifat larut lipid dan dapat melintasi
membran sel dengan mudah (Campbell dkk, 2008).
9. c. Berdasarkan tipe lokasi sel-sel yang terlibat
• Persinyalan endokrin, molekul-molekul hasil sekresi berdifusi ke dalam aliran
darah dan memicu respons dalam sel-sel target di manapun di dalam tubuh.
• Persinyalan parakrin, molekul-molekul hasil sekresi berdifusi secara local
dan memicu respons dalam sel-sel tetangga.
d. Klasifikasi hormon berdasarkan dasar fungsi
Pengaruh hormon terhadap sel target sangat bervariasi sehingga
tidak mudah untuk menyusunnya secara umum. Namun, pengelompokan
pengaruh hormon terhadap sel target dibagi menjadi 4 macam pengaruh yaitu
pengaruh kinetik, pengaruh metabolik, pengaruh morfogenetik, dan pengaruh
perilaku.
lanjutan..
10. SIFAT – SIFAT HORMON
• Bekerja secara spesifik pada organ ,bagian tubuh tertentu
atau aktivitas tertentu
• Dihasilkan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit tetapi
memiliki pengaruh besar terhadap aktivitas tertentu dalam
tubuh
• Bekerja lambat, pengaruh hormon tidak spontan seperti
pada pengaturan oleh syaraf
• Sebagai senyawa kimia, hormon tidak dihasilkan setiap
waktu. Hormon diproduksi hanya apabila dibutuhkan
11. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a. Akibat Kelebihan Hormon Pertumbuhan
• Gigantisme
Kelebihan hormon pertumbuhan/growth hormone disebut
dengan gigantisme (berperawakan raksasa). Gigantisme
dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormon pertumbuhan
terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau
masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan
produksi hormon pertumbuhan terutama adalah tumor pada
sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormon
pertumbuhan.
12. b. Akibat kekurangan Hormon Pertumbuhan
seperti agenesis hipofisis karena kekurangan hormon
pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena
produksinya memang kurang atau karena reseptor dalam sel
yang kurang atau tidak sensitive terhadap ragsangan hormon.
Biasanya gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya
pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil
dari anak yang lain.
lanjutan..
13. Review Jurnal
Judul jurnal : Kadar Hormon Pertumbuhan Sapi Bali Lebih Rendah di
Nusa Penida Daripada Daerah Bali Lainnya.
Nama penulis : Ni Ketut Suwiti, I Wayan Masa Tenaya, I Nengah Kerta
Besung
publikasi : jurnal veteriner
Tahun jurnal : 2017
Tujuan penelitian : untuk mendeteksi kadar hormon pertumbuhan sapi
bali yang dipelihara di wilayah pemurnian Nusa Penida dan wilayah
lainnya di Provinsi Bali.
14. Latar belakang :
Gen hormon pertumbuhan menyandi sifat produksi seperti bobot
badan, tinggi pundak, panjang badan, dan lingkar dada (Ge et al., 2003; Unanian
et al., 2002). Gen yang menyandi hormon pertumbuhan diketahui sangat
berperan dalam perkembangan kelenjar susu, gluconeogenesis, aktivasi lipolisis,
dan memicu inkorporasi asam amino dalam protein otot (Burton et al., 1994).
Hormon pertumbuhan sapi (bovine growth hormone) mempunyai peran utama
pada pertumbuhan dan laktasi. Pada hewan yang sedang tumbuh, hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan efisiensi produksi, pengurangan deposisi
lemak, dan merangsang pertumbuhan otot (Rehfeldt et al., 2000), di samping
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, meningkatkan pertumbuhan organ,
dan tulang (Cunningham, 1994; Hoj et al., 1993). Sekresi hormon pertumbuhan
dikontrol oleh dua hormon, yaitu Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH)
dan ghrelin (Aimaretti et al., 1998).
15. Metode penelitian :
• Pengambilan Sampel
Sampel berupa serum, diambil dari sapi bali betina dewasa dari peternakan rakyat
di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung (daerah pemurnian), di Kabupaten
Tabanan pada lahan persawahan, di Kabupaten Bangli (lahan perkebunan), dan
Kabupaten Buleleng (lahan tegalan). Masing-masing kabupaten diambil sampel
sebanyak 80, sehingga total sampel dari empat kabupaten tersebut berjumlah 320
ekor..
• Pengukuran Hormon Pertumbuhan Pengukuran kadar hormon pertumbuhan
dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Balai Besar Veteriner Denpasar. Kadar
hormon diukur dengan menggunakan metode Enzime Linked Immunosorbent
Assay (ELISA) sesuai dengan standar (Cloud-Clone Corp, SEA044Ga, ELISA
Kit for Growth Hormone (GH), Houston, TX 77084, USA).
16. Hasil dan pembahasan :
Hasil penelitian menunjukkan, kadar hormon pertumbuhan sapi bali terendah (576,4
pg/mL) ditemukan pada sapi bali yang dipelihara di Nusa Penida, sedangkan kadar hormon tertinggi
(5044,08 pg/mL) ditemukan pada sapi bali yang dipelihara di Kabupaten Buleleng. Disimpulkan
bahwa kadar hormon pertumbuhan sapi bali berbeda-beda, tergantung wilayah tempat pemeliharaan
sapi bali.
17. Kesimpulan :
Kadar hormon pertumbuhan paling rendah (576,4 pg/mL)
ditemukan pada sapi bali yang dipelihara di Nusa Penida, dan tertinggi
(5.044,08 pg/mL) di Kabupaten Buleleng. Ada variasi kadar hormon
pertumbuhan sapi bali yang dipelihara di Nusa Penida dengan sapi bali
dari daerah Bali lainnya.