Tumbuhan Bertalus Atau Tumbuhan Thallophyta
Materi Perkuliahan
Botani Farmasi
Sumber Gramedia
Tugas Kuliah
Slide Presentation
Isi 32 Slide Presentasi
Format PDF
Gratis
Source : Buku Gramedia
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut. Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati. Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
Tumbuhan Bertalus Atau Tumbuhan Thallophyta
Materi Perkuliahan
Botani Farmasi
Sumber Gramedia
Tugas Kuliah
Slide Presentation
Isi 32 Slide Presentasi
Format PDF
Gratis
Source : Buku Gramedia
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut. Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati. Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
Kingdom protista memiliki anggota yang sifatnya masih sederhana dan memiliki ciri umum yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel), uniseluler/ multiseluler, ukurannya bersifat mikroskopis/ makroskopis, dan memiliki klasifikasi yaitu protista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga), dan protista mirip jamur.
Kingdom protista memiliki anggota yang sifatnya masih sederhana dan memiliki ciri umum yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel), uniseluler/ multiseluler, ukurannya bersifat mikroskopis/ makroskopis, dan memiliki klasifikasi yaitu protista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga), dan protista mirip jamur.
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
PPT alga merah.pptx
1. SLIDESMANIA.COM
Definisi Mikroalga
Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada
alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel (Sulisetijono, 2009). Menurut Sulisetijono (2009), ada tiga ciri reproduksi seksual pada alga yang dapat digunakan untuk
membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain. Ketiga ciri yang dimaksud adalah :
1. Pada alga uniselular, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gamet)
2. Pada alga multiselular, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang berupa sel tunggal, dan ada pula gamitangium yang tersusun dari banyak sel.
3. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan jika tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.
Makroalga merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air, selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Selnya mempunyai inti dan plastida dan dalam
plastidanya terdapat zat-zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil a dan b atau kedua-duanya. Selain derivat klorofil terdapat pula zat warna lain, dan zat warna lain inilah
yang justru kadang lebih menonjol dan menyebabkan ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin (warna biru), fikosantin
(warna pirang), dan fikoeritrin (warna merah). Disamping itu juga biasa ditemukan zat-zat warna santofil, dan karotin (Tjitrosoepomo, 2018)
2. SLIDESMANIA.COM
Morfologi Mikroalga
Alga atau ganggang adalah kelompok Thallophyta yang berklorofil. Berdasarkan ukuran struktur tubuhnya, alga dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu :
1. Makroalga, yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh makroskopik
2. Mikroalga, yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh mikroskopik.
Menurut Sulisetijono (2000), kajian fisiologi dan biokimia dan dilengkapi dengan penggunaan mikroskop elektron, maka dasar pengelompokan alga yang utama adalah
sebagai berikut :
1. Pigmentasi
Semua golongan alga mengandung klorofil dan beberapa karotenoid. Dalam pigmen karotenoid termasuk karoten dan xantofil. Disamping pigmen tersebut yaitu pigmen yang
larut dalam larutan organik, ada pula pigmen yang larut dalam air, yaitu fikobili protein. Pigmen ini terdapat dalam alga merah.
1. Hasil fotosintesis yang disimpan sebagai cadangan makanan
Cadangan makanan umumnya disimpan di dalam sitoplasma sel, kadang- kadang di dalam plastida di tempat berlangsungnya fotosintesis. Bentuk yang paling umum adalah
tepung, senyawa yang menyerupai tepung, lemak, atau minyak.
1. Motilitas
Sebagian alga tidak bergerak secara aktif ketika ia dewasa,tetapi kadang-kadang dalam stadium reproduktif mempunyai sel-sel motil, misalnya pada alga coklat
(Phaeophyceae) yang bentik atau alga hijau.
3. SLIDESMANIA.COM
Klasifikasi Mikroalga
Salah satu potensi biota laut perairan Indonesia adalah makroalga atau dikenal dalam
perdagangan sebagai rumput laut (seaweed). Makroalga laut ini tidak mempunyai akar,
batang, dan daun sejati yang kemudian disebut dengan thallus, karenanya secara
taksonomi dikelompokkan ke dalam Divisi Thallophyta. Tiga kelas cukup besar dalam
divisi ini adalah Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), Rhodophyta (alga
merah) (Waryono, 2011). Pada umumnya divisi alga yang banyak hidup dilingkungan
laut dan tubuh tersusun secara multiselular adalah divisi Chlorophyta, Phaeophyta, dan
Rhodophyta (Sulisetijono, 2000).
• Chlorophyta (Ganggang hijau) merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga
hijau (Chlorophyceae) termasuk dalam divisi Chlorophyta. Perbedaan dengan divisi
lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
karena mengandung pigmen klorofil a dan b, karotin dan xantofil, violasantin, dan
lutein. Alga hijau yang tumbuh di laut di sepanjang perairan yang dangkal. Pada
umumnya melekat pada batuan dan sering kali muncul apabila air menjadi surut
(Bachtiar, 2018). Chlorophyceae terdiri sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk
benang yang bercabang-cabang atau tidak ada pula yang membentuk koloni yang
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi (Tjitrosoepomo, 1998). Chlorophyceae
selnya biasanya berdinding dan beberapa badan-badan untuk berkembang biak tidak
berdinding komponen penyusun dinding sel adalah selulosa (Sulisetijono, 2000).
Menurut Juana (2009), alga hijau yang banyak diantaranya sering dijumpai di perairan
pantai Indonesia adalah Caulerpa, Ulva, Valonia (V. ventricosa), Dictyosphaera (D.
caversona), Halimeda, Chaetomorpha, Codium, Tydemania (T. expeditionis),
Burnetella (B. nitida), Burgenesia (B. forbisii), Neomeris (N. Annulata)
• Phaeophyta (Ganggang Coklat) Menurut Tjitrosoepomo (1998), Phaeophyceae adalah
ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil a,
karotin, dan santofil, terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang
menyebabkan ganggang itu kelihatan warna pirang. Tidak ada bentuk yang berupa sel
tunggal atau koloni (filamen yang tidak bercabang). Susunan tubuh yang paling
sederhana adalah filamen heterotrikus. Struktur thalus yang paling komplek dapat
dijumpai pada alga pirang yang tergolong kelompok (Nereocystis, Macrocystis,
Sargassum). Pada alga ini terdapat diferensiasi Thallus dari kelas Phaeophyceae
tidak ada yang uniselular, paling sederhana berbentuk filamen yang bercabang.
Panjang thallus beberapa melimeter sampai kurang lebih 50 m sebagian besar
hidupnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat perekat. Phaeophyceae hidup
subur di laut yang berada di iklim dingin dan mereka hidup di perairan dangkal.
Warna alga coklat ini mencerminkan melimpahnya xantofil, yaitu ficoxantin di dalam
plastid. Cadangan makanan berupa laminarin, mannitol atau berbentuk tetes-tetes
lemak (Sulisetijono, 2000). Phaeophyta hanya mempunyai satu kelas yaitu
Phaeophytaceae. Phaeophyceae pada umumnya hidup di laut. Sebagian besar
Phaeophyceae merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi di lautan Arktik dan
Antartika, tetapi beberapa marga seperti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria
merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis (Sulisetijono, 2009).
• Rhodophyta (Ganggang Merah) hanya mempunyai satu kelas yaitu Rhodophyceae
dengan anak kelas Bangiophycidae dan Florideophycidae. Kedua anak kelas dibedakan
berdasarkan pada kelompok (Sulisetijono, 2009). Rhodophyta Sebagian besar hidup di
laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh
cahaya gelombang pendek. Hidupnya sebagai bentos, melekat pada suatu substrat
dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat. Hanya beberapa jenis saja yang
hidup di air tawar, ada juga yang hidup di atas tanah atau di dalam tanah (ini hanya
bentuk yang uniseluler). Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-
kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk
cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna itu
tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin
(Tjitrosoepomo, 1998). Alga merah mempunyai komponen dinding sel terdiri dari
yang fibriler, dan terdiri dari manan dan xylan dan komponen non fibriler. Komponen
yang non fibriler ini yang menarik perhatian karena mengandung bahan tabilizer,
untuk membentuk sel seperti keraginan dan agar (galaktan yang mengandung sulfat)
(Sulisetijono, 2000). Hampir semua alga merah adalah tumbuh-tumbuhan laut. Di
antara kelompok-kelompok alga laut, alga merah yang teramat mencolok dalam hal
warna, beberapa di antaranya bercahaya. Banyak jenis alga merah yang
mempunyai nilai ekonomis dan diperdagangkan yang dikelompokkan sebagai komoditi
rumput laut (Juana, 2009).
4. SLIDESMANIA.COM
Karakteristik Alga Merah ( Rhodophyta)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Alga merah hidup di laut dan memiliki bentuk tubuh seperti rumput
sehingga sering disebut dengan rumput laut. Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau
lembaran dan mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi, alga
merah juga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, terpenoid dan saponin. Dinding sel terdiri dari selulosa dan gabungan pektik seperti agar-agar, karaginan dan
fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan. Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran. Reproduksi vegetative dengan spora.
Klasifikasi alga merah :
Divisi : Rhodophycophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp
Alga merah mampu memanfaatkan akar dan batang mangrove sebagai substrat. Menurut West et.al., (2013), hutan mangrove merupakan salah satu habitat yang ditempati oleh
alga. Alga dapat menempel pada akar dan batang mangrove atau pada bendabenda lainnya. Beberapa jenis makroalga ditemukan pada hutan mangrove dari divisi Rhodophyta yaitu,
Acrochaetium globosum, Colaconema sp., Caulacanthus indicus, Murrayella periclados, Caloglassa ogasawaraensis, dan beberapa dari genus Bostrichya. Secara umum alga merah yang
banyak ditemukan pada akar mangrove adalah dari genus Bostrychia. Alga berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem dan rantai makanan. Alga juga memiliki peran yang sangat
penting dalam bidang industri, perekonomian, serta sumber pengetahuan. Berbagai bahan aktif dari alga telah ditemukan penggunaannya seperti antibakteri, antivirus, antijamur,
sitotoksik, antialga dan lainnya (Haniffa & Kavitha, 2012).
5. SLIDESMANIA.COM
Reproduksi Alga Merah
Reproduksi alga merah terjadi secara seksual (oogami) dan aseksual (dengan spora). Reproduksi seksual melibatkan sel kelamin jantan yang disebut spermatia dan sel khusus
betina yang disebut karpogonia. Spermatia berbentuk bola atau oblong, tidak berflagela dan dihasilkan pada struktur reproduksi jantan yang disebut spermatangia. Spermatangia
dihasilkan dalam jumlah besar pada sel korteks atau pada branchlet khusus. Pada Gelidiales, spermatangia terbentuk dalam sori pada bagian apikal talus jantan. Spermatangia pada
Polysiphonia terbentuk pada trikoblast, sedangkan pada Coralinaceae terbentuk pada konseptakel (Hommersand & Fredericq 1995).
Pada banyak ganggang merah dan ganggang coklat yang sudah maju, sel reproduktif dapat membentuk struktur reproduktif yang berbeda. Struktur reproduktif dapat tersebar
atau mengelompok membentuk bagian fertil pada permukaan talus yang disebut sori atau berupa struktur yang berbentuk seperti bantalan kecil pada permukaan talus yang disebut
nematecium. Struktur reproduktif dapat juga terdapat pada suatu lubang atau lekukan talus pada suatu cabang khusus disebut konseptakel. Pada beberapa jenis ganggang merah suatu
bagian percabangan dapat berubah menjadi struktur fertil yang disebut stichidium (Trono & Ganzon-Fortes 1988).
Reproduksi vegetatif pada ganggang merah dapat terjadi melalui fragmentasi talus (Trono & Ganzon-Fortes 1988). Morfogenesis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan antara lain cahaya, nutrien, dan herbivora. Kualitas cahaya dapat memberi pengaruh pada pola percabangan dan pemanjangan talus (Loban & Harrison 1997).
6. SLIDESMANIA.COM
Habitat Alga Merah
Alga merah mempunyai persebaran geografi yang luas. Kelompok alga ini cenderung lebih melimpah di perairan tropik dan subtropik daripada di daerah beriklim sedang,
dengan rasio jumlah alga merah terhadap alga coklat mencapai 4.3 di daerah tropis. Perairan pantai tropik mempunyai kekayaan jenis alga merah yang tinggi, sekitar 600-800 jenis
alga merah dari 200-300 marga alga. Ganggang merah menempel pada berbagai tipe substrat antara lain pada batuan pantai, karang mati, rataan terumbu, substrat berpasir,
menempel pada ganggang lain, atau menempel pada tubuh hewan (Romimohtarto & Juwana 2011). Sebagian besar ganggang merah tumbuh pada pantai berkarang. Pertumbuhan
dan persebaran ganggang merah dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain cahaya, pasang surut, substrat, ombak, suhu, salinitas, unsur hara, musim, kompetisi, dan
herbivori. Suhu merupakan faktor penting yang menentukan distribusi geografi ganggang.
7. SLIDESMANIA.COM
Pemanfaatan Alga Merah
Ganggang merah merupakan kelompok ganggang yang mempunyai nilai ekonomi penting. Ganggang ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat, dan material penting
dalam industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Di Indonesia pemanfaatan ganggang merah untuk industri dimulai dari industri agaragar yang dihasilkan dari Gelidium, Gelidiella,
dan Gracilaria, sedangkan untuk industri karagenan dihasilkan dari Eucheuma (Sulistijo 1996). Untuk memenuhi permintaan produk dari ganggang merah yang semakin meningkat
pemakaiannya oleh dunia industri maka pemanfaatan potensi sumberdaya ganggang merah memerlukan perkembangan yang berkelanjutan dan lestari. Ganggang merah yang
dikembangkan di Indonesia antara lain Gelidium, Gelidiela, Gracilaria, Eucheuma, dan Hypnea (Atmadja 1996).
Pemanfaatan ganggang merah secara tradisional terutama digunakan sebagai bahan pangan seperti sayur, manisan, campuran es, kue, dan obat. Kandungan kimia dari ganggang
merah yang bermanfaat antara lain karagenan, agar, mineral, protein, dan vitamin. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terbentuk pada dinding sel ganggang merah.
Karagenan digunakan sebagai pemantap, pengental, pensuspensi, dan pembentuk gel pada makanan. Karagenan juga digunakan pada produk bukan pangan seperti pasta gigi, kosmetik,
cat, dan pewarna tekstil (Reine & Trono 2002)
8. SLIDESMANIA.COM
Jenis jenis Alga Merah
1. Bostrychia tenella termasuk dalam ordo Ceramiales, spesies ini memiliki talus yang khas
dan unik dengan percabangan ke dua arah menyamping (pinnate alternate) terlihat seperti
bulu ayam. Warna talus mulai dari coklat gelap hingga keunguan. Jenis alga ini paling
banyak ditemukan dibandingkan dengan spesies yang lain. Holdfast serabut berada di talus
primer. Talus dengan fase tetra sporofit memiliki kantong spora (stichidia) berbentuk
kapsul dan terletak di ujung cabang. Sedangkan talus dengan fase gametofit memiliki
cystocarp. Habitat alga ini ditemukan menempel pada akar mangrove jenis Soneratia alba,
Avicennia sp. dan Rizophora mucronata. Selain menempel pada akar atau batang manrove
terdapat juga pada batubatuan dan benda lain (Murshal, 2018)
2. Bostrychia radicans talus silindris, percabangan monopodial. Talus utama memiliki 4 baris
sel perisentral yang teratur. Cabang sekunder memiliki 4 baris sel perisentral, lancip pada
bagian apikal. Warna talus coklat hingga merah. Bostrychia radicans yang ditemukan
memiliki cystocarp berbentuk bulat meruncing, terletak pada ujung cabang. Terdapat
kumpulan spora di dalam kantung spora (stichidia) yang mirip kapsul. Spesies ini
ditemukan menempel pada akar dan batang mangrove jenis Soneratia alba pada stasiun IV
Bersama Murrayella sp (Murshal, 2018)
3. Bostrychia sp. Talus silindris, rapuh dan mudah patah, memiliki 4-5 deret sel perisentral,
warna coklat hingga ungu. Pada penelitian ini ditemukan banyak kantung spora (stichidia)
pada ujung talus, ada yang kosong dan ada yang masih berisi spora. Umumnya Stichidia
memiliki bentuk yang khas yaitu membengkak di bagian pangkal lalu mengecil di bagian
tengah kemudianmembengkak lagi di bagian ujung. Pembengkakan di bagian ujung lebih
kecil dan lebih lancip dari bagian pangkal. Bagian ujung stichidia berisi spora. Bagian
tengah yang mengecil pada stichidia seringkali patah. Ujung talus melengkung seperti kail.
Spesies ini ditemukan menempel pada akar Soneratia alba di stasiun II, III, dan IV
(Murshal, 2018)
4. Chondria sp. Talus silindris dan tebal. Memiliki warna ungu pekat hingga merah.
Percabangan pinnate. Pangkal penghubung antara talus lateral dengan talus utama terlihat
lebih sempit daripada ujungnya. Bentuk sel tidak dapat dilihat karena talus yang tebal.
Ujung talus lebih muda, menempel pada akar dan batang Soneratia alba di stasiun III dan
IV (Murshal, 2018).
5. Laurencia sp. Talus silindris tak beraturan dan tebal. Memiliki warna coklat pekat hingga
merah terutama pada ujung. Pangkal penghubung antara cabang dengan talus utama
terlihat lebih sempit daripada ujungnya. Semakin tebal dan lebar ke arah ujung. Bentuk sel
tidak dapat dilihat karena talus yang tebal. Ujung talus membengkak. Pembengkakan pada
ujung gambar b terdapat 4 tonjolan yang mengandung spora. Menempel pada akar dan
batang mangrove Soneratia alba, Rizophora mucronata, Avicennia sp. Di semua stasiun,
kecuali stasiun V (Murshal, 2018).
6. Polysiphonia sp. Warna coklat, merah hingga ungu. Talus silindris dan terlihat kaku.
Memiliki talus lateral baru yang muncul dengan ujung lancip seperti duri. Terdapat
percabangan pada ujung talus. Talus memiliki ciri khas adanya sekat-sekat yang tampak
seperti nodus pada tanaman tebu. Spora muncul langsung di bagian ujung talus yang
tanpak membengkak seperti tumor. Spesies ini ditemukan menempel bersama Gelidium sp.
pada akar mangrove Soneratia alba di stasiun IV (Murshal, 2018).
7. Caloglossa leprieurii Ciri khas dari genus Caloglossa adalah memiliki blade yang oval,
lebar dan tipis, terdiri dari 3 deret sel perisentral yang tebal seperti pelepah pada tengah
blade, tepian blade seperti parabol, sel lateral melebar. Holdfast serabut berada di antara
blade yang satu dengan yang lain. Talus baru muncul di sekitar holdfast dan ujung blade.
Caloglossa leprieurii ditemukan di stasiun I, II, III, dan IV. Banyak ditemukan menempel
erat pada akar-akar dan batang bawah Soneratia alba, Rizophora mucronata, Avicennia
sp., dan benda-benda lain seperti batu-batuan (Murshal, 2018).
9. SLIDESMANIA.COM
Jenis jenis Alga Merah
1. Caloglossa monosticha Talus menyerupai daun atau blade yang sangat tipis dengan tipe
percabangan dikotom. Holdfast tumbuh di antara cabang dikotom membuat spesies ini
menempelperisentral yang terlihat sangat jelas seperti pelapah dan melebar ke arah lateral.
Bagian ujung talus lancip dan membelah. Belahan tersebut akan membentuk cabang dikotom
berikutnya. Pada bagian ujung talus lain tampak membundar dan memiliki sisi gelap yang
merupakan kumpulan spora. Spora yang sudah matang akan terlepas dari kantung dan
kantung tampak kosong seperti pada gambar d. Spesies ini ditemukan menempel pada batu-
batuan di stasiun III. kuat pada substratnya, memiliki 3 deret sel (Murshal, 2018).
2. Gelidium crinale Gelidium crinale memiliki talus silindris dengan talus lateral yang lancip
pada ujungnya. Holdfast serabut, warna talus ungu pekat, pada spesies ini terdapat stichidia
yang lancip pada ujungnya menyerupai gada. Gelidium crinale ditemukan menempel pada
akar Soneratia alba, Avicenia sp. dan Rizophora mucronate di stasiun I, II, III dan IV
(Murshal, 2018)
3. Gelidium sp. Gelidium sp. memiliki stolon, holdfast serabut, talus silindris, wara ungu pekat,
ujung talus meruncing. Terdapat percabangan dikotom. Pada spesies ini terdapat kantung
spora (stichidia) yang lancip pada ujungnya dan mengandung spora. Gelidium sp. ditemukan
menempel pada akar Soneratia, dan Rizophora di stasiun III dan IV (Murshal, 2018).
4. Catenella caespitosa Tallus berbentuk seperti daun-daun kecil lebar dan tebal, terlihat
sedikit melebar pada bagian tengah hingga ujung. Holdfast serabut dan terdapat pada sekat
percabangan talus. Pada percabangan talus terlihat mengecil sehingga tampak jelas pembatas
yang menghubungkan antara talus yang satu dengan yang lainnya. Adanya pengecilan ini
membuatnya menjadi tidak kaku. Terdapat tonjolan pada percabangan talus, ujung talus
memiliki cabang, Catenella caespitosa yang ditemukan ini memiliki spora yang terdapat
pada ujung talus. Spora tampak berderetrapi dan menonjol sebagian keluar dari talus.Warna
hijau hingga coklat. Spesies ini ditemukan pada semua stasiun kecuali stasiun V
(Murshal,2018).
5. Catenella nippae Tallus berbentuk seperti daun-daun kecil dan tebal, terlihat sedikit melebar
pada bagian tengah hingga ujung. Holdfast serabut dan terdapat pada tengeh-tengah
percabangan talus. Pada percabangan talus terlihat mengecil sehingga tampak jelas pembatas
yang menghubungkan antara talus yang satu dengan yang lainnya. Adanya pengecilan ini
membuatnya menjadi tidak kaku. Catenella nippae yang ditemukan ini memiliki spora yang
terdapat pada ujung talus. Spora tampak seperti bola yang berada di dalam ujung talus.
Ujung talus yang memiliki spora mengalami pembengkakan. Talus berwarna hijau hingga
coklat. Spesies ini ditemukan pada semua stasiun kecuali stasiun V (Murshal, 2018)
6. Catenella sp. Talus menyerupai tanaman kaktus yang terus mengalami pertumbuhan.
Bentuk semula adalah oval dan akan menjadi tidak teratur ketika talus-talus lain tumbuh di
sekitar seperti lengan, bahkan sampai 6 lengan. Talus tebal dan lebar. Ujung talus yang terus
tumbuh terlihat seperti ekor kalajengking yang sambung menyambung. Pada ujung talus
terdapat tonjolan kecil seperti duri. Tonjolan ini akan tumbuh menjadi talus baru. Warna
talus coklat, merah hingga ungu. Ditemukan menempel pada mangrove jenis Soneratia di
stasiun 3 (Murshal, 2018).
7. Murrayella sp. Talus silinder, halus, mudah patah, warna coklat gelap sampai merah. Talus
baru muncul pada talus utama dan sangat halus, terutama cabang lateral. Sel pada talus
utama ataupun pada cabang terlihat sekat yang jelas. Ditemukan menempel pada akar
Bostrychia radicans. Jenis ini tidak banyak ditemukan seperti yang lainnya (Murshal, 2018).
8.