PLTGU memiliki siklus proses produksi listrik yang terdiri dari empat proses utama yaitu pembakaran bahan bakar, pemanfaatan panas sisa untuk menghasilkan uap, penggerakan turbin uap untuk menghasilkan energi listrik, dan pengangkutan listrik ke sistem kelistrikan. Perusahaan mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan lingkungan, masyarakat setempat, serta memperoleh sertifikasi ramah lingkungan untuk produ
- Mengetahui dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Memahami Job Safety Analysis
- Penanggulangan Resiko Kerja
- Penanggulangan Pengawasan yang lemah
- Bagaimana Preventive dari kecelakaan kerja
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
Berikut ini merupakan sosialisasi PP 22/2021 tentang PPPLH yang disampaikan oleh KLHK. Berisi :
- Perubahan-perubahan
- Sistematika P3LH
- Struktur kerangka P3LH
- Persetujuan Lingkungan
-
- Mengetahui dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Memahami Job Safety Analysis
- Penanggulangan Resiko Kerja
- Penanggulangan Pengawasan yang lemah
- Bagaimana Preventive dari kecelakaan kerja
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
Berikut ini merupakan sosialisasi PP 22/2021 tentang PPPLH yang disampaikan oleh KLHK. Berisi :
- Perubahan-perubahan
- Sistematika P3LH
- Struktur kerangka P3LH
- Persetujuan Lingkungan
-
ALLIN - Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pemban...ALLIN
Rencana Implementasi Life Cycle Assessment (LCA) pada Kegiatan Pembangkit Listrik dalam Penilaian PROPER 2019
Dipresentasikan oleh ALLIN - Asosiasi Lingkungan Ketenagalistrikan Indonesia.
Dipresentasikan pada Acara Sosialisasi LCA dan PermenLHK Tentang Emisi Pembangkit Listrik tanggal 18-19 Juli 2019
Materi ini disampaikan oleh Dr. Ir. Tumiran, M.Eng, anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dalam Diskusi Publik "Penataan Izin Batubara dalam Korsup Batubara" (8/6).
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
2. Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan & Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
Ketaatan Terhadap Peraturan
BIRU
MERAH
HITAM
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian Pencemaran Air
Pengelolaan Limbah B3 dan B3
Pengelolaan Ekosistem Gambut
Potensi Kerusakan Lahan Tambang
Pengelolaan Sampah
Pengendalian Pencemaran Laut Tidak Ada Upaya
Tidak Taat
Taat
EMAS
HIJAU
S
U
B
S
C
O
R
E
S
C
O
R
E
PassingGrade
PassingGrade
X
=
Efisiensi
Energi
PRODUK
/
JASA
RAMAH
LINGKUNGAN
Penurunan
Emisi
Konservasi
Air
&
Efisiensi
Air
3
R
Limbah
B3
3
R
Limbah
Non
B3
Keanekaragaman
Hayati
Pemberdayaan
Masyarakat
KEUNGGULAN LINGKUNGAN
ECO-INOVASI
INOVASI SOSIAL
Life Cycles Assessment
Kriteria
Tanggap
Kebencanaan
MEKANISME DAN KRITERIA PROPER 2022
Audit Lingkungan & Audit Energi
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
3. MEKANISME PENILAIAN LEBIH DARI KETAATAN
Screening Calon Kandidat Hijau Screening Kandidat Hijau Screening Kandidat Emas
Status Ketaatan
Sementara 100%
Melaksanakan Audit
Energi Rutin bagi industri
≥ 6000 TOE
Melaksanakan Audit
Lingkungan Hidup Wajib
sesuai Peraturan
CALON
KANDIDAT
HIJAU
Ya
Industri pemakaian energi
≥ 6000 TOE
Industri wajib audit
lingkungan
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
BIRU
Tidak
Nilai DRKPL
> Nilai Rata-rata
Nilai SML > 60
Ya
KANDIDAT
HIJAU
Tidak
Ya
Nilai Dokumen Hijau
memenuhi Passing
Grade Hijau
Nilai Dokumen Hijau
memenuhi Passing
Grade Emas
Faktor Konsistensi 3x
Hijau
Ya
Ya
KANDIDAT
EMAS
HIJAU
Ya
Ya
Tidak
Berdasarkanverifikasi
lapangan desktop study
inovasi sosial telah
diimplementasikan
sesuai dengan kriteria
EMAS
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Memiliki inovasi sosial
Tidak
Tidak
Tidak
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
4. PENETAPAN PASSING GRADE HIJAU DAN EMAS
Penetapan Sektor/
Kelompok
Penilaian
Evaluasi Distribusi
Nilai per kelompok
pada tahun N-1
Nilai P75 > X ≥ P25
(diatas sama
dengan persentil 25
dan dibawah
persentil 75)
PASSING
GRADE
HIJAU
Nilai ≥ P75
(diatas sama dengan
persentil 75)
PASSING
GRADE
EMAS
Pertimbangan
Teknis
PASSING
GRADE
HIJAU
FINAL
PASSING
GRADE
EMAS
FINAL
PENETAPAN
MELALUI SK
DIRJEN
Penetapan Passing Grade Hijau dan Emas
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
5. No JenisIndustri
NilaiBatasBawah
KandidatEmas
NilaiBatas
BawahKandidat
Hijau
21
Semen 634,80 435,60
22
Otomotif dan Komponen
Otomotif
386,64 219,05
23
Migas LNG 650,00 578,95
24
Peleburan Logam 593,05 450,36
25
Industri Kimia 246,75 162,62
26
Farmasi 436,35 236,45
27
Kawasan Industri 219,05 174,50
28
Rokok 386,64 236,45
29
Makanan Minuman 346,68 233,63
30
Pengolahan Logam dan
Mineral
593,05 219,05
31
Consumer Goods 246,75 162,62
32
Sepatu 436,35 236,45
33
Cat 219,05 174,50
34
Pakan Ternak 246,75 162,62
35
J a m u 436,35 236,45
36
Minyak Goreng 346,68 233,63
37
Elektronik 215,57 236,45
38
Ban 219,05 174,50
39 Karet 167,00 131,50
PASSING GRADE HIJAU DAN EMAS 2022
SK. 85/PPKL/SET.6/WAS.1/8/2022
No Jenis Industri
Nilai Batas Bawah
Kandidat Emas
Nilai Batas
Bawah Kandidat
Hijau
1
Sawit 358,03 291,87
2
Migas EP 635,03 558,15
3
Tambang Batubara 554,90 410,50
4
Air Minum Dalam
Kemasan
390,03 297,34
5
Tambang Mineral 537,60 410,50
6
Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel dan
Gas
650,00 578,95
7
Kayu Lapis 358,03 291,87
8
Petrokimia 577,74 401,73
9
Pembangkit Listrik
Tenaga Gas dan Uap
650,00 578,95
10
Migas Distribusi 558,56 472,88
11
Pembangkit Listrik
Tenaga Air
552,80 408,87
12
Pembangkit Listrik
Tenaga Gas
650,00 578,95
13
Gula 167,00 131,50
14
Pupuk 650,00 570,40
15
Stockpile Batubara 554,90 443,30
16
Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi
650,00 578,95
17
Kaca 386,64 219,05
18
Migas RU 650,00 578,95
19
Industri Berat 386,64 219,05
20
Pembangkit
Listrik Tenaga
Uap
650,00 578,95
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
8. No Aspek
Penilaian
Kriteria
Pendahuluan
1. Profil Perusahaan
a. Nama perusahaan
b. Jenis barang atau jasa yang dihasilkan
beserta kapasitas produksi.
c. Sejarah singkat perusahaan
d. Lokasi
KRITERIA DRKPL
PENDAHULUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
9. KRITERIA DRKPL
DESKRIPSI PROSES PRODUKSI
No Aspek Penilaian Kriteria
Pendahuluan
2. Deskripsi Proses Produksi Perusahaan
a. mendeskripsikan proses produksi
perusahaan
b. deksripsi dilengkapi dengan diagram alir
proses produksi
c. diagram alir disertai dengan informasi neraca
massa.
d. Perhitungan neraca massa didasarkan atas
kajian LCA
Proses Pembangkitan Listrik PLTGU memiliki siklus yang terdiri dari 4 (empat) proses utama meliputi:
a. Gas Turbin dan Generator dengan bahan bakar BBG dan BBM yang direaksikan dengan udara untuk menghasilkan energi panas. Energi panas akan diubah menjadi energi mekanik
untuk memutar Gas Turbin yang dikopel dengan generator untuk menghasilkan listrik. Gas panas atau Exhaust gas akan dialirkan ke HRSG. Produk yang dihasilkan adalah listrik
sebesar 100 MW untuk masing-masing Gas Turbin
b. Heat Recovery Steam Generator (HRSG) Exhaust gas dari Gas Turbin masuk ke HRSG dimanfaatkan untuk memanaskan air dan uap dan menghasilkan s
t
e
a
m
Lu
an
mt
u
k
pm
ire
km
au
nt
a
rSteam
Turbine (ST) sehingga dapat menaikkan efisiensi pembangkit. Terdapat injeksi bahan kimia dan blowdown system untuk menjaga kualitas air.
c. Steam Turbine (ST) dan Generator Uap yang dihasilkan oleh HRSG memiliki 2 tingkat tekanan yaitu High Pressure (HP) dan Low Pressure (LP). Uap yang Kb
e
ar
t
je
iak
a
nn
a
Ln
Ct
i
An
g
g
iakan
masuk HP steam turbine dan kemudian tekanan dari uap tersebut akan menggerakkan sudu-sudu turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik diubah oleh
generator menjadi energi listrik. Uap bertekanan rendah dari HRSG akan menggerakkan sudut-sudut turbin di LP steam turbine yang nanti juga akan menghasilkan energi mekanis
yang akan diubahmenjadi energi listrik oleh generator.
d. Trafo (Transformator) atau dikenal trafo di PLTGU adalah peralatan untuk menaikan tegangan listrik dan menyalurkan listrik produksi pembangkit ke Gardu Induk Tegangan Ekstra
Tinggi (GITET) untuk kemudian dialirkan ke sistem kelistrikan baik di Jawa Timur (150 KV) ataupun sistem Jawa Madura Bali (500KV).
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
10. KRITERIA DRKPL
DESKRIPSI STRUKTUR MANAJEMEN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Aspek Penilaian Kriteria
Pendahuluan
3. Deskripsi Struktur Manajemen Perusahaan
a. Mendeskripsikan struktur manajemen perusahaan, termasuk bagian-bagian yang menangani
SML, efisiensi energi, penurunan Emisi, 3R Limbah B3, 3R limbah nonB3, efisiensi air,
penurunan beban pencemar Air Limbah, kehati dan comdev
b. Struktur digambarkan dalam bentuk diagram hierarki struktur organisasi
11. No Aspek Penilaian Kriteria
Pendahuluan
4. Deskripsi Anggaran Pengelolaan Lingkungan
a. Anggaran Pengendalian Pencemaran Air;
b. Anggaran Pengendalian Pencemaran Udara;
c. Anggaran Pengelolaan Limbah B3;
d. Anggaran pengelolaan lingkungan lain;
e. Anggaran pemberdayaan masyarakat; dan
f. Laba perusahaan.
KRITERIA DRKPL
DESKRIPSI ANGGARAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
matriks/narasi alokasi anggaran pengelolaan
lingkungan mencakup pengelolaan PPA, PPU, PLB3,
Comdev dan Laba perusahaan
Tahun Laba Anggaran PPA Anggaran PPU Anggaran PLB3 Anggaran Comdev
2019 1.850.000 100 150 200 300
2020 2.035.000 125 180 235 315
2021 1.450.000 110 165 215 350
Dalam juta rupiah
12. No Aspek Penilaian Kriteria
Pendahuluan
5. Deskripsi Keunggulan Perusahaan
Menjelaskan secara singkat argumentasi yang
menjelaskan mengapa perusahaan berhak
mendapat peringkat hijau dan emas, diantaranya
dengan mendeskripsikan:
a. keunggulan perusahaan; dan
b. pencapaian yang telah diperoleh; dan hal-hal
yang membedakan perusahaan dengan
perusahaan yang lain yang sejenis.
KRITERIA DRKPL
DESKRIPSI KEUNGGULAN PERUSAHAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Berisi keunggulan, keistimewaan dan
pencapaian perusahaan di bidang
pengelolaan lingkungan:
Sebutkan secara singkat:
a. keunggulan komparatif perusahaan
dibanding industri sejenis;
b. publikasi di bidang
lingkungan/kehati/pemberdayaan
masyarakat yang telah diperoleh
perusahaan
c. Penghargaan di bidang
lingkungan/kehati/pemberdayaan
masyarakat yang telah diperoleh di
berbagai tingkat (local, regional,
nasional, internasional)
d. Keistimewaan perusahaan (menjadi
center of excellence, dll)
13. No Aspek Penilaian Kriteria
Sertifikasi Produk Ramah
Lingkungan
Jelaskan secara singkat status sertifikasi produk dan/atau jasa ramah lingkungan yang dimiliki oleh
perusahaan, disertai bukti sertifikat. Deskripsi harus dapat menjawab:
a. apakah produk/jasa sudah tersertifikasi oleh badan sertifikasi?
b. Badan apa yang mensertifikasi?
c. Kapan disertifikasi dan apakah sertifikat masih berlaku?
Sertifikasi Green Building
Jelaskan secara singkat status sertifikasi green building yang dimiliki oleh perusahaan, disertai bukti
sertifikat.
Deskripsi harus dapat menjawab:
a. apakah bangunan/gedung sudah tersertifikasi oleh badan sertifikasi?
b. Badan apa yang mensertifikasi?
c. Kapan disertifikasi dan apakah sertifikat masih berlaku?
KRITERIA DRKPL
SERTIFIKASI PRODUK RAMAH LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
14. KRITERIA DRKPL
PENILAIAN DAUR HIDUP
No Aspek Penilaian Kriteria
Penilaian Daur Hidup
1. Menetapkan ruang lingkup penilaian daur hidup mencakup:
a. (cradle to grave): penilaian daur hidup dari akuisisi bahan baku, produksi, penggunaan,
pengolahan akhir, daur ulang, sampai pembuangan akhir
b. (cradle to gate): penilaian daur hidup yang meliputi dalam akusisi bahan baku sampai proses
produksi
c. (gate to gate): penilaian daur hidup yang meliputi hanya dalam proses produksi dan/atau jasa
2. Melaksanakan inventori daur hidup yang diidentifkasi mencakup ruang lingkup:
a. (cradle to grave): penilaian daur hidup dari akuisisi bahan baku, produksi, penggunaan,
pengolahan akhir, daur ulang, sampai pembuangan akhir
b. (cradle to gate): penilaian daur hidup yang meliputi dalam akusisi bahan baku sampai proses
produksi
c. (gate to gate): penilaian daur hidup yang meliputi hanya dalam proses p
r
o
Ld
au
mk
s
pi
id
rka
an
n/
a
t
a
ujasa
3. Melaksanakan evaluasi dampak lingkungan dengan menggunakan metodKelaojgiai npeLnCilAaiandaur
hidup.
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
15. KRITERIA DRKPL
STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Kriteria
1 Total pemakaian sumber daya atau timbulan limbah (cair, padat, limbah B3) dan emisi
2 Pemakaian sumber daya atau timbulan limbah (cair, padat, limbah B3) untuk proses produksi
3
Pemakaian sumber daya atau timbulan limbah (cair, padat, limbah B3) fasilitas pendukung yang berkaitan dengan proses
produksi
4
Pemakaian sumber daya atau timbulan limbah (cair, padat, limbah B3) kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses
produksi
5 Rasio hasil absolut dengan total pemakaian sumber daya atau timbulan limbah (cair, padat, limbah B3) dan emisi
17. KRITERIA DRKPL
STATUS KEHATI
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Kriteria
1 Menjelaskan total tutupan/flora/fauna atau luasan area yang dijadikan area konservasi keanekaragaman hayati
2 Total luasan area yang dijadikan area konservasi
3 Total dan jenis species yang dilakukan konservasi
18. KRITERIA DRKPL
STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATI
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
PARAMETER
TAHUN
Keterangan
2018 2019 2020 2021 2022
Fauna
Rusa Sambar 0 2 3 3 5 Individu
Kupu-kupu
dilindungi
5 8 8 12 17 Individu
Anggrek Hitam 0 1200 1341 1537 1651 Individu akumulatif
Mangrove 77.000 73000 75000 80000 120000 Individu akumulatif
Terumbu Karang
Buatan
4300 4575 4635 4785 5100 m2
Karang Keras 21 24 26 28 35 Genus
Ikan karang 17 19 23 26 31 Familia
19. KRITERIA DRKPL
HASIL ABSOLUT PEMANFAATAN SUMBER DAYA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Kriteria
1 Hasil Absolut pemanfaatan sumber daya 4 tahun terakhir (2019, 2020, 2021, 2022)
2 Hasil Absolut berasal dari program pemanfaatan sumber daya
3 Mengisi Tabel Absolut pemanfaatan sumber daya
4
Menggunakan satuan yang sama (konsisten). Energi (GJ), Emisi (Ton parameter), Air (M3), B3 dan NonB3 (Ton), Beban
Pencemaran air (Ton)
5 Tersedia data pada tahun 2022
6 Menampilkan anggaran program absolut
7 Menampilkan data penghematan yang didapat dari penerapan program absolut
8 Korelasi dengan kajian LCA
20. KRITERIA DRKPL
HASIL ABSOLUT PEMANFAATAN SUMBER DAYA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
21. KRITERIA DRKPL
HASIL ABSOLUT PEMANFAATAN SUMBER DAYA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
22. KRITERIA DRKPL
HASIL ABSOLUT PEMANFAATAN SUMBER DAYA (KEHATI)
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Kriteria
1 Hasil Absolut kegiatan kehati 4 tahun terakhir (2019, 2020, 2021,2022)
2 Hasil Absolut berasal dari program keanekaragaman hayati
3 Mengisi Tabel Absolut keanekaragaman hayati
4 Menggunakan satuan yang lazim digunakan (jumlah/ Hektar).
5 Tersedia data pada tahun 2022
6 Menampilkan anggaran program absolut
23. KRITERIA DRKPL
HASIL ABSOLUT KEANEKARAGAMAN HAYATI
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
26. KRITERIA DRKPL
INOVASI
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
No Kriteria
1 Deskripsi singkat program atau kegiatan inovasi
2 Program inovasi tercantum di dalam tabel absolut
3 Program inovasi memiliki informasi perbaikan kualitas lingkungan (hasil absolut)
4 Program inovasi memiliki informasi biaya
5 Deskripsi nilai tambah atau manfaat yang diperoleh
27. Tujuan inovasi ini adalah mengoptimalkan ammonia recovery dari MP & LP Section Pabrik Urea-4 dengan penambahan satu
unit absorber di Seksi Recovery. Ammonia yang terserap di-recycle ke unit sintesa sehingga terjadi peningkatan produksi urea.
Awalnya penyerapan dilakukan pada 2 ammonia absorber (tipe 3 tray) ditambahkan dengan 1 ammonia absorber (tipe 2 bed
pallring). Dengan adanya unit ammonia absorber baru ini, penyerapan ammonia menjadi lebih optimal sehingga persentase
ammonia yang di-recycle ke unit sintesa meningkat dari 41,89% menjadi 42,94% dan berpengaruh terhadap peningkatan
produksi urea sebesar 14 ton/hari (436 ton/bulan). Dengan adanya program ini juga berdampak pada penurunan konsumsi energi
sebesar 11.584,97 mmbtu/bulan atau setara dengan 12.223,30 GJ/bulan. produsen dapat meningkatkan produksi sebesar 436
ton/bulan karena penyerapan ammonia yang lebih optimal, memberikan dampak besar terhadap supplier yang menyediakan
kantong pupuk dengan penambahan suplai kantong pupuk sebanyak 104.640 lembar dan jaminan ketersediaan pasokan pupuk
untuk konsumen yang semakin baik. Dampak lingkungan dari inovasi ini adalah penghematan energi pada tahun 2019
sebesar 109.195 GJ yang setara dengan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 7.016 ton CO2 equivalen dan
penghematan biaya sebesar Rp 6.391.193.002
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN