Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
Kepdirjen Cipta karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
Kepdirjen Cipta karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Opsi Teknologi Drainase Permukiman. Terdapat berbagai opsi teknologi drainase dalam rangka mengurangi genangan dan pengendalian banjir di perkotaaan dan permukiman.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Opsi Teknologi Drainase Permukiman. Terdapat berbagai opsi teknologi drainase dalam rangka mengurangi genangan dan pengendalian banjir di perkotaaan dan permukiman.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Praktikum tentang pembuatan aspal dengan baik berdasarkan spesifikasi AC. Praktikum yang dilakukan sebagai berikut, Abrasi/keausan, Berat Jenis Agregat, Analisa Saringan, Comb. Agregat dan JMF ( Joint Mix Formula), Berat Jenis Aspal, Daktilitas, Ekstraksi, Titik Nyala, Titik Leleh, Penetrasi, Uji Marshall, Kehilangan Berat.
design integration using autodesk revit architecture structure mepali lemssefer
A- LES CONCEPTS
Comprehension du bim.
Travailler dans différentes vues.
Classement et hierarchie des éléments dans Revit.
B-L'ENVIRONNEMENT DE TRAVAIL
Page des fichiers rescents et grand R.
Le ruban.
Fenêtre des propriétés.
Explorateur du projet.
Navigation dans un modèle.(zoom, rotation et panoramique).
Selection des objets, et verouillage.
C-DEMARRAGE D'UN PROJET.
Les gabarits.
Travail collaboratif.
Configuration d'un nouveau projet.
Manipulation des niveaux.
Manipulation des files de projet.
Utilisation des cotes temporaires.
C- MODELISATION PAR OBJETS:
Ajout des murs.
Propriété et type de murs.
Utilisation des accroches.
Ajouts de poteaux et poutres.
Ajout de portes et fenêtres.
Ajout d'élements de plomberie et d'électricité.
Utilisation de la jonction entre murs.
Utilisation des contraintes.
D- LIENS, IMPORTS ET GROUPES:
Lier fichiers DWG/DXF/SKP
Création de topogrpahie d'un site à partir d'un fichier.
Création et gestion des groupes.
Création et gestion des liens Revit.
Utilisation du partage d'emplacement.
E- MODELISATION PAR ESQUISSE:
Sols., toits et plafonds.
Toit par extrusion.
Ouvertures.
F-ESCALIERS.
Edition avancée d'escalier.
Edition avancée de gardes corps.
G- EDITION AVANCEE DES MURS:
Création d'un nouveau type de murs..
Création et gestion des murs empilés.
Création et gestion des murs rideaux.
.
H- GESTION DES GRAPHISMES:
Gestion du style des objets.
Gestion du remplacement de la visibilité et du graphisme des éléments.
Création et application des gabarits de vue.
Cacher et isoler les éléments.
Cadrage de la vue.
Plage de vue et entendues.
Vue isométrique d'une selection.
Option d'affichage des graphismes.
I- PIECES:
Création et gestion des pièces.
J- NOMENCLATURE ET ETIQUETTES:
Gestion des étiquettes.
Création et gestion des nomenclatures.
Modification des nomenclatures.
Enrichissement des VCCTP par les nomenclatures.
K-ANNOTATIONS.
Textes.
Dimensions
Symboles.
Légendes.
Détails.
Définir ses annotations.
L- PARAMETRIQUE ET FAMILLES
Utilisation des paramètres en mode projet.
Concept de famille.
Création d'une famille.
Utilisation des contraintes.
Utilisation des formes solides.
M- FEUILLE, IMPRESSION, PUBLICATION:
Création d'une feuille d'impression.
Export CAO.
Publication.
Impression PDF.
N- TRUCS ET ASTUCES.
A découvrir en formation.
http://structalis.fr
Sebagai Nilai Ujian Akhir mata kuliah Perkerasan Jalan Raya Dosen pengampu : Ir.Ary Setiawan ,M.Sc, Phd, Program Studi Teknik SIpil Universitas Sebelas Maret
Revit structure video cadclip training outlineali lemssefer
A- LES CONCEPTS
Comprehension du bim.
Travailler dans différentes vues.
Classement et hierarchie des éléments dans Revit.
B-L'ENVIRONNEMENT DE TRAVAIL
Page des fichiers rescents et grand R.
Le ruban.
Fenêtre des propriétés.
Explorateur du projet.
Navigation dans un modèle.(zoom, rotation et panoramique).
Selection des objets, et verouillage.
C-DEMARRAGE D'UN PROJET.
Les gabarits.
Travail collaboratif.
Configuration d'un nouveau projet.
Manipulation des niveaux.
Manipulation des files de projet.
Utilisation des cotes temporaires.
C- MODELISATION PAR OBJETS:
Ajout des murs.
Propriété et type de murs.
Utilisation des accroches.
Ajouts de poteaux et poutres.
Ajout de portes et fenêtres.
Ajout d'élements de plomberie et d'électricité.
Utilisation de la jonction entre murs.
Utilisation des contraintes.
D- LIENS, IMPORTS ET GROUPES:
Lier fichiers DWG/DXF/SKP
Création de topogrpahie d'un site à partir d'un fichier.
Création et gestion des groupes.
Création et gestion des liens Revit.
Utilisation du partage d'emplacement.
E- MODELISATION PAR ESQUISSE:
Sols., toits et plafonds.
Toit par extrusion.
Ouvertures.
F-ESCALIERS.
Edition avancée d'escalier.
Edition avancée de gardes corps.
G- EDITION AVANCEE DES MURS:
Création d'un nouveau type de murs..
Création et gestion des murs empilés.
Création et gestion des murs rideaux.
.
H- GESTION DES GRAPHISMES:
Gestion du style des objets.
Gestion du remplacement de la visibilité et du graphisme des éléments.
Création et application des gabarits de vue.
Cacher et isoler les éléments.
Cadrage de la vue.
Plage de vue et entendues.
Vue isométrique d'une selection.
Option d'affichage des graphismes.
I- PIECES:
Création et gestion des pièces.
J- NOMENCLATURE ET ETIQUETTES:
Gestion des étiquettes.
Création et gestion des nomenclatures.
Modification des nomenclatures.
Enrichissement des VCCTP par les nomenclatures.
K-ANNOTATIONS.
Textes.
Dimensions
Symboles.
Légendes.
Détails.
Définir ses annotations.
L- PARAMETRIQUE ET FAMILLES
Utilisation des paramètres en mode projet.
Concept de famille.
Création d'une famille.
Utilisation des contraintes.
Utilisation des formes solides.
M- FEUILLE, IMPRESSION, PUBLICATION:
Création d'une feuille d'impression.
Export CAO.
Publication.
Impression PDF.
N- TRUCS ET ASTUCES.
A découvrir en formation.
http://structalis.fr
These slides outline the topics discussed in the 99 day 'Revit Platinum Ticket' course on a day by day basis. The course revolves around creation of a residence from the ground up. Currently 100 days topics are included. If you are looking for detailed slides with lots of screen shots, hand written notes and annotations, visit http://www.RevitTrainingLive.com. You can also register for the upcoming Revit batch. I wish and look forward to add more topics to this course and make it the most comprehensive online LIVE course for Revit Architecture.
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya AirWidiana Safaat
Pengantar <Aspek Manajerial> Penyusunan Dokumen Pola dan Rencana/Masterplan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
*Beberapa referensi peraturan dalam proses perubahan
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Pembagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
1. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR BERBASIS WILAYAH SUNGAI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
DITJEN SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA 2
WILLEM SIDHARNO
4. Pengelolaan Sumber Daya Air
secara Menyeluruh dan Terpadu
Berbasis WILAYAH SUNGAI
Jumlah
Penduduk makin
meningkat
Aktifitas dan kebutuhan
ekonomi, sosial dan
budaya meningkat
Ketersediaan air
relatif konstan
Kualitas
cenderung
menurun
5. » Sifat alami air yg mengalir secara dinamis dari tempat-
tempat tertentu ke tempat yg lebih rendah (bisa lintas wil.
Kab/Kota, dan lintas Prop, bahkan lintas Negara)
» Keterdapatan air mengikuti siklus hidrologi; ada DAS yg
secara alami kaya air dan ada pula DAS yg selalu
kekurangan air.
» Setiap orang berhak mendapatkan air untuk kelangsungan
hidupnya.
» Mencegah timbulnya konflik; sekaligus menempatkan air
sebagai unsur pemersatu antar wilayah.
» Prinsip efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
6.
7. PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
KEBIJAKAN DAERAH
PP 26 Tahun 2008
Tentang RTRWN
Permen PU PR 10
Tentang Renc & Renc Teknis Tata
Pengaturan Air & Tata Pengairan
UUD 1945
UU 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan
1. PKN/PKW/PKSN
2. KAWASAN LINDUNG NASIONAL
3. KAWASAN ANDALAN
1. POLA PSDA
2. RENCANA PSDA
8.
9. PENGELOLAAN SUMBER DAYAAIR
POLA PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
Dilaksanakan berdasarkan
KONSERVASI
SUMBER DAYA AIR
Perlindungandan
pelestariansumber air
Pengawetan air,
Pengelolaan kualitasair
Pengendalian
pencemaran air
PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
Penatagunaan sumber
daya air
Penyediaan sumber
daya air
Penggunaan sumber
daya air
Pengembangan sumber
daya air
pengusahaansumber
daya air
PENGENDALIAN
DAYA RUSAKAIR
Upaya pencegahan
Upaya penanggulangan
Upaya pemulihan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pemantauan
Evaluasi
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
RENCANA PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
Akan didetailkan
pada
Sebagai input dan
bahan review
10. Rencana PSDA:
Disusun secara terpadu pada setiap Wilayah Sungai.
(Wilayah Sungai sebagai basis boundary).
Berdasarkan skenario & strategi yg dipilih dari Pola
PSDA
Keseimbangan antara upaya Konservasi dan
Pendayagunaan
Mempertimbangkan penggunaan & ketersediaan air
tanah dengan tetap mengutamakan penggunaan air
permukaan.
Proses penyusunannya melibatkan TKPSDA WS
Diumumkan secara terbuka sebelum ditetapkan
Jangka Waktu: 20 tahun
Dpt ditinjau & dievaluasi paling singkat 5 tahun
Mempunyai kekuatan hukum/ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang
Pola PSDA :
• Disusun secara terpadu pada setiap Wilayah Sungai.
(Wilayah Sungai sebagai basis boundary).
• prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air
tanah serta- keseimbangan antara upaya konservasi
dan pendayagunaan SDA
• Time horizon: 20 tahun
• Dapat ditinjau & dievaluasi min. 5 tahun
• Melibatkan peran masyarakat (PKM) dan dunia
usaha
• Mempunyai kekuatan hukum/ ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang
11. • Balai Wilayah Sungai merupakan Unit Pelaksana Teknis dilingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dibawah
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan sumber daya Air di wilayah sungai yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk,
bendungan dan tampungan air lainnya,irigasi, air tanah, air baku, rawa,
tambak dan pantai.
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
BALAI WILAYAH SUNGAI
12. KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
BALAI WILAYAH SUNGAI….(Lanjutan)
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II merupakan Balai Wilayah Sungai Tipe A.
BWS mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dalam rangka Konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air ada wilayah sungai. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya diatas, BWS menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut :
a. Penyusunan Pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
b. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai.
c. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi Konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendaya gunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.
d. Penyiapan REKOMTEK dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada
wilayah sungai.
e. Operasi dan Pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungai.
f. Pengelolaan sistem hidrologi
g. Penyelengaaraan sistim data dan informasi sumber daya air
h. Fasilitasi kegiatan Tim koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai.
i. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
j. Pelaksanaan Ketatausahaan Balai Wilayah Sungai.
13. WILAYAH KERJA
Wilayah Kerja secara administratif ada di 22 Kabupaten/Kota yaitu :
Di Pulau Flores dan Kepulauan 9 Kabupaten : Lembata, Flotim, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai Timur, Manggarai dan
Manggarai Barat.
• Di Pulau Sumba 4 Kabupaten : Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
• Di Pulau Timor dan Kepulauan ada 8 Kabupaten : Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu
dan Malaka, serta Kabupaten Alor, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu Raijua
Wilayah Kerja Balai berdasarkan wilayah sungai adalah sesuai dengan PerMen PU No. 4/PRT/M/2015, tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai adalah :
1. Wilayah Sungai Noelmina (Lintas Negara), Meliputi kabupaten : Kupang, Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Sabu Raijua dan Rote
Ndao
2. Wilayah Sungai Benanain (Lintas Negara) meliputi, Kabupaten : Belu, Malaka, Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan
3. Wilayah Sungai Flores (Strategis Nasional), meliputi Kabupaten : Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo,
Ende, Sikka dan Flores Timur.
14. PETA WILAYAH SUNGAI (WS) DI PROV. NTT berdasarkan PERMEN PUPR
No.04/PRT/M/2015
19. Kegiatan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II disamping kegiatan yang merupakan
wajib balai, juga meliputi Studi Indentifikasi dan Disain dan Pelaksanaan Kontruksi
berupa Pembangunan/ Peningkatan, Rehabilitasi dan Operasi & Pemeliharaana
terhadap 4 (empat) program kegiatan yaitu :
1). Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber
Air Lainnya,
2). Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Irigasi Lainnya,
3). Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai,
4). Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
PROGRAM KEGIATAN BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA
TENGGARA 2
20. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai,
Danau dan Sumber Air Lainnya,
1. Penyediaan air baku untuk irigasi melalui pembangunan
Embung, Waduk atau Bendungan.
2. Penyediaan air minum masyarakat pedesaan untuk
keperluan sehari-hari, beternak dan berladang dengan
embung kecil dan embung ternak.
3. Studi Identifikasi Potensi dan Desain serta Identifikasi
Kerusakan bangunan konservasi sungai, danau dan
sumber air lainnya.
4. Melakukan kajian terhadap dampak Lingkungan.
5. Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai
21. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
Rawa dan Jaringan Irigasi Lainnya
1. Perencanaan dan Detail Desain pembangunan Daerah
Irigasi dan pendayagunaan potensi lahan irigasi yang
ada di P. Timor, Rote, Flores dan Sumba.
2. Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi dan OP
Daerah Irigasi (Bendung, Captering, Embung Irigasi
dll) dan Jaringannya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat khususnya petani.
3. Identifikasi, desain serta pembangunan Jaringan
Irigasi air Tanah (JIAT)
22. Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
1. Identifikasi dan desain terhadap pantai-pantai kritis dan
daerah rawan banjir.
2. Pembangunan bangunan pengendali banjir dan
pengamanan pantai.
3. Penanganan darurat terhadap bahaya banjir serta
penyiapan bahan banjiran.
4. Monitoring banjir dan kekeringan.
23. 1. Penyediaan air bersih bagi kebutuhan masyarakat melalui
pemanfaatan Air Tanah dan pembangunan Embung Air Baku.
2. Pemanfaatan potensi mata air dengan captering dan jaringannya.
3. Perencanaan dan Pembangunan Tampungan Air Baku dengan
memanfaatkan potensi air yang ada di P. Sabu Raijua, Timor, Rote,
Alor, Flores, Lembata, Sumba dan Kepulauan
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku