Buku ini merangkum perjalanan pelaksanaan program CSR PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) selama bertahun-tahun di berbagai lokasi operasional perusahaan. Buku ini mencatat pembelajaran dan pencapaian bersama SBI dan masyarakat dalam menciptakan nilai tambah melalui beragam program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, lingkungan, dan ekonomi.
ERA SARWA DISRUPSI dewasa ini telah menunjukkan dan menuntut kepada sektor publik untuk melakukan perubahan. Perubahan yang diharapkan bukan sebatas reaksi konvensional yang tidak berdampak, melainkan transformasi yang mampu merespon tuntutan kekinian secara cepat. Agar sektor publik mampu melakukan hal tersebut, maka tradisi untuk menumbuhkan dan membudayakan learning agility di seluruh sektor publik sudah saatnya dilakukan.
Rumah Kolaborasi adalah konsorsium pelaku pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di Lampung.
Pembentukkan kelembagaan kolaborasi multipihak ini
bertujuan memastikan terjadinya proses pertukaran informasi dan gagasan; pengembangan kapasitas aktifis, organisasi dan komunitas; adanya mekanisme pengambilan keputusan yang inklusif; manajemen bersama dan memobilisasi perluasan skenario sumberdaya.
Kami dari Yayasan “Sahabat Kertas” tergerak untuk turut berpartisipasi dalam penanganan permasalahan sampah terutama dalam tujuan INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 dan terciptanya Lingkungan ( Go Green ) , semoga dengan terbentuknya Yayasan ini dapat sedikit membantu permasalahan sampah perkotaan, khususnya mengubah Perilaku Sikap Membuang Sampah individu masyarakat dalam hal memilah dan mengolah sampah.
Dan juga Nilai tambah dari hasil Pemilahan sampah yang Melalui Proses 3R
( Reduce, Reuse, dan Recycle) akan kami salurkan kepada Fakir miskin dan Duafa terutama dalam hal BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN
ERA SARWA DISRUPSI dewasa ini telah menunjukkan dan menuntut kepada sektor publik untuk melakukan perubahan. Perubahan yang diharapkan bukan sebatas reaksi konvensional yang tidak berdampak, melainkan transformasi yang mampu merespon tuntutan kekinian secara cepat. Agar sektor publik mampu melakukan hal tersebut, maka tradisi untuk menumbuhkan dan membudayakan learning agility di seluruh sektor publik sudah saatnya dilakukan.
Rumah Kolaborasi adalah konsorsium pelaku pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di Lampung.
Pembentukkan kelembagaan kolaborasi multipihak ini
bertujuan memastikan terjadinya proses pertukaran informasi dan gagasan; pengembangan kapasitas aktifis, organisasi dan komunitas; adanya mekanisme pengambilan keputusan yang inklusif; manajemen bersama dan memobilisasi perluasan skenario sumberdaya.
Kami dari Yayasan “Sahabat Kertas” tergerak untuk turut berpartisipasi dalam penanganan permasalahan sampah terutama dalam tujuan INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 dan terciptanya Lingkungan ( Go Green ) , semoga dengan terbentuknya Yayasan ini dapat sedikit membantu permasalahan sampah perkotaan, khususnya mengubah Perilaku Sikap Membuang Sampah individu masyarakat dalam hal memilah dan mengolah sampah.
Dan juga Nilai tambah dari hasil Pemilahan sampah yang Melalui Proses 3R
( Reduce, Reuse, dan Recycle) akan kami salurkan kepada Fakir miskin dan Duafa terutama dalam hal BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN
Tahun 2015 ada banyak hal menarik yang diperoleh YSKK ketika bersama-sama dengan berbagai kelompok masyarakat merancang dan merespon perubahan social agar memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas hidup mereka. Ada 4 (empat) isu utama yang menjadi bidang kerja YSKK, yaitu Kewirausahaan Sosial Berbasis Perempuan, Keterlibatan Perempuan dalam Politik dan Pembangunan Desa, Lembaga PAUD Berbasis Masyarakat dan Sekolah MANTAP (Manajemen Transparan, Akuntabel dan Partisipatif).
Catatan pembelajaran dari proses tersebut kami rangkum dalam Laporan YSKK Tahunan 2015. Laporan ini merupakan salah satu cara untuk merawat setiap pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki menjadi sumber pembelajaran dimasa yang akan datang. Selain itu, sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil, sudah menjadi keharusan untuk secara rutin menyampaikan pertanggungjawaban kinerjanya kepada semua pihak yang telah memberi mandat dan menjadi mitra kerja YSKK.
Ruang Publik Kreatif (RPK) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh BPPT dalam menumbuhkan kreativitas dan budaya inovasi masyarakat berbasis ruang yang dimmplementasi di daerahdaerah yang menerapkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa).
KIPRAH KELOMPOK WANITA TANI MENJADI WIRAUSAHAermawidiana
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji atas karunia Allah
SWT, akhirnya buku yang berjudul “Kiprah Kelompok Wanita Tani
Menjadi Wirausaha” dapat terwujud. Buku ini penulis tujukan untuk
mahasiswa dan masyarakat umum, maupun pemberdaya kelompok
wanita tani.
Harapan penulis semoga buku ini bisa menambah perbendaharaan
bahan ajar yang mudah untuk dipelajari dan diaplikasikan. Dan untuk
upaya memberdayakan kelompok wanita tani untuk beranjak multi
peran menjadi wirausaha dengan potensi sumber daya alam yang ada di
daerah masing-masing.
Berkaitan dengan terwujudnya buku ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, yang telah membantu dengan menyumbangkan pikiran
dan tenaga sehingga buku ini bisa selesai dengan lancar yakni:
1. Menteri Pendidikan Nasional
2. Direktorat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
3. Rektor Universitas Bhayangkara Surabaya
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkara
Surabaya
5. Ketua LPPM Universitas Bhayangkara Surabaya
Semoga Allah SWT membalasnya dengan berkah pahala yang berlipat
ganda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini.
Oleh sebab itu saran, kritik, dan koreksi sangat penulis harapkan untuk
menjadikan buku ini lebih baik lagi.
Tahun 2015 ada banyak hal menarik yang diperoleh YSKK ketika bersama-sama dengan berbagai kelompok masyarakat merancang dan merespon perubahan social agar memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas hidup mereka. Ada 4 (empat) isu utama yang menjadi bidang kerja YSKK, yaitu Kewirausahaan Sosial Berbasis Perempuan, Keterlibatan Perempuan dalam Politik dan Pembangunan Desa, Lembaga PAUD Berbasis Masyarakat dan Sekolah MANTAP (Manajemen Transparan, Akuntabel dan Partisipatif).
Catatan pembelajaran dari proses tersebut kami rangkum dalam Laporan YSKK Tahunan 2015. Laporan ini merupakan salah satu cara untuk merawat setiap pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki menjadi sumber pembelajaran dimasa yang akan datang. Selain itu, sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil, sudah menjadi keharusan untuk secara rutin menyampaikan pertanggungjawaban kinerjanya kepada semua pihak yang telah memberi mandat dan menjadi mitra kerja YSKK.
Ruang Publik Kreatif (RPK) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh BPPT dalam menumbuhkan kreativitas dan budaya inovasi masyarakat berbasis ruang yang dimmplementasi di daerahdaerah yang menerapkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa).
KIPRAH KELOMPOK WANITA TANI MENJADI WIRAUSAHAermawidiana
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji atas karunia Allah
SWT, akhirnya buku yang berjudul “Kiprah Kelompok Wanita Tani
Menjadi Wirausaha” dapat terwujud. Buku ini penulis tujukan untuk
mahasiswa dan masyarakat umum, maupun pemberdaya kelompok
wanita tani.
Harapan penulis semoga buku ini bisa menambah perbendaharaan
bahan ajar yang mudah untuk dipelajari dan diaplikasikan. Dan untuk
upaya memberdayakan kelompok wanita tani untuk beranjak multi
peran menjadi wirausaha dengan potensi sumber daya alam yang ada di
daerah masing-masing.
Berkaitan dengan terwujudnya buku ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, yang telah membantu dengan menyumbangkan pikiran
dan tenaga sehingga buku ini bisa selesai dengan lancar yakni:
1. Menteri Pendidikan Nasional
2. Direktorat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
3. Rektor Universitas Bhayangkara Surabaya
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkara
Surabaya
5. Ketua LPPM Universitas Bhayangkara Surabaya
Semoga Allah SWT membalasnya dengan berkah pahala yang berlipat
ganda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini.
Oleh sebab itu saran, kritik, dan koreksi sangat penulis harapkan untuk
menjadikan buku ini lebih baik lagi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
Buku-Dokumentasi-CSR-SBI-2020-1.pdf
1.
2.
3.
4. Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
4
Bersinergi Membangun Masyarakat Mandiri, Berdaya dan Sejahtera
Buku CSR PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
Hak Penerbitan pada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
All Rights Reserved
Cetakan Pertama, September 2020
EdIToR
Ummu Azizah Mukarnawati
PEnulIS
Nanang Junaedi
Yuni Mustani
Anna Marwiyati
Nova Lina
Ambar Dayuwono
Nur Lailiyah
Adi Munardi
PRoofREadER
Syaifuddin Kiahmad
Ahmad Yunus
Nadia Makhya Azhari
foTogRafI
Erman Subekti
Kuncoro Widyo Rumpoko
Dokumentasi SBI
Sebagian foto yang digunakan dalam buku ini diambil sebelum pandemi COVID-19.
dESaIn gRafIS
Iftachul Ngumar
Mukarnawati, Ummu dkk. (ed)
Bersinergi Membangun Masyarakat Mandiri, Berdaya dan Sejahtera
Jakarta, Solusi Bangun Indonesia, 2020
280 hlm; 17 x 23 cm
ISBn: 978-623-93675-8-9
Dicetak oleh PT Multi Inovasi Mandiri (MIM)
Isi di luar tanggung jawab percetakan
5. EPISODE 1:
PaBRIK lHoKnga
• Berdamai dengan Aspirasi Masyarakat
yang Beragam 31
• Setia Bhakti Wanita (SBW): Koperasi Wanita
dengan Semangat Juang Cut Nyak Dien 38
• Sinergi Antar-BUMG, Memberikan Manfaat
Maksimal bagi Masyarakat 43
• Reja Boy: Wirausahawan Muda Bersemboyan
”Work Hard, Play Hard” 48
• Budidaya Sayuran Hidroponik: Potensi Ekonomi
yang Sungguh Menjanjikan 52
• Beasiswa Semen Andalas untuk Pelajar,
Santri, dan Mahasiswa 57
• Khanduri Laot: Merawat Kearifan Lokal
Masyarakat Nelayan 60
• Santuni Anak Yatim, Ajarkan Alquran
Sejak Usia Dini 65
daftar Isi
5
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PRaKaTa 11
PEnganTaR KoRPoRaT 15
• agung Wiharto, Direktur Human Capital,
Legal & Corporate Affairs
• Sebaik-baik Perusahaan adalah yang
Bermanfaat bagi Masyarakat
PEndaHuluan 21
• ummu azizah Mukarnawati, CSR Manager
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
Membangun Bersama, Bukan
Hanya Memberi
6. EPISODE 3:
PaBRIK CIlaCaP
• Membangun Kemandirian Lewat Pendekatan
End to End 97
• Embung Harjodowo: Mengentaskan Kemiskinan
Hingga Lintas Batas 105
• Batik Kutawaru: Keindahan Alami Mangrove,
Berkah bagi Titing 107
EPISODE 2:
PaBRIK naRogong
• Strategi Menyeimbangkan Profit, People & Planet 69
• dapoer Sampireun: Lebih dari Sekadar Tempat
Mengudap Makanan 75
• Integrated Farming: Mencegah Pelintas Batas,
Mendukung Program Reklamasi 81
• Pelatihan las: Bukan Sekadar Menyiapkan
Tukang Las 87
• Kampung Ramah lingkungan (KRl):
Kisah Srikandi Pengelola Sampah 91
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
6
7. • Ekoturisme: Menengok Kreativitas Balung
Cilik di Makuta Tirta 111
• Micro Finance: Koperasi BMT Mitra Sejahtera,
Sinergi Berkelanjutan 117
• RTH damar Jati: Mendorong PKL Mandiri dan
Berkembang di Ruang Terbuka Hijau 122
• Serikat Tani Ternak Kambing (ST2K) Pekajaman:
Beternak Kambing, Menjamin Masa Depan 126
• SBI - BlKI Cilacap: Bermitra Menghasilkan
Welders yang Mendunia 131
• Pelatihan las Kombian: Mencetak Preman
Jadi Tukang Las Andalan 135
• Inel Creative: Mengubah Sampah Menjadi
Usaha Bernilai Tambah 140
• KuB netra Karya Sejahtera Mandiri:
Agar Penyandang Tunanetra Hidup Mandiri 145
• Minyak Kayu Putih: Berharap Tidak Lagi Sekadar
Memproduksi Biang 149
7
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
EPISODE 4:
PaBRIK TuBan
• Dulu Fokus ke ”Big Program”, Kini Lebih
Terklaster 153
• English Village: Siapkan Pelajar Hadapi
Persaingan Global 160
• Rumah Sayur organik: Sayuran Sehat,
Jumlah Pelanggan Kian Meningkat 165
• Perempuan Kepala Keluarga (PEKKa):
Agar Ibu-ibu Rentan Lebih Mandiri dan Berdaya 171
• Ternak Kambing: Menumbuhkan Alternatif
Mata Pencaharian Sesuai Potensi 175
• Tepung Ikan Mahkota laut: Penuhi Permintaan
Pasar, Perlu Bantuan Mesin Pelet 180
8. • Kerupuk Ikan darunnajah: Menggembleng
Jiwa Entrepreneur Para Santri 183
• Wirausaha Baru: Upaya Mencetak
Usahawan Muda 186
• Plesterisasi: Pesan untuk Bergaya Hidup
Bersih 190
• Bank Sampah: Tiga Desa Tiga Ragam Kreasi 192
• gerakan orang Tua asuh (goTa): Partisipasi
Karyawan dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Anak 199
EPISODE 6:
QuaRRY
JEladRI
Wajah Baru Perbukitan
Tandus 215
EPISODE 5:
QuaRRY MaloKo
Belum Ada Rotan, Akar yang Kuat Pun Jadi 205
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
8
EPISODE 7:
ThruCrete dan DekoCrete, Dukung Sukses
Gelaran Asian Games 2018 225
9. • nathabumi:
Memberikan Solusi dalam
Pengelolaan Limbah 249
• Biomassa: Mengubah
Sekam Menjadi Sumber
Energi Baru 255
EPISODE 8:
EVE: Segera Dikembangkan Menjadi Profit Centre 231
EPISODE 9:
EPISODE 10:
Kampung Ilmu: Kontribusi Melalui Sinergi Integrated
Participatory Community Development 265
EPILOG
Sunardi Prionomurti, Human Capital
Group Head PT SBI
Berkomitmen Memberikan
Kemaslahatan bagi Banyak
Orang 273
9
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
10.
11. a
lhamdulillahirabbil’alamiin. Dengan sampainya
buku ini di tangan pembaca, berarti tuntas sudah
proses panjang kegiatan penulisan yang telah
kami lalui. Panjang, karena menuliskan per-
jalanan pelaksanaan program CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) selama
berpuluh tahun dalam satu buku, tentu bukan pekerjaan
sederhana. Sama tidak sederhananya dengan proses pelak-
sanaan program CSR itu sendiri.
Buku ini merupakan bunga rampai jilid kedua penca-
paian program CSR SBI, setelah bunga rampai jilid pertama
terbit pada 2016. ”Buku CSR SBI” ini tidak diniatkan untuk
sekadar mendokumentasikan keberhasilan masyarakat
melaksanakan program CSR, melainkan lebih merupakan
catatan pembelajaran atas kebersamaan SBI dengan masya-
rakat dan stakeholder lain dalam menciptakan nilai tambah,
baik bagi perusahaan maupun stakeholder.
Tulisan dalam buku ini tentu tidak cukup untuk menje-
laskan secara detail kisah perjuangan para champion CSR dari
masyarakat sekitar lokasi operasional SBI yang luar biasa,
maupun kerja keras Community Relations Team di semua
lokasi SBI. Bagaimana proses menyadari kebutuhan, mengi-
dentifikasi potensi, memulai ide, mengetuk pintu kesadaran
11
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PRaKaTa
12. anggota masyarakat dan stakeholder lainnya, menggandeng
tangan, memotivasi dan menguatkan seluruh komponen di
dalam masyarakat untuk terus maju membangun daerahnya.
Mereka adalah team work yang sangat penting perannya da-
lam keberhasilan program.
Alur cerita kami sajikan dalam sepuluh episode yang
menggambarkan berbagai program Community Involvement
& Development, sebagaimana panduan ISO 26000 di semua
lokasi pabrik semen, tambang batu pecah (aggregate quarry),
unit bisnis beton, dan unit bisnis pengolahan sampah Natha-
bumi SBI.
Lokasi pabrik semen terdapat di Narogong Bogor - Ja-
wa Barat, Cilacap - Jawa Tengah, Tuban - Jawa Timur, dan
Lhoknga Aceh Besar - Aceh. Tambang batu pecah yang me-
rupakan penopang unit bisnis beton berada di Jeladri Pasu-
ruan - Jawa Timur dan Maloko Rumpin - Jawa Barat. Sedang-
kan lokasi batching plant, sebagai unit usaha beton, saat ini
tersebar di 28 lokasi di Pulau Jawa. Menilik banyaknya lokasi,
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di tiap
lokasi tidaklah seragam. Disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat masing-masing.
Sementara Nathabumi, sebagai unit pemanfaatan dan
pengelolaan limbah B3 dan non-B3, terintegrasi dengan lokasi
keempat pabrik semen. Keberadaan Nathabumi merupakan
wujud kepedulian SBI terhadap salah satu core Social
Responsibility ISO 26000, the Environment, untuk melakukan
pengelolaan dan pemanfaatan limbah, baik yang berasal dari
industri maupun dari rumah tangga (limbah domestik) untuk
diolah menjadi energi alternatif bagi industri semen.
Di satu sisi, Nathabumi mempunyai andil terhadap
pemusnahan limbah berbagai industri; di sisi lain, unit ini juga
mengembangkan inisiatif untuk menciptakan energi dan
bahan baku alternatif bagi SBI yang tidak berbasis pada sum-
ber daya alam yang tak dapat diperbaharui.
Masih terkait dengan komitmen lingkungan, buku ini
juga memaparkan inisiatif-inisiatif SBI yang menjawab perso-
alan kehidupan masyarakat, misalnya banjir dan polusi CO2,
melalui penciptaan berbagai produk beton ramah lingkungan.
Produk-produk ini dikembangkan oleh unit usaha beton yang
tidak berhenti berkreasi untuk bisa memberikan kontribusi
dalam penciptaan nilai tambah bagi stakeholder, di samping
tetap mampu memberikan nilai lebih bagi perusahaan.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
12
13. Selain berbagi cerita seputar pelaksanaan program di
lokasi operasional, buku ini juga menerangkan perihal du-
kungan SBI terhadap program di luar lokasi perusahaan yang
dinilai strategis dalam konteks pembangunan sumber daya
manusia, yakni: bidang pendidikan. Kontribusi terhadap
Kampung Ilmu yang diprakarsai sosiolog Universitas Indone-
sia, Prof. Imam Prasodjo, misalnya, merupakan wujud kepe-
dulian SBI terhadap pendidikan yang menjadi tonggak kema-
juan bangsa.
Berbagai pengalaman yang dialami oleh Tim CSR dan
Comrel SBI serta unit lain yang berinovasi untuk menjalankan
komitmen Social Responsibility memang tidak semua dapat
diungkapkan detail dalam buku ini. Keberhasilan yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maupun stakeholder merupakan
hasil sinergi yang terus menerus dilakukan dengan berbagai
keadaan dan tantangan. Bagi kami, tantangan adalah sarana
menemukan peluang untuk tetap bisa berjalan demi meme-
nuhi kepentingan bersama.
Oleh karenanya, buku ini sekaligus merefleksikan
ungkapan terima kasih dan penghargaan SBI kepada para
champion masyarakat, pemerintah, lembaga masyarakat,
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masya-
rakat (LSM), organisasi sosial, perguruan tinggi, media, para
penulis, dan stakeholder lainnya atas kerja keras, dukungan
dan kebersamaan dengan SBI dalam penciptaan kehidupan
bersama yang lebih baik.
Ungkapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
jajaran Direksi SBI, semua Plant General Manager dan semua
Group Head atas terjaganya komitmen menjalankan Social
Responsibility dan kepercayaan kepada seluruh Tim CSR. Ten-
tunya, tidak ketinggalan ucapan terima kasih kepada rekan
kerja di SBI, yakni Tim CSR, GA & Community Relations, ACM,
Nathabumi, Corporate Environment & Sustainability, Corpo-
rate Procurement, Corporate Communication, Human Capital
Legal & Corporate Affairs, Manufacturing serta fungsi-fungsi
lain atas sinergi dan kerjasamanya dalam mewujudkan komit-
men Social Responsibility SBI.
Last but not least, buku ini sebenarnya sekaligus men-
jadi bukti bahwa keberhasilan dapat diraih bukan semata-mata
dengan cara memberi, namun juga dengan membangun
bersama. Tidak ada kata tidak mungkin, karena dengan ber-
sama kita pasti bisa. Selamat membaca!
13
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
14.
15. PEnganTaR KoRPoRaT
Sebaik-baik Perusahaan adalah
yang Bermanfaat bagi Masyarakat
S
ejak berganti nama menjadi PT Solusi Bangun
Indonesia Tbk (SBI), banyak warga masyarakat di
sekitar pabrik yang mempertanyakan kelanjutan
dari program-program Corporate Sosial Res-
ponsibility (CSR) yang sebelumnya dikelola oleh PT Holcim
Indonesia Tbk. Ada kekhawatiran, terjadi perubahan kebi-
jakan yang – bukan mustahil – akan memangkas atau mala-
han meniadakan program CSR. Sementara, hingga akhir
2019, Sustainable Development dashboard telah mencatat
lebih dari 500.000 penerima manfaat langsung dari pro-
gram tanggung jawab sosial perusahaan itu.
Kekhawatiran tersebut masuk akal. Apalagi, dulu
memang ada perbedaan aturan
main yang mendasar antara
BUMN dengan perusahaan
swasta berkaitan dengan sum-
ber dana untuk membiayai
program CSR. Di BUMN, per-
nah ada ketentuan, pem-
biayaan CSR atau dikenal
dengan Program Kemi-
traan dan Bina Ling-
kungan (PKBL) diam-
bilkan maksimal 4
15
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
AGunG WIhArtO
direktur Human Capital, legal & Corporate affairs
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
16. KREaSI Bunga
SaMPaH.
Lebih dari sekadar
bagaimana pabrik
membangun relasi
dengan masyarakat.
persen dari keuntungan yang sudah disetorkan kepada
pemegang saham.
Sekarang, aturan maintersebut berubah. Tidak boleh
lagi mengambil dana CSR dari pemegang saham, melainkan
masuk ke dalam biaya perseroan. Kurang lebih sama de-
ngan aturan main di swasta yang mewajibkan adanya pro-
gram tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungan,
utamanya bagi perseroan yang menjalankan usaha di
bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam.
Jiwanya sama. Yakni, bagaimana perhatian perusa-
haan terhadap masyarakat sekitar. Apalagi, sebagai pabrik
semen yang tergabung di bawah payung Semen Indonesia
Group (SIG), aktivitas SBI lebih sensitif terhadap masyarakat
sekitar karena menyangkut eksplorasi sumber daya alam.
CSR lebih dari sekadar bagaimana pabrik memba-
ngun relasi dengan masyarakat. Juga, lebih dari sekadar
memperoleh social licence to operate. Inti dari CSR tidak
ubahnya bunyi hadis Nabi: ”Sebaik-baik manusia adalah
yang memberikan manfaat bagi orang lain.” Sebaik-baik pe-
rusahaan, dengan demikian, adalah yang bermanfaat atau
memberi kemaslahatan bagi masyarakat.
Sudah pasti, ada sejumlah penyesuaian yang tetap
harus kami lakukan di internal perusahaan pasca akuisisi
Holcim Indonesia oleh SIG. Namun, sedari awal kami sudah
bersepakat, ada setidaknya dua warisan Holcim Indonesia
yang tidak boleh diubah dari penyatuan dua pabrik semen ini.
Pertama, perhatian terhadap safety and health ala
Lafarge Holcim yang memang nomor satu. Kedua, program
CSR. Bukan hanya sistem dan implementasinya, budget
yang disiapkan untuk kedua program itu pun tidak boleh
dipangkas. Bahkan dalam kondisi perusahaan sedang ter-
kendala problem finansial sekalipun.
Kenapa CSR kami anggap penting? Karena berkah
yang diterima perusahaan dari masyarakat sekitar, melalui doa
maupun dukungan bentuk lain, nilainya jauh lebih besar ke-
timbang berapa pun keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Terkait CSR, harus diakui, sistem yang selama ini di-
terapkan (dan kemudian diwariskan) Holcim Indonesia me-
mang lebih baik. Pendekatan dan struktur yang dibangun
melalui community relations terbukti mampu menjangkau
masyarakat hingga ke pelosok desa. Meski demikian, ada
16
17. 17
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
pula nilai-nilai– dan militansi – dari perusahaan-perusahaan
di bawah SIG yang patut diadopsi. Di sini perlunya sinergi
dari seluruh pengampu kepentingan.
Akuisisi Holcim oleh SIG juga tidak kami khawatirkan
bakal memunculkan benturan budaya. Apalagi yang ber-
temali dengan program CSR. Hemat kami, soal CSR ujung-
nya kembali pada niat. Niat untuk memberdayakan masya-
rakat. Siapa pun pemegang saham perusahaan, program
pemberdayaan masyarakat tidak bisa ditinggal. Kalau ada
program CSRyang gagal, bukan salah masyarakat. Tetapi
salah kita, karena kita yang membangunkan sistem untuk
mereka.
Tantangan program CSR, bagi BUMN maupun swas-
ta, sejatinya sama, yakni bagaimana mengajak masyarakat di
sekitar pabrik untuk mengubah mindset, pola pikir. Di
antaranya, mengubah mindset agraris menuju industri. Na-
mun, untuk bisa mengubah mindset, perlu pemetaan (map-
ping) lebih dulu. Apa kebutuhan mereka, seperti apa kultur
mereka, dan seterusnya. Di sini tidak ada perbedaan antara
BUMN dengan swasta. That’s how we do it. That’s how we
approached.
Manakala niatnya sudah benar, maka sesungguhnya
tidak ada tolok ukur keberhasilan program CSR. Bahkan,
jikalau program yang kita laksanakan hanya 40 persen yang
memberi manfaat, itu sudah luar biasa. CSR bekerja mem-
berdayakan dan menyejahterakan masyarakat, dari satu tan-
tangan ke tantangan berikutnya. Komitmen sosial yang tidak
pernah selesai.
***
Buku CSR PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yang
sedang Anda baca merupakan kelanjutan atau sekuel dari
Buku CSR PT Holcim Indonesia Tbk yang terbit empat tahun
lalu. Buku ini lebih tebal, karena sebagian besar kontennya
merupakan update atau laporan kemajuan (progress report)
dari pelaksanaan program CSR perusahaan.
Selain sekilas memperkenalkan visi-misi, konsep,
dan kebijakan CSR SBI, melalui buku ini kami mengajak An-
da untuk down to earth. Menyaksikan dari dekat bagaimana
program-program CSR tersebut direncanakan dan diimple-
gERaI IKan aSIn.
Kalau ada program CSR
gagal, bukan salah
masyarakat. Salah kita.
18. mentasikan, tentunya dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat sebagai penerima manfaat sekaligus pelaksana
lapangan.
Seperti sebelumnya, buku ini adalah hasil repor-
tase on the spot terhadap praktik-praktik terbaik (best
practices) program CSR yang berlangsung di semua wila-
yah operasi SBI di Indonesia. Masing-masing: empat pa-
brik semen di Lhoknga, Narogong, Cilacap, dan Tuban;
dua quarry tambang agregat di Maloko dan Jeladri, serta
nukilan beberapa program unggulan yang pernah dan se-
dang dilakukan SBI.
Buku ini juga sarat dengan kisah behind the scene
dari sejumlah program. Mulai dari bagaimana pemetaan so-
sial dilakukan, menginisiasi program, membahasnya bersa-
ma masyarakat dalam forum Community Advisory Panel
(CAP), mendesain program ke dalam kegiatan nyata, meng-
kalkulasi biaya, menggandeng pihak ketiga sebagai mitra,
melaksanakan kegiatan, hingga mengevaluasi dan memoni-
tor pelaksanaannya.
Melalui reportase langsung – merekam kegiatan dan
mewawancarai narasumber yang terlibat – pembaca diha-
rapkan memperoleh gambaran yang utuh tentang bagai-
mana SBI memaknai dan mendefinisikan CSR. Bagaimana
SBI membaca kebutuhan dan melihat peluang untuk
memberikan nilai tambah kepada masyarakat, yang pasti
berbeda-beda di tiap daerah.
Sebagai perusahaan hasil akuisisi, SBIkonsisten
pada komitmen untuk menjadikan sustainable development
sebagai visi sekaligus inti (core) dari strategi perusahaan.
Artinya, seiring dengan upaya spartan untuk meningkatkan
kinerja perusahaan, SBI juga memberikan kontribusi aktif
dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan mening-
katkan taraf hidup masyarakat.
Community Relations (Comrel), yang merupakan
legacy penting Holcim Indonesia, mulai diperkenalkan lewat
pembentukan departemen khusus yang bertugas mengelo-
la program CSR. Pemilihan nama Departemen Comrel dida-
sarkan pada prinsip bahwa perusahaan perlu membangun
relasi yang baik dan setara dengan masyarakat. Antara lain
dengan melaksanakan program community development.
MEMBaTIK
CoRaK alaM.
Membaca kebutuhan,
melihat peluang
memberikan nilai
tambah.
18
19. 19
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
SBI melakukan penyesuaian penetapan nilai dasar
kebijakan CSR yang sinergis dengan SIG. Ada 5 (lima) nilai
dasar CSR Policy SBI, yakni: (1) Tata kelola organisasi (good
corporate governance), (2) Integritas dan akuntabilitas pu-
blik, (3) Pengembangan Sumber Daya Manusia, (4) Nilai tam-
bah, termasuk bagi pemangku kepentingan pelanggan dan
pemasok, (5) Berkelanjutan.
Program CSR memang menjadi core dari seluruh
operasional perusahaan. Ia didesain, dilaksanakan, dan di-
kelola dengan baik bahkan menjadi persyaratan yang pan-
tang ditawar karena bertemali erat dengan social licence to
operate. Namun, lebih dari sekadar ”berburu lisensi” untuk
beroperasi, CSR – sekali lagi – galibnya adalah komitmen
perusahaan kepada masyarakat. Komitmen yang tidak
mengenal kata akhir.
Bersyukur, kinerja SBI di ranah tanggung jawab sosial
dan lingkungan ini terus mendapat apresiasi positif dari
berbagai kalangan. Seperti terakhir kami terima pada 16
Desember 2019, melalui Penghargaan Industri Hijau dari Ke-
menterian Perindustrian RI untuk ketiga kalinya kepada SBI
pabrik Tuban, serta Sertifikat Hijau untuk SBI pabrik Naro-
gong, Lhoknga, dan Cilacap.
Tidak hanya Penghargaan dan Sertifikat Industri
Hijau, kepedulian SBI terhadap lingkungan hidup dan pem-
berdayaan masyarakat juga ditandai dengan diraihnya anu-
gerah Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, serta Penghargaan Pratama untuk kategori Peru-
sahaan Pertambangan Mineral dan Batubara dari Kemen-
terian ESDM pada 2018.
Akhirnya, selamat membaca Buku CSR PT Solusi Ba-
ngun Indonesia, Tbk, semoga bermanfaat.. Selanjutnya, ber-
siaplah menjadi bagian dari upaya simultan untuk terus ber-
sinergi mewujudkan masa depan Indonesia yang jauh lebih
gemilang.
BudIdaYa
HIdRoPonIK:
Meningkatkan
pembangunan ekonomi
dan taraf hidup
masyarakat.
PEngHaRgaan
unTuK KEEMPaT
PaBRIK:
Komitmen yang tak
mengenal kata akhir.
20.
21. C
orporate Social Responsibility (CSR) me-
megang peranan strategis dalam keberlang-
sungan perusahaan, karena di dalamnya terda-
pat kunci bagaimana sebuah perusahaan dapat
berjalan dan berkelanjutan. Bukan saja menunjukkan per-
hatian perusahaan terhadap masyarakat, namun lebih jauh
menegaskan niat baik perusahaan untuk mengintegrasikan
pengelolaan isu sosial di dalam operasionalnya.
Isu sosial dalam hal ini bukan hanya persoalan yang
ada di luar pagar perusahaan, namun juga persoalan sosial
di dalam perusahaan. Termasuk di dalamnya persoalan etika
bisnis, ketenagakerjaan, kepatuhan terhadap peraturan
perundangan, kepedulian terhadap lingkungan, integritas,
21
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PEndaHuluan
Membangun Bersama,
Bukan hanya Memberi
uMMu AzIzAh MukArnAWAtI
Corporate Social Responsibility Manager
22. dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Seringkali kita masih menemukan pemahaman yang
kurang tepat tentang CSR, yakni sebatas pada aktivitas
memberikan bantuan, sumbangan yang bersifat charity atau
aktivitas ”penebusan dosa” atas kerugian yang ditimbulkan
akibat beroperasinya perusahaan (kompensasi). Masyarakat
atau penerima manfaat ditempatkan sebagai objek peneri-
ma bantuan kedermawanan perusahaan, bukan sebagai
pihak yang keterlibatannya ditempatkan secara aktif di
dalam keberadaan sebuah perusahaan.
Charity dan kompensasi bukanlah hal yang tabu,
namun tidak tepat jika CSR hanya dipahami sebagai rang-
kaian kegiatan pembagian kebaikan hati perusahaan kepa-
da masyarakat semata atau apalagi sebagai wujud permin-
taan maaf. Pemahaman ini mempersempit dan menyeder-
hanakan makna CSR yang sebenarnya.
Apabila kita menelusuri perkembangan konsep CSR,
kita akan menemukan beberapa ”mazhab” yang berbeda.
Perkembangan CSR di Amerika Serikat berawal pada per-
tumbuhan industri yang pesat dan disertai akibat-akibat
sosial, juga akibat lingkungan dan sumber daya, baik yang
dialami masyarakat maupun perusahaan itu sendiri. Hal ini
memunculkan perubahan orientasi dalam mengembangkan
perusahaan yang tidak saja mengejar keuntungan dari pro-
ses produksi dan pemasaran, namun juga memikirkan
kepentingan kehidupan sosial di sekitarnya.
Orientasi ini memunculkan suatu prinsip untuk
membangun hubungan yang baik, tidak saja kepada pe-
megang saham namun juga kepada stakeholder internal
dan eksternal (masyarakat, konsumen, pemasok, karya-
wan, dan sebagainya). Walaupun tujuan utamanya untuk
lebih menguatkan kinerja dan keberadaan perusahaan
dengan mendapatkan dukungan yang baik dari para
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
22
23. stakeholder, namun gerakan moral ini sudah memberikan
angin bagi penekanan kontribusi perusahaan dalam per-
tumbuhan masyarakat sejalan dengan perkembangan
perusahaan. Penerapan prinsip ini diwujudkan dengan
membuat kebijakan internal perusahaan, termasuk dalam
melakukan program CSR secara sukarela.
Sementara perkembangan CSR di Eropa, walaupun
historinya tercetus dari kondisi yang sama yakni perkem-
bangan industri, namun agak sedikit berbeda dalam pene-
kanan keharusan perusahaan untuk menyepakati tang-
gung jawab mereka terhadap masalah-masalah sosial.
Semua institusi, baik publik (negara) maupun privat, dige-
rakkan untuk melakukan tanggung jawab sosial secara me-
nyeluruh.
BagaIMana dEngan IndonESIa?
Perkembangan CSR di Indonesia banyak dipenga-
ruhi oleh desakan normatif agar perusahaan-perusahaan
melakukan program CSR pada Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Bumi di Rio De Janeiro tahun 1992, yang menegaskan
konsep pengembangan Sustainability Development. Kon-
sep ini tidak saja melibatkan negara tetapi juga menekankan
kewajiban dunia usaha. Pengarusutamaan CSR ini dibahas
pula dalam pertemuan World Summit on Sustainability De-
velopment (WSSD) di Johannesburg tahun 2002, dan pada
pertemuan United Nations (UN) Global Compact tahun 2007.
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan pe-
rihal kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk me-
laksanakan CSR.
Isu penting dalam KTT Bumi 1992 dan pertemuan
WSSD 2002 serta beragamnya praktik CSR mendorong
International Organization for Standardization (ISO) mem-
bentuk working group untuk menyusun standar panduan
23
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
MERaTaKan BaTu.
Charity dan kompensasi
bukan hal tabu.
24. Corporate Social Responsibility dan melahirkan ISO 26000
tentang Guidance Standard on Social Responsibility, yang
diterbitkan secara resmi pada 2010.
Social Responsibility dalam ISO 26000 tidak hanya
tertuju kepada perusahaan besar, tetapi juga bisa digunakan
untuk institusi lain termasuk institusi negara, Small Medium
Enterprises (SMEs), organisasi sosial, maupun institusi non-
profit. Panduan ini meliputi tujuh area pokok, yakni Human
Rights (Hak Asasi Manusia), Labor Practices (Ketenagakerja-
an), The Environment (Lingkungan), Fair Operating Practies
(Etika Bisnis), Consumer Issues (Isu Konsumen), Community
Involvement & Development (CID)/ Keterlibatan dan Pe-
ngembangan Masyarakat).
Berdasarkan panduan tersebut, dapat dipahami
bahwa hubungan dengan masyarakat (CID) hanya salah satu
dari tujuh area Social Responsibility. Demikian pula CSR, se-
harusnya tidak hanya dipahami sebagai program menyang-
kut hubungan perusahaan dengan masyarakat, apalagi se-
kadar memberi bantuan kepada masyarakat.
ISO 26000 memberikan panduan menyeluruh kepa-
da perusahaan, terutama terkait tujuh area pokok tersebut
dengan menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi, per-
ilaku etis, penghormatan terhadap kepentingan stakeholder,
patuh pada peraturan dan perundangan, penghormatan ter-
hadap norma internasional, dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia. Panduan tersebut justru disusun dan
direkomendasikan untuk mendukung agar perusahaan
dapat beroperasi secara berkelanjutan.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat interna-
sional turut meratifikasi ISO 26000 dan menjadikannya se-
bagai standar pelaksanaan CSR. Pemerintah Indonesia me-
masukkan tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam UU
Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perse-
roan Terbatas), UU Penanaman Modal (UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal), dan UU Pengelolaan Ling-
kungan Hidup (UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup). Sementara itu, Kementerian BUMN juga
memasukkan kewajiban CSR ini dalam Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 tentang Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan yang diperbaiki dengan
PER-03/MBU/12/2016, PER-02/MBU/7/2017, dan terakhir
PER-02/MBU/04/2020.
CSR dI SoluSI Bangun IndonESIa
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI), sebagai enti-
tas yang bernaung dalam Semen Indonesia Group, juga me-
miliki kewajiban untuk melakukan program CSR berdasarkan
arahan dari Kementerian BUMN, di samping semua perun-
dangan terkait. Sebagaimana diketahui, entitas PT Holcim
Indonesia Tbk berubah menjadi PT Solusi Bangun Indonesia
Tbk setelah terjadi peralihan kepemilikan saham ke Semen
Indonesia Group – yang merupakan salah satu BUMN – pa-
da awal 2019.
Semua peraturan perundangan di Indonesia terkait
kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR menegas-
kan hal yang sama. Intinya, sebagai perusahaan, SBI mem-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
24
25. punyai kewajiban untuk melakukan hubungan baik dan ha-
rus berkontribusi dalam memberikan nilai tambah bagi
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
Karenanya, SBI menyusun kebijakan khusus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan program CSR bagi perusa-
haan dan anak perusahaannya. SBI membangun komitmen
CSR dengan fondasi kokoh yang terkait langsung dengan
operasional perusahaan, sebagai berikut:
Etika Bisnis atau Good Corporate Governance.
Yakni mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik dan
bertanggung jawab (Corporate Good Governance) dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Pengembangan Sumber daya Manusia. Dilakukan
dengan secara terus menerus menciptakan pengembangan
sumber daya manusia yang tangguh, menguatkan semangat
belajar yang terus menerus, dan meningkatkan kerja sama.
Integritas dan akuntabilitas Publik. Menjaga prinsip
pemenuhan kepatuhan dan mempertanggungjawabkan
kepada publik.
Memberi nilai Tambah bagi Para Pemangku Ke-
pentingan, termasuk pemasok dan pelanggan. SBI ber-
komitmen menciptakan hubungan harmonis dengan para
stakeholder, termasuk masyarakat, secara saling menghar-
gai dan menciptakan solusi inovatif kepada pemasok dan
pelanggan. SBI berkomitmen menjadi perusahaan yang ter-
percaya dan berkontribusi pada pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat tempat SBI beroperasi.
Berkelanjutan. SBI menyeimbangkan usaha yang
bermanfaat bagi kehidupan saat ini dengan mempertim-
bangkan kelanjutan generasi mendatang. SBI juga mewa-
jibkan pihak ketiga, kontraktor, dan pemasok menghormati
nilai tanggung jawab sosial, mematuhi kebijakan, prosedur,
penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan bersama-
sama berkomitmen dalam membangun hubungan yang
berkelanjutan
Kesungguhan SBI dalam Social Responsibility ditun-
jukkan pula dalam struktur organisasi khusus untuk menge-
lola fungsi CSR, yakni Departemen CSR di level corporate
25
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PEnggEMuKan
KaMBIng.
Memberi nilai tambah
bagi para pemangku
kepentingan.
26. dan General Affairs & Community Relations (GA & Comrel) di
level plant/site. Fungsi Tim CSR utamanya adalah menjaga
hubungan baik dengan para stakeholder, baik internal
maupun eksternal perusahaan, melalui program CSR
maupun program stakeholder engagement lainnya.
Departemen CSR dan GA & Comrel dalam men-
jalankan fungsinya harus berkoordinasi dan berkolaborasi
secara dekat dengan fungsi yang lain, sesuai prinsip-prinsip
Social Responsibility. Dengan demikian, kewajiban menjaga
hubungan baik dengan para stakeholder sejatinya bukan
merupakan kewajiban Departemen CSR dan Comrel sema-
ta, namun menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh fungsi
di dalam perusahaan.
Mengacu pada area ketujuh yang diatur dalam ISO
26000, yakni Community Involvement dan Development
(CID), SBI mengaturnya dalam 5 (lima) pilar program CSR,
agar dapat fokus pada bidang yang perlu dikembangkan
lebih terarah, termonitor, dan efektif dalam pelaksanaan
maupun pencapaian targetnya.
Kelima Pilar Program CSR SBI adalah:
SBI CERdaS
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
perkembangan pengetahuan, secara formal maupun infor-
mal, melalui proses pembelajaran dan pelatihan termasuk
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Contoh:
beasiswa pendidikan vokasi teknisi (Enterprise Based
Vocational Education/EVE), beasiswa pendidikan dasar 9
tahun, Kejar Paket, Gerakan Orang Tua Asuh, kesadaran ke-
selamatan, pemberantasan buta huruf, kursus bahasa
Inggris, program pendidikan usia dini, pendidikan luar seko-
lah/sekolah alam, pembangunan sekolah, pembangunan
perpustakaan, dan pembangunan laboratorium.
SBI SEHaT
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
26
27. terciptanya kondisi kesehatan masyarakat yang lebih baik,
termasuk pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.
Contoh: program Rumah Sehat, pengembangan kapasitas
kader kesehatan masyarakat, posyandu, pengobatan gratis,
program pemeriksaan kesehatan gratis, kesadaran penyakit
risiko tinggi (antara lain: malaria, HIV, obesitas, kurang gizi),
dukungan penanganan pandemik Covid-19, pembangunan
sanitasi, MCK, dan rumah layak huni.
SBI MandIRI
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
bantuan teknis dan jasa dalam rangka membangun masya-
rakat yang berdaya dan berkelanjutan melalui pember-
dayaan ekonomi, termasuk pembangunan sarana dan pra-
sarananya. Contoh: pengembangan koperasi dan ekonomi
mikro, pembentukan dan pengembangan UMKM, Integrated
Farming (pertanian terpadu), pemberdayaan masyarakat
nelayan, pelatihan kompetensi kerja (menjahit, mengendarai,
pengelasan, kerajinan tangan) serta pengolahan pangan
(masak-memasak dan usaha kuliner).
SBI lESTaRI
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
terciptanya kondisi lingkungan yang lebih baik di masya-
rakat, termasuk pembangunan sarana dan prasarananya.
Contoh: program kesadaran lingkungan, kader lingkung-
an, penanaman pohon, pengujian emisi kendaraan, pem-
bibitan, bank sampah, penanaman mangrove, penciptaan
eco-park, perlindungan keanekaragaman hayati (biodi-
versity).
SBI PEdulI
Setiap kegiatan yang tidak termasuk dalam lima pilar
program di atas yang dilakukan untuk mendukung kearifan
lokal, termasuk pembangunan sarana dan prasarananya.
Contoh: dukungan pengembangan kegiatan sosial budaya,
dukungan kehidupan beragama, pengembangan olahraga,
27
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
BanK SaMPaH.
Memberikan bantuan
teknis dan jasa untuk
membangun masyarakat
berdaya dan
berkelanjutan.
28. pembangunan fasilitas keagamaan, elektrifikasi, olahraga,
program tanggap darurat, dan bencana alam.
Masyarakat dan stakeholder terkait merupakan
aktor-aktor penting yang harus dilibatkan dalam pelaksa-
naan program CSR, sejak dalam perencanaan hingga pelak-
sanaan, juga monitoring dan evaluasi. Keterlibatan mereka
secara aktif, baik secara formal maupun informal, menjadi ruh
dalam praktik CSR di SBI. Dialog dengan para stakeholder
melalui Forum Konsultasi Masyarakat (Community Advisory
Panel) maupun stakeholder engagement lainnya, dilakukan
untuk mendapatkan masukan dan feedback dalam peren-
canaan maupun evaluasi. Sehingga, program yang
dilakukan benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan stakeholder. Hal ini sejalan dengan salah satu
prinsip dalam ISO 26000, yakni penghormatan dan peme-
nuhan kebutuhan stakeholder.
Pada kondisi masyarakat Indonesia saat ini, tidak
dapat dimungkiri, kegiatan yang bersifat charity dan donasi
masih tetap dilakukan bersama dengan kegiatan pember-
dayaan yang lebih strategis dan bertujuan jangka panjang
untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Masih
banyak lapisan masyarakat marjinal, terutama pada level
Bottom of Pyramid (BOP) dalam piramida ekonomi, yang tidak
memiliki akses maupun sumber daya untuk lebih mandiri.
Kelompok masyarakat semacam itu masih memer-
lukan kegiatan yang bersifat pemberian untuk mendukung
kehidupan mereka. Namun demikian, SBI menerapkan
batasan cukup ketat agar program yang dijalankan tidak ter-
perangkap dalam kegiatan charity. SBI menekankan pada
program yang bisa menguatkan masyarakat untuk lebih ber-
daya dengan mengoptimalkan potensi di sekitar mereka
melalui program pemberdayaan ekonomi.
Tantangan pemberdayaan ekonomi memang cukup
besar terutama pada waktu, biaya, ketelitian, kesabaran,
konsistensi, dan komitmen karena memerlukan rangkaian
proses yang berkelanjutan dan terkadang melelahkan.
Namun dengan mengintensifkan keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan program pemberdayaan ekonomi,
tantangan tersebut dapat dikelola menjadi peluang untuk
mengembangkan inovasi di masyarakat secara tepat. Dalam
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
28
daPoER
SaMPIREun.
Berbagai jenis inovasi
telah melahirkan social
entrepreneurship di
kalangan masyarakat.
29. konteks ini, masyarakat akan mengidentifikasi potensi dan
kebutuhan mereka sendiri, lalu mengelolanya sehingga
serta merta akan merasa bertanggung jawab untuk memper-
tahankan dan mengembangkannya.
Terbukti dalam berbagai program masyarakat telah
mampu mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat
untuk memunculkan inovasi-inovasi yang mengarah pada
penguatan kehidupan sosial ekonomi mereka. Berbagai
jenis inovasi telah melahirkan social entrepreneurship di
kalangan masyarakat yang lebih mandiri. Pertumbuhan
social entrepreneurship didorong melalui pengenalan
Community Based Organization (CBO) yang tumbuh dari,
oleh dan untuk masyarakat.
CBO menjadi tempat masyarakat mengembangkan
potensi menjadi kekuatan bersama menuju kehidupan yang
lebih baik dan mandiri. Sehingga pertumbuhan sosial eko-
nomi di dalam masyarakat tidak hanya terpusat pada indi-
vidu atau kelompok tertentu saja. Salah satu syarat pendiri-
an CBO adalah tidak dimiliki secara individu atau seke-
lompok pihak tertentu, agar kepemilikan lembaga ini menja-
di kepemilikan bersama. Keberadaan CBO juga tidak ter-
pisahkan dari keberadaan SBI, karena CBO menjadi salah
satu wadah keterlibatan masyarakat di dalam operasional
perusahaan. Namun demikian karyawan SBI tidak diper-
kenankan menjadi anggota CBO untuk menjaga integritas
dan menghindarkan konflik kepentingan di dalam CBO.
Tidak dimungkiri, kunci keberhasilan CBO terletak
pada peran penting para champion di masyarakat. Selama
menjalankan program CSR, SBI mempunyai keyakinan
bahwa di setiap komunitas pasti ada champion-champion
yang mampu menjadi pelopor perubahan daerahnya atau
menjadi agent of social change yang bermitra dengan SBI.
Mereka menjadi local hero yang berjibaku dalam mengge-
rakkan perubahan di daerahnya, termasuk dalam mengubah
cara pandang masyarakat menuju kemandirian.
Tugas para Community Relations Officer (CRO) SBI
dalam hal ini adalah menemukan para local hero di masing-
masing komunitas. Hasil kerja keras CRO SBI selama ini telah
membuahkan hasil melalui perjumpaan mereka dengan
para local hero, yang dalam perjalanannya kemudian benar-
benar menunjukkan semangat luar biasa di dalam membuat
perubahan di masyarakatnya. Bersama mereka pula SBI
menguatkan hubungan dan kerja sama dengan para stake-
holder lain untuk dapat menggelorakan gairah perubahan
kemadirian ini. Kebersamaan ini menjadi kunci sukses SBI
dalam menjalankan program CSR.
Sebuah perjalanan panjang yang patut mendapatkan
apresiasi, karena kebersamaan itu pula yang akan menjadi
penentu keberlangsungan perusahaan. Perjalanan yang
menunjukkan komitmen perusahaan dalam menerapkan
prinsip Social Responsibility dan tidak sekadar menjalankan
amanah peraturan perundangan yang berlaku, beyond com-
pliance. Sebuah catatan yang menegaskan bahwa pencapa-
ian dapat diraih bukan hanya dengan memberi, namun de-
ngan membangunnya bersama-sama.
29
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
32. M
onumen lima pilar
itu berdiri megah di
halaman depan pa-
brik semen PT
Solusi Bangun Indonesia (SBI)
Tbk di Lhoknga, Kabupaten Aceh
Besar, Provinsi Aceh. Bangunan
setinggi 9 meter di atas tanah
seluas 25 x 50 meter itu diberi
nama Infinity Hope atau Harapan
Tanpa Batas. Inilah tugu peri-
ngatan untuk mengenang karya-
wan perusahaan yang meninggal
dalam bencana tsunami, 26
Desember 2004.
Dibangun pada Desember 2014 atau 10 tahun sete-
lah bencana, monumen ini memang sengaja dihadirkan un-
tuk memberikan penghormatan kepada 137 karyawan SBI,
kontraktor, dan keluarga mereka yang wafat dalam tsunami.
Seluruh nama karyawan yang menjadi korban ditulis dengan
tinta emas di lima pilar monumen. Monumen bercat hijau
tersebut sekaligus menjadi simbol kebangkitan perusahaan
setelah bencana tsunami juga menggulung dan memporak-
porandakan bangunan pabrik.
Ketika menghadiri peletakan batu pertama pemba-
ngunan monumen yang desainnya dibuat oleh Suhendar,
alumnus Teknik Arsitektur Universitas Syiah Kuala, Gubernur
Aceh (ketika itu) Zaini Abdullah menyatakan, Infinity Hope
tidak sekadar menjadi monumen
untuk mengenang masa lalu, na-
mun juga memberikan optimisme
untuk menyongsong masa depan
yang lebih baik.
Dibandingkan dengan
pabrik semen lain di bawah
naungan Grup SBI, Pabrik Lhok-
nga memang memiliki sejarah
khusus. Selain memiliki riwayat
jatuh bangun: hancur diterjang
tsunami lalu bangkit kembali dari
nol, pabrik semen di Tanah
Rencong ini juga mendapatkan
”privilege”untuk tetap eksis mempertahankan nama brand
”Semen Andalas”, walaupun semua pabrik semen di grup
SBI mengusung nama brand baru”Dynamix”.
Anak perusahaan PT SBI yang menggunakan nama
entitas PT Solusi Bangun Andalas (SBA) ini secara adminis-
tratif berlokasi di dua kecamatan: Lhoknga dan Leupung,
Kabupaten Aceh Besar. Kedua kecamatan itu terdiri dari lima
mukim dan 34 gampong (desa).
KEndala IMPlEMEnTaSI
PRogRaM CSR
General ManagerPlant SBI Lhoknga Durain Parma-
noan Siregar menuturkan, ketika berlangsung akuisisi PT
Holcim Indonesia oleh Semen Indonesia Group (SIG), peru-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
32
duRaIn
PaRManoan
SIREgaR, lHoKnga
PlanT gEnERal
ManagER.
Dituntut cepat
beradaptasi dan
mengatasi berbagai
masalah sosial
di sekitar pabrik.
33. sahaan mewarisi kesepakatan yang telah dirajut jauh se-
belumnya antara perusahaan (sejak masih bernama PT La-
farge Cement Indonesia atau LCI) dengan warga masyara-
kat. Inilah kesepakatan dalam bentuk dukungan nyata, khu-
susnya kepada warga masyarakat Ring1: Lhoknga dan
Leupung. Nota kesepakatan atau MoU yang ditandatangani
pada 2009 itu intinya berisi persetujuan perusahaan untuk
mengalokasikan sejumlah dana untuk melaksanakan pro-
gram CSR di kedua kecamatan.
Menindaklanjuti MoU tersebut, kemudian dibentuk
Komite Bersama Pengembangan Masyarakat Lhoknga dan
Leupung – yang disebut Komite. Komite terdiri dari Badan
Pengarah, Badan Pelaksana, Tim Pendamping dan Tim
Adhoc yang beranggotakan perwakilan dari SBI, Peme-
rintahan Kecamatan Lhoknga dan Leupung, Pemerintahan
Mukim, Pemerintahan Gampong, Forum Keuchik, dan per-
wakilan masyarakat Lhoknga dan Leupung. Komite inilah
yang secara intensif melakukan koordinasi dengan SBI
Lhoknga dalam merancang dan memonitor pelaksanaan
program-program CSR.
Meski demikian, DurainParmanoan mengakui, hing-
ga kini masih kerap terjadi perbedaan interpretasi antara pe-
rusahaan dengan masyarakat dalam mengimplementasikan
program CSR di lapangan. Padahal, sejak MoU ditandata-
ngani, sudah dua kali terjadi perubahan kepemilikan. Dari
LCI ke Holcim Indonesia (2006), kemudian dari Holcim ke
SIG (2018), Tidak jarang, perbedaan interpretasi terjadi ter-
kait Standard Operational Procedure (SOP) yang notabene
telah disepakati sebelumnya.
Sebagai orang baru di plant Lhoknga, Durain Parma-
noan dituntut untuk cepat beradaptasi dan mengatasi berba-
gai masalah sosial di sekitar pabrik. Melihat tantangan yang
dihadapi cukup berat, Durain mengaku harus mengede-
pankan mata hati agar misi perusahaan dapat terwujud. ”Me-
mahami karakter masyarakat Aceh adalah hal yang vital.
Kalau pintu masuknya benar, Aceh merupakan daerah yang
sangat nyaman. Selain tradisinya, juga keindahan alam beru-
pa gunung dan pesisir pantai yang memesona,” tuturnya.
Durain Parmanoan tak memungkiri, awal kedatang-
annya di Lhoknga disambut dengan beragam aspirasi
masyarakat yang cukup menyita waktu, pikiran, dan tenaga.
Aspirasi utama, tidak lain terkait isu ketenagakerjaan. Seperti
33
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
KHanduRI laoT.
Memahami karakteristik
masyarakat Aceh
merupakan hal vital.
34. kerap disuarakan, masyarakat menuntut perusahaan untuk
hanya mempekerjakan tenaga dari Aceh, khususnya
Lhoknga dan Leupung. Masalah klasik tersebut muncul kem-
bali pada awal 2019, sebagai respons terhadap ”heboh”
kasus belasan tenaga kerja asing asal Cina yang bekerja
menyelesaikan kontrak di unit pembangkit listrik SBI
Lhoknga.
Kala itu, muncul sinyalemen, (dengan merekrut tena-
ga kerja asing) perusahaan telah bertindak tidak adil kepada
masyarakat setempat. Sehingga, menguat tuntutan kepada
perusahaan untuk secepatnya bertindak memberikan man-
faat kepada masyarakat. Maraknya tuntutan inilah yang
membuat banyak rancangan program CSR berkelanjutan
ditolak oleh masyarakat. ”Sebagian masyarakat ingin agar
perusahaan memberikan dana CSR langsung kepada mere-
ka. Mereka sendiri yang akan mengelolanya,” tutur Durain.
Kasus tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri
bagi Departemen Community Relations (Comrel). Selain tan-
tangan untuk memberikan penjelasan komprehensif kepada
masyarakat, juga memastikan bahwa program pemberdaya-
an masyarakat akan mendatangkan manfaat jangka panjang
dan bisa dinikmati semua orang. ”Tidak mudah menjelaskan
perbedaan antara konsep CSR yang mengedepankan pem-
berdayaan melalui program berkelanjutan yang melibatkan
masyarakat dengan pemberian donasi atau sponshorship,”
kata Durain.
Masalah lain yang tidak kalah kencang berembus
adalah persepsi bahwa perusahaan telah melakukan pence-
maran lingkungan. Durain Parmanoan menyebut, ada pem-
bentukan opini melalui media massa dan media sosial, se-
akan-akan perusahaan telah dengan sengaja mencemari
lingkungan. Selain pencemaran udara melalui debu pabrik,
juga limbah air panas yang masuk ke muara sungai. Padahal,
debu maupun limbah yang keluar dari aktivitas pabrik selalu
dikontrol agar tetapberada di ambang batas yang diperke-
nankan oleh peraturan pemerintah.
Namun ujung dari pembentukan opini tersebut, lagi-
lagi, terkait dengan menguatnya kembali tuntutan kepada
perusahaan untuk merekrut warga masyarakat setempat se-
bagai karyawan. Untuk mengatasi masalah sosial kemasya-
rakatan di Lhoknga dan Leupung itulah, perusahaan terpan-
tik untuk memperkuat peran komite. Masyarakat juga diberi
kesempatan untuk mengajukan program sesuai kebutuhan,
namun tetap harus melalui proses verifikasi.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
34
BEaSISWa.
Memastikan program
pemberdayaan
masyarakat akan
mendatangkan manfaat
jangka panjang.
35. Setiap proposal harus disertai dengan alasan peng-
ajuan program, rancangan anggaran, manajer atau pe-
nanggung jawab proyek hingga bagaimana mereka men-
jalankan proyek tersebut. Selanjutnya, proposal dibahas
dalam pertemuan yang biasanya tidak cukup sekali. Kalau
disepakati, proposal kemudian diajukan ke Jakarta (SBI
Pusat) untuk diverifikasi: apakah program tersebut sesuai
atau tidak, urgen atau tidakuntuk dilaksanakan. Tentu, tidak
tertutup kemungkinan program itu ditolak dengan berba-
gai pertimbangan.
Durain Parmaoan mengakui, banyaknya stakeholder
di lingkungan pabrik juga membuat perusahaan kesulitan
menyelaraskan program-program CSR. Akibatnya, sering
terjadi, suatu program dieksekusi dalam waktu lama karena
pembahasannya harus lebih dulu mendengar kepentingan
dari beberapa kelompok masyarakat. ”Lamanya proses
pembahasan ini berpotensimenghambat efektivitas program
CSR,” ucap Durain, yang juga aktif sebagai penasihat di Fo-
rum Komunikasi BUMN Aceh.
Repotnya, karena tidak semua proposal dapat dite-
rima, acapkali perusahaan kembali disalahkan. Dituding ber-
bohong, main akal-akalan, dan seterusnya. ”Ujung-ujung-
nya,mereka menuduh perusahaan sengaja membuat prose-
dur yang rumit dan berbelit agar program tak disetujui, se-
hingga dana CSR tidak keluar,” ujar Durain. Belum lagi, tu-
duhan sisa dana yang tak boleh di-carry over untuk tahun
depan sebagai bentuk akal-akalan perusahaan.
Masalah lain dalam melaksanakan program pember-
dayaan masyarakat di Aceh adalah sulitnya menyelaraskan
dana CSR dengan dana desa yang besarnya mencapai Rp 1
miliar per tahun per desa (gampong). Padahal, pengelola
CSR berkepentingan untuk mengombinasikan keduanya.
Penyelarasan biasanya terhambat oleh perbedaan ukuran
keberhasilan yang dipakai pemerintah dengan Tim Comrel
selaku penanggung jawab program CSR.
Ukuran keberhasilan bagi pemerintah umumnya
dilihat secara fisik, sedangkan CSR melihatnya dari pro-
gram pemberdayaan yang berkelanjutan. Belum lagi,
hambatan keberhasilan program CSR karena adanya per-
bedaan cara pandang dalam mendefinisikan keadilan.
Keadilan menurut masyarakat adalah ketika setiap gam-
pong mendapat kucuran dana yang sama, meskipun ben-
tuk programnya berbeda.
35
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PanEn SaYuR.
Setiap proposal harus
disertai alasan
pengajuan program.
36. MERuMuSKan ulang STANDARD
OPERATIONAL PROCEDURE
Munculnya masalah demi masalah dalam pelak-
sanaan program CSR, pada gilirannya mendorong perusa-
haan untuk mengulas dan merumuskan kembali (review)
SOP yang pernah disepakati sebelumnya. Yakni, terkait pe-
ngaturan pemanfaatan dana CSR tersebut.
Untuk me-review SOP, perusahaan meminta bantuan
konsultan yang berasal dari figur setempat yang dipercaya
masyarakat, di samping memiliki integritas keilmuan. Ber-
dasarkan kesepakatan, ditunjuklah konsultan dari Univer-
sitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penunjukan profesional dari
luar, utamanya dengan pertimbangan banyak program CSR
yang dianggap sengaja dirancang untuk kepentingan
perusahaan. Bukan untuk kepentingan masyarakat.
Setelah melalui pemetaan sosial, pengumpulan pen-
dapat, dan penilaian dari kedua pihak – masyarakat dan
perusahaan – akhirnya ditemukan beberapa penyebab tidak
efektifnya pelaksanaan program CSR. Salah satunya adalah
terlalu panjangnya proses pembuatan dan pembahasan pro-
posal hingga program tersebut akhirnya disahkan.
Selama ini, masyarakat menganggap perusahaan ke-
lewat birokratis lantaran semua persetujuan program harus
dilakukan di Jakarta. Mereka menghendaki, proses persetu-
juan cukup diselesaikan di Lhoknga. ”Menjawab itu, kami
menjelaskan bahwa rangkaian prosedur tersebut harus dilalui
karena menyangkut masalah pengawasan,” tutur Durain.
Patut disyukuri, kendati masih banyak benturan di
lapangan dalam implementasi program CSR, namun Tim
Comrel sejauh ini telah berhasil melaksanakan berbagai pro-
gram pemberdayaan masyarakat. Misalnya di bidang ekono-
mi, yang eksis melalui program pembiayaan microfinance.
Selain lewat koperasi Setia Bakti Wanita (SBW), juga melalui
dukungan terhadap pembentukan Badan Usaha Milik
Gampong (BUMG) bersama.
Durain berharap, mulai 2020 ini, kegiatan pemberda-
yaan ekonomi bisa mendapatkan alokasi anggaran lebih
besar dari dana CSR yang diterima selama ini. ”Kalau bisa,
anggaran tersebut full untuk pemberdayaan ekonomi. Ke-
napa? Karena Aceh menempati rangking pertama sebagai
provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatra,”
ujarnya.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
36
TaHfIzul QuRan.
Rangkaian prosedur
harus dilalui, karena
menyangkut
pengawasan.
37. Namun, Durain sendiri mengakui, realitas di lapang-
an tidak memungkinkan hal itu. Pasalnya, warga masyarakat
di Ring1 juga mengalami kesulitan mengakses pendidikan
lantaran ketiadaan dana untuk biaya sekolah. Itu sebabnya,
program beasiswa yang digulirkan perusahaan selama ini
juga sangat penting. Program ini merupakan salah satu ben-
tuk kegiatan pada Pilar SBI Cerdas yang bersifat charity, dan
merupakan program yang disepakati dalam MOU bersama
masyarakat Lhoknga dan Leupung.
Durain Parmanoan mencatat, pada 2019 SBI Pabrik
Lhoknga secara keseluruhan mengucurkan dana sekitar Rp
7 miliar untuk program pemberdayaan masyarakat. Dari jum-
lah tersebut, Rp 3 miliar merupakan dana untuk program ber-
dasarkan MoU dan Rp 4 miliar untuk kegiatan-kegiatan CSR
di luar MoU.
Sepanjang 2019, salah satu fokus perusahaan adalah
menyosialisasikan perubahan nama perusahaan setelah
proses peralihan kepemilikan saham oleh SIG, yang meru-
pakan badan usaha milik negara. Kata Durain, lewat sosial-
isasi tersebut, pihaknya berkepentingan meneguhkan komit-
men untuk melakukan penyesuaian pelaksanaan program
CSR mengikuti kebijakan SIG. ”Intinya, program-program
CSR yang telah berjalan baik akan diterapkan dan
diteruskan, sedangkan yang belum berjalan maksimal akan
diperbaiki,” ujarnya.
Durain Parmanoan menjelaskan, terkait pengelolaan
CSR, pihaknya memastikan akan menerapkan pola-pola
yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga, keberadaan SBI
Lhoknga benar-benar memberikan manfaat maksimal kepa-
da masyarakat. ”Perusahaan akan melibatkan semua kom-
ponen, agar program yang dihadirkan benar-benar me-
nyentuh masyarakat. Bukan dinikmati oleh segelintir orang
atau kelompok tertentu,” lanjut Durain.
Itu sebabnya, ia bertekad, seluruh program CSR
yang diluncurkan ke masyarakat harus benar-benar sesuai
dengan kebutuhan dan dapat menumbuhkan industri-indus-
tri baru guna mendongkrak kesejahteraan masyarakat di
berbagai sektor. ”Sedangkan jumlah dan kebijakan alokasi
anggaran CSR akan disesuaikan dengan program dan per-
untukannya,” tegas Durain.
37
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
BuMg BERSaMa.
Melibatkan semua
komponen agar program
benar-benar menyentuh
masyarakat.
38. S
ejarah mencatat dengan tinta emas bagaimana
kegigihan wanita Aceh saat berjuang melawan
penjajah Belanda, seperti ditunjukkan Cut Nyak
Dien, Cut Meutia, dan Pocut Meurah Intan. Sema-
ngat juang mereka, disadari atau tidak, telah menginspirasi
kaum wanita di Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh, untuk membentuk perkumpulan yang meng-
usung tujuan awal membantu meningkatkan perekonomian
keluarga. Perkumpulan ini unik, karena seluruh anggotanya
wanita.
Beraktivitas sejak 2008, kelompok ini awalnya diben-
tuk pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Saat ber-
samaan, ada perkumpulan lain – sama-sama beranggotakan
kaum wanita – yang menamakan diri Kelompok Mawar.
Karena memiliki visi-misi yang sama, pada 2010 kedua
perkumpulan itu memutuskan bergabung, lalu mendirikan
lembaga perekonomian berbentuk koperasi simpan pinjam.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
38
SETIa BHaKTI WanITa (SBW)
koperasi Wanita dengan Semangat Juang Cut nyak Dien
oleh: adI MunaRdI, Community Relations Coordinator PT SBI Pabrik lhoknga
39. Dengan aset awal Rp 23.451.000.-, koperasi tersebut ter-
daftar di Dinas Koperasi Aceh Besar dengan Akte Notaris
No. 5 tertanggal 9 Desember 2010.
Saat itulah PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) Pa-
brik Lhoknga, yang masih di bawah bendera PT Lafarge Ce-
ment Indonesia, ikut terlibat membidani kelahiran koperasi
yang kemudian diberi nama Setia Bhakti Wanita (SBW). Se-
lain memberikan pendampingan dalam proses pembentuk-
an, perusahaan juga memberikan modal awal dengan
mengucurkan dana Rp 100 juta.
Ketika mula pertama berdiri, SBW sempat berkantor
di rumah salah satu warga, sebelum kemudian menyewa.
Namun, seiring dengan perkembangan koperasi, pada 2013
Dinas Koperasi memberikan bantuan dengan membangun-
kan gedung kantor berukuran 48 meter persegi di atas lahan
yang dibeli oleh SBW.
Tiga tahun berselang, koperasi sudah bisa melakukan
perluasan gedung dan membangun sendiri secara bertahap
sebuah ruangan berukuran 4x12 meter. Ruangan yang belum
selesai dibangun ini rencananya difungsikan sebagai toko
yang memasarkan produk-produk hasil karya anggota. Toko
juga akan menjual keperluan harian anggota serta masyarakat
yang melintas di jalan besar Kecamatan Leupung itu.
MEMBEBaSKan daRI
JERaT REnTEnIR
Mengutip General Affairs & Community Relations
Manager PT SBI Pabrik Lhoknga Tafaul Rijal, program CSR
pada Pilar Mandiri sengaja menitikberatkan pada microfi-
nance. Pertimbangannya, di dua kecamatan yang me-
lingkupi pabrik: Lhoknga dan Leupung, ada ratusan usaha
mikro dan usaha rumahan yang tergolong aktif. ”Dari hasil
pemetaan kami, para pelaku usaha mikro tersebut sangat
mengharapkan bantuan dan dukungan dari perusahaan,”
tuturnya.
Hal itu memicu soal, lanjut Tafaul, karena perusahaan
tidak mungkin bekerja sama secara langsung dan mem-
berikan bantuan permodalan kepada orang per orang.
Belum lagi, ada masalah lain di mana usahawan mikro yang
mayoritas ibu rumah tangga itu sebelumnya terlalu bergan-
39
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
SYafRIda.
Awalnya koperasi
sempat berkantor
di rumah warga.
40. tung pada rentenir. Tidak sedikit dari mereka yang terjerat
praktik lintah darat, meski awalnya dialasi niat cari modal
usaha.
”Pembentukan koperasi menjadi solusi yang tepat.
Selain membantu para pengusaha mikro untuk mengakses
modal, juga menghindarkan mereka dari jerat rentenir,” tutur
Tafaul. Dari hasil pemetaan dan kajian yang dilakukan Tim
Comrel, kebutuhan modal dari para pengusaha mikro itu di
kisaran Rp 5 juta. ”Koperasi bisa mengatasi kebutuhan itu,”
jelasnya.
Koperasi SBW membawahi enam gampong (desa).
Sebagian besar warganya bekerja sebagai nelayan dan se-
bagian lain bertani. Menariknya, anggota SBW mayoritas me-
nekuni bidang usaha yang sama. Yakni, memproduksi dan
menjual ikan asin dengan bahan baku sebagian ikan hasil
tangkapan suami.
Keberadaan SBW tentu sangat membantu para wani-
ta penjual ikan asin itu. Utamanya dalam mengakses modal
untuk mengembangkan usaha. Mengandalkan ikan hasil
tangkapan suami, ibu-ibu nelayan tersebut kemudian ber-
gerak cepat: mengeringkan ikan-ikan itu dengan alat penge-
ringan yang mereka beli dengan modal pinjaman dari SBW.
Keberadaan alat pengering bantuan dari Tim Comrel
SBI Pabrik Lhoknga untuk komunitas penjual ikan asin, mem-
buat para penjual ikan asin yang membuka lapak di pinggir
jalan raya Aceh Besar - Banda Aceh itu tak khawatir meski
musim hujan tiba. Atau sebaliknya, ketika cahaya matahari
enggan muncul di desa yang teramat terik di musim kema-
rau itu. Alat pengering sederhana digunakan bergantian
antar-anggota koperasi.
Menjelang 10 tahun usia SBW, kegiatan mereka telah
berkembang cukup pesat. Dengan jumlah anggota 127
orang, SBW kini telah mampu melayani pinjaman dengan
besaran maksimal Rp 20 juta untuk jangka waktu 24 bulan.
”Anggota yang bisa mendapatkan pinjaman sebesar itu ada-
lah mereka yang memiliki kualitas pinjaman bagus. Tidak
pernah macet,” ucap Ketua Koperasi SBW, Hamidah.
Mengutip data, koperasi yang saat didirikan hanya
memiliki aset Rp 23,45 juta itu, hingga Desember 2018 su-
dah meningkat menjadi Rp 856,9 juta dan kembali mening-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
40
laPaK IKan aSIn.
Tidak khawatir meski
hujan turun atau
matahari enggan muncul.
41. kat pada 2019 menjadi Rp 873 juta. Aset tersebut terakumu-
lasi dari simpanan pokok sebesar Rp 100.000,- per anggota,
dan simpanan bulanan Rp 10.000,- per anggota. Sementara,
pendapatan bersih per tahun rata-rata Rp 29 juta.
Sedangkan total suntikan dana dari SBI Pabrik Lhok-
nga telah mencapai Rp 350 juta, dengan rincian pada 2012
sebesar Rp 50 juta, kemudian pada 2014 sebesar Rp 100
juta, berlanjut 2015 hingga 2018 setiap tahun masing-masing
Rp 50 juta.
Pendapatan utama koperasi berasal dari hasil
kegiatan simpan pinjam, yang sampai akhir 2018 masih ber-
sifat konvensional. Itu sebabnya, uang jasa yang diterima
dari anggota masih berupa bunga. ”Peminjam yang menung-
gak akan dikenai denda 1 persen dari pinjaman. Denda itu
ikut masuk jadi sumber pendapatan koperasi,” lanjut
Hamidah.
MEnJadI KoPERaSI SYaRIaH
Era konvensional segera berlalu. Ketua Koperasi
Hamidah, yang diwawancara pada Oktober 2019, mengaku
sedang menyiapkan SBW bertransisi menjadi koperasi sya-
riah. ”InsyaAllah, memasuki 2020 sudah selesai masa tran-
sisinya untuk menjadi koperasi syariah,” ujarnya.
Perubahan dari koperasi konvensional menjadi sya-
riah tentu akan membawa dampak signifikan, terlebih dalam
masa transisi. Apa saja perubahan itu? Pertama, bentuk pin-
jaman yang awalnya berupa uang, kini diukur dalam bentuk
emas – batangan maupun perhiasan – yang disebut mayam.
Satu mayam setara dengan 3,3 gram emas, dan setiap ma-
yam saat ini dihargai sekira Rp 2,2 juta.
Menurut Syafrida, sekretaris Koperasi SBW, prosedur
dan tata cara pencairan pinjaman emas berbeda dibanding-
kan pinjaman dana tunai. Saat ini, anggota menerima pin-
jaman dalam bentuk emas, lalu dijual di toko emas. Namun,
bisa saja peminjam langsung menerima uang tunai yang
sudah diperhitungkan dengan harga emas saat itu. Sebelum
serah terima pinjaman, pengurus koperasi dan si peminjam
melakukan perjanjian akad terlebih dahulu.
Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 39 Gampong
Meunasah Masjid, Kecamatan Leupung itu menambahkan,
41
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PEngERIng IKan.
Peminjam yang
menunggak akan dikenai
denda 1 persen.
42. anggota baru bisa langsung mengajukan pinjaman Rp 1 juta,
yang dicicil selama 12 bulan. Setelah lunas dan pengemba-
liannya lancar, anggota tersebut bisa mengajukan pinjaman
lagi Rp 5 juta untuk 18 bulan, dan seterusnya. Jika anggota
meminjam Rp 10 juta, akan dicicil 24 bulan. Sejak 2019, pin-
jaman tertinggi sudah mencapai Rp 20 juta, hanya untuk ang-
gota lama dengan rekam jejak pengembalian yang lancar.
Selain pinjaman uang, SBW juga melayani anggota
yang hendak membeli kulkas. Lemari es ini bisa membantu
membekukan sebagian ikan hasil tangkapan agar tidak ce-
pat rusak. Caranya? Koperasi yang akan membelikan barang
itu dengan menambahkan ongkos jasa pada harga kulkas.
Dengan begitu, koperasi tidak mengenakan bunga.
Menilik tujuan pembentukannya, yakni meningkat-
kan kesejahteraan anggota, SBW juga menerima jasa ta-
bungan bagi anggota maupun non-anggota yang ingin me-
nyimpan uangnya di koperasi. ”Untuk aktivitas ini, tidak ma-
suk dalam perhitungan pembagian sisa hasil usaha (SHU),”
ujar Syafrida, yang asli Leupung.
Setiap tahun, SBW memang membagikan sebagian
keuntungan atau SHU kepada anggota. Kata Hamidah, SHU
yang dibagikan sudah ditetapkan sebesar 30 persen dari
pendapatan. Bukan dari keuntungan.
Perubahan menjadi koperasi berbasis syariah tentu
membawa dampak signifikan bagi koperasi. Salah satunya,
pendapatan koperasi akan berkurang. Sebab, pendapatan
yang sebelumnya diperoleh dari bunga, kini ditetapkan ber-
dasarkan ongkos pembuatan emas dan pembelian yang
dianggap sebagai biaya administrasi. Besarnya sudah pasti
jauh lebih kecil ketimbang besaran bunga 1 persen yang
ditetapkan sebelumnya.
Selain itu, keterlambatan yang sebelumnya dikenai
denda 1 persen kini dihilangkan. Hamidah pun memperkira-
kan, ke depan akan terjadi penurunan pendapatan koperasi.
Lebih berat lagi, pinjaman macet mulai meningkat karena
hilangnya denda membuat tidak ada efek jera bagi anggota.
”Karena itu, dalam Rapat Anggota Tahunan mendatang, saya
akan mengusulkan lagi pengenaan denda bagi anggota
yang terlambat mencicil, apalagi yang macet,” tegas
Hamidah.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
42
Tafaul RIJal,
ga & CoMREl
ManagER PT SBI
PaBRIK lHoKnga.
Koperasi menjadi solusi
tepat sekaligus
menghindarkan mereka
dari rentenir.
43. S
ebuah traktor berwarna merah berdiri gagah di
pelataran Masjid Rahmatullah, yang terletak di
Mukim Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten
Aceh Besar. Traktor tersebut adalah satu dari tiga
mesin pertanian yang kini dimiliki bersama oleh lima Badan
Usaha Milik Gampong (BUMG) di mukim tersebut.
Secara keseluruhan, memang ada lima gampong
atau meunasah di Lampuuk. Sehingga, sejak setahun silam,
ada lima BUMG yang berdiri dan beroperasi di mukim ini. Di
luar Provinsi Aceh, BUMG lebih dikenal dengan sebutan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Inilah badan usaha yang
dikelola oleh pemerintah desa melalui pemanfaatan potensi
desa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masya-
rakat.
Masjid Rahmatullah, yang kerap menjadi tempat
pertemuan para pengurus BUMG Lampuuk, merupakan sak-
si sejarah kedahsyatan bencana tsunami pada 26 Desember
2014. Dibangun pada 1990 dan diresmikan pada 1997, Masjid
Rahmatullah adalah satu-satunya bangunan di mukim
Lampuuk yang selamat dari terjangan tsunami. Ketika selu-
ruh kampung porak poranda, masjid ini masih berdiri tegar
PEMBERdaYaan EKonoMI
Sinergi Antar-BuMG,
Memberikan Manfaat Maksimal bagi Masyarakat
43
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PETanI PEnggaRaP
SaWaH.
Ada subsidi dibandingkan
jika menyewa traktor
di luar.
44. dan hanya mengalami kerusakan relatif kecil.
Imeum (Kepala) Mukim Lampuuk Hamdan Hasyim
mengatakan, Masjid Rahmatullah dan BUMG kini menjadi
tumpuan warganya untuk kembali menggeliat, memperbaiki
kondisi perekonomian yang juga ikut luluh lantak akibat
tsunami. ”Apalagi, dari sekitar 4.000 jiwa warga Lampuuk
ketika itu, hanya 800-an jiwa yang selamat dari tsunami,”
kenang Hamdan.
Keberadaan BUMG tidak lepas dari nota kesepa-
haman (MoU) antara PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik
Lhoknga (saat masih bernama PT Lafarge Cement Indonesia)
dengan warga Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Leu-
pung. Salah satu poin dari MoU yang ditandatangani pada
2009 itu adalah melakukan pemberdayaan ekonomi di dua
kecamatan terdampak tsunami yang merupakan wilayah
Ring 1.
Sebelum bencana tsunami, menurut Hamdan, kerja
sama warga masyarakat dengan pabrik semen Andalas itu
memang sempat mengalami pasang surut. Kerja samanya
sendiri sudah berlangsung sejak 1980-an,ketika semen
Andalas masih dimiliki perusahaan patungan PT Rencong
Aceh Semen dengan Blue Circle Industries dari Inggris dan
Cementia Holding AG dari Swiss.
”Ketika itu belum ada program CSR. Di perusahaan
hanya ada fungsi humas dan tidak ada alokasi anggaran
khusus untuk program pemberdayaan masyarakat,” cerita
Hamdan. Bantuan kepada masyarakat di sekitar pabrik prak-
tis hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan per-
mintaan. Terutama bantuan dalam bentuk semen.
Situasi sedikit berubah setelah semen Andalas di-
ambil alih oleh PT Lafarge Cement Indonesia (LCI) pada 1996
dengan penguasaan saham 72,4 persen, sebelum kemu-
dian menjadi 100 persen pada 1999. Kala itu, hubungan
perusahaan dengan masyarakat mulai membaik. Ditandai
dengan adanya sejumlah kesepakatan antara perusahaan
dengan warga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.
Namun, belum lagi semua kesepakatan itu terwujud, tsuna-
mi meluluhlantakkan segalanya.
TunTuTan duKungan
nYaTa PERuSaHaan
Upaya perusahaan membangun kembali pabrik yang
hancur, diakui Hamdan,tak jarang berbenturan dengan tun-
tutan warga yang menghendaki adanyadukungan nyata dari
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
44
HaMdan HaSYIM.
Menjadi tumpuan untuk
memperbaiki kondisi
perenokomian yang luluh
lantak
45. perusahaan untuk membantu mereka. Sempat muncul ge-
jolak. Sampai kemudian, disepakati adanya MoU tadi.Inti dari
MoUtersebut,perusahaan setuju mengalokasikan sejumlah
dana setiap tahun untuk melaksanakan program CSR di
Lhoknga dan Leupung.
Hamdan Hasyim menambahkan, sebagai tindak lan-
jut dari MoU, dibentuklah komite bersama yang antara lain
beranggotakan wakil masyarakat Lhoknga dan Leupung.
Komite bersama ini terdiri dari badan pengarah yang anggo-
tanya meliputi wakil pemerintah lokal, imeum mukim, dan
wakil perusahaan; serta badan pelaksana yang beranggota-
kan wakil dari lima gampong dan satu wakil perusahaan.
Mengutip keterangan Community Relations Officer
(CRO) PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) Pabrik Lhoknga
Mahdani, badan pelaksana inilah yang sehari-hari berkoordi-
nasi dengan SBI, utamanya terkait implementasi program-
program CSR. Mereka bertemu tiap pekan. Sedangkan ba-
dan pengarah, bersama-sama dengan pengurus gampong,
lebih berfokus memberikan arahan terkait program dan ben-
tuk kegiatan yang mesti dijalankan oleh badan pelaksana.
”Ada standard operational procedure (SOP) yang
telah disepakati berkaitan dengan implementasi program.
Misalnya, mengalokasikan 40 persen dari dana CSR untuk
pemberdayaan ekonomi,” tutur Mahdani. Dana CSR tersebut
juga mesti dibagi proporsional untuk dua kecamatan, yang
terdiri atas empat mukim di Lhoknga dan satu mukim di
Leupung. Secara keseluruhan, ada 34 gampong di kedua
kecamatan.
gagaSan MEnYInERgIKan BuMg
MoU masyarakat dengan perusahaan terus berlanjut,
hingga LCI diakuisisi oleh PT Holcim Indonesia pada 2016
dan berganti nama menjadi LafargeHolcim Indonesia, lalu
menjadi PT SBI sejak 2019. Sesuai SOP, khusus untuk pilar
SBI Mandiri, dari total Rp 3 miliar dana CSR SBI Lhoknga,
mendapatkan alokasi paling besar yakni 40 persen atau se-
nilai Rp 1,2 miliar.
Sejak 2009 hingga 2016, dana tersebut telah diman-
faatkan untuk melakukan serangkaian kegiatan. Namun,
Hamdan Hasyim berpendapat, dampaknya terhadap
masyarakat nyaris tidak tampak. Jika alokasi dana pember-
dayaan ekonomi yang Rp 1,2 miliar dibagi rata untuk 34
gampong se-Lhoknga dan Leupung, setiap gampong hanya
menerima Rp 30-40 juta per tahun. Terlalu kecil.
45
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
MEnYEWaKan
TRaKToR.
Ada standard operational
procedure yang harus
disepakati.
46. Itu sebabnya, untuk memberikan manfaat yang lebih
luas, sejak menjabat imeum Mukim Lampuuk pada 2016,
Hamdan berinisiatif menyinergikan lima gampong di wilayah-
nya. Bahkan, sebelum ada BUMG, Hamdan sudah mem-
prakarsai adanya program bersama antar-gampong. ”Prin-
sipnya, tidak ada lagi program yang kecil-kecil. Seluruh dana
digabung dan dikelola bersama agar skala programnya lebih
besar dan lebih berfaedah,” ujarnya.
Pada 2016-2017 misalnya, dengan dana yang ada
mereka langsung membuat proposal untuk membeli mesin
traktor. Pembelian traktor kembali dilakukan pada tahun
anggaran 2017-2018 dan 2018-2019. Sehingga, sampai
sekarang, mereka telah memiliki tiga mesin traktor. Traktor
pertama dibeli dalam kondisi baru, sedangkan dua traktor
berikutnya seken. ”Dengan anggaran terbatas, traktor-trak-
tor itu pun kami beli dengan pola tahun jamak (multiyears),”
kata Hamdan.
Mengapa traktor? Sudah pasti, karena mata penca-
harian mayoritas warga Lampuuk adalah petani penggarap
sawah. Di mukim ini, menurut Hamdan, terdapat 200 hektare
sawah yang umumnya ditanami padi. Terkait itu, Imeum
Hamdan menyebut setidaknya tiga alasan yang melatar
belakangi pembelian traktor-traktor tersebut.
Pertama, memudahkan warga untuk melaksanakan
kegiatan sehari-hari di sawah. Kedua, ada subsidi yang dibe-
rikan. Sebab, jika dibandingkan dengan menyewa traktor ke
pengusaha (swasta), harga sewa traktor milik sendiri tentu
lebih murah.
Selaku pengelola, BUMG Bersama mendapatkan
hak bajak dari petani penyewa yang dihitung per meter. Jika
menyewa ke pengusahatarifnya sekitar Rp 14,- per meter,
menyewa traktor sendiri tarifnya hanya Rp 12,- per meter.
Jadi, ada margin Rp 2,- per meter yang langsung dinikmati
oleh petani. Tinggal dikalikan berapa luas sawah yang hen-
dak dibajak.
Keuntungan ketiga, lanjut Hamdan Hasyim, proses-
nya cepat. Kapan saja petani membutuhkan, traktornya ter-
sedia karena jumlahnya ada tiga unit. Dengan tiga traktor
pula, menurut kalkulasi Hamdan, bisa mengkover kebu-
tuhan untuk seluruh wilayah pertanian yang mencapai 200
hektare tadi.
Dari pengelolaan traktor saja, ada keuntungan tahun-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
46
MaSJId
RaHMaTullaH -
laMPuuK.
Kerap menjadi tempat
pertemuan para
pengurus BUMG
Bersama.
47. an yang dibagikan secara proporsional untuk membiayai
kegiatan lain. Persisnya, sebanyak 40 persen dialokasikan
untuk mendukung kegiatan di lima gampong. Sisanya, 30
persen untuk biaya perawatan (maintenance) traktor, dan 30
persen untuk mukim serta peningkatan sarana gampong.
Pengelolaan keuangan mesti dilakukan dengan cer-
mat. Sebab, ada kearifan lokal yang perlu dibiayai dengan
menggunakan dana dari hasil usaha. Di antaranya, men-
dukung pilar sosial keagamaan seperti membiayai kegiatan
pengajian di semua gampong sebesar Rp 600 ribu per
bulan, serta Taman Pendidikan AlQuran (TPA) senilai Rp 200
ribu per bulan. ”Anggaran ituhanya untuk kegiatan yang
dikelola mukim. Sebab, ada kegiatan lain, seperti kesehatan,
yang dikelola oleh badan pelaksana,” tutur Hamdan.
Yang termasuk dalam ranah kesehatan, di antaranya
adalah program posyandu dan klinik pelayanankesehatan
keliling gampong. Menurut Mahdani, beberapa tahun lalu
sempat dilakukan kegiatan sunatan massal. Namun kegiatan
tersebut belakangan dihentikan karena pemerintah juga
memiliki program yang sama secara gratis. ”Kami sengaja
menghindari tumpang tindih dengan kegiatan pemerintah.
Sehingga, kegiatan yang sudah dilaksanakan pemerintah,
kami alihkan untuk kegiatan lain,” ujar Mahdani.
MEMaKSIMalKan PoTEnSI laMPuuK
Program pemberdayaan ekonomi tidak terbatas
pada penyewaan mesin traktor. BUMG Bersama juga me-
nyasar potensi-potensi lain yang dimiliki Lampuuk, di antara-
nya wisata pantaidan sarang burung walet penghuni gua-
gua di wilayah kars. Dengan pendampingan SBI, BUMG Ber-
sama juga menekuni usaha lain seperti penyewaan tenda
atau tratak untuk warga yang punya hajatan, usaha isi ulang
air mineral, dan lain-lain.
Untuk memaksimalkan semua potensi Lampuuk,
Hamdan beserta pengurus BUMG saat ini sedang beren-
cana menjadikan BUMG Bersama sebagai Badan Usaha
Milik Mukim (BUMM). Langkah pertama adalah membuat
akta notaris agar BUMM tersebut menjadi badan hukum.
”Selama ini, meski belum berbadan hukum, semua kegiatan
sebenarnya sudah berjalan. Badan hukum diperlukan
terutama untuk memperkuat dari aspek legal dan adminis-
trasi,” ujarnya.
47
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
PEnguRuS BuMg.
Menyasar potensi lain
yang dimiliki Gampong
Lampuuk.
48. S
kraakk. Meski kata ini tidak mengandung arti apa
pun, namun ia populer di kalangan anak muda
yang ingin tampil dengan rambut trendy.
Utamanya di komunitas milenial Kabupaten Aceh
Besar dan Banda Aceh, Skraakk kesohor sebagai merek
pomade yang sudah lama digandrungi. Inilah merek dagang
minyak rambut yang dimiliki Reja Boy.
Remaja 23 tahun dengan nama lahir Reza Saputra ini
tercatat sebagai mahasiswa tahun terakhir di Universitas Mu-
hammadiyah, Banda Aceh. ”Dengan memakai Skraakk,
orang yang belum mandi akan tampak seperti habis mandi.
Debu pun tak mau nempel,” cetus anak muda yang doyan
berkelakar itu.
Tidak sulit menemui Reja Boy. Anda cukup datang ke
pantai di dekat rumahnya di kawasan Lhoknga. Jika laut
sedang ramah, ia biasa bermain selancar (surfing) dengan
peselancar bule Eropa yang kerap singgah di sana. Sebagai
”anak laut”, surfing jelas bukan aktivitas baru, bukan pula
olahraga mahal bagi Reza.
Lantas, bagaimana muasal Reza berwirausaha
pomade? ”Ya, sejak saya merasa pomade cocok dengan sa-
ya. Pomade itu gue banget,” ujarnya, sambil terkekeh. ”Anak
REJa BoY
Wirausahawan Muda Bersemboyan
”Work Hard, Play Hard”
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
48
REJa BoY.
Semangat wirausahanya
mampu menginspirasi dan
menjadi contoh anak
muda seusianya.
49. remaja di sini, mulai SMP sampai SMA, maunya pakai poma-
de, pomade, dan pomade,” lanjut anak sulung dari tiga ber-
saudara itu. Cuma, sejak harga pomade naik jadi Rp 70.000.,
Reza mengaku banyak anak yang tak mampu lagi men-
jangkaunya.
Kondisi tersebut membuat Reza berpikir keras, ba-
gaimana menyiasati harga minyak rambut nan mahal itu.
Akhirnya, muncul ide untuk mencari tahu bagaimana cara
membuat pomade. Pada 2016, ia mulai belajar otodidak dari
YouTube. Bagaimana cara membuat pomade, juga memper-
oleh bahan-bahan yang diperlukan.
Tidak cuma itu. Reza pun tertantang untuk membuat
formula produk pomade, lalu meraciknya sendiri. ”Soalnya,
YouTube tidak mengajarkan bagaimana membuat formula
yang pas. Jadi, saya uji coba terus
membuat ramuan untuk pomade
yang akan saya bikin,” tuturnya.
Apa hasilnya? Jadilah
Skraakk. Pomade yang dikemas
dalam kaleng bulat dengan
desain ciamik itu pun mulai ia
perkenalkan ke teman-temannya.
”Lumayan. Banyak yang tertarik dan mau
beli,” cerita Reza. Bahkan, tidak cuma teman main dan teman
kuliah, peselancar bule yang kerap surfing bersamanya juga
tertarik menjajal Skraakk.
Walhasil, lewat pertemanan dan pemasaran dari
mulut ke mulut, Skraakk mampu menerobos ”pasar Eropa”
melalui peselancar bule yang sebelumnya pernah membeli
produk Reza. Ketika peselancar tersebut balik ke negaranya,
tak jarang mereka menitip beli pomade Reza melalui kole-
ganya yang singgah ke Aceh untuk surfing. Tentu, pembe-
liannya masih ketengan alias satuan.
Merasa produk pomade-nya kian dikenal, remaja
yang saat ini sedang istirahat sementara dari bangku kuliah
itu pun berusaha mengembangkan produksi. Masalahnya, ia
terbentur modal yang cekak. Sampai kemudian, ia bertemu
Adi Munardi, Community Relations Coordinator (CRC) PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) Pabrik Lhoknga, yang
menantangnya membuat dan men-
gajukan proposal bisnis.
”Sejak akhir 2017 saya
sudah bicara sama Bang Adi.
Bantuan SBI turun pada 2018,”
ucap remaja yang sering mengi-
kuti lomba surfing sam-
pai ke Nias ini.
Dari SBI Pabrik Lhok-
nga, Reza mendapat
bantuan seluruh per-
lengkapan produksi
pomade. Mulai dari
49
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
50. kompor, alat membuat ramuan dan pemanas, tabung gas,
kipas angin, hingga bahan-bahan dasar untuk pembuatan
pomade.
Mengutip Adi Munardi, dukungan kepada Reza tidak
lepas dari implementasi Pilar CSR SBI Mandiri, yang menun-
juk pada aktivitas pemberdayaan ekonomi. ”Apa yang dila-
kukan Reza patut diapresiasi. Setidaknya karena semangat
kewirausahaannya mampu menginspirasi dan menjadi con-
toh bagi banyak anak muda seusia untuk mengikuti jejak-
nya,” kata Adi.
MEMBIdIK PaSaR REMaJa
Meski peralatan sudah lengkap, Reza tidak serta
merta memproduksi pomade dalam jumlah banyak. Ia me-
nimbang musim dan jumlah orderan. Terkadang 100 biji, bah-
kan cuma 50 biji. ”Penjualan Skraakk memang masih tergan-
tung musim. Cuma, kalau stok di jaringan pemasaran habis,
saya pasti memproduksi lagi,” tuturnya.
Puncak penjualan biasanya terjadi menjelang Le-
baran. Reza bisa memproduksi hingga 1.000 biji. Begitu
tingginya permintaan, terkadang tak bisa ia penuhi lantaran
terbatasnya tenaga dan peralatan. Maklum, Reza tidak mem-
pekerjakan tenaga lain untuk membantu proses produksi.
Belum lagi, ia masih kesulitan mendapatkan bahan-bahan,
lantaran sebagian tetap harus didatangkan dari luar Aceh,
seperti Jakarta dan Bandung. Ongkos kirimnya tentu sangat
mahal.
Dengan bandrol Rp 50.000,- per satuan, menurut Re-
za, pangsa pasar remajanya masih bisa menjangkau. Me-
mang, adakalanya teman Reza membeli beberapa biji, lalu
menjual kembali dengan harga lebih tinggi: Rp 75.000,- hing-
ga Rp 80.000,-. Namun, harga ”mark up” tersebut ia anggap
merusak pasar. Itu sebabnya, Reza lebih suka memasarkan
sendiri pomade-nya agar bisa mengontrol harga.
Untuk membidik pasar anak sekolah, misalnya, rema-
ja yang juga punya hobi skateboard itu punya strategi
pemasaran sendiri. ”Setiap bubaran sekolah, saya berdiri di
depan pintu keluar dan menawarkan pomade itu kepada
anak-anak SMP dan SMA,” kata Reza. Ia juga punya ”jurus”
pemasaran lain, yakni merekrut anak-anak sekolah untuk
berjualan Skraakk. ”Untuk yang ini, saya yang menetapkan
harga jualnya, Rp 60.000,- per satuan.” Dus, anak yang mem-
bantu memasarkan produknya akan mendapatkan fee Rp
10.000,- per satuan.
Reza juga pernah memasarkan pomade-nya
dengan cara melepas merek Skraakk. Dengan
cara ini, si pembeli diper-
silakan membuat label
dan merek sendiri
dengan desain se-
suai seleranya. Kepa-
da pembeli pomade
tanpa merek ini, Reza
melepas produk dengan
harga Rp 35.000,- per satuan. Namun, lagi-
lagi, ia berpikir ulang mengembangkan stra-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
50
51. tegi ini, karena ia nilai tidak menguntungkan juga.
Sebagai generasi milenial, Reza tidak lupa menja-
jakan Skraakk ke kafe dan warung kopi yang banyak dising-
gahi remaja seumurnya. Juga, di barbershop maupun distro.
”Tentu, saya pun menggunakan media sosial untuk masarin
Skraakk, khususnya Instagram. Pernah juga saya nitip jual di
salah satu toko online, tapi hasilnya masih jauh dari harapan,”
ujarnya.
foKuS MEMBEnaHI ManaJEMEn
Selain aspek pemasaran, dengan pendampingan
Tim Comrel SBI Pabrik Lhoknga, Reza belakangan juga terus
membenahi manajemen usahanya. Sebelum ini, mahasiswa
Fakultas Ekonomi Manajemen itu mengaku serampangan
dalam mengelola keuangan usaha. Setelah berproduksi dan
produknya terjual, saat itu pula uangnya habis tak bersisa.
”Dulu, saya menerapkan ’manajemen hore-hore’ saja,” cele-
tuknya.
Semestinya, margin antara produksi dan
hasil penjualan akan didapat keuntungan. Tapi
karena dipakai untuk bersenang-senang, hasil-
nya nihil. Dengan bimbingan SBI, Reza kini mem-
biasakan diri untuk bertransaksi melalui reken-
ing bank. ”Kalau ada pembelian dalam jumlah
tertentu, saya langsung minta ditransfer.
Kalau tunai, nanti menguap lagi,” ujarnya
sembari tergelak.
Sebagai anak muda yang tinggal di
daerah, penghasilan Reza yang tembus Rp 3 juta per bulan
tergolong lebih dari lumayan untuk menopang kebutuhan
kesehariannya. Belum lagi pemasukan sebagai pelatih surf-
ing, yang tarifnya Rp 300.000,- per jam. Reza pun semakin
serius berpikir, hasil kerja kerasnya lebih baik disimpan di
bank. Agar tidak tergoda untuk berbelanja, ia bahkan eng-
gan menyimpan kartu ATM dalam dompetnya.
Reza Saputra mengakui, perjalanan kariernya seba-
gai wirausahawan, masih panjang. Ke depan, selain meram-
pungkan kuliah, ia berencana hendak total mengem-
bangkan usaha. Masih dengan pendampingan SBI Lhoknga,
Reza saat ini sedang mengurus izin dan mendaftarkan
merek pomade-nya. Di luar itu, ia tetap menekuni dua hobi
yang juga menghasilkan uang: surfing dan skateboard.
Itulah cita-cita yang merujuk pada semboyan hidup Reja Boy,
”work hard, play hard.”
51
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
52. M
enyusuri ruas jalan di Gampong Mon Ikeun,
Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh
Besar, sungguh serasa berada di tengah
perkebunan sayuran modern. Di halaman
sejumlah rumah warga terlihat pipa-pipa hidroponik yang
tertata rapi. Sejak medio 2017, warga setempat memang
gemar menanam sayuran organik dengan konsep hidro-
ponik.
Hidroponik, seperti diketahui, adalah salah satu
cara menanam tanaman tanpa menggunakan tanah seba-
gai media utama. Tanah tersebut digantikan dengan air
dicampur nutrisi yang mengaliri pipa-pipa paralon (PVC).
Teknik ini dianggap lebih efisien, praktis dan tentunya
menghijaukan pekarangan. Menariknya, selain mencip-
takan lingkungan yang sehat dan menjaga keseimbangan
alam, hidroponik juga berpotensi meningkatkan penda-
patan keluarga lantaran hasil budidaya tanaman ini har-
ganya relatif tinggi di pasar.
BudIdaYa HIdRoPonIK
Potensi Ekonomi yang Sungguh Menjanjikan
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
52
KEBun SaYuR Mon
IKEun.
Dipusatkan di sebuah
lahan petak berukuran
10 x 6 meter.
53. Di Gampong Mon Ikeun, kegiatan budidaya hidro-
ponik mula-mula diinisiasi oleh Elly Suzana, warga setem-
pat. Awalnya, Elly mencoba mengembangkan hidroponik
di rumahnya sendiri, dan berhasil. ”Karena permintaan pa-
sar cukup banyak, saya kemudian mengajukan usulan ke
geuchik (kepala desa) untuk menanam tanaman hidroponik
secara massal,” tuturnya.
Bak gayung bersambut, usulan yang disampaikan
Elly dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
Desa (Musrenbangdes) pada medio 2017 itu langsung
beroleh dukungan dari geuchik dan aparatur desa setem-
pat. Realisasinya, sejak Agustus 2017, hidroponik pun mulai
diproduksi dengan dukungan penuh pemerintah desa,
antara lain lewat pengalokasian dana desa.
Pusat pengembangan hidroponik di Mon Ikeun di-
pusatkan di sebuah lahan petak berukuran 10 x 6 meter.
Lokasinya bersebelahan dengan meunasah dan kantor
desa setempat. Pada tahap awal, ada tiga jenis sayuran
hidroponik yang dibudidaya di lahan ini: kangkung, sawi,
dan selada. Tanaman tersebut dibudidayakan di lubang
talang pipa paralon yang dialiri air secara terus-menerus.
Penanaman dan pengelolaan hidroponik ini dilaku-
kan oleh pengurus PKK gampong setempat. Menurut Elly,
sejak awal didirikan, ada enam kelompok ibu-ibu PKK yang
mengelola tanaman hidroponik. Masing-masing kelompok
terdiri dari lima orang, yang belakangan dikenal dengan
nama Kelompok Tani Wanita Gampong Mon Ikeun.
Sebelum terjun mengelola, Elly dan anggota kelom-
pok dari komunitas hidroponik terlebih dahulu menyosiali-
sasikan dan memberikan bimbingan kepada ibu-ibu PKK
tadi. ”Mereka diberi pemahaman seputar tata cara membu-
didayakan hidroponik,” ujarnya.
Setelah proses sosialisasi dan bimbingan, Elly ke-
mudian menyerahkan seluruh kegiatan pengelolaan hidro-
ponik kepada pengurus PKK. Ia hanya mengawasi proses
pembudidayaannya. Sementara urusan keuangan dan lain-
lain, ia serahkan sepenuhnya kepada pengelola.
Dengan membudidayakan hidroponik, warga Mon
Ikeun terbukti menjadi lebih produktif. ”Mereka senang ka-
rena ada pengetahuan baru. Biasanya mereka hanya me-
ngetahui proses penanaman dengan media tanah. Nah, di
sini kita coba ajarkan dengan media lain,” papar Elly.
53
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
daMPIngan SBI.
Kebutuhan sayuran dan
buah-buahan hidroponik
semakin tinggi.
54. gREEn HouSE dan
PEndaMPIngan SBI
Dukungan dan pendampingan yang dilakukan PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) Pabrik Lhoknga baru di-
mulai setahun kemudian, 2018. Sesuai komitmen perusa-
haan untuk mengembangkan program-program CSR yang
berkelanjutan dan memberikan dampak besar bagi
kehidupan masyarakat, SBI Lhoknga ikut terlibat mengem-
bangkan program budidaya hidroponik ini.
Selain memberikan pelatihan untuk memaksimal-
kan produksi, perusahaan juga mendukung Kelompok Tani
Wanita Gampong Mon Ikeun itu dengan mendirikan green
house – sebuah bangunan menyerupai rumah kaca yang
khusus dirancang untuk melakukan budidaya sayuran dan
buah-buahan hidroponik. ”Kami bahagia dan bersyukur,
karena memiliki green house untuk mengembangkan hi-
droponik awalnya cuma mimpi. Mimpi itu kini jadi kenya-
taan,” ucap Elly Suzana.
General Affairs & Community Relations Manager
PT SBI Pabrik Lhoknga Tafaul Rijal mengatakan, program
yang dikelola Komite Tani Wanita Desa Mon Ikeun memang
terbilang menjanjikan. Sebab, kebutuhan sayuran maupun
buah-buahan hidroponik saat ini sangat tinggi dan diminati
oleh masyarakat. ”Kami yakin usaha ini akan berhasil dan
memberikan dampak yang besar bagi masyarakat sekitar
maupun daerah lain,” ujar Tafaul.
Dengan adanya green house, SBI berharap, keung-
gulan budidaya sayuran dan buah dengan teknik hidro-
ponik akan lebih maksimal. Utamanya dalam mengurangi
risiko serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, le-
wat budidaya di dalam green house, sayuran dan buah
yang dikembangkan akan lebih terkendali lingkungannya.
”Fase pertumbuhan tanaman juga lebih mudah
dikontrol, sehingga hasil panennya akan lebih cepat, lebih
baik, dan lebih banyak,” kata Tafaul, seraya menyebut SBI
akan selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan
masyarakat dalam pengembangan usaha ini ke depan.
Berbeda dengan sayuran yang dikembangkan di
luar green house, khusus yang berada di dalam lebih
difokuskan ke buah tomat cherry. Dibandingkan tomat bia-
sa, tomat cherry berukuran lebih kecil dengan warna
merah memikat. Tomat ini tidak ada bibitnya di Aceh, se-
hingga harus didatangkan dari luar daerah. Menurut
Lindawati, anggota Kelompok Tani Wanita Mon Ikeun, dibu-
tuhkan waktu 5-6 bulan untuk memelihara tomat cherry
hingga tiba waktu panen.
Pada panen pertama, pertengahan 2019, secara ke-
seluruhan mereka mampu memanen sebanyak 80 kg. De-
ngan harga jual Rp 40.000,- per kg, kelompok tani ini mam-
pu memperoleh pemasukan Rp 3,2 juta hanya dari pen-
jualan tomat cherry saja. Jumlah ini terhitung cukup besar,
setidaknya jika dibandingkan dengan harga jual sayuran
yang ditanam di luar green house.
Sebagai perbandingan, kata Linda, sekali panen
kangkung – diborong seluruhnya oleh pedagang atau
pengusaha katering – pihaknya biasanya hanya memper-
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
54
55. oleh Rp 270 ribu. Untungnya, untuk tanaman kangkung,
kelompok taninya bisa dua kali panen dalam sebulan. ”Lain
dengan selada atau sawi, yang hanya dipanen sebulan
sekali,” tutur Linda.
Ditemui di sela kegiatan memanen kangkung pada
sore itu, Linda tampak bersemangat menunjukkan benih-
benih sayuran yang baru saja ia semai bersama teman-
teman kelompoknya. Menurut ibu satu anak ini, proses
budidaya hidroponik sedikit berbeda dengan penanaman
sayur atau buah yang menggunakan media tanah.
Awalnya, benih sayuran disemai di atas rockwool
(busa khusus hidroponik) yang sudah dibasahi dengan air.
”Sesudahnya, disimpan di ruang yang minim cahaya dan
ditunggu sampai benih mulai berkecambah,” tuturnya.
Langkah berikut, benih dipindahkan ke tempat
penyemaian yang dipasangi atap agar bibit tak tersengat
sinar matahari secara langsung. Sebab, jika terpapar lang-
sung oleh sinar matahari, bibit tidak akan tumbuh. ”Ketika
benih telah tumbuh menjadi daun sejati, baru kemudian
dipindahkan lagi ke tempat penalangan bibit,” lanjut Linda.
Pembuatan media tanam memang cukup rumit.
Yakni dengan cara menyusun beberapa pipa paralon yang
telah diberi lubang untuk menanam. Pada bagian pipa yang
lebih rendah ditempatkan bak penampung air, sementara
bagian yang lebih tinggi disangga dengan tiang tertentu.
Posisi air masuk untuk media hidroponik ada pada pipa de-
ngan posisi tertinggi. Venue tersebut dilengkapi pompa air
untuk mengaliri air nutrisi ke dalam pipa. Pemberian nutrisi
inilah yang menjadi kunci dari budidaya hidroponik. Setelah
semua unsur terpenuhi, benih yang telah tumbuh di tempat
penyemaian dipindahkan ke media tanam tadi.
Berbeda dengan proses penanaman yang cukup
rumit, perawatan tanaman hidroponik terhitung mudah.
Setiap sore, Lindawati dan teman-teman satu kelompok
hanya perlu menjaga kualitas dan kapasitas air, sembari
menunggu tanaman tersebut tumbuh hingga layak panen.
”Selain menjaga air, perawatan juga dilakukan dengan
mengukur pm (tingkat konsentrasi larutan air). Untuk tana-
man selada misalnya, pm-nya di atas 60,” jelasnya.
Untuk menghasilkan sayuran yang berkualitas,
mereka tidak menggunakan semprotan hama apa pun.
Semua dijaga secara alami, tanpa pestisida. Selaku pim-
55
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
lIndaWaTI dalaM
GREEN HOUSE.
Bisa mengonsumsi
sayuran sehat
setiap saat.
56. pinan, Elly Suzana mengakui, pihaknya butuh modal
besar untuk merintis pembuatan hidroponik. Saat mula
pertama dibangun pada 2017, menurut Elly, ia dan teman-
teman di gampongnya telah mengeluarkan modal awal
sekitar Rp 66 juta.
Namun, tidak perlu waktu lama bagi Elly dkk untuk
mengembalikan modal tersebut. Sebab, masyarakat saat
ini lebih menyukai sayuran hidroponik ketimbang sayuran
dengan media tanam konvensional. Meski demikian, tana-
man hidroponik di Mon Ikeun belum dapat memenuhi
kebutuhan pasar. Dengan lahan yang relatif tidak terlalu
luas, hasilnya hanya cukup dipasarkan ke tempat-tempat
wisata di pantai Lampuuk dan Lhoknga.
Elly menambahkan, di lahan milik gampong itu
hanya terdapat 1.000 lubang tempat penanaman sayuran
hidroponik. Karena itu, pihaknya kewalahan menerima per-
mintaan konsumen. ”Permintaan pasar sangat banyak,
belum seimbang dengan kemampuan produksi kami. Un-
tuk memenuhi kebutuhan warga desa saja belum cukup,
apalagi dijual ke luar daerah,” ujarnya.
Elly menuturkan, ke depan pihaknya berencana
memperluas area tanam untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Ia juga mengarahkan warga lain di gampongnya untuk
membudidayakan sayuran dan buah hidroponik, baik di ha-
laman rumah maupun lahan tidur lainnya. ”Hidroponik pu-
nya potensi ekonomi yang besar, sehingga bisa mendong-
krak perekonomian keluarga,” kata dia. Selain dukungan
dari pemerintah gampong, ia juga berharap kelompoknya
bisa kembali mendapatkan dukungan dari SBI, di samping
menggali dana swadaya dari masyarakat.
Sayuran hidroponik dijual dengan harga terjangkau.
Semisal harga selada, dijual Rp 5.000,- per batang, kang-
kung Rp 2.000,- per ikat, dan selada merah dijual Rp
7.500,- per batang. Lindawati mengatakan, seluruh hasil
penjualan sayur dan buah tidak dibagikan kepada ang-
gota, melainkan disimpan dan sebagian lain diputar untuk
membeli bibit tanaman lagi.
Anggota hanya menerima ”jatah”-nya setahun se-
kali menjelang Ramadhan tiba. ”Alhamdulillah, itu sudah
cukup membantu, selain keuntungan bisa mengonsumsi
sayur yang sehat setiap saat,” kata Linda yang kehilangan
suami dan dua (dari tiga) anaknya dalam musibah tsunami
Aceh 2004.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
56
SaYuRan
HIdRoPonIK.
Punya potensi
ekonomi sangat besar,
mendongkrak
perekonomian
keluarga.
57. S
alah satu program CSR unggulan PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk (SBI) Pabrik Lhoknga
di bawah pilar Cerdas adalah pember-
ian beasiswa bagi pelajar dan maha-
siswa cerdas dan berprestasi. Tahun 2012,
ketika pertama kali diselenggarakan, pro-
gram yang diberi nama Beasiswa Semen
Andalas itu hanya memberikan bantuan
biaya pendidikan untuk 100 orang.
Namun, seiring dengan meningkatnya
minat pendaftar dan pengembangan
sasaran kepada siswa dayah
(pesantren), sejak 2013 hingga seka-
rang jumlah penerima beasiswa telah di-
tingkatkan menjadi 400 orang per tahun.
Beasiswa diberikan setiap tahun dan
sudah berlangsung tujuh tahun.
Beasiswa diperuntukkan terbatas
hanya kepada warga Lhoknga dan
Leupung, dua kecamatan yang lo-
kasinya berada di wilayah pabrik
SBi Lhoknga. Namun, untuk
mendapatkan beasiswa terse-
but, para pelajar, santri
dayah dan mahasiswa
mesti melalui proses selek-
si lebih dulu.
Setelah melengkapi
persyaratan administratif,
mereka mesti mengikuti
tes tertulis yang meliputi
bahasa Inggris, bahasa
PIlaR CERdaS
Beasiswa Semen Andalas untuk Pelajar,
Santri, dan Mahasiswa
57
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
SRI nIngSIH.
Selain aktif kuliah, ia juga
seorang guru ngaji dan
tahfidz Quran di desanya.
58. Indonesia, matematika, IPA dan IPS. Sedangkan untuk
mahasiswa dan dayah ditambah tes wawancara, dengan
penekanan meliputi: agama dan akhlak, komitmen mem-
bangun daerah/masyarakat, dan kepemimpinan serta keter-
libatan dalam organisasi.
Jumlah pendaftar memang terus meningkat, antara
800 orang hingga 900 orang, terutama siswa tingkat SMP
dan SMA. Bisa dimaklumi, karena nilai beasiswa yang dibe-
rikan perusahaan terbilang besar. Untuk siswa tingkat SMP,
nilainya Rp 800.000,- per tahun. Santri dayah sebesar Rp1,4
juta dalam lima tahun terakhir, naik dari Rp1,2 juta yang
berlangsung hanya dua tahun. Tingkat SMA senilai Rp1 juta
per tahun, dan mahasiswa sebesar Rp 2 juta per tahun.
Jika ditotal, anggaran yang dialokasikan SBI Pabrik
Lhoknga untuk program beasiswa ini mencapai Rp4 95 juta
per tahun. Nilai tersebut dirinci untuk siswa SMP dan SMA
yang masing-masing tingkatan sebanyak 125 orang, sehing-
ga nilai keseluruhan masing-masing Rp 100 juta dan Rp 125
juta. Mahasiswa 100 orang (Rp 200 juta) dan dayah seba-
nyak 50 orang, sehingga total Rp 70 juta.
”Sangat bermanfaat. Selain untuk membayar seba-
gian uang kuliah, beasiswa ini juga saya gunakan untuk
membeli buku-buku penunjang kuliah,” ucap Sri Ningsih,
mahasiswa semester 5 Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-
Raniry Banda Aceh, salah seorang penerima beasiswa.
Berperawakan mungil, berkulit kuning langsat, ber-
bicara jelas dan tegas serta berpenampilan lincah, Sri ter-
catat sebagai penerima beasiswa sejak 2018. Warga Gam-
pong Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Be-
sar itu adalah satu dari dua mahasiswa UIN dari desanya
yang beroleh beasiswa. Selain aktif kuliah, Sri juga seorang
guru mengaji dan tahfidz Quran di desanya. Kegiatan yang
ia jalani di sore hari, sepekan dua kali.
Cerita Sri Ningsih menjadi penerima beasiswa bera-
wal saat ia masuk kuliah semester 1. Menyadari keterba-
tasan penghasilan orangtuanya sebagai nelayan, ia termoti-
vasi untuk mengajukan beasiswa ke SBI Lhoknga. Berbekal
IPK 3,6 (syarat pengajuan beasiswa minimal IPK 3), Sri tentu
memenuhi syarat administratif. Namun, sesuai prosedur, ia
harus menunggu panggilan untuk mengikuti tes tertulis dan
wawancara.
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
58
PEnYERaHan
BEaSISWa.
Untuk mendapatkannya
harus memenuhi syarat
administratif dan
prestasi.
59. Menurut Sri, saat pertama kali mengajukan beasis-
wa, persyaratan yang harus ia penuhi tidaklah ringan. Ba-
nyak dokumen yang harus ia lampirkan. ”Ibaratnya, lolos tes
administratif saja sudah bersyukur. Sesudahnya, baru bisa
berharap dipanggil untuk tes tertulis dan wawancara,” tutur-
nya. Persaingan bertambah ketat, karena jumlah pendaftar
secara keseluruhan mencapai ribuan orang, sementara
kuota hanya untuk 400 orang.
Tahun 2019, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ko-
munikasi itu mendapatkan beasiswa untuk kali kedua. ”Se-
tiap tahun, saat hendak mengajukan beasiswa lanjutan, ka-
mi tetap harus melengkapi sejumlah persyaratan. Tapi tidak
sebanyak ketika pertama kali mengajukan,” ucap aktivis di
Lembaga Dakwah Kampus itu.
Sebagai mahasiswa, setiap tahun Sri mendapatkan
beasiswa Rp 2 juta. Jumlah tersebut sangat meringankan
beban orangtua untuk membayar uang kuliahnya, yang tiap
semester sebesar Rp 1,6 juta. ”Alhamdulillah, meskipun tidak
cukup untuk membayar uang kuliah selama dua semester,
saya dan orangtua sangat terbantu dengan beasiswa dari
SBI,” tambahnya.
Saat ini, sulung dari lima bersaudara itu mengaku
sedang mempersiapkan dua adiknya – masih SMP dan
SMA – untuk ikut bersaing mendapatkan beasiswa yang
sama. Berbeda dengan mahasiswa, persyaratan untuk
mendapatkan beasiswa bagi siswa SMP dan SMA adalah
memiliki rangking 1 sampai 10 di sekolah.
Sri Ningsih bersyukur, kedua adiknya memenuhi
persyaratan minimal itu. Adik yang SMA dapat rangking 2,
sedangkan adik yang SMP masuk rangking 5. Prestasi
tersebut tidak lepas dari suntikan semangat dan motivasi
yang diberikan Sri agar adik-adiknya mampu menembus
rangking 10 besar di sekolah. ”Saya ajak mereka untuk rajin
belajar agar bisa mendapatkan beasiswa seperti saya,” ujar
remaja kelahiran 1998 ini.
Sri menyebut sejumlah manfaat yang ia rasakan dari
beasiswa yang sudah diterima. Selain membantu memba-
yar kuliah dan membeli buku-buku, beasiswa juga sangat
meringankan beban orangtuanya yang sehari-hari masih
melaut. ”Beasiswa tersebut sangat memotivasi saya untuk
terus mengukir prestasi,” tegasnya.
59
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
WORKSHOP
EValuaSI.
Sangat memotivasi untuk
terus mengukir prestasi.
60. d
alam bahasa Aceh, tradisi ini dikenal dengan
nama Khanduri Adat Laot. Namun, masyarakat
lebih akrab dengan sebutan Khanduri Laot.
Inilah hajatan tradisional para nelayan di
Provinsi Aceh yang digelar tiap tahun menjelang datang-
nya musim timur atau ketika musim barat hendak berakhir.
Di Lhoknga, begitu juga di Leupung dan Lampuuk, keti-
ganya berada di Kabupaten Aceh Besar, Khanduri Laot
diselenggarakan oleh Lembaga Adat Laut Lhok Krueng
Raba.
Kegiatan Khanduri Laot dipusatkan di sebuah balee
pertemuan (mesapat) di area Tempat Pelelangan Ikan, yang
terletak tak jauh dari tepi pantai Lhoknga. Digelar sejak ma-
lam hingga tengah hari, hajatan ini memiliki nilai sakral lan-
taran punya makna dan sejarah yang panjang. Khanduri
Laot, untuk diketahui, telah berkembang turun temurun pa-
da masyarakat pesisir Aceh.
Sebagian masyarakat mempercayai, asal muasal pe-
ringatan Khanduri Laot dilatarbelakangi oleh peristiwa ka-
ramnya kapal yang ditumpangi oleh seorang anak panglima
yang pergi melaut pada zaman dahulu. Syahdan, anak pang-
KHanduRI laoT
Merawat kearifan Lokal Masyarakat nelayan
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
60
KHanduRI laoT.
Berkembang turun
termurun pada
masyarakat pesisir Aceh.
61. lima tersebut selamat setelah seekor ikan lumba-lumba men-
damparkannya ke pinggir pantai. Ungkapan syukur atas
keselamatan anak panglima itulah yang kemudian diwujud-
kan dalam bentuk Khanduri Laot selama tujuh hari tujuh ma-
lam. Itulah peringatan yang terus berlanjut sampai hari ini.
Dulu, Khanduri Laot rutin dilaksanakan pada setiap
desa pantai yang merupakan wilayah Panglima Laot, baik di
lhok (teluk) maupun di kabupaten. Bagi masyarakat nelayan
Aceh, Khanduri Laot merupakan perwujudan hubungan an-
tara manusia sebagai makhluk ciptaan dengan Sang Pen-
cipta, selain juga dengan lingkungan.
Dalam pelaksanaannya, Khanduri Laot memiliki ke-
khasan paling tidak karena dua hal. Pertama, adanya hi-
dangan menyerupai kari daging kerbau yang dimasak de-
ngan campuran nangka muda dan bumbu rempah. Masya-
rakat Aceh menyebutnya kuah beulangong, karena proses
memasaknya dilakukan di sebuah kuali atau belanga (beu-
langong) besar berdiameter lebih dari satu meter.
Kedua, panitia yang terlibat dalam Khanduri Laot,
termasuk para pekerja dapur hingga tukang masak, selu-
ruhnya laki-laki. ”Perempuan sengaja tidak dilibatkan dalam
menyiapkan kenduri ini. Sebab, semua anggota organisasi
nelayan ini adalah laki-laki,” ucap Harumbia, Panglima Laot
Lhok Krueng Raba Lhoknga. Perempuan dan anak-anak
diajak bergabung saat acara makan-makan tiba.
Meski diselenggarakan di banyak daerah dengan
mengusung semangat yang sama, namun pelaksanaan
upacara Khanduri Laot bisa berbeda-beda, baik terkait
waktu maupun ritual di dalamnya. Tahapan upacara dimulai
pagi hari atau setelah sembahyang subuh. Peserta pertama
yang hadir adalah para pelantun tadarus, pembaca ayat-
ayat suci AlQuran.
Setelah itu, Panglima Laot memulai memandikan
kerbau yang akan disembelih. Selesai dimandikan, kerbau
tersebut di-peusijuk (ditepung tawari) oleh Panglima yang
diikuti oleh teungku atau imum dan tokoh masyarakat. Saat
Panglima Laot mem-peusijuk kerbau, peserta yang hadir
secara bersama-sama membaca takbir dan shalawat Nabi.
Usai di-peusijuk, kerbau pun disembelih.
Khanduri Laot tentu tidak mengedepankan ajaran
61
Buku CSR PT SoluSI Bangun IndonESIa TBK
KuaH
BEulangong.
Semua anggota
organisasi nelayan
adalah laki-laki.