Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Kedua kasus menunjukkan pelanggaran standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kasus 1 menunjukkan bahwa apotek dioperasikan tanpa kehadiran apoteker secara langsung dan menjual obat-obatan keras tanpa resep. Kasus 2 menunjukkan bahwa apoteker hanya hadir di akhir jam kerja sehingga pasien tidak mendapatkan informasi obat yang memadai. Kedua kasus melanggar peraturan tentang tanggung jawab apoteker atas pelayanan
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Kedua kasus menunjukkan pelanggaran standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kasus 1 menunjukkan bahwa apotek dioperasikan tanpa kehadiran apoteker secara langsung dan menjual obat-obatan keras tanpa resep. Kasus 2 menunjukkan bahwa apoteker hanya hadir di akhir jam kerja sehingga pasien tidak mendapatkan informasi obat yang memadai. Kedua kasus melanggar peraturan tentang tanggung jawab apoteker atas pelayanan
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang standar kompetensi dalam bidang farmasetika dasar yang mencakup penggolongan obat, resep, dosis, penyiapan sediaan farmasi, serta pustaka yang relevan. Pokok bahasannya meliputi peraturan penggolongan obat, buku acuan farmasi, serta pedoman kefarmasian Departemen Kesehatan.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE SofiaNofianti
Tn MS mengalami gagal ginjal kronis tahap akhir dengan komplikasi diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterol. Ia membutuhkan terapi insulin, valsartan, simvastatin, ranitidin, kalsitriol, dan hemodialisis secara rutin. Apoteker memberikan edukasi tentang penggunaan obat dan gaya hidup sehat serta melakukan monitoring parameter kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat, penomoran pada obat jadi dan obat tradisional, serta informasi yang tercantum pada kemasan dan brosur obat seperti nama obat, komposisi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, aturan pakai, dan tanggal kedaluwarsa.
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Dokumen tersebut membahas standar pelayanan kefarmasian di apotek menurut Permenkes No 73 tahun 2016, mencakup standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta pelayanan farmasi klinik di apotek."
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang standar kompetensi dalam bidang farmasetika dasar yang mencakup penggolongan obat, resep, dosis, penyiapan sediaan farmasi, serta pustaka yang relevan. Pokok bahasannya meliputi peraturan penggolongan obat, buku acuan farmasi, serta pedoman kefarmasian Departemen Kesehatan.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE SofiaNofianti
Tn MS mengalami gagal ginjal kronis tahap akhir dengan komplikasi diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterol. Ia membutuhkan terapi insulin, valsartan, simvastatin, ranitidin, kalsitriol, dan hemodialisis secara rutin. Apoteker memberikan edukasi tentang penggunaan obat dan gaya hidup sehat serta melakukan monitoring parameter kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat, penomoran pada obat jadi dan obat tradisional, serta informasi yang tercantum pada kemasan dan brosur obat seperti nama obat, komposisi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, aturan pakai, dan tanggal kedaluwarsa.
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Dokumen tersebut membahas standar pelayanan kefarmasian di apotek menurut Permenkes No 73 tahun 2016, mencakup standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta pelayanan farmasi klinik di apotek."
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, indikator mutu pelayanan kefarmasian, serta strategi peningkatan penggunaan obat rasional.
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasiSisca Yoliza
Kebijakan Pelayanan Farmasi RSUD Dr Murjani Sampit mengatur penyediaan obat dan layanan farmasi yang berkualitas dan terjangkau untuk semua pasien. Kebijakan ini mencakup pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan klinis, dan sistem distribusi obat untuk memastikan pasokan obat yang memadai serta dukungan layanan kefarmasian bagi pasien dan petugas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman organisasi instalasi farmasi rumah sakit yang mencakup visi, misi, struktur organisasi, tugas pokok jabatan, sumber daya manusia, dan uraian tugas staf instalasi farmasi.
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan tujuan melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan produk-produk tersebut yang tidak sesuai standar. Beberapa poin pentingnya adalah ketentuan produksi, peredaran, impor/ekspor, dan penandaan sediaan farmasi serta alat kesehatan harus sesuai standar mutu, keamanan, dan manfaat yang ditetapkan.
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsAlbertus Beny
Peraturan ini menetapkan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi pasien. Standar ini mencakup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta pelayanan farmasi klinik seperti pengkajian resep dan konseling pasien. Rumah sakit harus memenuhi standar sumber daya, organisasi, dan prosedur untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang aman dan bermutu.
Pasien laki-laki berusia 55 tahun menderita osteoartritis lutut, ulkus gaster, hipokalsemia, kenaikan enzim hati, dan infeksi H. pilori. Ia juga mengalami efek samping obat berupa mual dan muntah.
Pasien pria berusia 56 tahun didiagnosa dengan hipoacusis bilateral, suara serak kronis, sakit kepala dan lemah. Ditemukan adanya cacat pada tulang frontal kiri dan parietal kiri serta sklerotik pada tulang T11. Pasien diberi terapi Alendronat 40 mg per hari selama 6 bulan untuk mengobati penyakit Paget yang dideritanya.
Nikah sirri dalam pandangan Muhammadiyah harus dicatatkan karena alasan kemaslahatan masyarakat dan perlindungan hak-hak istri serta anak. Fatwa Muhammadiyah menyatakan bahwa pernikahan wajib dicatatkan pada saat akad nikah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ny Rusni dirawat di rumah sakit karena DM, hipertensi, dislipidemia, dan asidosis metabolik. Terapi yang dianjurkan adalah insulin, ACE inhibitor, statin, dan natrium bikarbonat untuk mengendalikan kondisinya.
Powder M.B.K merupakan antiperspirant bubuk yang terdiri atas tawas (aluminium kalium sulfat), talc, dan wangi. Produk ini berfungsi mengurangi bau keringat dengan cara memblokir pori-pori kulit sehingga menghambat keluarnya keringat melalui mekanisme koagulasi protein oleh ion aluminium. Analisis kuantitatif kadar aluminium dilakukan dengan titrasi kompleksometri menggunakan larutan EDTA.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen farmasi industri. Ringkasannya adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar manajemen farmasi industri, profil industri farmasi di Indonesia, dan harmonisasi ASEAN di bidang farmasi.
2. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat dan berisiko tinggi namun juga berorientasi pada keuntungan.
3. Pasar farmasi Indonesia terus bertumbuh namun masih didominasi oleh produk bermerek
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen mutu dan personalia dalam pembuatan obat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) mutu obat ditentukan oleh proses produksi dan pengawasan mutu yang ketat, (2) diperlukan manajemen mutu yang memastikan konsistensi produksi, dan (3) personalia kunci seperti kepala produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu harus memiliki kualifikasi tertentu.
Dokumen tersebut membahas peraturan-peraturan terkait obat dan obat tradisional di Indonesia, termasuk definisi berbagai jenis obat, kriteria obat herbal dan fitofarmaka, serta ketentuan pendaftaran dan penggolongan berbagai jenis obat.
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan pendaftaran dan registrasi produk farmasi seperti obat jadi, obat tradisional, dan kosmetika. Termasuk di dalamnya adalah peraturan yang mengatur bidang tersebut, proses permohonan izin usaha, persyaratan sarana produksi, dan sanksi yang diberikan apabila tidak memenuhi persyaratan.
Dokumen tersebut membahas peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenai narkotika dan psikotropika, meliputi UU No. 5/1997, UU No. 22/1997, dan perubahan-perubahan yang perlu dilakukan pada peraturan terkait untuk menanggulangi peningkatan kejahatan narkotika dan psikotropika.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Pekerjaan Kefarmasian
• Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional
3. Pelaksanaan pekerjaan
kefarmasian
• Pekerjaan Kefarmasian dalam
Pengadaan Sediaan Farmasi;
• Pekerjaan Kefarmasian dalam
Produksi Sediaan Farmasi;
• Pekerjaan Kefarmasian dalam
Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi;dan
• Pekerjaan Kefarmasian dalam
Pelayanan Sediaan Farmasi.
4. Pekerjaan Kefarmasian dalam
Pengadaan Sediaan Farmasi
• Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan
pada:
– fasilitas produksi,
– fasilitas distribusi atau penyaluran dan
– fasilitas pelayanan sediaan farmasi
• Pengadaan Sediaan Farmasi harus
dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.
• Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat dan
khasiat Sediaan Farmasi
5. Pekerjaan Kefarmasian Dalam
Produksi Sediaan Farmasi
• Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi
Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker
penanggungjawab.
• Apoteker penanggungjawab dapat dibantu
oleh Apoteker pendamping dan/atau
TenagaTeknisKefarmasian.
• Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi dapat
berupa:
– industri farmasi obat,
– industri bahan baku obat,
– industri obat tradisional, dan
– pabrik kosmetik
6. • Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang
Apoteker sebagai penanggung jawab masing
masing pada:
– bidang pemastian mutu,
– produksi, dan
– pengawasan mutu
setiap produksi Sediaan Farmasi.
• Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika
harus memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) orang
Apoteker sebagai penanggung jawab.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Produksi
Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud diatas
diatur dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Kefarmasian Dalam
Produksi Sediaan Farmasi
7. • Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan
Farmasi harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan
yang Baik (GMP) yang ditetapkan oleh Menteri.
• Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker
harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
• Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang farmasi dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
• Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses
produksi dan pengawasan mutu Sediaan Farmasi
pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi wajib dicatat
oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
• Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi
harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang produksi dan pengawasan mutu
8. Pekerjaan Kefarmasian Dalam
Distribusi/Penyaluran Sediaan Farmasi
• Setiap Fasilitas Distribusi/Penyaluran Sediaan Farmasi
berupa obat harus memiliki seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab dan dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
• Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dapat
berupa:
– Pedagang Besar Farmasi dan
– Instalasi Sediaan Farmasi.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi /Penyaluran Sediaan
Farmasi diatur dengan PeraturanMenteri.
• Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi/Penyaluran
Sediaan Farmasi harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi
yang Baik (GDP)yang ditetapkan oleh Menteri
9. • Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian,
Apoteker harus menetapkan Standar Prosedur
Operasional.
• Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang farmasi dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
• Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan
proses distribusi/penyaluran Sediaan Farmasi
pada Fasilitas Distribusi/Penyaluran Sediaan
Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
• Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi/Penyaluran
Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang distribusi
atau penyaluran.
11. • Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker:
– dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
– harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
– harus menetapkan Standar Prosedur Operasional
– Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki
SIPA;
– Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain
atas persetujuan dokter dan/atau pasien;
– Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
• Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
kefarmasian menurut jenis Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian ditetapkan oleh Menteri.
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
dalam Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
12. • Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep
dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
• Di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri
dapat menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian
yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan
kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
• Tatacara penempatan dan kewenangan Tenaga
Teknis Kefarmasian didaerah terpencil diatur
dengan Peraturan Menteri.
• Di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter
atau dokter gigi yang telah memiliki STR mempunyai
wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada
pasien yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
13. • Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan
modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun
perusahaan.
• Apoteker yang mendirikan Apotek
bekerjasama dengan pemilik modal maka
pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan.
• Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek
yang bekerjasama dengan pemilik modal
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan
14. • Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Toko Obat
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki STRTT Ksesuai
dengan tugas dan fungsinya.
• Dalam menjalankan praktek kefarmasian di
Toko Obat, Tenaga Teknis Kefarmasian
harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian di Toko Obat.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian di Toko Obat dan
standar pelayanan kefarmasian di toko obat
ditetapkan oleh Menteri.
15. Tenaga Kefarmasian
• Tenaga Kefarmasian terdiri atas:
– Apoteker; dan
– Tenaga Teknis Kefarmasian.
• Tenaga Teknis kefarmasian terdiri dari
– Sarjana Farmasi,
– Ahli Madya Farmasi,
– Analis Farmasi, dan
– Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
16. • Tenaga Kefarmasian melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada:
– Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri
farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain yang
memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan
tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu;
– Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan
alat kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi,
penyalural atkesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan
alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau
– Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko
obat, atau praktek bersama.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
Pekerjaan Kefarmasian diatur dengan Peraturan
Menteri
Tenaga Kefarmasian
17. • Tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian
dan kewenangan dalam melaksanakan
pekerjaan kefarmasian.
• Keahlian dan kewenangan harus
dilaksanakan dengan menerapkan Standar
Profesi.
• Dalam melaksanakan kewenangan harus
didasarkan pada Standar Kefarmasian, dan
Standar Prosedur Operasional yang berlaku
sesuai fasilitas kesehatan dimana Pekerjaan
Kefarmasian dilakukan.
• Standar Profesi ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
18. • Apoteker merupakan lulusan pendidikan profesi
setelah sarjana farmasi.
• Pendidikan profesi Apoteker hanya dapat
dilakukan pada perguruan tinggi sesuai peraturan
perundangundangan.
• Standar pendidikan profesi Apoteker terdiri atas:
– komponen kemampuan akademik; dan
– kemampuan profesi dalam mengaplikasikan
Pekerjaan Kefarmasian.
• Standar pendidikan profesi Apoteker disusun dan
diusulkan oleh Asosiasi dibidang pendidikan
farmasi dan ditetapkan oleh Menteri.
• Peserta pendidikan profesi Apoteker yang telah
lulus pendidikan profesi Apoteker sebagaimana
berhak memperoleh ijazah Apoteker dari
perguruan tinggi.
19. • Apoteker yang menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi
profesi.
• Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat
memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara
langsung setelah melakukan registrasi.
• Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun
melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker
tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
memperoleh sertifikat kompetensi dan tata cara
registrasi profesi diatur dengan Peraturan
Menteri.
20. • Standar pendidikan Tenaga Teknis Kefarmasian
harus memenuhi ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku dibidang pendidikan.
• Peserta didik Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus
memiliki ijazah dari institusi pendidikan sesuai
peraturan perundangundangan.
• Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian
peserta didik yang telah memiliki ijazah wajib
memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang
memiliki STRA ditempat yang bersangkutan
bekerja.
• Ijazah dan rekomendasi wajib diserahkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
memperoleh izin kerja
21. • Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian
di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.
• Surat tanda registrasi diperuntukkan bagi:
– Apoteker berupa STRA; dan
– Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
• Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi
persyaratan:
– memiliki ijazah Apoteker;
– memiliki sertifikat kompetensi profesi;
– mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker;
– mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik; dan
– membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi.
• STRA dikeluarkan oleh Menteri, berlaku 5 (lima) tahun dan dpt
diperpanjang u/5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat
REGISTRASI TENAGA KEFARMASIAN
22. • Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan:
– Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
– Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari
dokter yang memiliki surat izin praktek;
– Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari
Apoteker yang telah memiliki STRA ditempat Tenaga
Teknis Kefarmasian bekerja; dan
– Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.
• STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, berlaku selama
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi
syarat
• Menteri dapat mendelegasikan pemberian
STRTTK kepada pejabat kesehatan yang
berwenang pada pemerintah daerah provinsi.
23. Apoteker lulusan Luar negeri
• Apoteker lulusan luar negeri yang akan
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia
harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi
pendidikan.
• STRA dapat berupa:
– STRA atau
– STRA Khusus.
• Adaptasi dilakukanpada institusi pendidikan
Apoteker di Indonesia yang terakreditasi.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberian STRA, atau STRA Khusus dan
pelaksanaan adaptasi pendidikan diatur dengan
Peraturan Menteri.
24. • STRA diberikan kepada:
– Apoteker warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang telah
melakukan adaptasi pendidikan Apoteker di Indonesia dan memiliki
sertifikat kompetensi profesi;
– Apoteker warga negara asing lulusan program pendidikan Apoteker
di Indonesia yang telah memiliki sertifikat kompetensi profesi dan
telah memiliki izin tinggal tetap untuk bekerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan dibidang ketenaga
kerjaan dan keimigrasian; atau
– Apoteker warga negara asing lulusan program pendidikan Apoteker
diluar negeri dengan ketentuan:
• Telah melakukan adaptasi pendidikan Apoteker di Indonesia;
• Telah memiliki sertifikat kompetensi profesi; dan
• Telah memenuhi persyaratan untuk bekerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan dibidang ketenaga
kerjaan dan keimigrasian.
Apoteker lulusan Luar negeri
25. • STRA Khusus dapat diberikan kepada Apoteker warga
negara asing lulusan luar negeri dengan syarat:
– atas permohonan dari instansi pemerintah atau swasta;
– mendapat persetujuan Menteri; dan
– Pekerjaan Kefarmasian dilakukan kurang dari 1 (satu) tahun.
• Penyelenggaraan adaptasi pendidikan Apoteker bagi Apoteker
lulusan luar negeri dilakukan pada institusi pendidikan
Apoteker di Indonesia.
• Apoteker lulusan luar negeri harus memenuhi ketentuan yang
berlaku dalam bidang pendidikan dan memiliki sertifikat
kompetensi.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi pendidikan Apoteker
diatur oleh Menteri setelah mendapatkan pertimbangan dari
menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang
pendidikan.
• Kewajiban perpanjangan registrasi bagi Apoteker lulusan luar
negeri yang akan melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia mengikuti ketentuan perpanjangan registrasi bagi
Apoteker
26. • STRA, STRA Khusus, dan STRTTK tidak berlaku
karena:
– Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh
yang bersangkutan atau tidak memenuhi persyaratan
untuk diperpanjang;
– Dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang
undangan;
– Permohonan yang bersangkutan;
– Yang bersangkutan meninggal dunia; atau
– Dicabut oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang
berwenang.
• Apoteker yang telah memiliki STRA, atau STRA
Khusus, serta Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah memiliki STRTTK harus melakukan
Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan pendidikan
27. • Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki
STRTTK mempunyai wewenang untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan
pengawasan Apoteker yang telah memiliki STRA
sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang
dimilikinya.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang
Tenaga Teknis Kefarmasian
diaturdalamPeraturanMenteri.
• Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas
atau Instalasi farmasi rumah sakit dilakukan oleh
Apoteker yang memiliki STRA.
• Pelayanan kefarmasian , Apoteker dapat dibantu
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah
memiliki STRTTK
28. • Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai
tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.
• Surat izin berupa:
– SIPA (Surat ijin Praktek Apoteker) bagi Apoteker yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi
farmasi rumah sakit;
– SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian
sebagai Apoteker pendamping;
– SIK (Surat Ijin Kerja) bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian difasilitas kefarmasian diluar Apotek dan instalasi
farmasi rumah sakit; atau
– SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian.
• Surat izin dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang
di Kabupaten/Kota tempat Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
• Tata cara pemberian surat izin dikeluarkan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
29. • Apoteker hanya dapat melaksanakan praktik di 1 (satu)
Apotik, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah
sakit.
• Apoteker pendamping hanya dapat melaksanakan
praktik paling banyak di 3 (tiga) Apotek, atau puskesmas
atau instalasi farmasi rumahsakit.
• Untuk mendapat surat izin Tenaga Kefarmasian harus
memiliki:
– STRA, STRA Khusus, atau STRTTK yang masih berlaku;
– Tempat atau ada tempat untuk melakukan Pekerjaan
Kefarmasian atau fasilitas kefarmasian atau Fasilitas
Kesehatan yang memiliki izin; dan
– Rekomendasi dari Organisasi Profesi setempat.
• Surat Izin batal demi hukum apabila Pekerjaan
Kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam surat izin.
30. Pembinaan dan pengawasan
• Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh:
– Menteri,
– Pemerintah Daerah Provinsi,
– Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya
serta
– Organisasi Profesi membina dan mengawasi pelaksanaan
Pekerjaan Kefarmasian.
• Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk:
– Melindungi pasien dan masyarakat dalam hal pelaksanaan
Pekerjaan Kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga
Kefarmasian;
– Mempertahankan dan meningkatkan mutu Pekerjaan
Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan
– Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat, dan
Tenaga Kefarmasian.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan
diaturdenganPeraturanMenteri
31. Ketentuan peralihan
• Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
– Apoteker yang telah memiliki Surat Penugasan dan/atau Surat
Izin Apoteker dan/atau SIK, tetap dapat menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini.
– Asisten Apoteker dan Analis Farmasi yang telah memiliki Surat
Izin Asisten Apoteker dan/atau SIK, tetap dapat menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
wajib menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini.
• Apoteker dan Asisten Apoteker yang dalam jangka waktu 2
(dua) tahun belum memenuhi persyaratan ,maka surat izin
untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian batal demi
hukum.
• Tenaga Teknis Kefarmasian yang menjadi
penanggungjawab Pedagang Besar Farmasi harus
menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini
paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini
diundangkan