SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Ciri Profesional
Sumpah profesi
Etika profesi
L A F A L S U M P A H
DEMI ALLAH Saya bersumpah
1.Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri
kemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan ;
2.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker ;
3.Sekalipun diancam, saya tidak akan menggunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan hukum peri kemanusiaan ;
4.Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian ;
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan
Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau
Kedudukan Sosial ;
6.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh
dan dengan penuh keinsafan.
SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MELINDUNGI SAYA, AMIIN
1.Saya akan membaktikan hidup
saya guna kepentingan peri
kemanusiaan, terutama dalam
bidang kesehatan ;
UU Kes no 36 2009
• Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan;
Mendahulukan sisi kemanusiaan
Dasar: PP 51 2009
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pasal 4
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk:
a. memberikan perlindungan kepada pasien dan
masyarakat dalam memperoleh dan/atau
menetapkan sediaan farmasi dan jasa
kefarmasian;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-
undangan; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien,
masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.
• Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
2.Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya
sebagai Apoteker ;
3.Sekalipun diancam, saya tidak akan
menggunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan hukum peri
kemanusiaan ;
4.Saya akan menjalankan tugas saya
dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian ;
Pasal 37
(1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian harus memiliki sertifikat
kompetensi profesi.
(2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan
profesi, dapat memperoleh sertifikat kompetensi
profesi secara langsung setelah melakukan
registrasi.
(3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap 5
(lima) tahun melalui uji kompetensi profesi
apabila Apoteker tetap akan menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian.
5. Dalam menunaikan kewajiban saya,
saya akan berikhtiar sungguh-sungguh
supaya tidak terpengaruh pertimbangan
Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan,
Politik Kepartaian atau Kedudukan
Sosial ;
6.Saya ikrarkan sumpah ini
dengan sungguh-sungguh dan
dengan penuh keinsafan.
ANGGARAN DASAR
IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA
BAB XI
MAJELIS PEMBINA ETIKA APOTEKER/FARMASIS
PUSAT DAN DAERAH
Pasal 19
(1) Majelis Pembina Etika Apoteker Pusat dan Majelis
Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah adalah badan
yang membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan
Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia.
(2) Ketentuan tentang Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Pusat dan Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Daerah akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA
BAB XII
WEWENANG MAJELIS PEMBINA ETIKA APOTEKER/FARMASIS
PUSAT DAN DAERAH
Pasal 27
(1) Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dan
Daerah mempunyai kewenangan untuk mengawasi,
membina dan menilai pelaksanaan Kode Etik
Apoteker/Farmasis Indonesia.
(2) Tatacara pengawasan, pembinaan dan penillaian
pelaksanaan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia diatur
dalam Peraturan Organisasi.
(3) Susunan Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis pada semua tingkatan
terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu)
orang Wakil Ketua, 1 (satu) orang
Sekretaris dan beberapa anggota sesuai
kebutuhan.
(4) Ketua Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Pusat dipilih dalam
Kongres Nasional dan pada akhir masa
jabatannya Ketua Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Pusat wajib
memberikan pertanggungjawaban dalam
Kongres nasional.
(5) Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina
Etika Apoteker/Farmasis Pusat dipilih oleh Ketua
Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat.
(6) Anggota Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Pusat dipilih oleh Ketua,
Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina
Etika Apoteker/Farmasis Pusat.
(7) Ketua Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Daerah dipilih dalam
Konperensi Daerah dan pada akhir masa
jabatannya Ketua Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Daerah wajib memberikan
pertanggungjawaban dalam Konperensi daerah.
(8) Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis
Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah
dipilih oleh Ketua Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Daerah.
(9) Anggota Majelis Pembina Etika
Apoteker/Farmasis Daerah dipilih oleh
Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis
Pembina Etika Apoteker/Farmasis
Daerah.
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan
tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan
dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa
Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan
bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu : KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
• Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian
dan pengamalan ilmunya harus didasari oleh
sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain
sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
• Sumpa dan Janji Apoteker adalah komitmen
seorang apoteker yang harus dijadikan landasan
moral dalam pengabdian profesinya
• Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip
harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan
petunjuk serta standar prilaku dalam bertindak
dan mengambil keputusan
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Sumpah/Janji
Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Apoteker.
• Sumpah / janji apoteker yang diucapkan seorang
apoteker untuk dapat diamalkan dalam
pengabdiannya, harus dihayati dengan baik da
dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan dan
prilaku
•
• Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin yang
harus diperhatikan, yaitu :
• Melaksanakan asuhan kefarmasian
• Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication
record untuk pasien
• Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik
profesi yaitu ilmu, hukum dan etik.
Pasal 2
Setiap Apoteker harus berusaha dengan
sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia.
• Kesungguhan dalam menghayati dan
mengamalkan kode etik apoteker Indonesia
dinilai dari : ada tidaknya lapora masyarakat,
ada tidaknya laporan dari sejawat apoteker
atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta
tidak ada laporan dari sejawat apoteker atau
sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak
ada laporan dari dinas kesehatan.
•
• Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan
dalam peraturan organisasi (PO)
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
• Setiap apoteker Indonesia harus mengerti,
menghayati dan mengamalkan kompetensi sesusai
dengan standar kompetensi apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud adalah : ketrapilan, sikap,
dan prilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan
etik
• Ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uji
kompetensi
• Kepentingan kemanusiaan harus menjadi
pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan
keputusan seorang apoteker Indonesia
• Bilamana suatu saat seorang apoteker dihadapkan
kepada konflik tanggung jawab professional, maka
dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk
kepentingan pasien serta masyarakat.
• UU Kes 2009 Pasal 102
• (1) Penggunaan sediaan farmasi yang
berupa narkotika dan psikotropika hanya
dapat dilakukan berdasarkan resep
dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan.
• (2) Ketentuan mengenai narkotika dan
psikotropika dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
• Seorang apoteker harus mengembangan
pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya secara terus menerus.
• Aktifitas seorang apoteker dalam
mengikuti perkebangan di bidang
kesehatan, diukur dari nilai SKP yang
diperoleh dari hasil uji kompetensi
• Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh
apoteker ditetapkan dalam peraturan
organisasi
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap
Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata
yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
• Seorang apoteker dalam tidakan
profesionalnya harus menghindari diri dari
perbuatan yang akan merusak atau
seseorang ataupun merugikan orang lain.
• Seorang apoteker dalam menjalankan
tugasnya dapat memperoleh imbalan dari
pasien dan masyarakat atas jasa yang
diberikannya dengan tetap memegang teguh
kepada prinsip mendahulukan kepentingan
pasien
• Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam
peraturan organisasi
• Tidak boleh mengiklankan jasa pofesi
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi dan/atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 Ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
upiah).
• Pasal 198
• Setiap orang yang tidak memiliki keahlian
dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan
menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
• Seorang apoteker harus menjaga
kepercayaan masyarakat atas profesi
yang disandangkan dengan jujur dan
penuh integritas.
• Seorang apoteker tidak akan
menyalahgunakan kemampuan
profesionalnya kepada orang lain.
• Seorang apoteker harus menjaga
perilakunya dihadapan publik.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber
informasi sesuai dengan profesinya.
• Seorang apoteker mebemberikan informasi kepada pasien /
masyarakat harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin
bahwa informasi tersebut harus sesuai, relevan, dan “up to date”
• Sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi
yang dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui
apoteker mengenai pasien serta penyakitnya.
• Seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai
pelayanan kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang
terlibat.
• Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap obat, dala bentuk penyuluhan, memberikan
informasi secara jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan
sebagainya.
• Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
• 1.2.5. Informasi Obat.
• Apoteker harus memberikan informasi
yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti
perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
• Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu peraturan
perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan
peraturan, sehingga setiap apoteker dapat menjalankan
profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku
• Apoteker harus membuat Standar Porsedur Operasional
(SPO) sebagai pedoman kerja bagi seluruh persoil di
industri, dan sarana pelayanan kefarmasian sesuai
kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
PENDERITA
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat
dan menghormati hak asazi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani.
UU-Kesehatan 2009
• Pasal 56
• (1) Setiap orang berhak menerima atau
menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan
kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.
• Pasal 57
• (1) Setiap orang berhak atas rahasia
kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan.
• (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia
kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
dalam hal:
• a. perintah undang-undang;
• b. perintah pengadilan;
• c. izin yang bersangkutan;
• d. kepentingan masyarakat; atau
• e. kepentingan orang tersebut
• Kepedulian kepada pasien adalah merupakan
hal yang paling utama dari seorang apoteker
• Setiap tindakan dan keputusan professional dari
apoteker harus berpihak kepada kepentingan
pasien dan masyarakat
• Seorang apoteker harus mampu mendorong
pasien untuk terlibat dalam keputusan
pengobatan mereka
• Seorang apoteker harus mengambil langkah-
langkah untuk menjaga kesehatan pasien
khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang
yang dalam kondisi lemah
• Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan
kepada pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan,
dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat
• Seorang apoteker harus menjaga kerarhasiaan pasien,
rahasia kefarmasian, dan rahasia kedokteran dengan baik
• Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang
telah ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep
dan sebagainya
• Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang
berbeda dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker
harus melakukan komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali
peraturan perundangan membolehkan apoteker mengambil
keputusan demi kepentingan pasien
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan
kode Etik.
Pasal 12
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama
Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling
mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
• Setiap apoteker harus menghargai teman
sejawatnya termasu, termasuk rekan kerjanya
• Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada
suatu situasi yang problematik, baik secara
moral atau peraturan perundangan yang
berlaku, tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat
harus dilakukan dengan baik dan santun
• Apoteker harus berkoordinasi dengan ISFI
ataupun majelis Pembina etik apoteker dalam
menyelesaikan permasalaahan degan teman
sejawat
• Bilamana seorang apoteker mengetahui
sejawatnya melanggar kode etik, dengan
cara yang santun dia harus melakukan
komunikasi dengan sejawatnya tersebtu
untuk mengingatkan kekeliruan tersebut.
Bilamana ternyata yang bersangkutan
sulit menerima maka dia dapat
menyampaikan kepada pengurus cabang
dan atau MPEAD secara berjenjang.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT
PETUGAS KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan.
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
• Seorang apoteker harus menjalin dan
memelihara kerjasama dengan sejawat
apoteker lainnya
• Seorang apoteker harus membantu teman
sejawatnya dalam menjalankan
pengabdian profesinya
• Seorang apoteker harus saling
mempercayai teman sejawatnya dalam
menjalin. Memelihara kerjasama
• Apoteker harus mampu menjalin
hubungan yang harmonis dengan tenaga
profesi kesehatan lainnya secara
seimbang dan bermartabat.
• Bilamana seorang apoteker menemui hal-
hal yang kurang tepat dari pelayanan
profesi kesehatan lainnya, maka apoteker
tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik
kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak
sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik
Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi
profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal: 8 Desember 2009
• Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode
etik apoteker, yang bersangkutan dikanakan
sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa
pembinaa, peringatan, pencabutan keanggotaan
sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
Kriteria pelanggaran kode etik diatur dala
peraturan organisai, dan ditetapkan setelah
melalui kajian yang mendalam dari MPEAD.
•
• Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil
telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus
daerah, dan MPEA

More Related Content

What's hot

Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaSapan Nada
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obatnisha althaf
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintahGdiss Yogaswara
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Yusuf Himawan
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 

What's hot (20)

Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
Soal tuts farmasi sosial
Soal tuts farmasi sosialSoal tuts farmasi sosial
Soal tuts farmasi sosial
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintah
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Panitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi TerapiPanitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi Terapi
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Naranjo naranjo
Naranjo naranjoNaranjo naranjo
Naranjo naranjo
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Antiangina
AntianginaAntiangina
Antiangina
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 

Similar to ETIKA PROFESI

Kode etik apoteker indonesia
Kode etik apoteker indonesiaKode etik apoteker indonesia
Kode etik apoteker indonesiaChang Suli
 
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesia
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesiaSk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesia
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesiaIskanikani
 
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERANPERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERANSuharti Wairagya
 
Konsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumKonsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumMaswanDaulay
 
Kode etik dan hukum kesehatan
Kode etik dan hukum kesehatanKode etik dan hukum kesehatan
Kode etik dan hukum kesehatanKANDA IZUL
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerMaulana Sakti
 
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatanEtika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehataniyandri tiluk wahyono
 
etika-profesi-veteriner.pptx
etika-profesi-veteriner.pptxetika-profesi-veteriner.pptx
etika-profesi-veteriner.pptxqurratulain84
 
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptx
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptxjump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptx
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptxAmiDhaniaRoviSimanju
 
etika hukum praktik kedokteran.pptx
etika hukum praktik kedokteran.pptxetika hukum praktik kedokteran.pptx
etika hukum praktik kedokteran.pptxAdidharmaHimawan1
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaRidwan Ridwan
 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)Robby Candra Purnama
 
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptxSyedMuhammadZulfikar
 
Farmasi dan kosmetik syariah
Farmasi dan kosmetik syariahFarmasi dan kosmetik syariah
Farmasi dan kosmetik syariahAmmartya M. Manik
 

Similar to ETIKA PROFESI (20)

Kode etik apoteker indonesia
Kode etik apoteker indonesiaKode etik apoteker indonesia
Kode etik apoteker indonesia
 
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesia
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesiaSk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesia
Sk po 004 ttg po pedoman disiplin apoteker indonesia
 
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERANPERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
PERAN MKEK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
 
Kode Etik Apoteker Indonesia
Kode Etik Apoteker IndonesiaKode Etik Apoteker Indonesia
Kode Etik Apoteker Indonesia
 
Konsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumKonsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umum
 
Kode etik dan hukum kesehatan
Kode etik dan hukum kesehatanKode etik dan hukum kesehatan
Kode etik dan hukum kesehatan
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apoteker
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatanEtika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
 
etika-profesi-veteriner.pptx
etika-profesi-veteriner.pptxetika-profesi-veteriner.pptx
etika-profesi-veteriner.pptx
 
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptx
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptxjump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptx
jump 7 pembahasan pleno saat preklinik.pptx
 
etika hukum praktik kedokteran.pptx
etika hukum praktik kedokteran.pptxetika hukum praktik kedokteran.pptx
etika hukum praktik kedokteran.pptx
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
 
Handout etika&hukum yuni
Handout etika&hukum yuniHandout etika&hukum yuni
Handout etika&hukum yuni
 
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan GadarEtika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
 
laporan magang
laporan maganglaporan magang
laporan magang
 
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx
1. Materi Etika Profesi ners. NS 2022.pptx
 
Farmasi dan kosmetik syariah
Farmasi dan kosmetik syariahFarmasi dan kosmetik syariah
Farmasi dan kosmetik syariah
 
13701133.ppt
13701133.ppt13701133.ppt
13701133.ppt
 

More from husnul khotimah (20)

Terapi iii kel 1 pak akrom
Terapi iii kel 1 pak akromTerapi iii kel 1 pak akrom
Terapi iii kel 1 pak akrom
 
Paget's desease
Paget's deseasePaget's desease
Paget's desease
 
Nikah siri
Nikah siriNikah siri
Nikah siri
 
Myastinea
MyastineaMyastinea
Myastinea
 
Kelompok 12
Kelompok 12Kelompok 12
Kelompok 12
 
Kelompok 12(1)
Kelompok 12(1)Kelompok 12(1)
Kelompok 12(1)
 
Implementasi nilai ekonomi dalam program muhammadiyah
Implementasi nilai ekonomi dalam program muhammadiyahImplementasi nilai ekonomi dalam program muhammadiyah
Implementasi nilai ekonomi dalam program muhammadiyah
 
Drp interaksi obat [autosaved]
Drp interaksi obat [autosaved]Drp interaksi obat [autosaved]
Drp interaksi obat [autosaved]
 
Aomk antiperspiran bubuk
Aomk antiperspiran bubukAomk antiperspiran bubuk
Aomk antiperspiran bubuk
 
Pengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasiPengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasi
 
Pengantar mfi
Pengantar mfiPengantar mfi
Pengantar mfi
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Uu kesehatan
Uu kesehatanUu kesehatan
Uu kesehatan
 
Und kes pert i
Und kes pert iUnd kes pert i
Und kes pert i
 
Pp51kuliah pert i dan ii
Pp51kuliah pert i dan iiPp51kuliah pert i dan ii
Pp51kuliah pert i dan ii
 
Uu no.35 tahun 2009 narkotika
Uu no.35 tahun 2009 narkotikaUu no.35 tahun 2009 narkotika
Uu no.35 tahun 2009 narkotika
 
Pertemuan ke ii
Pertemuan ke iiPertemuan ke ii
Pertemuan ke ii
 
Pertemuan iv dan v
Pertemuan iv dan vPertemuan iv dan v
Pertemuan iv dan v
 
Pert iii
Pert iiiPert iii
Pert iii
 
Pertemuan vi uu narpsi
Pertemuan vi uu narpsiPertemuan vi uu narpsi
Pertemuan vi uu narpsi
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 

ETIKA PROFESI

  • 1.
  • 3.
  • 4. L A F A L S U M P A H DEMI ALLAH Saya bersumpah 1.Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan ; 2.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker ; 3.Sekalipun diancam, saya tidak akan menggunakan pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum peri kemanusiaan ; 4.Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian ; 5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial ; 6.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsafan. SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MELINDUNGI SAYA, AMIIN
  • 5. 1.Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan ;
  • 6. UU Kes no 36 2009 • Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
  • 7. Mendahulukan sisi kemanusiaan Dasar: PP 51 2009 • Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
  • 8. Pasal 4 Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk: a. memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian; b. mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan- undangan; dan c. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.
  • 9. • Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
  • 10. 2.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker ;
  • 11. 3.Sekalipun diancam, saya tidak akan menggunakan pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum peri kemanusiaan ;
  • 12. 4.Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian ;
  • 13. Pasal 37 (1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi. (2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi. (3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
  • 14. 5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial ;
  • 15. 6.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsafan.
  • 16.
  • 17. ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA BAB XI MAJELIS PEMBINA ETIKA APOTEKER/FARMASIS PUSAT DAN DAERAH Pasal 19 (1) Majelis Pembina Etika Apoteker Pusat dan Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah adalah badan yang membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia. (2) Ketentuan tentang Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dan Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
  • 18. ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA BAB XII WEWENANG MAJELIS PEMBINA ETIKA APOTEKER/FARMASIS PUSAT DAN DAERAH Pasal 27 (1) Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dan Daerah mempunyai kewenangan untuk mengawasi, membina dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia. (2) Tatacara pengawasan, pembinaan dan penillaian pelaksanaan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia diatur dalam Peraturan Organisasi.
  • 19. (3) Susunan Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis pada semua tingkatan terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan beberapa anggota sesuai kebutuhan. (4) Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dipilih dalam Kongres Nasional dan pada akhir masa jabatannya Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat wajib memberikan pertanggungjawaban dalam Kongres nasional.
  • 20. (5) Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dipilih oleh Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat. (6) Anggota Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat dipilih oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Pusat. (7) Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah dipilih dalam Konperensi Daerah dan pada akhir masa jabatannya Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban dalam Konperensi daerah.
  • 21. (8) Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah dipilih oleh Ketua Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah. (9) Anggota Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah dipilih oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Pembina Etika Apoteker/Farmasis Daerah.
  • 22.
  • 23.
  • 24. KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker. Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu : KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
  • 25. • Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. • Sumpa dan Janji Apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya • Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar prilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan
  • 26. BAB I KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Sumpah/Janji Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.
  • 27. • Sumpah / janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati dengan baik da dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan dan prilaku • • Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu : • Melaksanakan asuhan kefarmasian • Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien • Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu, hukum dan etik.
  • 28. Pasal 2 Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
  • 29. • Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker Indonesia dinilai dari : ada tidaknya lapora masyarakat, ada tidaknya laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak ada laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak ada laporan dari dinas kesehatan. • • Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO)
  • 30. Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
  • 31. • Setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan kompetensi sesusai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah : ketrapilan, sikap, dan prilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik • Ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uji kompetensi • Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan keputusan seorang apoteker Indonesia • Bilamana suatu saat seorang apoteker dihadapkan kepada konflik tanggung jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan pasien serta masyarakat.
  • 32. • UU Kes 2009 Pasal 102 • (1) Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan. • (2) Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 33. Pasal 4 Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
  • 34. • Seorang apoteker harus mengembangan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya secara terus menerus. • Aktifitas seorang apoteker dalam mengikuti perkebangan di bidang kesehatan, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi • Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh apoteker ditetapkan dalam peraturan organisasi
  • 35. Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
  • 36. • Seorang apoteker dalam tidakan profesionalnya harus menghindari diri dari perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan orang lain. • Seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh imbalan dari pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien • Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi • Tidak boleh mengiklankan jasa pofesi
  • 37. Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
  • 38. Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar upiah).
  • 39. • Pasal 198 • Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
  • 40. Pasal 6 Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
  • 41. • Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi yang disandangkan dengan jujur dan penuh integritas. • Seorang apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan profesionalnya kepada orang lain. • Seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik.
  • 42. Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
  • 43. • Seorang apoteker mebemberikan informasi kepada pasien / masyarakat harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut harus sesuai, relevan, dan “up to date” • Sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui apoteker mengenai pasien serta penyakitnya. • Seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat. • Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap obat, dala bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan sebagainya. • Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP
  • 44. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK • 1.2.5. Informasi Obat. • Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
  • 45. Pasal 8 Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang- undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
  • 46. • Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku • Apoteker harus membuat Standar Porsedur Operasional (SPO) sebagai pedoman kerja bagi seluruh persoil di industri, dan sarana pelayanan kefarmasian sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada
  • 47. BAB II KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA Pasal 9 Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
  • 48. UU-Kesehatan 2009 • Pasal 56 • (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
  • 49. • Pasal 57 • (1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
  • 50. • (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal: • a. perintah undang-undang; • b. perintah pengadilan; • c. izin yang bersangkutan; • d. kepentingan masyarakat; atau • e. kepentingan orang tersebut
  • 51. • Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang apoteker • Setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus berpihak kepada kepentingan pasien dan masyarakat • Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka • Seorang apoteker harus mengambil langkah- langkah untuk menjaga kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah
  • 52. • Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat • Seorang apoteker harus menjaga kerarhasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan rahasia kedokteran dengan baik • Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya • Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan membolehkan apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien
  • 53. BAB III KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 10 Setiap Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik. Pasal 12 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
  • 54. • Setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya termasu, termasuk rekan kerjanya • Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang problematik, baik secara moral atau peraturan perundangan yang berlaku, tentang hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan santun • Apoteker harus berkoordinasi dengan ISFI ataupun majelis Pembina etik apoteker dalam menyelesaikan permasalaahan degan teman sejawat
  • 55. • Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebtu untuk mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyampaikan kepada pengurus cabang dan atau MPEAD secara berjenjang.
  • 56. BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan. Pasal 14 Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
  • 57. • Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan sejawat apoteker lainnya • Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam menjalankan pengabdian profesinya • Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin. Memelihara kerjasama
  • 58. • Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.
  • 59. • Bilamana seorang apoteker menemui hal- hal yang kurang tepat dari pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan
  • 60. BAB V PENUTUP Pasal 15 Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal: 8 Desember 2009
  • 61. • Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang bersangkutan dikanakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaa, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dala peraturan organisai, dan ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MPEAD. • • Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus daerah, dan MPEA