SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Modernisasi
Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki
pengaruh besar di dunia. Amerika yang berpaham kapitalisme, berusaha agar
seluruh dunia berada di bawah kekuasaannya dan salah satu cara Amerika dan
negara-negara Barat untuk melancarkan itu ialah dengan memodernisasikan
Negara Dunia Ketiga.
Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang
ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan
dengan itu, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin bekas jajahan Eropa melatarbelakangi perkembangan teori ini. Negara
adikuasa melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara Dunia Ketiga
sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik. Pengaruh ideologi developmentalis
yang mencoba mengkaji bagaimana Negara Dunia Ketiga dapat membangun
seperti Negara Dunia Pertama tanpa mengacu pada komunisme juga mendasari
teori ini.
Paradigma modernisasi mengacu kepada asumsi bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan, yang didefinisikan berdasarkan perbedaan kondisi ekonomi,
politik, sosial dan budaya yang ada di antara bangsa kaya dan bangsa miskin,
disebabkan oleh ciri-ciri kultural dan struktural masyarakat. Oleh karena itu,
untuk memecahkan masalah itu diperlukan perubahan pada kultur dan struktur,
dan ciri masyarakat tradisional ke ciri masyarakat modern, melalui suatu proses
imitatif bertahap yang terencana. Oleh karena kondisi negara barat sebagai
representatif masyarakat modern dijadikan sebaga acuan pembangunan, dalam arti
negara terbelakang harus meniru pranata tertentu yang menjadi ciri negara kaya,
yaitu negara-negara Barat, maka dalam praktiknya proses modernisasi menjadi
identik dengan proses Westernisasi (Amien,2005:141).
2
Di sisi ekonomi, teori modernisasi di dukung oleh Walt Rostow (1990).
Dia menulis buku yang berjudul The Stages of Economic Growth yang sampai
sekarang sagat berpengaruh di Dunia Ketiga. Rostow mengaitkan pada teori
modal, tetapi menempatkannya ke dalam rangka suatu teori tahap-tahap
perkembangan ekonomi negara Industri, yang sekaligus merupakan suatu model
umum untuk perkembangan masyarakat. Rostow membedakan lima tahap tipe
ideal dengan faktor-faktor dan ciri-ciri khas masing-masing tahap:
1. Masyarakat tradisional,
2. Masyarakat dalam peralihan,
3. Tahap take-off,
4. Perkembangan ke kematangan, dan
5. Zaman konsumsi massa (yang kemudian dilengkapi dengan
6. melampaui konsumsi massa).
Tahap yang menentukan dan paling sulit adalah take-off jika ekonomi
(serupa dengan pesawat yang lepas landas) mencapai cukup banyak dinamika bagi
“pertumbuhan mandiri” (selfsustained growth). Persyaratanya adalah jatah
investasi yang tinggi dalam sektor-sektorproduktif, kerangka tatanan politik yang
menunjang, serta peralihan ke masyarakat modern (Muller, 2006:91).
Di sisi ilmu sosiologi, Smelser mengemukakan teori modernisasinya yaitu
teori diferensiasi strukturalnya. Baginya modernisasi akan selalu melibatkan
diferensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses modernisasi,
ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus
akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh
bangunan struktur lama. Perbedaanya, setelah adanya diferensiasi struktural,
pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara efisien. Lalu ia juga berpendapat
bahwa sekalipun diferensiasi struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional
kelembagaan, namun juga menimbulkan masalah baru, yakni masalah integrasi
yang berupa pengkoordinasian aktivitas berbagai lembaga baru tersebut. Menurut
Smelser kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan
kerusuhan sosial. Kekacauan ini akan menyebabkan agitasi politik damai sampai
pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahkan terjadi perang geriliya dan
3
revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat
dalam proses diferensiasi struktural. Secara singkat Smelser menguraikan
penjelasannya untuk menguji pembangunan negara Dunia Ketiga dengan
menggunakan konsep diferensiasi struktural. Dengan mengkaitkan akibat
diferensiasi struktural, permasalahan integrasi sosial, dan kemungkinan timbulnya
kerusuhan sosial, Smelser menunjuk bahwa modernisasi tidak harus merupakan
satu proses yang lancar dan harmonis. Dengan kata lain, kerangka teori yang
dibangun Smelser selain menunjukan proses modernisasi juga memberikan alat
bantu analisa untuk menguji akibat samping modernisasi itu sendiri, khususnya
dinegara Dunia Ketiga.
Di sisi ilmu politik, Modernisasi menurut Coleman menunjuk pada proses
diferensiasi struktur politik dan sekularisme budaya politik yang mengarah pada
etos keadilan, dengan bertujuan akhir pada penguatan kapasitas sisttem politik.
1. Coleman berpendapat bahwa diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai
salah satu kecenderungan dominan sejarah perkembangan sistem poltik
modern. Coleman membatasi pengertian diferensiasi sebagai proses
progresif pemisahan dan upaya spesialisasi atas peran dan kelembagaan
didalam sistem politik.
2. Coleman berpendapat bahwa prinsip kesamaan dan keadilan merupakan
etos masyarakat modern.
3. Coleman menyerukan bahwa usaha pembangunan politik yang berkeadilan
akan membawa akibat pada perkembangan kapasitas sistem politik.
4. Coleman juga mengingatkan bahwa diferensisasi politik dan tuntutan
keadlian memiliki akibat samping berupa ketegangan dan
keterpecahbelahan sistem politik.
Dengan demikian modernisasi bagi Coleman dapat diukur dengan seberapa
jauh kapasistas sistem politik berkembang untuk mampu menghadapi dan
mngatasi krisis-krisis yang diciptakan sendiri dalam proses perkembangannya.
B. Kritik Modernisasi
Dalam perjalanan sejarahnya, paradigma modernisasi secara bertahap
kehilangan kekuatannya, disebabkan terutama oleh ketidakmampuannya
4
menjelaskan proses pembangunan yang sesungguhnya terjadi di Dunia Ketiga. Ini
terbukti dengan adanya berbagai premis yang ternyata keliru, serta adanya
berbagai dampak negatif modernisasi. Reputasinya juga semakin memburuk
setelah para ilmuan Amerika Selatan mengembangkan Teori Dependensia
(Amien,2005:142).
Teori modernisasi ini adalah teori yang berasal dari daratan Eropa , tentu
saja banyak mengandung nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh Eropa
sedangka teori ini dipaksakan oleh Barat untuk diterapkan di banyak negara Dunia
Ketiga yang memiliki kultur masyarakat yang sangat berbeda dengan Barat. Hal
ini mengindikasikan bahwa Eropa mengagap budayanyalah yang paling baik dan
harus banyak diterapkan di negara Dunia Ketiga atau secara sosiologis mungkin
gejala ini bisa disebut sebagai etnosentrisme. Setiap pemikir modernisasi Barat
menganggap bahwa Barat adalah negara tingkatan tertinggi dan merupakan pusat
transformasi dari negara berkembang menjdai negara maju dengan tinggat
industrialisasi yang tinggi serta menempatka negara Dunia Ketiga sebagai kelas
yang paling rendah dan memberi cap mereka sebagai negara primitif atau
tradisional. Padahal setiap negara atau setiap daerah negara Dunia Ketiga itu
mempunyai kultur tersendiri dan cara tersendiri pula untuk memecahkan
masalahnya. Sangat sulit untuk bisa menerima sebuah teori_yang-
_“dipaksakan”_yaitu_modernisasi (Fakih, 2002).
Dari aspek teori, kajian Andre Gunder Frank (1969) tentang sosiologi
pembangunan dan keterbelakangan sosiologi mengungkapkan bahwa perspektif
modernisasi yang dikembangkan oleh ilmuwan yang tergabung dalam Research
Center on Economic Development and Cultura Change, kubu utama modernisasi,
tidak dapat dipertahankan secara empiris dan tidak memadai secara teoretis.
Pengalaman juga menunjukkan bahwa implementasi paradigma itu terbukti tidak
mampu merangsnag proses pembangunan di dunia ketiga. Frank menolak premis
paradigma modernisasi yang melihat keterbelakangan sebagai kondisi orisinil,
melainkan lebih merupakan kondisi yang diciptakan, misalnya deindustrilaisasi
India oleh Inggris, akibat destruktif dari perdagangan budak bagi msyarakat
Afrika serta penghancuran peradaban Indian di Amerika Tengah dan Selatan.
5
Kritik terhadap modernisasi tidak hanya tertuju kepada teori yang mendukung
tetapi juga diarahkan kepada tradisi evolusionalisme dan fungsionalisme yang
menjadi sumber inspirasi teori modernisasi. Smith (1973 dalam Hettne, 1990)
membagi kritiknya dalam empat aspek. Secara metodologis, neo-evolusionalisme,
sebagaimana yang dianut teori Rostow, didasarkan kepada komparasi statik, yaitu
hanya memperhatikan titik awal dan akhir dari proses serta mengabaikan proses
perubahan. Pendekatan ini mengabaikan aspek dinamika, sehingga perspektif
menyeluruh menjadi hilang. Dari sisi logika, terdapat kekeliruan yang
menyamaan serialisme dengan penjelasan kausal mengenai transisi. Secara
empiris, mudah ditunjukkan bahwa semua upaya untuk mengklasifikasikan
masyarakat dengan menggunakan indikator tradisi dan modernitas akan gagal.
Frank (1969) menunjukkan bahwa pola Parson tentang masyarakat terbelakang
(tradisional) dan masyarakat modern tidak sepenuhnya benar. Banyak negara
maju masyarakatnya masih dipenuhi dengan partikularisme, status tempelan dan
struktur peran secara fungsional tidak sekhusus yang diinginkan. Sebaliknya, ciri-
ciri universalisme, prestasi dan kekhususan mungkin ditemukan dalam struktur
sosial negara berkembang. Secara moral, keberatan paling utama adalah
etnosentrisme yang terkandung dalam pendekatan modernisasi. Ini merupakan
salah satu alasan utama bagi Amerika Latin untuk menerma aliran ketergantungan
(Amien,2005:143).
Fakta lain adalah munculnya kritik dari kaum revolusioner. Kaum kiri
radikal ini meragukan bahwa rakyat miskin negara dunia ketiga akan mendapat
manfaat ekonomi yang baik dari lahirnya teori modernisasi. Menurut mereka teori
modernisasi itu penting tetapi belum cukup. Sebagian besar masalah ternyata lahir
dari negara itu sendiri. Semua usaha pembangunan tidak akan banyak terasa pada
masyarakat golongan bawah dan secara struktural menguntungkan kaum elite dari
negara tersebut. Ada lagi kritik tajam dari kaum revolusioner ini yaitu mereka
sinis terhadap lembaga lembaga dunia yang mendukung teori “ basic needs”
seperti PBB , Bank Dunia dan lembaga internasional lain untuk menumbuhkan
pembangunan di negara negara Dunia Ketiga. Mereka itu hanya berbicara masalah
isu mengurangi angka kemiskinan dan berusaha memecahkan masalahnya.
Namun buktinya isu kemiskinan itu sudah ada sejak lebih dari tiga dekade lalu
6
dan belum bisa terasa bagaimana pengurangan angka kemiskinan itu (Fakih,
2002).
Jadi sebenarnya teori modernisasi Barat dan Amerika ini hanya berniat
untun memperluas kekuasaannya saja di negara negara dunia ketiga saja. Mereka
menancapkan budaya baru yang mereka bawa dari tanah mereka dan mencobanya
untuk diterapkan di tanah lain yang belum jelas struktur negara, rakyat serta
kondisi sosial yang ada. Yang mungkin terjadi bukanlah peningkatan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, malah akan meningkatkat tingkat
kemiskinan bagi rakyat golongan atas dan akan memberikan tumpukan kekayaan
bagi kaum elit yang ada di negara negara tersebut.
C. Munculnya Neo-modernisme atau Postmodernisme
Kegagalan atas teori-teori modernisasi, menyebabkan banyak
bermunculan kritik-kritik dan koreksi-koreksi atas perjalanan modernisasi selama
ini. Ini akhirnya membuka suatu jalan menuju suatu gerakan yang bertujuan untuk
mengoreksi dan memperbaiki segala kegagalan-kegagalan yang disebabkan oleh
modernisasi dan akhrinya munculah neomodernisasi atau postmodernisme.
Menurut Mora (2006:93), postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang
bermaksud merevisi kembali paradigma modern.
Penyebab munculnya postmodernisme adalah karena adanya keraguan dan
ketidakyakinan terhadap sains modern, dalam konteks sistem pengetahuan.
Munculnya keraguan dan ketidakyakinan tersebut dalam istilah Thomas Kuhn
dalam bukunya “ Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains” disebut dengan krisis.
Dalam krisis tersebut tidak menutup kemungkinan ada klaim terhadap
penggunaan teori-teori baru. Postmodernisme yang muncul pada abad ke 20 M
sebagai sebuah reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang
dipandang gagal mencapai tujuan dan menyebabkan muncul sebagai patologi
modernitas, sasaran dari munculnya postmodernisme dapat dikatakan untuk
menggugat watak modernisme yang monoton, postivistik, rasionalistik dan
teknosentris.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neomodernisasi atau Postmodernisasi
Secara sederhana Postmodernisme atau Neo-Modernisme dapat diartikan
dengan “pemahaman modernisme baru”. Mora (2006:93), postmodernisme adalah
keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma modern.
Sedangkan neomodernisasi adalah modernisme yang berakar kuat dalam tradisi
dan dimaksudkan untuk mengoreksi modernisme yang tidak terkendali yang telah
muncul sebelumnya (Ghazali dan Effendi, 2009:161).
Postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan
kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Karena peristiwa yang mengerikan selama
abad ke-20. Postmodernisme menanyakan bagaimana seorang dapat percaya
bahwa modernitas dapat membawa kemajuan dan harapan bagi masa depan yang
lebih cemerlang. Karenanya postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu
yang diasosiasikan dengan modernitas
B. Teori-teori Postmodernisasi atau Neomodernisasi
Menurut Turner (1998), teori sosiologi tentang postmodernisme dapat
dipilah menjadi dua, yakni yang lebih melihat dari akibat perubahan berbagai
aspek ekonomi dan satu lagi dari sisi kultural. Berbeda dengan ini, Ritzer melabeli
dengan yang moderat dan radikal. Frederic Jameson yang melihat dari perubahan
struktur ekonomi digolongkan sebagai moderat, sedangkan yang radikal adalah
Jean Baudrillard yang dalam Turner digolongkan sebagai teoritis kultural. Fredric
Jameson melihat masih ada kontinyuitas antara modernitas dengan postmodernitas.
Ada persambungan antara keduanya. Dunia kapitalisme saat ini memasuki masa
akhirnya, meskipun memang telah menumbuhkan logika kultural baru, yakni
postmodernisme. Meskipun kulturalnya berubah namun struktur ekonomi yang
terjadi masih dengan basis pola yang lama. Ia melihat sekaligus sisi positif dan
negatif dari postmodernitas. Ia menemukan ada tiga tahapan dalam kapitalisme
yang dimulai dengan kapitalisme pasar, diikuti dengan lahirnya jaringan kapitalis
8
global, dan akhirnya kapitalisme akhir dengan semakin bebasnya pergerakan
modal di seluruh dunia. Perubahan dalam struktur ekonomi ini memperngaruhi
pula pada bentuk-bentuk kultural. Satu ciri kultural baru adalah elemen yang lebih
heterogen. Tidak terjadi dominansi satu kultur tertentu, namun ada banyak
kekuatan yang saling hadir secara bersamaan.
Jameson menunjukkan suatu upaya besar untuk merevitalisasi Marxisme
dengan cara membangun sintesis antara wacana posmodernisme dan Marxisme. Ia
melihat posmodernisme sebagai totalitas sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sejarah yang menandai gejala-gejala sosial mutakhir sejak 1950-an seiring dengan
munculnya struktur masyarakat baru dengan nama beragam. Sebaliknya, Jean
Baudrillard berpandangan lebih ekstrem. Ia mengusulkan pertukaran simbolis
sebagai pengganti pertukaran ekonomi. Dalam pertukaran simbolis, kedua pihak
berperan sama kuat. Setiap orang melakukan dua proses timbal balik sekaligus.
Gagasan pertukaran simbolis ini berbeda sekali dengan pertukaran dalam
kapitalisme. Masyarakat tidak lagi hanya didominiasi oleh produksi, namun oleh
berbagai kekuatan lain yakni media, informasi, hiburan, ilmu pengetahuan, dan
lain-lain. Baudrillard meyakini telah terjadi peralihan dari masyarakat yang
didominasi oleh “mode produksi” ke ”kode produksi”.
Satu teoritisi lain adalah Zygmunt Bauman (dalam Seidman, 2008), yang
mempelajari dampak deinstitusionalisme makna tentang diri yang khas, random,
dan terdiferensiasi. Ia menyusun sosiologi postmodernisme dari poststruktural
Perancis dan teori kritis Jerman. Ia mengkritik pandangan orang tentang
“pencerahan”. Baginya pencerahan telah memunculkan alasan legislatif, yakni
peningkatan individualitas, pluralisme dan menolak keraguan dan ketidaktentuan
(uncertainty). Dalam masyarakat postmodernisme, katanya, tidak lagi dibutuhkan
legitimasi intelektual dan juga negara. Masyarakat menjadi semakin tergantung
kepada pasar. Basis gaya kehidupan telah beralih ke konsumsi. Negara juga tak
lagi terlalu membutuhkan intelektual. Namun, postmodernisme masih
melanjutkan beberapa sisi modernisme yakni nilai-nilai pilihan, diversitas, kritis
dan refleksif. Dalam postmodernisme, dianut paham pluralisme pengetahuan.
Dalam masyarakat postmodern, sosiologi tidak lagi dibutuhkan untuk legislasi
9
sosial order dan norma kultural. Sosiologi baru harus mampu memfasilitasi
pemahaman bersama dan harus pula lebih interpretatif.
C. Ciri-ciri Pemikiran Postmodernisme
Dalam upaya pemetaan wilayah Postmodernisme, menurut Amin
Abdullah ada tiga fenomena dasar yang menjadi tulang pungung arus
pemikiran postmodernsme yang ia istilahkan dengan ciri-ciri strukur
fundamental pemikiran Postmodernisme, yaitu:
1. Dekonstruktifisme
Hampir semua bangunan atau konstruksi dasar keilmuan yang telah
mapan dalam era modern, baik dalam bidang sosiologi, psikologi, antropologi,
sejarah, bahkan juga dalam ilmu-ilmu kealaman yang selama ini dianggap baku
yang biasa disebut dengan grand theory ternyata dipertanyakan ulang oleh alur
pemikiran Postmodernisme. Hal itu terjadi karena grand theory tersebut dianggap
terlalu skematis dan terlalu menyederhanakan persoalan yang sesungguhnya serta
dianggap menutup munculnya teori-teori lain yang barangkali jauh lebih dapat
membantu memahami realitas dan pemecahan masalah. Jadi klaim adanya teori-
teori yang baku, standar, yang tidak dapat diganggu gugat, itulah yang ditentang
oleh para pemikir Postmodernisme.
Para protagonis pemikiran Postmodernisme tidak meyakini validitas
“konstruksi”bangunan keilmuan yang “baku”, yang “standar” yang telah disusun
oleh genarasi modernis. Standar itu dilihatnya terlalu kaku dan terlalu skematis
sehingga tidak cocok untuk melihat realitas yang jauh lebih rumit. Dalam teori
sosiologi modern, para ilmuan cenderung untuk melihat gejala keagamaan sebagai
wilayah pengalaman yang amat sangat bersifat individu. Pengalaman keagamaan
itu tidak terkait dan harus dipisahkan dari kenyataan yang hidup dalam realitas
social yang ada.
Era Postmodernisme ingin melihat suatu fenomena sosial, fenomena
keberagamaan, realitas fisika apa adanya, tanpa harus terkurung oleh anggapan
dasar atau teori baku dan standar yang diciptakan pada masa modernisme. Maka
konstruksi bangunan atau bangunan keilmuan yang telah dibangun susah payah
oleh generasi modernisme ingin diubah, diperbaiki, dan disempurnakan oleh para
10
pemikir postmodernis. Dalam istilah Amin Abdullah dikenal dengan
“deconstructionism” yakni upaya mempertanyakan ulang teori-teori yang sudah
mapan yang telah dibangun oleh pola pikir modernisme, untuk kemudian dicari
dan disusun teori yang lebih relevan dalam memahami kenyataan masyarakat,
realitas keberagamaan, dan realitas alam yang berkembang saat ini (Abdullah,
2004:96)
2. Relativisme
Thomas S. Kuhn adalah salah seorang pemikir yang
mendobrak keyakinan para ilmuan yang bersifat positivistik. Pemikiran
positivisme memang lebih menggarisbawahi validitas hukum-hukum alam dan
social yang bersifat universal yang dibangun oleh rasio.
Manivestasi pemikiran Postmodernisme dalam hal realitas budaya (nilai-
nilai, kepercayaan agama, tradisi, budaya dan lainnya) tergambar dalam teori-teori
yang dikembangkan oleh disiplin antropologi. Dalam pandangan antropolog, tidak
ada budaya yang sama dan sebangun antara satu dengan yang lain. Seperti budaya
Amerika jelas berbeda dengan budaya Indonesia. Maka nilai-nilai budaya jelas
sangat beraneka ragam sesuai dengan latarbelakang sejarah, geografis, demografis
dan lain sebagainya. Dari sinilah nampak, bahwa nilai-nilai budaya bersifat relatif,
dalam arti antara satu budaya dengan budaya yang lain tidak dapat disamakan
seperti hitungan matematis. Dan hal ini sesuai dengan alur pemikiran
postmdernisme yaitu bahwa wilayah budaya, bahasa, cara berpikir dan agama
sangat ditentukan oleh tata nilai dan adat kebiasaan masing-masing.
Dari sinilah nampak jelas, bahwa para pemikir Postmodernisme
menganggap bahwa segala sesuatu itu sifatnya relative dan tidak boleh absolut,
karena harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Namun konsepsi
relativisme ini ditentang oleh Seyyed Hoessein Nasr, seorang pemikir kontempor.
Baginya tidak ada relativisme yang absolut lantaran hal itu akan menghilangkan
normativitas ajaran agama. Tetapi juga tidak ada pengertian absolut yang benar-
benar absolut, selagi nilai-nilai yang absolute itu dikurung oleh historisitas
keanusiaan itu sendiri (Ibid, hlm. 103-104).
11
3. Pluralisme
Akumulasi dari ciri pemikiran Postmodernisme yaitu pluralisme. Era
pluralisme sebenarnya sudah diketahui oleh banyak bangsa sejak dahulu kala,
namun gambaran era pluralisme saat itu belum dipahami sepeti era sekarang.
Hasil teknologi modern dalam bidang transportasi dan komunikasi menjadikan era
pluralisme budaya dan agama telah semakin dihayati dan dipahami oleh banyak
orang dimanapun mereka berada. Adanya pluralitas budaya, agama, keluarga, ras,
ekonomi, social, suku, pendidikan, ilmu pengetahuan, militer, bangsa, negara, dan
politik merupakan sebuah realitas. Dan berkaitan dengan paradigma
tunggal seperti yang dikedepankan oleh pendekatan kebudayaan barat modernis,
develop, mentalis, baik dalam segi keilmuan, maupun lainnya telah dipertanyakan
keabsahannya oleh pemangku budaya-budaya di luar budaya modern. Maka
dalam konteks keindonesiaan khususnya, dari ketiga ciri pemikiran
Postmodernisme, nampaknya fenomena pluralisme lebih dapat diresapi oleh
sebagian besar masyarakat (Ibid, hlm. 104-105).
12
BAB III
PENUTUP
A. Ulasan
Neomodernisasi atau postmodernisme merupakan reaksi kritis dan
reflektif terhadap paradigma modernisme yang dipandang gagal mencapai tujuan
sehingga menyebabkan munculnya patologi modernitas dan akhirnya
menimbulkan kritik-kritik dan koreksi-koreksi dari para ahli. Teori-teori tentang
postmodernisme-pun banyak bermunculan, di antaranya Turner yang mengatakan
bahwa postmodernisme dapat dipilah menjadi dua yaitu lebih melihat dari akibat
perubahan berbagai aspek ekonomi dan aspek kultural, Fredric Jameson
menyatakan bahwa ia melihat masih ada kontinyuitas antara modernitas dengan
postmodernitas, dll.
Ciri-ciri pemikir postmodernisme ialah bersifat:
1. Dekonstruktifisme (upaya mempertanyakan ulang teori-teori yang sudah
mapan yang telah dibangun oleh pola pikir modernisme, untuk kemudian
dicari dan disusun teori yang lebih relevan dalam memahami kenyataan
masyarakat, realitas keberagamaan, dan realitas alam yang berkembang saat
ini (Abdullah, 2004:96));
2. Relativisme (mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada);
3. Pluralisme (mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama,
dan budaya).
13
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Amin.2004. Falsafah Kalam Di Era Postmodernisme. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Amien, Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan,
Organisasi, dan Pendidikan Dari Perspektif Sains Baru. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Fakih, Mansoer. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Insist Press.
Ghazali, Abd. Moqsith dan Djohan Effendi. 2009. Merayakan Kebebasan
Beragama: Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
Muller, Johannes. 2006. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wora, Emanuel. 2006. Perenialisme:Kritik atas Modernisme & Postmodernisme.
Yogyakarta: Kanisius.
Andi, Pratoro. 2012. (http://hellotoroandi.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-
false-false-in-x-none-x.html). Diakses pada 9 April 2014.
El-Syarif, Hefa. 2009. (http://hefael-
syarif.blogspot.com/2009/11/postmodernisme-rekontruksi-dan.html).
Diakses pada 9 April 2014.
Syahyuti. 2011.(http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/03/teori-teori-
postmodern.html). Diakses pada 9 April 2014.
------. 2013. (http://gatotkacamuda.wordpress.com/2013/03/10/kritik-teori-
modernisasi/). Diakses pada 9 April 2014.

More Related Content

What's hot

The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory
Faiz Sujudi
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
Rizky Shinichi
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
blade_net
 
Presentasi post modernisme
Presentasi post modernismePresentasi post modernisme
Presentasi post modernismeJoko Satrio
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratifmankoma2012
 
Teori Disonasi Kognitif
Teori Disonasi KognitifTeori Disonasi Kognitif
Teori Disonasi Kognitifmankoma2013
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Istiqomah Aisyiyah
 
Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)Rezka Judittya
 
Media periklanan
Media periklananMedia periklanan
Media periklanan
pycnat
 
Semiotika: denotasi, konotasi, mitos
Semiotika: denotasi, konotasi, mitosSemiotika: denotasi, konotasi, mitos
Semiotika: denotasi, konotasi, mitos
Toto Haryadi
 
Dekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques DerridaDekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques Derrida
Bibriyanti Utami Putri
 
Filsafat postmodernisme
Filsafat postmodernismeFilsafat postmodernisme
Filsafat postmodernisme
Chiquita Herarditya
 
Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theorymankoma2013
 
Public Sphere Theory
Public Sphere TheoryPublic Sphere Theory
Public Sphere Theorymankoma2012
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
yuls1423
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Yulia Eolia
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
Diniyah Hidayati
 
Stand Point Theory
Stand Point TheoryStand Point Theory
Stand Point Theory
mankoma2012
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
Swig WuNafik
 

What's hot (20)

The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
 
Presentasi post modernisme
Presentasi post modernismePresentasi post modernisme
Presentasi post modernisme
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratif
 
Teori Disonasi Kognitif
Teori Disonasi KognitifTeori Disonasi Kognitif
Teori Disonasi Kognitif
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
 
Muted Group
Muted GroupMuted Group
Muted Group
 
Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)Opinion leader (pemimpin opini)
Opinion leader (pemimpin opini)
 
Media periklanan
Media periklananMedia periklanan
Media periklanan
 
Semiotika: denotasi, konotasi, mitos
Semiotika: denotasi, konotasi, mitosSemiotika: denotasi, konotasi, mitos
Semiotika: denotasi, konotasi, mitos
 
Dekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques DerridaDekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques Derrida
 
Filsafat postmodernisme
Filsafat postmodernismeFilsafat postmodernisme
Filsafat postmodernisme
 
Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theory
 
Public Sphere Theory
Public Sphere TheoryPublic Sphere Theory
Public Sphere Theory
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
 
Stand Point Theory
Stand Point TheoryStand Point Theory
Stand Point Theory
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 

Similar to Postmodernisme

(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
izzanhsntts
 
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptxTEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
AndhitaRiskoFaristia1
 
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusiTeori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
NurulLatifah452020
 
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
Fariz Halim Aziz
 
modernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasimodernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasi
Ratna Yunita
 
Teori Modernisasi
Teori ModernisasiTeori Modernisasi
Teori Modernisasi
Budi Sutrisno
 
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdfJEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
Jefrinando
 
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
dayattaufik21
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Erwin Sugito
 
88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme
Muhammad Junaidi
 
Resume perubahan sosial
Resume perubahan sosialResume perubahan sosial
Resume perubahan sosial
Jef Ri
 
Neoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasiNeoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasi
virmannsyah
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusiBayu Prasetyo
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
Rusnaini Soleh
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisGideon Repi
 

Similar to Postmodernisme (20)

(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
(BAB III) TEORI PEMBANGUNAN I (MORDENISASI).ppt
 
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptxTEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
TEORI PERKEMBANGAN DUNIA KETIGA_KELOMPOK 4.pptx
 
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusiTeori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
Teori modernisasi sosiologi sebagai ilmu turunan dari teori evolusi
 
72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik
 
72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik
 
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
DAYA KHISAN THUSSU - Approaches to theorizing international communication - P...
 
modernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasimodernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasi
 
Teori Modernisasi
Teori ModernisasiTeori Modernisasi
Teori Modernisasi
 
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdfJEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
JEFRI NANDO_20136051_TUGAS 1 GEOGRAFI PEMBAGUNAN WILAYAH.pdf
 
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
Mata kuliah teori dan isu pembangunan modul 123
 
Fundmentalisme
FundmentalismeFundmentalisme
Fundmentalisme
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
 
Sosialisme
SosialismeSosialisme
Sosialisme
 
88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme
 
Resume perubahan sosial
Resume perubahan sosialResume perubahan sosial
Resume perubahan sosial
 
Neoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasiNeoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasi
 
Perubahan Sosial
Perubahan SosialPerubahan Sosial
Perubahan Sosial
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori Sosiohistoris
 

More from Melda Amelia

KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATIKERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
Melda Amelia
 
LOCAL GENIUS
LOCAL GENIUSLOCAL GENIUS
LOCAL GENIUS
Melda Amelia
 
Perkembangan Koloni-koloni di Australia
Perkembangan Koloni-koloni di AustraliaPerkembangan Koloni-koloni di Australia
Perkembangan Koloni-koloni di Australia
Melda Amelia
 
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar SiswaFaktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar SiswaMelda Amelia
 
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya Alam
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya AlamPertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya Alam
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya AlamMelda Amelia
 
SEJARAH AUSTRALIA BARAT
SEJARAH AUSTRALIA BARATSEJARAH AUSTRALIA BARAT
SEJARAH AUSTRALIA BARATMelda Amelia
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiMelda Amelia
 
Masa Dewasa
Masa DewasaMasa Dewasa
Masa Dewasa
Melda Amelia
 
Revolusi Industri
Revolusi IndustriRevolusi Industri
Revolusi Industri
Melda Amelia
 
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai IndusMakalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Melda Amelia
 
HAKIKAT PENDIDIKAN
HAKIKAT PENDIDIKANHAKIKAT PENDIDIKAN
HAKIKAT PENDIDIKAN
Melda Amelia
 

More from Melda Amelia (13)

KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATIKERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
KERAJAAN SINGHASARI: MASA PEMERINTAHAN KEN ANGROK DAN ANUSAPATI
 
LOCAL GENIUS
LOCAL GENIUSLOCAL GENIUS
LOCAL GENIUS
 
Perkembangan Koloni-koloni di Australia
Perkembangan Koloni-koloni di AustraliaPerkembangan Koloni-koloni di Australia
Perkembangan Koloni-koloni di Australia
 
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar SiswaFaktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
 
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya Alam
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya AlamPertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya Alam
Pertumbuhan Masyarakat dan Sumber Daya Alam
 
SEJARAH AUSTRALIA BARAT
SEJARAH AUSTRALIA BARATSEJARAH AUSTRALIA BARAT
SEJARAH AUSTRALIA BARAT
 
MESOLITHIKUM
MESOLITHIKUMMESOLITHIKUM
MESOLITHIKUM
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
 
METODE SEJARAH
METODE SEJARAHMETODE SEJARAH
METODE SEJARAH
 
Masa Dewasa
Masa DewasaMasa Dewasa
Masa Dewasa
 
Revolusi Industri
Revolusi IndustriRevolusi Industri
Revolusi Industri
 
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai IndusMakalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
 
HAKIKAT PENDIDIKAN
HAKIKAT PENDIDIKANHAKIKAT PENDIDIKAN
HAKIKAT PENDIDIKAN
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 

Postmodernisme

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Modernisasi Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki pengaruh besar di dunia. Amerika yang berpaham kapitalisme, berusaha agar seluruh dunia berada di bawah kekuasaannya dan salah satu cara Amerika dan negara-negara Barat untuk melancarkan itu ialah dengan memodernisasikan Negara Dunia Ketiga. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatarbelakangi perkembangan teori ini. Negara adikuasa melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik. Pengaruh ideologi developmentalis yang mencoba mengkaji bagaimana Negara Dunia Ketiga dapat membangun seperti Negara Dunia Pertama tanpa mengacu pada komunisme juga mendasari teori ini. Paradigma modernisasi mengacu kepada asumsi bahwa kemiskinan dan keterbelakangan, yang didefinisikan berdasarkan perbedaan kondisi ekonomi, politik, sosial dan budaya yang ada di antara bangsa kaya dan bangsa miskin, disebabkan oleh ciri-ciri kultural dan struktural masyarakat. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah itu diperlukan perubahan pada kultur dan struktur, dan ciri masyarakat tradisional ke ciri masyarakat modern, melalui suatu proses imitatif bertahap yang terencana. Oleh karena kondisi negara barat sebagai representatif masyarakat modern dijadikan sebaga acuan pembangunan, dalam arti negara terbelakang harus meniru pranata tertentu yang menjadi ciri negara kaya, yaitu negara-negara Barat, maka dalam praktiknya proses modernisasi menjadi identik dengan proses Westernisasi (Amien,2005:141).
  • 2. 2 Di sisi ekonomi, teori modernisasi di dukung oleh Walt Rostow (1990). Dia menulis buku yang berjudul The Stages of Economic Growth yang sampai sekarang sagat berpengaruh di Dunia Ketiga. Rostow mengaitkan pada teori modal, tetapi menempatkannya ke dalam rangka suatu teori tahap-tahap perkembangan ekonomi negara Industri, yang sekaligus merupakan suatu model umum untuk perkembangan masyarakat. Rostow membedakan lima tahap tipe ideal dengan faktor-faktor dan ciri-ciri khas masing-masing tahap: 1. Masyarakat tradisional, 2. Masyarakat dalam peralihan, 3. Tahap take-off, 4. Perkembangan ke kematangan, dan 5. Zaman konsumsi massa (yang kemudian dilengkapi dengan 6. melampaui konsumsi massa). Tahap yang menentukan dan paling sulit adalah take-off jika ekonomi (serupa dengan pesawat yang lepas landas) mencapai cukup banyak dinamika bagi “pertumbuhan mandiri” (selfsustained growth). Persyaratanya adalah jatah investasi yang tinggi dalam sektor-sektorproduktif, kerangka tatanan politik yang menunjang, serta peralihan ke masyarakat modern (Muller, 2006:91). Di sisi ilmu sosiologi, Smelser mengemukakan teori modernisasinya yaitu teori diferensiasi strukturalnya. Baginya modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama. Perbedaanya, setelah adanya diferensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara efisien. Lalu ia juga berpendapat bahwa sekalipun diferensiasi struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional kelembagaan, namun juga menimbulkan masalah baru, yakni masalah integrasi yang berupa pengkoordinasian aktivitas berbagai lembaga baru tersebut. Menurut Smelser kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kekacauan ini akan menyebabkan agitasi politik damai sampai pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahkan terjadi perang geriliya dan
  • 3. 3 revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural. Secara singkat Smelser menguraikan penjelasannya untuk menguji pembangunan negara Dunia Ketiga dengan menggunakan konsep diferensiasi struktural. Dengan mengkaitkan akibat diferensiasi struktural, permasalahan integrasi sosial, dan kemungkinan timbulnya kerusuhan sosial, Smelser menunjuk bahwa modernisasi tidak harus merupakan satu proses yang lancar dan harmonis. Dengan kata lain, kerangka teori yang dibangun Smelser selain menunjukan proses modernisasi juga memberikan alat bantu analisa untuk menguji akibat samping modernisasi itu sendiri, khususnya dinegara Dunia Ketiga. Di sisi ilmu politik, Modernisasi menurut Coleman menunjuk pada proses diferensiasi struktur politik dan sekularisme budaya politik yang mengarah pada etos keadilan, dengan bertujuan akhir pada penguatan kapasitas sisttem politik. 1. Coleman berpendapat bahwa diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai salah satu kecenderungan dominan sejarah perkembangan sistem poltik modern. Coleman membatasi pengertian diferensiasi sebagai proses progresif pemisahan dan upaya spesialisasi atas peran dan kelembagaan didalam sistem politik. 2. Coleman berpendapat bahwa prinsip kesamaan dan keadilan merupakan etos masyarakat modern. 3. Coleman menyerukan bahwa usaha pembangunan politik yang berkeadilan akan membawa akibat pada perkembangan kapasitas sistem politik. 4. Coleman juga mengingatkan bahwa diferensisasi politik dan tuntutan keadlian memiliki akibat samping berupa ketegangan dan keterpecahbelahan sistem politik. Dengan demikian modernisasi bagi Coleman dapat diukur dengan seberapa jauh kapasistas sistem politik berkembang untuk mampu menghadapi dan mngatasi krisis-krisis yang diciptakan sendiri dalam proses perkembangannya. B. Kritik Modernisasi Dalam perjalanan sejarahnya, paradigma modernisasi secara bertahap kehilangan kekuatannya, disebabkan terutama oleh ketidakmampuannya
  • 4. 4 menjelaskan proses pembangunan yang sesungguhnya terjadi di Dunia Ketiga. Ini terbukti dengan adanya berbagai premis yang ternyata keliru, serta adanya berbagai dampak negatif modernisasi. Reputasinya juga semakin memburuk setelah para ilmuan Amerika Selatan mengembangkan Teori Dependensia (Amien,2005:142). Teori modernisasi ini adalah teori yang berasal dari daratan Eropa , tentu saja banyak mengandung nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh Eropa sedangka teori ini dipaksakan oleh Barat untuk diterapkan di banyak negara Dunia Ketiga yang memiliki kultur masyarakat yang sangat berbeda dengan Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa Eropa mengagap budayanyalah yang paling baik dan harus banyak diterapkan di negara Dunia Ketiga atau secara sosiologis mungkin gejala ini bisa disebut sebagai etnosentrisme. Setiap pemikir modernisasi Barat menganggap bahwa Barat adalah negara tingkatan tertinggi dan merupakan pusat transformasi dari negara berkembang menjdai negara maju dengan tinggat industrialisasi yang tinggi serta menempatka negara Dunia Ketiga sebagai kelas yang paling rendah dan memberi cap mereka sebagai negara primitif atau tradisional. Padahal setiap negara atau setiap daerah negara Dunia Ketiga itu mempunyai kultur tersendiri dan cara tersendiri pula untuk memecahkan masalahnya. Sangat sulit untuk bisa menerima sebuah teori_yang- _“dipaksakan”_yaitu_modernisasi (Fakih, 2002). Dari aspek teori, kajian Andre Gunder Frank (1969) tentang sosiologi pembangunan dan keterbelakangan sosiologi mengungkapkan bahwa perspektif modernisasi yang dikembangkan oleh ilmuwan yang tergabung dalam Research Center on Economic Development and Cultura Change, kubu utama modernisasi, tidak dapat dipertahankan secara empiris dan tidak memadai secara teoretis. Pengalaman juga menunjukkan bahwa implementasi paradigma itu terbukti tidak mampu merangsnag proses pembangunan di dunia ketiga. Frank menolak premis paradigma modernisasi yang melihat keterbelakangan sebagai kondisi orisinil, melainkan lebih merupakan kondisi yang diciptakan, misalnya deindustrilaisasi India oleh Inggris, akibat destruktif dari perdagangan budak bagi msyarakat Afrika serta penghancuran peradaban Indian di Amerika Tengah dan Selatan.
  • 5. 5 Kritik terhadap modernisasi tidak hanya tertuju kepada teori yang mendukung tetapi juga diarahkan kepada tradisi evolusionalisme dan fungsionalisme yang menjadi sumber inspirasi teori modernisasi. Smith (1973 dalam Hettne, 1990) membagi kritiknya dalam empat aspek. Secara metodologis, neo-evolusionalisme, sebagaimana yang dianut teori Rostow, didasarkan kepada komparasi statik, yaitu hanya memperhatikan titik awal dan akhir dari proses serta mengabaikan proses perubahan. Pendekatan ini mengabaikan aspek dinamika, sehingga perspektif menyeluruh menjadi hilang. Dari sisi logika, terdapat kekeliruan yang menyamaan serialisme dengan penjelasan kausal mengenai transisi. Secara empiris, mudah ditunjukkan bahwa semua upaya untuk mengklasifikasikan masyarakat dengan menggunakan indikator tradisi dan modernitas akan gagal. Frank (1969) menunjukkan bahwa pola Parson tentang masyarakat terbelakang (tradisional) dan masyarakat modern tidak sepenuhnya benar. Banyak negara maju masyarakatnya masih dipenuhi dengan partikularisme, status tempelan dan struktur peran secara fungsional tidak sekhusus yang diinginkan. Sebaliknya, ciri- ciri universalisme, prestasi dan kekhususan mungkin ditemukan dalam struktur sosial negara berkembang. Secara moral, keberatan paling utama adalah etnosentrisme yang terkandung dalam pendekatan modernisasi. Ini merupakan salah satu alasan utama bagi Amerika Latin untuk menerma aliran ketergantungan (Amien,2005:143). Fakta lain adalah munculnya kritik dari kaum revolusioner. Kaum kiri radikal ini meragukan bahwa rakyat miskin negara dunia ketiga akan mendapat manfaat ekonomi yang baik dari lahirnya teori modernisasi. Menurut mereka teori modernisasi itu penting tetapi belum cukup. Sebagian besar masalah ternyata lahir dari negara itu sendiri. Semua usaha pembangunan tidak akan banyak terasa pada masyarakat golongan bawah dan secara struktural menguntungkan kaum elite dari negara tersebut. Ada lagi kritik tajam dari kaum revolusioner ini yaitu mereka sinis terhadap lembaga lembaga dunia yang mendukung teori “ basic needs” seperti PBB , Bank Dunia dan lembaga internasional lain untuk menumbuhkan pembangunan di negara negara Dunia Ketiga. Mereka itu hanya berbicara masalah isu mengurangi angka kemiskinan dan berusaha memecahkan masalahnya. Namun buktinya isu kemiskinan itu sudah ada sejak lebih dari tiga dekade lalu
  • 6. 6 dan belum bisa terasa bagaimana pengurangan angka kemiskinan itu (Fakih, 2002). Jadi sebenarnya teori modernisasi Barat dan Amerika ini hanya berniat untun memperluas kekuasaannya saja di negara negara dunia ketiga saja. Mereka menancapkan budaya baru yang mereka bawa dari tanah mereka dan mencobanya untuk diterapkan di tanah lain yang belum jelas struktur negara, rakyat serta kondisi sosial yang ada. Yang mungkin terjadi bukanlah peningkatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, malah akan meningkatkat tingkat kemiskinan bagi rakyat golongan atas dan akan memberikan tumpukan kekayaan bagi kaum elit yang ada di negara negara tersebut. C. Munculnya Neo-modernisme atau Postmodernisme Kegagalan atas teori-teori modernisasi, menyebabkan banyak bermunculan kritik-kritik dan koreksi-koreksi atas perjalanan modernisasi selama ini. Ini akhirnya membuka suatu jalan menuju suatu gerakan yang bertujuan untuk mengoreksi dan memperbaiki segala kegagalan-kegagalan yang disebabkan oleh modernisasi dan akhrinya munculah neomodernisasi atau postmodernisme. Menurut Mora (2006:93), postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma modern. Penyebab munculnya postmodernisme adalah karena adanya keraguan dan ketidakyakinan terhadap sains modern, dalam konteks sistem pengetahuan. Munculnya keraguan dan ketidakyakinan tersebut dalam istilah Thomas Kuhn dalam bukunya “ Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains” disebut dengan krisis. Dalam krisis tersebut tidak menutup kemungkinan ada klaim terhadap penggunaan teori-teori baru. Postmodernisme yang muncul pada abad ke 20 M sebagai sebuah reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang dipandang gagal mencapai tujuan dan menyebabkan muncul sebagai patologi modernitas, sasaran dari munculnya postmodernisme dapat dikatakan untuk menggugat watak modernisme yang monoton, postivistik, rasionalistik dan teknosentris.
  • 7. 7 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Neomodernisasi atau Postmodernisasi Secara sederhana Postmodernisme atau Neo-Modernisme dapat diartikan dengan “pemahaman modernisme baru”. Mora (2006:93), postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma modern. Sedangkan neomodernisasi adalah modernisme yang berakar kuat dalam tradisi dan dimaksudkan untuk mengoreksi modernisme yang tidak terkendali yang telah muncul sebelumnya (Ghazali dan Effendi, 2009:161). Postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Karena peristiwa yang mengerikan selama abad ke-20. Postmodernisme menanyakan bagaimana seorang dapat percaya bahwa modernitas dapat membawa kemajuan dan harapan bagi masa depan yang lebih cemerlang. Karenanya postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas B. Teori-teori Postmodernisasi atau Neomodernisasi Menurut Turner (1998), teori sosiologi tentang postmodernisme dapat dipilah menjadi dua, yakni yang lebih melihat dari akibat perubahan berbagai aspek ekonomi dan satu lagi dari sisi kultural. Berbeda dengan ini, Ritzer melabeli dengan yang moderat dan radikal. Frederic Jameson yang melihat dari perubahan struktur ekonomi digolongkan sebagai moderat, sedangkan yang radikal adalah Jean Baudrillard yang dalam Turner digolongkan sebagai teoritis kultural. Fredric Jameson melihat masih ada kontinyuitas antara modernitas dengan postmodernitas. Ada persambungan antara keduanya. Dunia kapitalisme saat ini memasuki masa akhirnya, meskipun memang telah menumbuhkan logika kultural baru, yakni postmodernisme. Meskipun kulturalnya berubah namun struktur ekonomi yang terjadi masih dengan basis pola yang lama. Ia melihat sekaligus sisi positif dan negatif dari postmodernitas. Ia menemukan ada tiga tahapan dalam kapitalisme yang dimulai dengan kapitalisme pasar, diikuti dengan lahirnya jaringan kapitalis
  • 8. 8 global, dan akhirnya kapitalisme akhir dengan semakin bebasnya pergerakan modal di seluruh dunia. Perubahan dalam struktur ekonomi ini memperngaruhi pula pada bentuk-bentuk kultural. Satu ciri kultural baru adalah elemen yang lebih heterogen. Tidak terjadi dominansi satu kultur tertentu, namun ada banyak kekuatan yang saling hadir secara bersamaan. Jameson menunjukkan suatu upaya besar untuk merevitalisasi Marxisme dengan cara membangun sintesis antara wacana posmodernisme dan Marxisme. Ia melihat posmodernisme sebagai totalitas sosial, budaya, ekonomi, politik dan sejarah yang menandai gejala-gejala sosial mutakhir sejak 1950-an seiring dengan munculnya struktur masyarakat baru dengan nama beragam. Sebaliknya, Jean Baudrillard berpandangan lebih ekstrem. Ia mengusulkan pertukaran simbolis sebagai pengganti pertukaran ekonomi. Dalam pertukaran simbolis, kedua pihak berperan sama kuat. Setiap orang melakukan dua proses timbal balik sekaligus. Gagasan pertukaran simbolis ini berbeda sekali dengan pertukaran dalam kapitalisme. Masyarakat tidak lagi hanya didominiasi oleh produksi, namun oleh berbagai kekuatan lain yakni media, informasi, hiburan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Baudrillard meyakini telah terjadi peralihan dari masyarakat yang didominasi oleh “mode produksi” ke ”kode produksi”. Satu teoritisi lain adalah Zygmunt Bauman (dalam Seidman, 2008), yang mempelajari dampak deinstitusionalisme makna tentang diri yang khas, random, dan terdiferensiasi. Ia menyusun sosiologi postmodernisme dari poststruktural Perancis dan teori kritis Jerman. Ia mengkritik pandangan orang tentang “pencerahan”. Baginya pencerahan telah memunculkan alasan legislatif, yakni peningkatan individualitas, pluralisme dan menolak keraguan dan ketidaktentuan (uncertainty). Dalam masyarakat postmodernisme, katanya, tidak lagi dibutuhkan legitimasi intelektual dan juga negara. Masyarakat menjadi semakin tergantung kepada pasar. Basis gaya kehidupan telah beralih ke konsumsi. Negara juga tak lagi terlalu membutuhkan intelektual. Namun, postmodernisme masih melanjutkan beberapa sisi modernisme yakni nilai-nilai pilihan, diversitas, kritis dan refleksif. Dalam postmodernisme, dianut paham pluralisme pengetahuan. Dalam masyarakat postmodern, sosiologi tidak lagi dibutuhkan untuk legislasi
  • 9. 9 sosial order dan norma kultural. Sosiologi baru harus mampu memfasilitasi pemahaman bersama dan harus pula lebih interpretatif. C. Ciri-ciri Pemikiran Postmodernisme Dalam upaya pemetaan wilayah Postmodernisme, menurut Amin Abdullah ada tiga fenomena dasar yang menjadi tulang pungung arus pemikiran postmodernsme yang ia istilahkan dengan ciri-ciri strukur fundamental pemikiran Postmodernisme, yaitu: 1. Dekonstruktifisme Hampir semua bangunan atau konstruksi dasar keilmuan yang telah mapan dalam era modern, baik dalam bidang sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah, bahkan juga dalam ilmu-ilmu kealaman yang selama ini dianggap baku yang biasa disebut dengan grand theory ternyata dipertanyakan ulang oleh alur pemikiran Postmodernisme. Hal itu terjadi karena grand theory tersebut dianggap terlalu skematis dan terlalu menyederhanakan persoalan yang sesungguhnya serta dianggap menutup munculnya teori-teori lain yang barangkali jauh lebih dapat membantu memahami realitas dan pemecahan masalah. Jadi klaim adanya teori- teori yang baku, standar, yang tidak dapat diganggu gugat, itulah yang ditentang oleh para pemikir Postmodernisme. Para protagonis pemikiran Postmodernisme tidak meyakini validitas “konstruksi”bangunan keilmuan yang “baku”, yang “standar” yang telah disusun oleh genarasi modernis. Standar itu dilihatnya terlalu kaku dan terlalu skematis sehingga tidak cocok untuk melihat realitas yang jauh lebih rumit. Dalam teori sosiologi modern, para ilmuan cenderung untuk melihat gejala keagamaan sebagai wilayah pengalaman yang amat sangat bersifat individu. Pengalaman keagamaan itu tidak terkait dan harus dipisahkan dari kenyataan yang hidup dalam realitas social yang ada. Era Postmodernisme ingin melihat suatu fenomena sosial, fenomena keberagamaan, realitas fisika apa adanya, tanpa harus terkurung oleh anggapan dasar atau teori baku dan standar yang diciptakan pada masa modernisme. Maka konstruksi bangunan atau bangunan keilmuan yang telah dibangun susah payah oleh generasi modernisme ingin diubah, diperbaiki, dan disempurnakan oleh para
  • 10. 10 pemikir postmodernis. Dalam istilah Amin Abdullah dikenal dengan “deconstructionism” yakni upaya mempertanyakan ulang teori-teori yang sudah mapan yang telah dibangun oleh pola pikir modernisme, untuk kemudian dicari dan disusun teori yang lebih relevan dalam memahami kenyataan masyarakat, realitas keberagamaan, dan realitas alam yang berkembang saat ini (Abdullah, 2004:96) 2. Relativisme Thomas S. Kuhn adalah salah seorang pemikir yang mendobrak keyakinan para ilmuan yang bersifat positivistik. Pemikiran positivisme memang lebih menggarisbawahi validitas hukum-hukum alam dan social yang bersifat universal yang dibangun oleh rasio. Manivestasi pemikiran Postmodernisme dalam hal realitas budaya (nilai- nilai, kepercayaan agama, tradisi, budaya dan lainnya) tergambar dalam teori-teori yang dikembangkan oleh disiplin antropologi. Dalam pandangan antropolog, tidak ada budaya yang sama dan sebangun antara satu dengan yang lain. Seperti budaya Amerika jelas berbeda dengan budaya Indonesia. Maka nilai-nilai budaya jelas sangat beraneka ragam sesuai dengan latarbelakang sejarah, geografis, demografis dan lain sebagainya. Dari sinilah nampak, bahwa nilai-nilai budaya bersifat relatif, dalam arti antara satu budaya dengan budaya yang lain tidak dapat disamakan seperti hitungan matematis. Dan hal ini sesuai dengan alur pemikiran postmdernisme yaitu bahwa wilayah budaya, bahasa, cara berpikir dan agama sangat ditentukan oleh tata nilai dan adat kebiasaan masing-masing. Dari sinilah nampak jelas, bahwa para pemikir Postmodernisme menganggap bahwa segala sesuatu itu sifatnya relative dan tidak boleh absolut, karena harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Namun konsepsi relativisme ini ditentang oleh Seyyed Hoessein Nasr, seorang pemikir kontempor. Baginya tidak ada relativisme yang absolut lantaran hal itu akan menghilangkan normativitas ajaran agama. Tetapi juga tidak ada pengertian absolut yang benar- benar absolut, selagi nilai-nilai yang absolute itu dikurung oleh historisitas keanusiaan itu sendiri (Ibid, hlm. 103-104).
  • 11. 11 3. Pluralisme Akumulasi dari ciri pemikiran Postmodernisme yaitu pluralisme. Era pluralisme sebenarnya sudah diketahui oleh banyak bangsa sejak dahulu kala, namun gambaran era pluralisme saat itu belum dipahami sepeti era sekarang. Hasil teknologi modern dalam bidang transportasi dan komunikasi menjadikan era pluralisme budaya dan agama telah semakin dihayati dan dipahami oleh banyak orang dimanapun mereka berada. Adanya pluralitas budaya, agama, keluarga, ras, ekonomi, social, suku, pendidikan, ilmu pengetahuan, militer, bangsa, negara, dan politik merupakan sebuah realitas. Dan berkaitan dengan paradigma tunggal seperti yang dikedepankan oleh pendekatan kebudayaan barat modernis, develop, mentalis, baik dalam segi keilmuan, maupun lainnya telah dipertanyakan keabsahannya oleh pemangku budaya-budaya di luar budaya modern. Maka dalam konteks keindonesiaan khususnya, dari ketiga ciri pemikiran Postmodernisme, nampaknya fenomena pluralisme lebih dapat diresapi oleh sebagian besar masyarakat (Ibid, hlm. 104-105).
  • 12. 12 BAB III PENUTUP A. Ulasan Neomodernisasi atau postmodernisme merupakan reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang dipandang gagal mencapai tujuan sehingga menyebabkan munculnya patologi modernitas dan akhirnya menimbulkan kritik-kritik dan koreksi-koreksi dari para ahli. Teori-teori tentang postmodernisme-pun banyak bermunculan, di antaranya Turner yang mengatakan bahwa postmodernisme dapat dipilah menjadi dua yaitu lebih melihat dari akibat perubahan berbagai aspek ekonomi dan aspek kultural, Fredric Jameson menyatakan bahwa ia melihat masih ada kontinyuitas antara modernitas dengan postmodernitas, dll. Ciri-ciri pemikir postmodernisme ialah bersifat: 1. Dekonstruktifisme (upaya mempertanyakan ulang teori-teori yang sudah mapan yang telah dibangun oleh pola pikir modernisme, untuk kemudian dicari dan disusun teori yang lebih relevan dalam memahami kenyataan masyarakat, realitas keberagamaan, dan realitas alam yang berkembang saat ini (Abdullah, 2004:96)); 2. Relativisme (mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada); 3. Pluralisme (mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya).
  • 13. 13 DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Amin.2004. Falsafah Kalam Di Era Postmodernisme. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Amien, Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan Dari Perspektif Sains Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fakih, Mansoer. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press. Ghazali, Abd. Moqsith dan Djohan Effendi. 2009. Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Muller, Johannes. 2006. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wora, Emanuel. 2006. Perenialisme:Kritik atas Modernisme & Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius. Andi, Pratoro. 2012. (http://hellotoroandi.blogspot.com/2012/06/normal-0-false- false-false-in-x-none-x.html). Diakses pada 9 April 2014. El-Syarif, Hefa. 2009. (http://hefael- syarif.blogspot.com/2009/11/postmodernisme-rekontruksi-dan.html). Diakses pada 9 April 2014. Syahyuti. 2011.(http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/03/teori-teori- postmodern.html). Diakses pada 9 April 2014. ------. 2013. (http://gatotkacamuda.wordpress.com/2013/03/10/kritik-teori- modernisasi/). Diakses pada 9 April 2014.