SlideShare a Scribd company logo
1
Hutan mangrove yang terletak di Kecamatan Batu Ampar
adalah yang terluas di Provinsi Kalimantan Barat. Hutan
mangrove itu kini terancam rusak. Untuk mempertahankan
dan menyelamatkannya dibutuhkan kebijakan pemerintah
pusat dan daerah yang berperspektif perlindungan,
produksi, dan partisipasi.
Sampai saat ini, banyak aktor terlibat dalam pengelolaan
hutan mangrove di Batu Ampar. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah membuat kebijakan sendiri mengenai
pengelolaan mangrove di lokasi ini. Peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan hutan mangrove ditafsirkan
secara beragam. Akibatnya muncul kesenjangan antara
peraturan dengan praktiknya. Sementara itu, terdapat
kompetisi pemanfaatan mangrove antara perusahaan dan
masyarakat setempat. Perusahaan memperoleh izin dari
Kementerian Kehutanan untuk mengeksploitasi hasil hutan
kayu (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Alam, IUPHHK-HA), sedangkan masyarakat
banyak memanfaatkan mangrove untuk industri arang
tradisional. Semua ini memberikan kontribusi pada
menurunnya kualitas tutupan hutan mangrove di Batu
Ampar.
Studi ini mendukung pendekatan community-based forest
management (CBFM) dalam pengelolaan hutan mangrove
di Batu Ampar. Kementerian Kehutanan telah
mengeluarkan berbagai pilihan kebijakan CBFM ini. Salah
satu opsi yang tengah diupayakan Pemerintah Daerah
Kubu Raya adalah pemberian izin Hutan Tanaman Rakyat
(HTR). Namun, persoalannya batas fungsi kawasan hutan
lindung dan hutan produksi di Batu Ampar tidak jelas
sehingga tidak dapat diketahui dimana opsi HTR ini
mungkin dilakukan.
Perbedaan persepsi mengenai kawasan hutan lindung juga
terjadi antara perusahaan dengan masyarakat. Sebuah
perusahaan pemegang IUPHHK-HA, misalnya,
menyatakan areal di sekitar konsesinya sebagai hutan
lindung sehingga membatasi akses masyarakat pada areal
tersebut. Menariknya, masyarakat tidak pernah
mendapat informasi langsung dari instansi yang berwenang
mengenai status kawasan tersebut.
Persoalan lain di Batu Ampar adalah ketiadaan
pelaksanaan kebijakan pengelolaan mangrove secara
terpadu. Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove (SNPEM) tidak bekerja di Batu Ampar.
Demikian pula inisiatif Pemerintah Kabupaten membentuk
sebuah forum multipihak yang disebut Kelompok Kerja
Mangrove Daerah (KKMD) tidak berkembang.
Melihat persoalan nyata yang terjadi pada ekosistem
mangrove dan relasi antar-aktor di dalamnya, studi ini
merekomendasikan dijalankannya kebijakan pengelolaan
hutan mangrove secara kolaboratif. Untuk tujuan itu maka
revitalitasi KKMD dapat menjadi pintu masuk. Namun
demikian, kami memandang bahwa KKMD itu harus
mempromosikan pendekatan CBFM yang dijalankan
dengan prinsip-prinsip tata kelola hutan yang baik.
Artinya, transparansi, partisipasi, akuntabilitas, koordinasi
dan kapasitas menjadi dasar dari seluruh kerja sama para
pihak dalam forum tersebut.
Ringkasan Eksekutif
2
Hutan mangrove di Indonesia merupakan hutan mangrove
terluas di Asia Tenggara atau meliputi 59,8% dari total luas
hutan mangrove di kawasan ini (Geisen dkk., 2006:2). Hasil
pemetaan dari Bakosutarnal pada tahun 2009 terhadap
kawasan hutan mangrove menunjukkan bahwa hutan
mangrove di Kalimantan Barat seluas 149.344 hektar
menempati urutan kelima sebagai kawasan terluas setelah
Papua, Kalimantan Timur, Riau, dan Sumatera Selatan
(www.indonesia.wetlands.org).
Kawasan mangrove terluas
di Kalimantan Barat
berada di Kabupaten Kubu
Raya yang luasnya
mencapai 66% dari luas
hutan mangrove di
provinsi tersebut.
Sementara itu, hutan
mangrove terluas di
Kabupaten Kubu Raya
berada di Kecamatan Batu
Ampar. Hasil pemetaan
Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2008
menyebutkan bahwa luas
hutan mangrove Batu Ampar ± 65.585 hektar, yang terdiri
dari 33.402 hektar hutan lindung dan 32.183 hektar hutan
produksi (Subchi, dkk., 2012). Hutan mangrove Batu Ampar
terletak di muara Sungai Kapuas dan merupakan hutan
mangrove di tepi perairan sungai yang tumbuh ke arah darat.
Hutan tersebut didominasi oleh pohon Rhizophora apiculata,
Bruguiera gymnorhiza, dan diselingi oleh nyireh (Xylocarpus
granatum).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.936/
Menhut-II/2013 (lihat gambar 2), peruntukan kawasan hutan
di Desa Batu Ampar terdiri dari Hutan Lindung (HL), Hutan
Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan
Produksi yang dapat di konversi (HPT) dan Areal
Penggunaan Lain (APL). Khusus mengenai kawasan hutan
lindung, Kementerian
Kehutanan mengeluarkan
Keputusan No.
SK.127/Menhut-II/2013
tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung
Padu Empat–Lebak
Kerawang yang terletak di
Kabupaten Kubu Raya,
Provinsi Kalimantan Barat
seluas 8.551 (delapan ribu
lima ratus lima puluh satu)
hektar.
Orang-orang tua di Desa
Batu Ampar bertutur
bahwa dahulu mereka
mencari ikan, kepiting dan udang di sepanjang Sungai Kapuas
yang mengalir di depan desa. Selain itu, masyarakat juga
memanfaatkan kayu mangrove untuk dibuat arang.
Pembukaan hutan mangrove oleh masyarakat banyak
dilakukan pada masa pendudukan Jepang. Pada masa itu
masyarakat menebang pohon untuk dijadikan arang. Dulu
hanya sedikit orang yang membuat arang. Kini, jumlah
pembuat arang semakin banyak karena ikan, kepiting, dan
udang semakin susah didapat. Masyarakat menduga bahwa
berkurangnya populasi ikan,
kepiting, dan udang disebabkan
rusaknya ekosistem mangrove di
wilayah itu.
Dalam perkembangannya,
sumber daya alam di Desa Batu
Ampar juga dimanfaatkan oleh
pihak luar. Sejumlah izin
pemanfaatan hutan beroperasi di
wilayah ini. Di wilayah yang
termasuk Hutan Produksi,
Kementerian Kehutanan
menerbitkan izin pemanfaatan
kayu (Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Alam, IUPHHK-HA) kepada beberapa perusahaan. Salah satu
yang aktif beroperasi adalah PT. Bios. Perusahaan ini
mendapatkan izin seluas 10.100 hektar dan berlaku hingga
tahun 2021. PT. Bios memanfaatkan hutan mangrove sebagai
bahan baku industri pulp.
Masyarakat menuding kehadiran PT. Bios berkontribusi
signifikan pada kerusakan hutan mangrove di Batu Ampar.
Menurut mereka, perusahaan ini melakukan sistem tebang
habis pada hutan mangrove yang ada di arealnya. Sebaliknya,
masyarakat menerapkan sistem tebang pilih pohon mangrove.
Masyarakat hanya menebang pohon mangrove dengan
diameter kurang dari 20 centimeter.
Berdasarkan hasil pengamatan kami, pola tebangan PT. Bios
dalam skala luas menimbulkan usikan skala besar untuk hutan
mangrove. Pemulihan hutan
di bekas tebangan PT. Bios
telah mengubah struktur
penyusun hutan mangrove,
karena spesies dominan
(99%) adalah X. Granatum.
Pohon X. Granatum, dan
akarnya bukanlah habitat
yang baik untuk larva udang,
ikan, maupun kepiting.
Penebangan hutan mangrove
dalam skala besar telah
menyebabkan terjadinya
shifted spesies
pohon mangrove dari R.
Apiculata menjadi X.
Hutan Mangrove Batu Ampar: Status dan Kondisinya
3
Garanatum. Perubahan ini telah menyebabkan hutan
mangrove Batu Ampar kehilangan salah satu jasa ekologisnya
yaitu sebagai habitat nurcery ground untuk larva udang, ikan,
dan kepiting. Sebaliknya tebangan hutan mangrove oleh
masyarakat dalam skala kecil, 0,25 hektar,
tidak mengubah komunitas spesies penyusun hutan mangrove.
Penebangan pohon mangrove dalam skala kecil tersebut telah
menjaga biodiversitas penyusun hutan mangrove Batu
Ampar.
PT. Bios tidak hanya menebang tetapi juga melakukan
penanaman mangrove. Namun, berdasakan pengamatan kami,
mangrove yang ditanam oleh PT Bios hanya sejenis, yakni
rizhopora. Di beberapa lokasi bekas tebangan PT. Bios pun,
mangrove yang tumbuh alami cenderung hanya jenis pohon
Nyirih. Hal ini mengubah struktur dan komposisi
keanekaragaman hayati mangrove dan menghasilkan
ecological gap yang sangat besar.
Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM)
merupakan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam pengelolaan
mangrove di Indonesia. Salah satu aksi penting untuk
menjalankan SNPEM ini adalah pembentukan Kelompok
Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Di Kabupaten Kubu Raya,
Kelompok Kerja ini telah dibentuk pada tahun 2012, namun
dalam kenyatannya belum melakukan kegiatan apapun.
Upaya pengelolaan hutan mangrove Batu Ampar secara
terpadu juga pernah digagas oleh Dinas Kehutanan
bekerjasama dengan LPP Mangrove. Serupa dengan KKMD
di atas, inisiatif ini belum direalisasikan di lapangan.
Sementara kebijakan pengelolaan hutan mangrove belum
efektif dilaksanakan, kebijakan untuk eksploitasi mangrove
terus berlangsung. Hal ini terlihat dari operasi penebangan
mangrove oleh pemegang IUPHHK-HA. Masyarakat yang
juga memanfaatkan
mangrove dan
bergantung pada
ekosistem mangrove
belum memperoleh
perlindungan hukum.
Persepsi para aktor
terhadap keberadaan
hutan mangrove
berbeda-beda. Salah satu
persoalan adalah persepsi
mengenai batas fungsi
kawasan hutan yang ada
di Batu Ampar.
Sebagaimana disebutkan
pada bagian sebelumnya, Menteri Kehutanan mengeluarkan
Keputusan No. SK.127/Menhut-II/2013 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung Padu Empat–Lebak Kerawang yang
terletak di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.
Namun, baik masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten
Kubu Raya tidak mengetahui dimana batas-batas hutan
lindung itu. Bagi kedua pihak ini, informasi mengenai batas
kawasan hutan lindung itu penting karena berimplikasi pada
terbatasnya akses masyarakat pada kawasan tersebut. Hal ini
bertentangan dengan rencana Dinas Kehutanan Kubu Raya
yang ingin mendorong adanya pemberian izin Hutan
Tanaman Rakyat (HTR) bagi masyarakat. Sesuai dengan
peraturan kehutanan yang ada, izin tersebut hanya dapat
diberikan di kawasan hutan produksi.
Di tengah kebingungan masyarakat dan Pemerintah Daerah,
PT. Bios memasang plang bertuliskan ‘Hutan Lindung’ pada
wilayah di dekat arealnya. Pihak perusahaan ini berdalih
bahwa mereka wajib
menyisakan 43% dari arealnya
untuk kepentingan konservasi.
Namun, perusahaan ini tidak
dapat menjelaskan apakah areal
yang mereka tandai dengan
plang ‘Hutan Lindung’ itu
adalah bagian dari areal konsesi
mereka atau tidak. Masyarakat
pun mempertanyakan apakah
areal tersebut adalah ‘Hutan
Lindung Pemerintah’ atau
‘Hutan Lindung Perusahaan’.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan (dikenal pula
dengan community-based forest management, CBFM) telah
menjadi kebijakan Kementerian Kehutanan. Hal ini terlihat dari
sejumlah kebijakan pemberdayaan masyarakat seperti halnya
Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan, dan Hutan
Desa. Studi ini menilai bahwa pengelolaan hutan mangrove di
Batu Ampar memerlukan pendekatan kolaboratif dengan
menempatkan masyarakat sebagai aktor yang dilindungi hak-
hak, pranata, dan praktik pemanfaatan hutannya.
Pendekatan CBFM di kawasan hutan mangrove mensyaratkan
terpenuhinya aspek-aspek tata kelola di bawah ini:
1. Pengakuan pada pengelolaan hutan mangrove pada
tingkat lokal dengan dengan membentuk peraturan desa
mengenai tata cara pengelolaan mangrove oleh
masyarakat.
2. Kebijakan pemerintah untuk pelibatan masyarakat lokal
dalam pengelolaan hutan mangrove.
3. Pengelolaan sumber daya hutan yang melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan.
4. Pengelolaan hutan mangrove yang mengkaitkan secara
simultan tujuan-tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial-
budaya.
Kesenjangan Kebijakan, Persepsi, dan Praktik dalam Pengelolaan Mangrove
Urgensi Pendekatan CBFM
Kotak 1.Teknologi Pembuatan Arang di Batu Ampar
4
Penggunaan pendekatan CBFM dapat memberikan
keuntungan ganda. Pertama, dengan mengakomodasi
aspirasi masyarakat maka pengelolaan mangrove akan
menarik bagi masyarakat sehingga akan mempermudah
proses pengelolaan. Kedua, memberikan peluang bagi
masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan
mangrove. Selain itu yang lebih penting lagi adalah
adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk
menggapai kondisi tersebut, tentu saja pihak-pihak yang
terlibat perlu duduk bersama untuk mendiskusikan
masalah kontrol dan akses terhadap mangrove. Dalam
skenario ini, sesungguhnya, perusahaan akan turut
diuntungkan karena akan mendapatkan jaminan pasokan
bahan baku secara berkelanjutan. Kerugian perusahaan
hanya satu yakni berkurangnya keuntungan karena mereka
tidak dapat lagi melakukan penebangan membabi buta.
Upaya untuk memulai adanya CBFM sebenarnya telah ada
sejak LPP Mangrove masuk pada tahun 2003. Namun saat
itu upaya tersebut terhenti karena adanya pergantian
pengurus dan keterbatasan dana serta program
pendampingan yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
potensi pengembangan model CBFM di desa ini dapat
dilanjutkan dengan dukungan dana dan komitmen para
pihak.
 Praktik pengelolaan, penguasaan, pemilikan, dan
pemanfaatan hutan mangrove di Batu
Ampar khususnya dan umumnya di wilayah
Kabupaten Kubu Raya mengalami gerak dinamis
sejalan dengan intervensi ekonomi, sosial budaya dan
politik yang berlangsung.
 Ada berbagai aktor yang terlibat dalam pengelolaan
hutan mangrove, yakni masyarakat, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah lokal (desa,
kabupaten, provinsi), pemerintah pusat dan
perusahaan. Masing-masing aktor memiliki
keterlibatan yang tidak sama intensitasnya.
 Komitmen pemerintah Indonesia dalam pengelolaan
mangrove semakin menguat. Hal ini dibuktikan
dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 73 Tahun
2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan
Ekosistem Mangrove (SNPEM). Peraturan ini
merupakan pedoman dan landasan bagi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha dan
masyarakat dalam pengelolaan mangrove di
Indonesia. Namun masih banyak terjadi kesenjangan
antara peraturan perundangan-undangan dengan
realitas pengelolaan mangrove.
Studi ini menunjukkan ada banyak kepentingan yang
berdampak terhadap kelestarian mangrove di Batu
Ampar. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan
mangrove secara berkelanjutan yang melibatkan semua
pihak (kolaborasi pengelolaan mangrove). Secara khusus,
kami merekomendasikan:
 Masyarakat setempat agar mempraktikkan
pengelolaan mangrove secara berkelanjutan. Untuk
itu, alternatif pemanfaatan sumber daya selain
industri arang tradisional perlu dikembangkan.
 Pemerintah Kabupaten Kubu Raya perlu
merumuskan model pengelolaan hutan mangrove di
Batu Ampar secara kolaboratif dengan pendekatan
CBFM. Dalam implementasinya Pemerintah Daerah
perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik yaitu transparansi, partisipasi, akuntabiltas,
koordinasi, dan penegakan hukum. Langkah pertama
untuk melaksanakan pengelolaan kolaboratif itu
adalah dengan menghidupkan kembali Kelompok
Kerja Mangrove Daerah (KKMD).


 Untuk memberikan dasar hukum yang lebih kuat
bagi pengelolaan kolaboratif ini, kami
merekomendasikan pembentukan Peraturan Daerah
atau Peraturan Desa mengenai pengelolaan
mangrove di Batu Ampar.
 Pemerintah Pusat perlu memfasilitasi terlaksananya
Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
(SNPEM) di Provinsi Kalimantan Barat, khususnya
di Kabupaten Kubu Raya. Dukungan Pemerintah
Pusat diperlukan bagi penjabaran strategi
implementasi SNPEM di Kubu Raya.
 Pemerintah khususnya Kementerian Kehutanan
harus memastikan bahwa pemegang izin
pemanfaatan hutan melakukan konservasi
berdasarkan standar ekologis yang sama, dan
menjamin regenerasi hutan mangrove
memperhatikan keanekaragaman jenis.
 LSM perlu melakukan pendampingan dan mendorong
terwujudnya CBFM dalam pengelolaan mangrove di
Batu Ampar
Policy brief ini dipublikasikan oleh
PSAP UGM, Perkumpulan Pena,
dan Konphalindo dengan dukungan
the Asia Foundation dan UK Aid
serta asistensi Epistema Institute.
Peneliti:
‐ PM Laksono - Esti Anantasari
‐ Tjut S. Djohan - Chatarina P. I
‐ Sumijati AS - Puspita Kusuma
‐ Suhardi - Jajang A. Sonjaya
‐ Irham - Almira Rianty
‐ A. Supriyanto - Ruddy Gustave
- H. Gusti Zulkifli Mulki, - Rinto
- Angga N. Utama
Kesimpulan
Rekomendasi
Cover : Akar mangrove di
Kabupaten Kubu Raya
Foto oleh Tim Peneliti

More Related Content

What's hot

Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03
Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03
Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03David Rajagukguk
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangroveEdy Sutrisno
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahari
KIARA
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Alfian Isnan
 
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth)  sebagai upaya ...Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth)  sebagai upaya ...
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...
Farid Ma'ruf
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataDendhy Nugraha
 
8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm
Warnet Raha
 
13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)
Samuel Rahallus
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
Asramid Yasin
 
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Helmi .
 
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
Devi Ningsih
 
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganMakalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganHani Setia
 
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH NganjukMateri konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
kphnganjuk
 
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
People Power
 
8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)
Operator Warnet Vast Raha
 
Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
Ringkasan identifikasi hcvf KPH NganjukRingkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
kphnganjuk
 
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...muh ichwan k
 

What's hot (20)

Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03
Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03
Tulisan dr prakarsa 09 10-2011-03
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrove
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahari
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
 
Hutan adat
Hutan adat Hutan adat
Hutan adat
 
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth)  sebagai upaya ...Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth)  sebagai upaya ...
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
 
8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm8113 16022-1-sm
8113 16022-1-sm
 
13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)13325 27415-1-sm (1) (1)
13325 27415-1-sm (1) (1)
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
 
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
 
Cagar alam
Cagar alamCagar alam
Cagar alam
 
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
 
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkunganMakalah hukum dan kebijakan lingkungan
Makalah hukum dan kebijakan lingkungan
 
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH NganjukMateri konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
 
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut KritisPengelolaan Lahan Gambut Kritis
Pengelolaan Lahan Gambut Kritis
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)8113 16022-1-sm(2)
8113 16022-1-sm(2)
 
Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
Ringkasan identifikasi hcvf KPH NganjukRingkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk
 
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...
Compensation Analysis Plant of society within the National Park area of Banti...
 

Viewers also liked

Presentación DHTIC
Presentación DHTICPresentación DHTIC
Presentación DHTIC
adareli20
 
SeedInvest Overview
SeedInvest OverviewSeedInvest Overview
SeedInvest Overview
SeedInvest
 
Rutina de ingles geraldine
Rutina de ingles geraldineRutina de ingles geraldine
Rutina de ingles geraldine
geraldine220612
 
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investmentB.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
Nexie_verena
 
NextCarPrediction
NextCarPredictionNextCarPrediction
NextCarPredictionJawed Khan
 
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
Nexie_verena
 
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
инна ветрова
 
Vertikalna farma
Vertikalna farmaVertikalna farma
Vertikalna farma
Joso Marich
 
Qu'est que le Saint-Esprit ?
Qu'est que le Saint-Esprit ?Qu'est que le Saint-Esprit ?
Qu'est que le Saint-Esprit ?
Pierrot Caron
 
The Kite Runner - Introduction to the book
The Kite Runner - Introduction to the bookThe Kite Runner - Introduction to the book
The Kite Runner - Introduction to the book
Visionary01
 
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isiKorsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Aksi SETAPAK
 

Viewers also liked (15)

Presentación DHTIC
Presentación DHTICPresentación DHTIC
Presentación DHTIC
 
SeedInvest Overview
SeedInvest OverviewSeedInvest Overview
SeedInvest Overview
 
MVRE
MVREMVRE
MVRE
 
Rutina de ingles geraldine
Rutina de ingles geraldineRutina de ingles geraldine
Rutina de ingles geraldine
 
603535ransomware
603535ransomware603535ransomware
603535ransomware
 
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investmentB.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
B.i.g. paint system delivers unprecedented results to protect your investment
 
NextCarPrediction
NextCarPredictionNextCarPrediction
NextCarPrediction
 
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
Hardening the Perimeter: The Role of the Guard Booth, Security Solutions and ...
 
FIBRES TÈXTILS
FIBRES TÈXTILSFIBRES TÈXTILS
FIBRES TÈXTILS
 
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
Пьецух В. "Что такое литература, и как это делается"
 
Vertikalna farma
Vertikalna farmaVertikalna farma
Vertikalna farma
 
MusicFIRST
MusicFIRSTMusicFIRST
MusicFIRST
 
Qu'est que le Saint-Esprit ?
Qu'est que le Saint-Esprit ?Qu'est que le Saint-Esprit ?
Qu'est que le Saint-Esprit ?
 
The Kite Runner - Introduction to the book
The Kite Runner - Introduction to the bookThe Kite Runner - Introduction to the book
The Kite Runner - Introduction to the book
 
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isiKorsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
 

Similar to Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian

Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
CIFOR-ICRAF
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
Nova DiLa
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
wahyuddin S.T
 
Resume konsultasi publik edit (upload blog)edit
Resume konsultasi publik edit (upload blog)editResume konsultasi publik edit (upload blog)edit
Resume konsultasi publik edit (upload blog)edit
kphnganjuk
 
Biologi populasi Rajungan
Biologi populasi RajunganBiologi populasi Rajungan
Biologi populasi Rajungan
arisandy08
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
erikakurnia
 
Konservasi mangrove pancer cengkron
Konservasi mangrove pancer cengkronKonservasi mangrove pancer cengkron
Konservasi mangrove pancer cengkron
sugi anto
 
Resume konsultasi publik edit (upload blog)
Resume konsultasi publik edit (upload blog)Resume konsultasi publik edit (upload blog)
Resume konsultasi publik edit (upload blog)
kphnganjuk
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Fatur Fatkhurohman
 
bioetnomelayu
bioetnomelayubioetnomelayu
bioetnomelayu
ENCIK ROSIANA
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
SubditSumberdayaPend
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
dewi rimayani
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
dewi rimayani
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
1408.pptx
1408.pptx1408.pptx
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveChristina Sinaga
 
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakatRingkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
Safira Aulia Rusmi
 
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptxmateri sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
AbnerRinaldiYosapatS
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Nurma Putri Tanadoang
 

Similar to Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian (20)

Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
Mangrove dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir (Mangroves and Clima...
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
 
Resume konsultasi publik edit (upload blog)edit
Resume konsultasi publik edit (upload blog)editResume konsultasi publik edit (upload blog)edit
Resume konsultasi publik edit (upload blog)edit
 
Biologi populasi Rajungan
Biologi populasi RajunganBiologi populasi Rajungan
Biologi populasi Rajungan
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
 
Konservasi mangrove pancer cengkron
Konservasi mangrove pancer cengkronKonservasi mangrove pancer cengkron
Konservasi mangrove pancer cengkron
 
Resume konsultasi publik edit (upload blog)
Resume konsultasi publik edit (upload blog)Resume konsultasi publik edit (upload blog)
Resume konsultasi publik edit (upload blog)
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
 
bioetnomelayu
bioetnomelayubioetnomelayu
bioetnomelayu
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
 
Mangrove care
Mangrove careMangrove care
Mangrove care
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
1408.pptx
1408.pptx1408.pptx
1408.pptx
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangrove
 
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakatRingkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
 
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptxmateri sosialisasi ppt slideshare.pptx
materi sosialisasi ppt slideshare.pptx
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
 

More from Aksi SETAPAK

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Aksi SETAPAK
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Aksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Aksi SETAPAK
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Aksi SETAPAK
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Aksi SETAPAK
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Aksi SETAPAK
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013
Aksi SETAPAK
 
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1
Aksi SETAPAK
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Aksi SETAPAK
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Aksi SETAPAK
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-englishPolicy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Aksi SETAPAK
 

More from Aksi SETAPAK (20)

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013
 
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasi
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-english
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-english
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesian
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-english
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-englishPolicy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
 

Recently uploaded

001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
miftahzannah
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
MUhammadIlham484521
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 

Recently uploaded (11)

001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 

Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian

  • 1. 1 Hutan mangrove yang terletak di Kecamatan Batu Ampar adalah yang terluas di Provinsi Kalimantan Barat. Hutan mangrove itu kini terancam rusak. Untuk mempertahankan dan menyelamatkannya dibutuhkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang berperspektif perlindungan, produksi, dan partisipasi. Sampai saat ini, banyak aktor terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove di Batu Ampar. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuat kebijakan sendiri mengenai pengelolaan mangrove di lokasi ini. Peraturan perundang- undangan tentang pengelolaan hutan mangrove ditafsirkan secara beragam. Akibatnya muncul kesenjangan antara peraturan dengan praktiknya. Sementara itu, terdapat kompetisi pemanfaatan mangrove antara perusahaan dan masyarakat setempat. Perusahaan memperoleh izin dari Kementerian Kehutanan untuk mengeksploitasi hasil hutan kayu (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam, IUPHHK-HA), sedangkan masyarakat banyak memanfaatkan mangrove untuk industri arang tradisional. Semua ini memberikan kontribusi pada menurunnya kualitas tutupan hutan mangrove di Batu Ampar. Studi ini mendukung pendekatan community-based forest management (CBFM) dalam pengelolaan hutan mangrove di Batu Ampar. Kementerian Kehutanan telah mengeluarkan berbagai pilihan kebijakan CBFM ini. Salah satu opsi yang tengah diupayakan Pemerintah Daerah Kubu Raya adalah pemberian izin Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Namun, persoalannya batas fungsi kawasan hutan lindung dan hutan produksi di Batu Ampar tidak jelas sehingga tidak dapat diketahui dimana opsi HTR ini mungkin dilakukan. Perbedaan persepsi mengenai kawasan hutan lindung juga terjadi antara perusahaan dengan masyarakat. Sebuah perusahaan pemegang IUPHHK-HA, misalnya, menyatakan areal di sekitar konsesinya sebagai hutan lindung sehingga membatasi akses masyarakat pada areal tersebut. Menariknya, masyarakat tidak pernah mendapat informasi langsung dari instansi yang berwenang mengenai status kawasan tersebut. Persoalan lain di Batu Ampar adalah ketiadaan pelaksanaan kebijakan pengelolaan mangrove secara terpadu. Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM) tidak bekerja di Batu Ampar. Demikian pula inisiatif Pemerintah Kabupaten membentuk sebuah forum multipihak yang disebut Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) tidak berkembang. Melihat persoalan nyata yang terjadi pada ekosistem mangrove dan relasi antar-aktor di dalamnya, studi ini merekomendasikan dijalankannya kebijakan pengelolaan hutan mangrove secara kolaboratif. Untuk tujuan itu maka revitalitasi KKMD dapat menjadi pintu masuk. Namun demikian, kami memandang bahwa KKMD itu harus mempromosikan pendekatan CBFM yang dijalankan dengan prinsip-prinsip tata kelola hutan yang baik. Artinya, transparansi, partisipasi, akuntabilitas, koordinasi dan kapasitas menjadi dasar dari seluruh kerja sama para pihak dalam forum tersebut. Ringkasan Eksekutif
  • 2. 2 Hutan mangrove di Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di Asia Tenggara atau meliputi 59,8% dari total luas hutan mangrove di kawasan ini (Geisen dkk., 2006:2). Hasil pemetaan dari Bakosutarnal pada tahun 2009 terhadap kawasan hutan mangrove menunjukkan bahwa hutan mangrove di Kalimantan Barat seluas 149.344 hektar menempati urutan kelima sebagai kawasan terluas setelah Papua, Kalimantan Timur, Riau, dan Sumatera Selatan (www.indonesia.wetlands.org). Kawasan mangrove terluas di Kalimantan Barat berada di Kabupaten Kubu Raya yang luasnya mencapai 66% dari luas hutan mangrove di provinsi tersebut. Sementara itu, hutan mangrove terluas di Kabupaten Kubu Raya berada di Kecamatan Batu Ampar. Hasil pemetaan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 menyebutkan bahwa luas hutan mangrove Batu Ampar ± 65.585 hektar, yang terdiri dari 33.402 hektar hutan lindung dan 32.183 hektar hutan produksi (Subchi, dkk., 2012). Hutan mangrove Batu Ampar terletak di muara Sungai Kapuas dan merupakan hutan mangrove di tepi perairan sungai yang tumbuh ke arah darat. Hutan tersebut didominasi oleh pohon Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan diselingi oleh nyireh (Xylocarpus granatum). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.936/ Menhut-II/2013 (lihat gambar 2), peruntukan kawasan hutan di Desa Batu Ampar terdiri dari Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi yang dapat di konversi (HPT) dan Areal Penggunaan Lain (APL). Khusus mengenai kawasan hutan lindung, Kementerian Kehutanan mengeluarkan Keputusan No. SK.127/Menhut-II/2013 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Padu Empat–Lebak Kerawang yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat seluas 8.551 (delapan ribu lima ratus lima puluh satu) hektar. Orang-orang tua di Desa Batu Ampar bertutur bahwa dahulu mereka mencari ikan, kepiting dan udang di sepanjang Sungai Kapuas yang mengalir di depan desa. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan kayu mangrove untuk dibuat arang. Pembukaan hutan mangrove oleh masyarakat banyak dilakukan pada masa pendudukan Jepang. Pada masa itu masyarakat menebang pohon untuk dijadikan arang. Dulu hanya sedikit orang yang membuat arang. Kini, jumlah pembuat arang semakin banyak karena ikan, kepiting, dan udang semakin susah didapat. Masyarakat menduga bahwa berkurangnya populasi ikan, kepiting, dan udang disebabkan rusaknya ekosistem mangrove di wilayah itu. Dalam perkembangannya, sumber daya alam di Desa Batu Ampar juga dimanfaatkan oleh pihak luar. Sejumlah izin pemanfaatan hutan beroperasi di wilayah ini. Di wilayah yang termasuk Hutan Produksi, Kementerian Kehutanan menerbitkan izin pemanfaatan kayu (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam, IUPHHK-HA) kepada beberapa perusahaan. Salah satu yang aktif beroperasi adalah PT. Bios. Perusahaan ini mendapatkan izin seluas 10.100 hektar dan berlaku hingga tahun 2021. PT. Bios memanfaatkan hutan mangrove sebagai bahan baku industri pulp. Masyarakat menuding kehadiran PT. Bios berkontribusi signifikan pada kerusakan hutan mangrove di Batu Ampar. Menurut mereka, perusahaan ini melakukan sistem tebang habis pada hutan mangrove yang ada di arealnya. Sebaliknya, masyarakat menerapkan sistem tebang pilih pohon mangrove. Masyarakat hanya menebang pohon mangrove dengan diameter kurang dari 20 centimeter. Berdasarkan hasil pengamatan kami, pola tebangan PT. Bios dalam skala luas menimbulkan usikan skala besar untuk hutan mangrove. Pemulihan hutan di bekas tebangan PT. Bios telah mengubah struktur penyusun hutan mangrove, karena spesies dominan (99%) adalah X. Granatum. Pohon X. Granatum, dan akarnya bukanlah habitat yang baik untuk larva udang, ikan, maupun kepiting. Penebangan hutan mangrove dalam skala besar telah menyebabkan terjadinya shifted spesies pohon mangrove dari R. Apiculata menjadi X. Hutan Mangrove Batu Ampar: Status dan Kondisinya
  • 3. 3 Garanatum. Perubahan ini telah menyebabkan hutan mangrove Batu Ampar kehilangan salah satu jasa ekologisnya yaitu sebagai habitat nurcery ground untuk larva udang, ikan, dan kepiting. Sebaliknya tebangan hutan mangrove oleh masyarakat dalam skala kecil, 0,25 hektar, tidak mengubah komunitas spesies penyusun hutan mangrove. Penebangan pohon mangrove dalam skala kecil tersebut telah menjaga biodiversitas penyusun hutan mangrove Batu Ampar. PT. Bios tidak hanya menebang tetapi juga melakukan penanaman mangrove. Namun, berdasakan pengamatan kami, mangrove yang ditanam oleh PT Bios hanya sejenis, yakni rizhopora. Di beberapa lokasi bekas tebangan PT. Bios pun, mangrove yang tumbuh alami cenderung hanya jenis pohon Nyirih. Hal ini mengubah struktur dan komposisi keanekaragaman hayati mangrove dan menghasilkan ecological gap yang sangat besar. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM) merupakan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Indonesia. Salah satu aksi penting untuk menjalankan SNPEM ini adalah pembentukan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Di Kabupaten Kubu Raya, Kelompok Kerja ini telah dibentuk pada tahun 2012, namun dalam kenyatannya belum melakukan kegiatan apapun. Upaya pengelolaan hutan mangrove Batu Ampar secara terpadu juga pernah digagas oleh Dinas Kehutanan bekerjasama dengan LPP Mangrove. Serupa dengan KKMD di atas, inisiatif ini belum direalisasikan di lapangan. Sementara kebijakan pengelolaan hutan mangrove belum efektif dilaksanakan, kebijakan untuk eksploitasi mangrove terus berlangsung. Hal ini terlihat dari operasi penebangan mangrove oleh pemegang IUPHHK-HA. Masyarakat yang juga memanfaatkan mangrove dan bergantung pada ekosistem mangrove belum memperoleh perlindungan hukum. Persepsi para aktor terhadap keberadaan hutan mangrove berbeda-beda. Salah satu persoalan adalah persepsi mengenai batas fungsi kawasan hutan yang ada di Batu Ampar. Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya, Menteri Kehutanan mengeluarkan Keputusan No. SK.127/Menhut-II/2013 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Padu Empat–Lebak Kerawang yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Namun, baik masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Kubu Raya tidak mengetahui dimana batas-batas hutan lindung itu. Bagi kedua pihak ini, informasi mengenai batas kawasan hutan lindung itu penting karena berimplikasi pada terbatasnya akses masyarakat pada kawasan tersebut. Hal ini bertentangan dengan rencana Dinas Kehutanan Kubu Raya yang ingin mendorong adanya pemberian izin Hutan Tanaman Rakyat (HTR) bagi masyarakat. Sesuai dengan peraturan kehutanan yang ada, izin tersebut hanya dapat diberikan di kawasan hutan produksi. Di tengah kebingungan masyarakat dan Pemerintah Daerah, PT. Bios memasang plang bertuliskan ‘Hutan Lindung’ pada wilayah di dekat arealnya. Pihak perusahaan ini berdalih bahwa mereka wajib menyisakan 43% dari arealnya untuk kepentingan konservasi. Namun, perusahaan ini tidak dapat menjelaskan apakah areal yang mereka tandai dengan plang ‘Hutan Lindung’ itu adalah bagian dari areal konsesi mereka atau tidak. Masyarakat pun mempertanyakan apakah areal tersebut adalah ‘Hutan Lindung Pemerintah’ atau ‘Hutan Lindung Perusahaan’. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan (dikenal pula dengan community-based forest management, CBFM) telah menjadi kebijakan Kementerian Kehutanan. Hal ini terlihat dari sejumlah kebijakan pemberdayaan masyarakat seperti halnya Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan, dan Hutan Desa. Studi ini menilai bahwa pengelolaan hutan mangrove di Batu Ampar memerlukan pendekatan kolaboratif dengan menempatkan masyarakat sebagai aktor yang dilindungi hak- hak, pranata, dan praktik pemanfaatan hutannya. Pendekatan CBFM di kawasan hutan mangrove mensyaratkan terpenuhinya aspek-aspek tata kelola di bawah ini: 1. Pengakuan pada pengelolaan hutan mangrove pada tingkat lokal dengan dengan membentuk peraturan desa mengenai tata cara pengelolaan mangrove oleh masyarakat. 2. Kebijakan pemerintah untuk pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan mangrove. 3. Pengelolaan sumber daya hutan yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. 4. Pengelolaan hutan mangrove yang mengkaitkan secara simultan tujuan-tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial- budaya. Kesenjangan Kebijakan, Persepsi, dan Praktik dalam Pengelolaan Mangrove Urgensi Pendekatan CBFM Kotak 1.Teknologi Pembuatan Arang di Batu Ampar
  • 4. 4 Penggunaan pendekatan CBFM dapat memberikan keuntungan ganda. Pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat maka pengelolaan mangrove akan menarik bagi masyarakat sehingga akan mempermudah proses pengelolaan. Kedua, memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan mangrove. Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menggapai kondisi tersebut, tentu saja pihak-pihak yang terlibat perlu duduk bersama untuk mendiskusikan masalah kontrol dan akses terhadap mangrove. Dalam skenario ini, sesungguhnya, perusahaan akan turut diuntungkan karena akan mendapatkan jaminan pasokan bahan baku secara berkelanjutan. Kerugian perusahaan hanya satu yakni berkurangnya keuntungan karena mereka tidak dapat lagi melakukan penebangan membabi buta. Upaya untuk memulai adanya CBFM sebenarnya telah ada sejak LPP Mangrove masuk pada tahun 2003. Namun saat itu upaya tersebut terhenti karena adanya pergantian pengurus dan keterbatasan dana serta program pendampingan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, potensi pengembangan model CBFM di desa ini dapat dilanjutkan dengan dukungan dana dan komitmen para pihak.  Praktik pengelolaan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan hutan mangrove di Batu Ampar khususnya dan umumnya di wilayah Kabupaten Kubu Raya mengalami gerak dinamis sejalan dengan intervensi ekonomi, sosial budaya dan politik yang berlangsung.  Ada berbagai aktor yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove, yakni masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah lokal (desa, kabupaten, provinsi), pemerintah pusat dan perusahaan. Masing-masing aktor memiliki keterlibatan yang tidak sama intensitasnya.  Komitmen pemerintah Indonesia dalam pengelolaan mangrove semakin menguat. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM). Peraturan ini merupakan pedoman dan landasan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Indonesia. Namun masih banyak terjadi kesenjangan antara peraturan perundangan-undangan dengan realitas pengelolaan mangrove. Studi ini menunjukkan ada banyak kepentingan yang berdampak terhadap kelestarian mangrove di Batu Ampar. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan mangrove secara berkelanjutan yang melibatkan semua pihak (kolaborasi pengelolaan mangrove). Secara khusus, kami merekomendasikan:  Masyarakat setempat agar mempraktikkan pengelolaan mangrove secara berkelanjutan. Untuk itu, alternatif pemanfaatan sumber daya selain industri arang tradisional perlu dikembangkan.  Pemerintah Kabupaten Kubu Raya perlu merumuskan model pengelolaan hutan mangrove di Batu Ampar secara kolaboratif dengan pendekatan CBFM. Dalam implementasinya Pemerintah Daerah perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang baik yaitu transparansi, partisipasi, akuntabiltas, koordinasi, dan penegakan hukum. Langkah pertama untuk melaksanakan pengelolaan kolaboratif itu adalah dengan menghidupkan kembali Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD).    Untuk memberikan dasar hukum yang lebih kuat bagi pengelolaan kolaboratif ini, kami merekomendasikan pembentukan Peraturan Daerah atau Peraturan Desa mengenai pengelolaan mangrove di Batu Ampar.  Pemerintah Pusat perlu memfasilitasi terlaksananya Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM) di Provinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya. Dukungan Pemerintah Pusat diperlukan bagi penjabaran strategi implementasi SNPEM di Kubu Raya.  Pemerintah khususnya Kementerian Kehutanan harus memastikan bahwa pemegang izin pemanfaatan hutan melakukan konservasi berdasarkan standar ekologis yang sama, dan menjamin regenerasi hutan mangrove memperhatikan keanekaragaman jenis.  LSM perlu melakukan pendampingan dan mendorong terwujudnya CBFM dalam pengelolaan mangrove di Batu Ampar Policy brief ini dipublikasikan oleh PSAP UGM, Perkumpulan Pena, dan Konphalindo dengan dukungan the Asia Foundation dan UK Aid serta asistensi Epistema Institute. Peneliti: ‐ PM Laksono - Esti Anantasari ‐ Tjut S. Djohan - Chatarina P. I ‐ Sumijati AS - Puspita Kusuma ‐ Suhardi - Jajang A. Sonjaya ‐ Irham - Almira Rianty ‐ A. Supriyanto - Ruddy Gustave - H. Gusti Zulkifli Mulki, - Rinto - Angga N. Utama Kesimpulan Rekomendasi Cover : Akar mangrove di Kabupaten Kubu Raya Foto oleh Tim Peneliti