Dokumen ini membahas perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri berdasarkan teori migrasi Lewis dan teori transformasi struktural Chenery. Proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat, dengan kontribusi pertanian terhadap PDB menurun dari 45% pada 1970-an menjadi 16-20% pada 1990-an akibat pertumbuhan output sektor pertanian lebih rendah dari sektor lain.
2. Perubahan Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan struktur
ekonomi disebut transpormasi struktural,
artinya rangkaian perubahan yang saling
terkait satu dengan yang lainnya dalam
komposisi AD, perdagangan luar negeri
(ekspor dan impor), AS (produksi dan
penggunaan faktor produksi yang diperlukan
guna mendukung pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
(Chenery, 1979)
3. 1. Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan
pembahasan pada mekanisme transpormasi
ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang
semula lebih bersifat subsistence dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
ke struktur perekonomian yang lebih modern,
yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer.
Ada 2 teori yang umum digunakan dalam
penganalisis perubahan struktur ekonomi.
4. a. Teori Migrasi (Arthus Lewis), bahwa ekonomi suatu
negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu:
Perekonomian Tradisional dipedesaan yang
didominasi oleh sektor pertanian Perekonomian Modern
diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di
pedesaan karena pertumbuhan penduduknay tinttgi, maka
terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada
pada kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan
produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil
(w) yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi
perekonomian Modern.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
5. • Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang
merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat
upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume
produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan
(2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan
suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp).
Sedang persamaan (2,27) mencermintakn
keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan
tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi)
dan jumlah L tertentu.
6. b. Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery), Teori
ini mempokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan
proses perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami
transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri
sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan
pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT
dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri
dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp
yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
7. Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri
manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat
faktor berikut :
a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan
langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak
langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk
sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor atau efek ttal dari kanaikan jumlah ekspor
terhadap produk idustri manufaktur.
c. Substitusi imfor atau efek total dari kenaikan proporsi
permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi
domestik terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan
koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat kenaikan
upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri
manufaktur.
8. Faktor-faktor internal yang membedakan
kelompok LDCs yang mengalami transisi
ekonomi yang sangat pesat, yaitu:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
9. 2. Kasus Indonesia
Kalau dilihat dari Orde Baru hingga
sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup
pesat. Data BPS menunjukan bahwa tahun 1970,
NTB dari sektor pertanian menyumbang sekitar
45% terhadap pembentukan PDB, dan pada
dekade 1990-an hanya tinggal sekitar 16%
hingga 20%. Menurutnya pangsa pertanian
dalam permbentukan PDB selama periode
tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan
output (rata-rata pertahun) di sektor tersebut
relatif lebih rendah dibandingkan laju
pertumbuhan output disektor-sektor lain.