Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kemandirian bagi subjek didik dan proses pembelajaran. Kemandirian diperlukan untuk menghadapi situasi kehidupan masa kini dan masa depan yang semakin kompleks. Pendidikan perlu mempersiapkan remaja dengan mengembangkan kemandirian mereka agar dapat menghadapi tantangan di masa depan. Kemandirian berkembang melalui proses interaksi sosial dan pemberian makna terhadap diri
6. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).pptxHeniritaSusila
Pembelajaran sosial emosional saat ini menjadi salah satu materi yang sangat perlu untuk dipelajari dan diterapkan dalam upaya menghilangkan perundungan di lingkungan sekolah
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pengukuran adalah proses kuantifikasi suatu objek, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah upaya menentukan nilai suatu kegiatan untuk mendukung pencapaian tujuan. Ketiga istilah ini berhubungan hirarkis dimana evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Workshop pelatihan penguatan kemampuan pengawas sekolah membahas pembelajaran terpadu dan pengintegrasian kurikulum untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pembelajaran terpadu menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dan motivasi siswa serta mencapai beberapa kompetensi se
6. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).pptxHeniritaSusila
Pembelajaran sosial emosional saat ini menjadi salah satu materi yang sangat perlu untuk dipelajari dan diterapkan dalam upaya menghilangkan perundungan di lingkungan sekolah
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pengukuran adalah proses kuantifikasi suatu objek, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah upaya menentukan nilai suatu kegiatan untuk mendukung pencapaian tujuan. Ketiga istilah ini berhubungan hirarkis dimana evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Workshop pelatihan penguatan kemampuan pengawas sekolah membahas pembelajaran terpadu dan pengintegrasian kurikulum untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pembelajaran terpadu menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dan motivasi siswa serta mencapai beberapa kompetensi se
Dokumen tersebut membahas tentang anak tunagrahita, termasuk pengertian, klasifikasi, karakteristik, kebutuhan pembelajaran, kesulitan pembelajaran, dan upaya pembelajaran. Dokumen tersebut juga membahas mengenai layanan pendidikan untuk anak tunagrahita seperti sistem segregasi, integrasi, dan inklusi.
Teks tersebut membahas tentang latar belakang provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Provinsi ini terdiri dari pulau Lombok dan Sumbawa, dengan ibu kotanya di Mataram, Lombok. Mayoritas penduduknya berasal dari suku Sasak dan memeluk agama Islam. Teks ini juga menjelaskan tentang rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, kerajinan, upacara adat, dan alat musik yang berasal dari Nusa Tenggara Barat.
Buku ini berisi kumpulan materi tentang 24 poin Syarat Kecakapan Umum Golongan Pandega beserta penjelasan singkat mengenai konsep Pramuka Pandega, kiasan dasar dan sifat kegiatan Pandega, serta cara penyelesaian SKU Golongan Pandega. Materi-materi tersebut diharapkan dapat membantu Calon Pandega dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian SKU.
Media CD interaktif IPA materi sistem peredaran darah manusia untuk siswa kelas V SD telah dikembangkan dan divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli lapangan. Hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dan media dinilai layak untuk diimplementasikan.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan metode Word Square dalam pembelajaran IPS pada periode intelektual anak sekolah dasar. Metode ini dirancang untuk meningkatkan pengamatan, ingatan, dan partisipasi anak melalui menjawab pertanyaan yang disusun dalam kotak-kotak huruf.
Lembar observasi menilai 9 aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA, termasuk antusiasme, perhatian, partisipasi, dan hasil kerja kelompok. Penilaian menggunakan skala 1-4 untuk setiap aspek dan kriteria keberhasilan berdasarkan skor total.
Laporan ini merangkum kegiatan pencegahan dan penanganan perundungan (bullying) yang dilakukan SMA/SMK selama tahun 2021. Program tersebut meliputi sosialisasi, pendidikan karakter, diskusi, poster kampanye, bimbingan kelas, penanganan kasus, dan koordinasi dengan orang tua. Evaluasi menunjukkan capaian target di atas 80% kecuali diskusi dan koordinasi orang tua. Perlu peningkatan pelaksanaan diskusi secara teratur dan ko
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk evaluasi pembelajaran seperti produk, portofolio, proyek, unjuk kerja, tertulis pilihan ganda dan uraian, serta lisan. Evaluasi dilakukan untuk mengukur berbagai aspek seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
pembentukan karakter terpuji (hormat pada diri sendiri) melalui pengkondisian...Syafrina Tsaniah
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan karakter hormat pada diri sendiri melalui pengkondisian dan keteladanan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu menjadi teladan yang baik, memperlakukan siswa dengan hormat dan kasih sayang, serta membimbing siswa secara individual.
Dokumen tersebut membahas tentang anak tunagrahita, termasuk pengertian, klasifikasi, karakteristik, kebutuhan pembelajaran, kesulitan pembelajaran, dan upaya pembelajaran. Dokumen tersebut juga membahas mengenai layanan pendidikan untuk anak tunagrahita seperti sistem segregasi, integrasi, dan inklusi.
Teks tersebut membahas tentang latar belakang provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Provinsi ini terdiri dari pulau Lombok dan Sumbawa, dengan ibu kotanya di Mataram, Lombok. Mayoritas penduduknya berasal dari suku Sasak dan memeluk agama Islam. Teks ini juga menjelaskan tentang rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, kerajinan, upacara adat, dan alat musik yang berasal dari Nusa Tenggara Barat.
Buku ini berisi kumpulan materi tentang 24 poin Syarat Kecakapan Umum Golongan Pandega beserta penjelasan singkat mengenai konsep Pramuka Pandega, kiasan dasar dan sifat kegiatan Pandega, serta cara penyelesaian SKU Golongan Pandega. Materi-materi tersebut diharapkan dapat membantu Calon Pandega dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian SKU.
Media CD interaktif IPA materi sistem peredaran darah manusia untuk siswa kelas V SD telah dikembangkan dan divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli lapangan. Hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dan media dinilai layak untuk diimplementasikan.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan metode Word Square dalam pembelajaran IPS pada periode intelektual anak sekolah dasar. Metode ini dirancang untuk meningkatkan pengamatan, ingatan, dan partisipasi anak melalui menjawab pertanyaan yang disusun dalam kotak-kotak huruf.
Lembar observasi menilai 9 aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA, termasuk antusiasme, perhatian, partisipasi, dan hasil kerja kelompok. Penilaian menggunakan skala 1-4 untuk setiap aspek dan kriteria keberhasilan berdasarkan skor total.
Laporan ini merangkum kegiatan pencegahan dan penanganan perundungan (bullying) yang dilakukan SMA/SMK selama tahun 2021. Program tersebut meliputi sosialisasi, pendidikan karakter, diskusi, poster kampanye, bimbingan kelas, penanganan kasus, dan koordinasi dengan orang tua. Evaluasi menunjukkan capaian target di atas 80% kecuali diskusi dan koordinasi orang tua. Perlu peningkatan pelaksanaan diskusi secara teratur dan ko
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk evaluasi pembelajaran seperti produk, portofolio, proyek, unjuk kerja, tertulis pilihan ganda dan uraian, serta lisan. Evaluasi dilakukan untuk mengukur berbagai aspek seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
pembentukan karakter terpuji (hormat pada diri sendiri) melalui pengkondisian...Syafrina Tsaniah
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan karakter hormat pada diri sendiri melalui pengkondisian dan keteladanan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu menjadi teladan yang baik, memperlakukan siswa dengan hormat dan kasih sayang, serta membimbing siswa secara individual.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri kedewasaan seseorang. Ada beberapa faktor yang menunjukkan kedewasaan seperti usia, tinggi badan, kemampuan berpikir secara logis dan rasional, serta mampu mengendalikan emosi. Orang dewasa juga memiliki perasaan simpati terhadap orang lain dan mampu menghadapi berbagai masalah hidup dengan tenang.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas strategi pendidikan kemandirian anak yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ponorogo, meliputi materi pembelajaran kemandirian, strategi penanaman nilai kemandirian melalui teladan, perintah, latihan dan pembiasaan, serta hasil pendidikan kemandirian yang terlihat dari kemampuan anak untuk mengurus diri sendiri.
Konsep diri adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk secara bertahap oleh pengaruh lingkungan, orang-orang terdekat, dan pengalaman pribadi. Konsep diri mempengaruhi interaksi sosial dan psikologi individu.
The document discusses how an individual forms their self-concept through accumulating knowledge about their personality traits, physical characteristics, abilities, values, goals, and roles. It states that one's self-concept includes their understanding of both unchanging and changing characteristics, such as whether they are sociable or shy, tall or fat, pessimistic or optimistic, and that one can change aspects of their self-concept by altering their attitudes, moods, values, and beliefs.
Dokumen tersebut membahas tentang karakter mandiri dan belajar mandiri. Karakter mandiri ditandai oleh kemampuan untuk berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain, sementara belajar mandiri melibatkan kegiatan belajar secara aktif dengan tujuan untuk menguasai kompetensi tertentu. Dokumen ini juga menjelaskan cara meningkatkan karakter mandiri pada siswa melalui pengembangan motivasi belajar dan menerapkan sistem
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang dapat berupa positif maupun negatif. Respon konsep diri yang positif adalah aktualisasi diri dengan pengalaman yang sukses, sedangkan yang negatif adalah gangguan identitas dan depersonalisasi yang dapat menimbulkan kecemasan. Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain pengalaman masa lalu, tekanan, dan perubahan peran sosial seseorang.
Konsep diri terdiri dari self image, self esteem, dan self ideal. Self image adalah pandangan diri sendiri, self esteem adalah penerimaan diri, dan self ideal adalah kondisi yang diinginkan. Konsep diri penting karena menentukan reaksi seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Tips belajar yang baik menurut dokumen tersebut adalah (1) menciptakan suasana kondusif untuk belajar, (2) melihat garis besar bahan pelajaran terlebih dahulu, (3) membuat catatan ringkasan, (4) berlatih teknik mengingat, dan (5) belajar dengan tekun dan rutin.
Problem Solving PowerPoint PPT Content Modern SampleAndrew Schwartz
139 slides include: teaching problem solving skills, evaluating how you solve problems, understanding the process: how to solve problems, 8 active listening techniques, primary issues for problem solvers, group or individual brainstorming, the problem solving framework, vertical and lateral thinking, adaptors and innovators as problem solvers, collaborative problem solving, leadership and creative work environments, four models of problem solving, SWOT, the 6 C's of decision making, how to's and more.
Problem Solving PowerPoint Presentation Content slides include topics such as: teaching problem solving skills, evaluating how you solve problems, understanding the process: how to solve problems, 8 active listening techniques, primary issues for problem solvers, group or individual brainstorming, the problem solving framework, vertical and lateral thinking, adaptors and innovators as problem solvers, collaborative problem solving, leadership and creative work environments, four models of problem solving, SWOT, the 6 C's of decision making, how to's and much more.
Teori kepribadian menurut Harry Stack Sullivan menekankan pentingnya hubungan sosial dan interpersonal dalam pembentukan kepribadian seseorang. Sullivan membagi proses kognitif menjadi tiga tahap yaitu prototaksis, parataksis, dan sintaksis, serta menjelaskan perkembangan kepribadian melalui tujuh tahap interpersonal mulai dari masa bayi hingga dewasa. Teori ini memberikan kerangka untuk memahami kompleksitas hubungan antara
Tiga konsep utama dalam dokumen ini adalah kesadaran sosiologis, sosialisasi, dan mobilitas sosial. Kesadaran sosiologis mengacu pada pemahaman sosiolog tentang masalah sosial melalui penyebab sistematisnya. Sosialisasi adalah proses belajar menjadi anggota masyarakat melalui interaksi sosial sejak kanak-kanak. Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan status sosial antar kelas sos
Teks tersebut membahas tentang individu, keluarga, dan masyarakat. Individu adalah manusia sebagai makhluk yang tidak dapat dibagi, sedangkan keluarga merupakan kelompok primer penting yang terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat adalah kelompok manusia yang memiliki tatanan kehidupan dan norma yang sama.
Teks tersebut membahas berbagai teori perkembangan peserta didik, mulai dari aspek fisik, intelektual, sosial, moral, mental, dan kepribadian. Beberapa teori yang disebutkan antara lain teori perkembangan fisik menurut Gasell dan Ames, teori perkembangan intelektual menurut Piaget, teori perkembangan sosial menurut Erikson, serta tipologi kepribadian menurut Murray.
1. Makalah ini membahas peran generasi muda dalam pembangunan moral dan etika di Indonesia. Remaja diibaratkan sebagai penerus bangsa yang akan membangun masa depan.
2. Makalah ini menjelaskan pengertian moral dan etika, serta permasalahan yang dihadapi generasi muda saat ini seperti penurunan moral akibat faktor lingkungan dan tekanan sosial.
3. Tujuan makalah ini adalah meningkatkan pemahaman tentang moral dan etika
Modul ini membahas tentang perkembangan kepribadian manusia melalui beberapa teori dan faktor-faktor penentunya. Teori-teori yang dijelaskan antara lain teori Freud tentang struktur kepribadian dan tahapan psikoseksual, teori Adler mengenai individualitas dan rasa rendah diri, serta teori Erikson mengenai delapan tahapan pembangunan psikososial sepanjang umur manusia. Faktor-faktor penentu kepribadian meliputi
Dokumen tersebut membahas empat pendekatan utama dalam pembelajaran yaitu behaviorisme, kognitivisme, pembelajaran sosial, dan konstruktivisme. Behaviorisme fokus pada tingkah laku yang dapat diamati, kognitivisme pada proses kognitif internal, pembelajaran sosial pada pengaruh lingkungan sosial, sedangkan konstruktivisme pada konstruksi pengetahuan oleh individu berdasarkan pengalaman.
Makalah ini membahas perkembangan psikologis dari masa remaja hingga kematian. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik dan kematangan seksual yang mempengaruhi psikologis. Remaja mengalami tugas untuk mencapai kemandirian dan membentuk identitas. Faktor lingkungan seperti teman berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter remaja. Pada masa dewasa, terjadi kematangan dan pembentukan falsafah
Teks tersebut membahasikan beberapa teori terkait pendidikan seni, termasuk teori pembelajaran sosial Rotter yang menjelaskan komponen-komponen penting dalam pembelajaran sosial, teori perkembangan Erikson tentang konflik-konflik emosi pada berbagai tahap perkembangan manusia, serta kecerdasan emosi yang terkait dengan kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain secara emosional.
Teori pembelajaran sosial-kognitif Albert Bandura menyatakan bahwa pemodelan, motivasi internal seperti efikasi diri, dan pengaturan diri merupakan proses kognitif penting dalam pembelajaran manusia dan pengontrolan perilaku. Teori ini menekankan interaksi timbal balik antara faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan sosial.
Similar to Perkembangan kemandirian dan proses pembelajaran (20)
Surat keputusan ini membentuk tim perencana dan pengawas pembangunan laboratorium komputer dan dua ruang kelas baru di SMA Negeri 02 Nanga Tayap. Tim ini akan merencanakan dan mengawasi proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pengadaan bahan, pelaksanaan hingga serah terima proyek. Anggota tim terdiri atas kepala sekolah, konsultan, staf dinas pendidikan, ketua komite sekolah, guru dan tok
Dokumen tersebut membahas tentang peran multimedia dan komputer dalam pembelajaran, termasuk definisi multimedia, jenis-jenisnya seperti multimedia kits, hypermedia, media interaktif, realitas virtual, dan sistem ahli. Kemudian dijelaskan implikasi penggunaan multimedia dalam pembelajaran dan peran komputer sebagai objek pengajaran, alat, tujuan pengajaran, dan alat untuk membantu berfikir logis. [/ringkasan]
Evaluasi merupakan proses sistematis untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan alat ukur seperti tes dan non tes. Evaluasi bertujuan untuk menilai tingkat penguasaan siswa, mengukur perkembangan siswa, merangking prestasi siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, serta mengevaluasi efektivitas metode mengajar dan program pendidikan.
Dokumen tersebut membahas tentang desain instruksional untuk merancang program perkuliahan yang efektif. Saat ini, banyak dosen kurang mampu merancang pembelajaran yang menarik dan terdapat tumpang tindih materi antar unit. Dokumen ini menjelaskan tahapan desain instruksional yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi serta pendekatan seperti berbasis kompetensi dan model sistemik untuk merancang sistem
Penerapan prinsip desain pesan dalam pembelajaran PAKEM bertujuan untuk menyediakan kondisi belajar yang efektif bagi peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip-prinsip desain pesan meliputi situasi, pengelompokan siswa, jembatan pengetahuan, pertanyaan, penampilan hasil belajar, dan refleksi. Guru dituntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kreatif, men
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksiDedi Yulianto
Teks tersebut membahas perbedaan antara teori pembelajaran deskriptif dan preskriptif serta hubungannya dengan proses pembelajaran. Teori deskriptif menggambarkan hubungan antara kondisi, tindakan, dan hasil pembelajaran, sedangkan teori preskriptif memberikan petunjuk tindakan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Proses pembelajaran dapat berupa algoritma atau non-algoritma, dan guru perlu memahami keduanya unt
Dokumen tersebut membahas pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran berbasis kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)."
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. CTL mencakup berbagai prinsip seperti konstruktivisme, inkuiri, pertanyaan, komunitas belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. Dokumen tersebut juga member
The document discusses CTL, CTL*, and LTL temporal logics. It presents an example comparing the formulas AF AG p and AFG p, noting they are not equivalent, and AFG p does not have an equivalent CTL formula. It asks what the relationship is between the formulas AF EG p and AFG p.
1. Ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama merupakan cara manusia mencari kebenaran.
2. Ilmu pengetahuan menggunakan pengalaman empiris dan eksperimen, filsafat menggunakan akal secara radikal dan integral, sedangkan agama mengacu pada wahyu Allah.
3. Ketiga metode tersebut melengkapi satu sama lain dalam upaya manusia memahami alam semesta, Tuhan, dan dirinya sendiri.
1. PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN
A. Pentingnya Kemandirian bagi Subjek Didik
Subjek didik akan selalu dihadapkan pada situasi dan dinamika kehidupan
yang terus berubah dan berkembang. Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin
kompleks. Kompleksitas kehidupan itu, yang pada saat sekarang seolah-olah telah
menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian
akan bergeser atau bahkan mungkin hilang sama sekali karena digantikan oleh
pola kehidupan baru pada masa mendatang yang diprakirakan akan semakin lebih
kompleks.
Kecenderungan yang muncul di permukaan dewasa ini, ditunjang oleh laju
perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit atau
tidak mungkin untuk dibendung, mengisyratkan bahwa kehidupan masa
mendatang akan menjadi sarat pilihan yang rumit. Ini mengisyaratkan pula bahwa
manusia akan semakin didesak ke arah kehidupan yang amat kompetitif.
Andersen (1993:718) memprediksikan situasi kehidupan semacam itu dapat
menyebabkan manusia menjadi serba bingung atau bahkan larut ke dalam situasi
baru itu tanpa dapat menyeleksi lagi jika tidak memiliki ketahanan hidup yang
memadai karena tata-nilai lama yang telah mapan ditantang oleh nilai-nilai baru
yang belum banyak dipahami.
Situasi kehidupan semacam itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika
kehidupan remaja, apalagi remaja, secara psikologis, tengah berada pada masa
topan dan badai dan tengah mencari jatidiri. Pengaruh kompleksitas kehidupan
dewasa ini sudah tampak pada berbagai fenomena remaja yang perlu memperoleh
perhatian pendidikan. Fenomena yang tampak akhir-akhir ini antara lain
perkelahian antarpelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi emosional yang
berlebihan, dan berbagai perilaku yang mengarah pada tindak kriminal.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
1
2. Dalam konteks proses belajar, gejala negatif yang tampak adalah kurang
mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki
perguruan tinggi, kebiasaan belajar yang kurang baik yakni tidak tahan lama dan
baru belajar setelah menjelang ujian, menyontek, dan mencari kebocoran soal
ujian.
Problem menjadi di atas, yang merupakan perilaku-perilaku reaktif,
semakin meresahkan jika dikaitkan dengan situasi masa depan remaja yang
diprakirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan itu. Menurut Tilaar
(1987:2), tantangan kompleksitas masa depan itu memberikan dua alternatif:
pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misi pendidikan
yang juga berdimensi masa depan tentunya menjatuhkan pilihannya pada
alternatif kedua. Artinya, pendidikan mengemban tugas untuk mempersiapkan
remaja bagi peranannya di masa depan agar kelak menjadi manusia berkualitas
dan memiliki kemandirian yang tinggi.
Pentingnya ikhtisar mempersiapkan remaja bagi masa depannya itu, di
samping mereka tengah mencari jatidiri, karena mereka juga tengah berada pada
tahap perkembangan yang amat potensial. Perkembangan kognitifnya, menurut
teori perkembangan kognitif dari Piaget, telah mencapai tahap puncak
perkembangan kognitif: masa munculnya kemampuan berpikir sistematis dalam
menghadapi persoalan-persoalan abstrak dan hipotesis karena telah mencapai
tahap operasional formal. Perkembangan moralnya tengah berada pada tingkatan
konvensional: suatu tindakan yang ditandai dengan adanya kecenderungan
tumbuhnya kesadaran bahwa norma-norma yang ada dalam masyarakat perlu
dijadikan acuan dalam hidupnya, menyadari kewajibannya melaksanakan normanorma itu, dan mempertahankan perlunya ada norma. Perkembangan fsisiknya
juga tengah berada pada masa perkembangan fisik yang amat pesat.
Ikhtiar pendidikan yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk
mengembangkan kemandirian menjadi sangat penting karena selain problema
remaja dalam bentuk perilaku negatif sebagaimana dipaparkan di atas, ada
sejumlah gejala negatif yang tampak menjauhkan individu dari kemandirian.
Gejala-gejala tersebut dapat dipaparkan berikut ini:
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
2
3. 1. Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena niat sendiri
yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistik
dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat
pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri
dari kualitas sumberdaya dan kemandirian manusia.
2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah
manusia
yang lepas
dari
lingkungannya,
melainkan
manusia
yang
bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan
hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa
kemandirian masyarakat masih rendah.
3. Sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan
mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya
ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
Gejala-gejala di atas merupakan sebagian dari kendala utama dalam
mempersiapkan individu-individu yang mampu mengarungi kehidupan masa
mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu,
perkembangan kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat
penting untuk diiktiarkan secara serius, sistematis, dan terprogram. Sebab,
problema kemandirian sesungguhnya bukanlah hanya merupakan masalah
“intergeneration” (dalam-generasi), tetapi juga merupakan masalah “betweengeneration” (antar-generasi). Perubahan tata nilai yang terjadi dalam generasi dan
antar-generasi akan tetap memposisikan kemandirian sebagai isu aktual dalam
perkembangan manusia.
B. Definisi Kemandirian
Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapatkan
awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau
badan kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka
pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan
mengenai perkembangan “diri”
itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
3
4. disebut dengan istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian.
Kalau menelusuri berbagai literatur, sesungguhnya banyak sekali istilah yang
berkenan dengan “diri” ini. Terdapat sejumlah istilah yang dikemukakan oleh para
ahli yang makna dasarnya relevan dengan “diri” yakni: self-determinism (Emil
Durkheim), autonomous morality (Jean Piaget), ego integrity (Erick E. Erickson),
the creative self (Alfred Adler), self-actualization (Abraham H. Maslow), selfsystem (Harry Stack Sullivan), real self (Caren Horney), self-efficacy (Albert
Bandura), self-expansion, self-esteem, self-pity, self-respect, self-sentience, selfsufficiency, self-expression, self-direction, self-stucture, self-contempt, selfcontrol, self-righteousness, self-effacement (Hall dan Linzey).
Sedemikian banyak istilah atau konsep yang berkenaan dengan “diri” itu,
namun jika dikaji lebih mendalam lagi ternyata tidak selalu merujuk kepada
kemandirian. Konsep yang seringkali digunakan atau yang berdekatan dengan
kemandirian adalah yang sering disebut dengan istilah “autonomy”.
Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada
berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun waktu
sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim,
misalnya, melihat makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang
yang berpusat pada masyarakat.
Pandang ini dikenal juga dengan pandangan konformistik. Dengan
menggunakan sudut pandang ini, Durkheim berpendirian bahwa kemandirian itu
merupakan elemen esensial ketiga dari moralitas yang bersumber pada kehidupan
masyarakat. Durkheim berpendapat bahwa kemandirian itu tumbuh dan
berkembang karena adanya dua faktor yang merupakan elemen prasyarat bagi
kemandirian, yaitu:
1. Adanya disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas
2. Adanya komitmen terhadap kelompok
Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas
terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu, individu yang memiliki
kemandirian pengambilan keputusan pribadinya dilandasi oleh pemahaman
mendalam akan konsekuensi dari tindakannya dan disertai dengan keberanian diri
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
4
5. menrima segala konsekuensi dari tindakannya itu. Dengan demikian, dalam
pandangan konformistik ini pemahaman mendalam tentang hukum moralitas
menjadi faktor utama pendukung perkembangan kemandirian. Bahkan, menurut
Sunaryo Kartadinata (1988), faktor pemahaman inilah yang membedakan
kemandirian (self-determinism) dari kepatuhan (sumbission) karena dengan
pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif.
Pada pembahasan terdahulu telah dikatakan bahwa proses perkembangan
manusia dipandang sebagai “proses interaksional dinamis”. Interaksional
mengandung makna bahwa kemandirian berkembang melalui proses keragaman
manusia dalam kesamaan dan kebersamaan; bukan dan kevakuman. Dalam
konteks kesamaan dan kebersamaan ini, Abrahaman H. Maslow (1971)
membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu:
1. Kemandirian aman (secure autonomy)
2. Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada
dunia, kehidupan, orang lain, sadar akan tanggungjawab bersama, dan tumbuh
rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai
kehidupan dan membantu orang lain. Sedangkan kemandirian tak aman adalah
kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow
menyebut kondisi seperti ini sebagai “self autonomy” atau kemandirian
mementingkan diri sendiri.
Masih dalam konteks kemandirian ini, Maslow (1971) mengajukan suatu
konsep yang disebut “self-transcendence” yang merujuk kepada konsep
perkembangan. Dikatakannya bahwa “self-transcendence” itu bukanlah “selfobliteration” atau peleburan diri melainkan suatu proses perkembangan kekuatan
kemandirian dan pencapaian identitas diri. Melalui konsep transendensi ini juga
ditegaskan bahwa antara “autonomy” dengan “homonomy” merupakan dua hal
yang berhubungan dan tumbuh serta berkembang bersamaan. Ini mengandung
makna bahwa kemandirian sesungguhnya mengandung aspek keterkaitan, yakni
pengakuan dan kesadaran akan ketergantungan dalam berbagai faset kehidupan.
Dalam kaitannya dengan kesadaran akan ketergantungan ini, Stephen R. Covey
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
5
6. (1989) melalui bukunya yang meraih Bestseller yang berjudul “The Seven Habits
of Highly Effective People” memperkenalkan bahwa dalam paradigma
manajemen modern dan kehidupan modern justru yang paling tinggi adalah
interdependensi. Tahapannya adalah paling rendah ketergantungan (dependence),
di pertengahan adalah kemandirian (independence), dan paling tinggi adalah
saling ketergantungan (interdependence). Kata saling-ketergantungan atau
“interdependence” mengandung makna yang luas; bukan hanya salingketergantungan antar manusia saja melainkan juga saling-ketergantungan antar
berbagai motif dan nilai yang melandasai perilaku yang muncul dalam interaksi
antar manusia tersebut. Dengan demikian, keputusan dan tindakan tidak sematamata didasarkan atas kebutuhan dalam dimensi ruang dan waktu, tetapi juga
dimensi nilai.
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur
normatif. Ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses
yang terarah. Karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat
eksistensial manusia, maka arah perkembangan tersebut harus sejalan dengan dan
berlandaskan pada tujuan hidup manusia.
Pada pembahasan terdahulu juga dikatakan bahwa “ego” juga merupakan
inti perkembangan kemandirian. Konsep ini mengandung makna perkembangan
manusia mengarah kepada penemuan makna diri dan dunianya. Cara individu
memberikan makna terhadap diri dan dunianya sangat bervariasi tergantung pada
persepsi individu itu terhadap diri dan dunianya. Konsep ini menyiratkan bahwa
kegiatan memberikan makna itu merupakan suatu proses selektif. Oleh karena itu,
bangun kehidupan yang terbentuk dalam setiap diri individu menjadi berbedabeda. Dalam konsep transendensi lingkungan yang dikemukakan Maslow
dikatakan bahwa individu dengan lingkungan tidak lagi bersifat interaksi antara
subjek dengan objek melainkan hubungan antar-subjektivitas (intersubjectivity
relationship) atau dapat dikatakan sebagai proses dialog dalam diri.
Jika dikatakan bahwa proses memaknai diri dan dunianya itu bersifat
selektif, maka sifat selektif itu menunjukkan bahwa apa yang dipersepsi dan
dimaknai oleh manusia itu ditentukan melalui proses memilih. Proses memilih itu
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
6
7. tidak terlepas dari proses kognitif dalam menimbang berbagai alternatif yang
selalu terkait dengan sistem inilai; bukan proses yang bersifat reaktif atau impilsif.
Mekanisme proses kognitif dan penyesuaian kehendak terhadap berbagai dimensi
kehidupan akan mewarnai cara individu memaknai dunianya.
Meskipun dalam proses peragaman manusia sudah memiliki kemampuan
instrumental, tetapi belum sampai kepada kemandirian karena pemunculannya
baru pada aspek-aspek kehidupan tertentu. Proses peragaman ini sesungguhnya
baru sampai pada suatu titik antara yang disebut dengan “having process” (proses
pemilikan) pengetahuan, keterampilan, teknologi. Padahal, suatu titik dimensi
kehidupan yang lebih penting dan harus dicapai oleh manusia dalam proses
perkembangannya adalah yang disebut dengan “being process” (proses menjadi).
Dalam konteks ini, Stephen R. Covey (1989) menegaskan bahwa perkembangan
kehidupan manusia harus mengarah dan sampai pada manusia sebagai “being at
cause” (menempatkan manusia pada posisi yang menentukan), berparadigma
“inside out” (berusaha mengubah dari dalam keluar), memusatkan pada “circle of
influence” (mengarahkan waktu dan energinya terhadap hal-hal di luar diri yang
dapat dikendalikannya), dan berpikir “to be” (berusaha untuk menjadi) dan bukan
mengarah kepada “to have” (berusaha untuk memiliki). Proses perkembangan
secara kontinyu sampai pada titik ini yang oleh Fuad Hassan (1986) disebut
sebagai upaya memantapkan jati diri.
Proses peragaman ini bahkan harus berkembang terus sampai pada suatu
tingkat yang disebut dengan tingkat integrasi atau tingkat mendunia. Pada tingkat
ini perkembangan individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri pada
dunia yang dihadapi dan dihidupinya; bukan mengasingkan diri dari dunianya
sehingga menimbulkan kemandirian tak aman. Interaksi dan dinamika
perkembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi ini dapat
digambarkan dengan lima karakteristik inheren dan esensial yang saling
berinteraksi dalam kehidupan, yaitu:
1. Kedirian
Kedirian ini menunjukkan pengukuhan bahwa dirinya berada dari orang
lain.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
7
8. 2. Komunikasi
Kedirian manusia itu tidak pernah berlangsung dalam kemandirian
melainkan dalam komunikasinya dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial, diri
sendiri, maupun Tuhan.
3. Keterarahan
Komunikasi manusia dengan berbagai pihak itu menunjukkan adanya
keterarahan dalam diri manusia yang menyatakan bahwa hidupnya bertujuan.
4. Dinamika
Proses perwujudan dan pencapaian tujuan manusia memerlukan adanya
dinamika yang menyatakan bahwa manusia memiliki pikiran, kemampuan dan
kemauan sendiri untuk berbuat dan berkreasi, dan tidak menjadi objek yang
dipolakan atau digerakkan oleh orang lain.
5. Sistem nilai
Keempat karakteristik di atas muncul secara terintegrasi dalam
keterpautannya dengan sistem nilai sebagai elemen inti dari cara dan tujuan hidup.
Pembahasan kemandirian ditinjau dari berbagai perspektif di atas
mengantarkan pada suatu intisari bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan
internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi itu
adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. “Diri” adalah
inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan
mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Kemandirian yang terintegrasi dan
sehat dapat dicapai melalui proses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem
kepribadian sampai pada tingkatan yang tertinggi.
C. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Lovinger mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya
sebagai berikut:
1. Tingkatan pertama, adalah tingkatan impulsif dan melindungi diri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari
interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
8
9. b. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
c. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu (stereotype).
d. Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”.
e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2. Tingkatan kedua, adalah tingkatan konformistik
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b. Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.
d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
g. Takut tidak diterima kelompok.
h. Tidak sensitif terhadap keindividualan.
i. Merasa berdosa jika melanggar aturan.
3. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Mampu berpikir alternatif.
b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
d. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
e. Memikirkan cara hidup.
f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
4. Tingkatan keempat, adalah tingkat saksama (conscientious)
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b. Mampu melihat dari sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
9
10. c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri
maupun orang lain.
d. Sadar akan tanggungjawab.
e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f. Peduli akan hubungan mutualistik
g. Memiliki tujuan jangka panjang.
h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
i. Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5. Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistik
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peningkatan kesadaran individualitas.
b. Kesadaran
akan
konflik
emosional
antara
kemandirian
dengan
ketergantungan.
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiiri dan orang lain.
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g. Mengenal kompleksitas diri.
h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
6. Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain.
c. Peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial.
d. Toleran terhadap ambiguitas.
e. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).
f. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
g. Respek terhadap kemandirian orang lain.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
10
11. h. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
i. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
Dengan menggunakan perspektif tingkatan-tingkatan kemandirian di atas,
maka berdasarkan penelitian mendalam yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata
(1988) menunjukkan bahwa tingkat kemandirian remaja pada umumnya bervariasi
dan menyebar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistik, dan mandiri.
Kecenderungan bervariasi ini mengisyaratkan bahwa proses pengambilan
keputusan oleh remaja belum sepenuhnya dilakukan secara mandiri. Walaupun
proses pengambilan keputusan oleh remaja belum sepenuhnya dilakukan secara
mandiri, tetapi tampak bahwa proses tersebut telah didasari oleh kecenderungan
berpikir alternatif. Dalam posisi seperti ini, proses penyesuaian diri terhadap
situasi dan peranan yang dihadapi tidak dilakukan secara mekanis belaka karena
dalam diri remaja telah tumbuh dan berkembang tentang hubungan dirinya dengan
kelompok.
Remaja ada juga yang kemandiriannya berada pada tingkat saksama.
Kemandirian seperti ini menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan yang
dilakukan bukan saja didasarkan pada kemampuan berpikir alternatif melainkan
didasarkan pada patokan atau prinsip sendiri dan disertai kesadaran akan
tanggungjawab atas keputusan yang diambil meskipun keputusan yang dilakukan
berada dengan yang dilakukan oleh orang lain. Pengambilan keputusan secara
saksama itu akan mengantarkan remaja ke tingkat berikutnya yakni tingkat
individualistik yang ditandai oleh sikap penghargaan terhadap individualitas orang
lain. Remaja yang kemandiriannya berada pada tingkat individualistik ini sudah
semakin menyadari akan adanya perbedaan antara proses dan hasil.
Bagi remaja yang kemandiriannya berada pada tingkat mandiri berarti
telah berkembang kesadaran bahwa sikap bergantung itu adalah masalah
emosional yang akan semakin berkembang dalam dirinya karena memahami
bahwa dirinya tidak mampu bersikap realistik. Remaja yang kemandiriannya
berada pada tingkat mandiri bukan saja sadar akan berbagai alternatif yang dapat
dipilih secara saksama dan dialami sendiri, tetapi juga mampui bersikap realistik
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
11
12. dan memecahkan konflik internal secara obejektif dengan tetap saling
ketergantungan dengan orang lain.
Jika temuan penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa tingkatan
kemandirian remaja menyebar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistik,
dan mandiri, maka semua ini dapat ditafsirkan secara rinci masing-masing
tingkatan sebagai berikut.
1. Tingkat sadar diri
Ini dsapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan berikut
ini:
a. Cenderung mampu berpikir alternatif.
b. Melihat berbagai kemungkinan dalam suatu situasi.
c. Peduli akan pengambilan manfaat dari situasi yang ada.
d. Berorientasi pada pemecahan masalah.
e. Memikirkan cara mengarungi hidup.
f. Berupaya menyesuaikan diri terhadap situasi dan peranan.
2. Tingkat Saksama
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan berikut ini:
a. Cenderung bertindak atas dasar nilai internal.
b. Melihat dirinya sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c. Melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang
lain
d. Sadar akan tanggungjawab.
e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f. Peduli akan hubungan mutualistik.
g. Berorientasi pada tujuan jangka panjang.
3. Tingkat individualistik
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan berikut ini;
a. Memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan individualitas.
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
12
13. b. Kesadaran
akan
konflik
emosionalitas
antara
kemandirian
dan
ketergantungan.
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d. Sadar akan eksistensi perbedaan individual.
e. Bersikap toleran terhadap perkembangan dalam kehidupan.
f. Mampu membedakan kehidupan dalam dirinya dengan kehidupan luar
dirinya.
4. Tingkat mandiri
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan berikut ini:
a. Telah memiliki pandangan hidup sesuai suatu keseluruhan
b. Bersikap objektif dan realistis terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
d. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam diri.
e. Menghargai kemandirian orang lain
f. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
g. Mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Subjek
Didik
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian,
yaitu:
1. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang
berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya
itu menurun kepada anaknya melainkan sifat orang tuanya itu muncul
dalam cara-cara orang tua mendidik amaknya.
2. Pola asuh orang tua. Cara-cara orang tua mengasuh atau mendidik anak
akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
13
14. tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada
anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan
suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong
kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung
sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan
berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anaknya.
3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak
mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan
indoktrinasi
tanpa
argumentasi
akan
menghambat
perkembangan
kemandirian remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak
menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment)i
juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya,
proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan
terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi
positif akan memperlancar perkembangan kemandirian remaja.
4. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hirarkhi struktur sosial, kurang terasa
aman atau bahkan mencekam, dan kurang menghargai manisfestasi
potensi remaja dalam kegiatan-kegiatan produktif dapat menghambat
kelancaran perkembangan kemandirian ramaja. Sebaliknya, lingkungan
masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk
berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hirarkhis akan merangsang dan
mendorong bagi perkembangan kemandirian ramaja.
E.
Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Kemandirian
Subjek Didik
Sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan
kemandirian remaja, antara lain sebagai berikut:
1. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga. Ini dapat
diwujudkan dalam bentuk:
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
14
15. a. Saling menghargai antaranggota keluarga
b. Keterlibatan dalam memecahkan masalah remaja atau keluarga
2. Penciptaan keterbukaan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Toleransi terhadap perbedaan pendapat
b. Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi remaja
c. Keterbukaan terhadap minat remaja
d. Mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja
e. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan remaja
3. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan. Ini dapat
diwujudkan dalam bentuk:
a. Mendorong rasa ingin tahu remaja
b. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi
lingkungan
c. Adanya aturan, tetapi tidak cenderung mengancam bila ditaati
4. Penerimaan positif tanpa syarat. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri
remaja
b. Tidak membeda-bedakan remaja satu dengan yang lain
c. Menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk kegiatan produktif
apapun meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan
5. Empati terhadap remaja. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Memahmai dan menghayati pikiran dan perasaan remaja
b. Melihat berbagai persoalan remaja dengan menggunakan perspektif
atau sudut pandang remaja
c. Tidak mudah mencela karya remaja betapapun kurang bagusnya karya
itu
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
15
16. 6. Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja. Ini dapat diwujudkan
dalam bentuk:
a. Interaksi secara akrab tetapi tetap saling menghargai
b. Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap
remaja
c. Membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan remaja
Perkembangan Kemandirian dan Proses Pembelajaran
16