Dokumen tersebut membahas perkembangan sastra Indonesia mulai dari zaman klasik, sastra modern hingga periode modern yang dibagi berdasarkan angkatan-angkatan sastra beserta ciri khas masing-masing angkatan."
2. ■ Bagaimanakah perkembangan sastra Indonesia
pada masa sastra klasik?
■ Bagaimana perkembangan karya sastra modern
di Indonesia?
■ Bagaimana perkembangan fenomena cyber
sastra di Indonesia?
Rumusan Masalah
4. Sastra menurut
Yacob Sumardjo
dan Zaini KM
ungkapan pribadi manusia
berupa pengalaman,
pemikiran, perasaan,
gagasan, semangat,
keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran konkret
yang membangkitkan
pesona bahasa
Ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk
gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan
alat bahasa
Sumardjo &
Saini (1997: 3)
Fananie (2000: 6) berpijak pada
pendapat Mukarovsky
karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi
spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik, didasarkan
aspek kebahasaan, maupun aspek makna.
Estetika bahasa biasanya diungkapkan melalui aspek puitik sedangkan
estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure (makna
yang mendalam)
5. Sastra secara Etimologis
dari bahasa
Sanskerta,
akhiran –tra
alat, sarana;
sas-
mengarahkan,
mengajar,
memberi
petunjuk atau
instruksi;
Jadi
sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku
petunjuk, buku instruksi atau pengajaran.
sastra
adalah seni bahasa untuk menyampaikan ajaran.
Bahasa sastra untuk menyampaikan ajaran adalah telah
diseleksi, dipilih dan tersusun secara indah. Sastra
memberikan ajaran kebajikan sekaligus hiburan .
6. Perkembangan Sastra Indonesia
Hingga saat ini belum ada kesepakatan
mengenai awal kemunculan sastra
Indonesia.
Pembabakan atau periodisasi sastra
disusun para ahli sastra atas pandangan
mereka masing-masing.
7. Perkembangan Sastra Indonesia
Periode
1961-1969:
sastrawan
lebih banyak
meggunakan
konotasi agar
terhindar
dari
pergulatan
politik.
Ajip Rosidi membagi periodisasi sastra dalam dua kelompok besar,
Periode
1942-1945:
angkatan
yang muncul
menjelang
kemerdekaan
Indonesia.
Masa kelahiran dan masa
penjadian (1900-1954)
Periode
1933: karya
sastra
didominasi
bahasa
Melayu
tinggi.
Periode
1933-1942:
muncul
sejumlah
sastrawan
yang mulai
memakai
bahasa
Indonesia.
Masa perkembangan (1945-1969)
Periode
1953-1961:
politik
memiliki
pengaruh
kuat pada
karya sastra
angkatan ini.
Periode
1945-
1953:
sastrawan
lebih
ekspresif
pasca
kemerdek
aan
8. Perkembangan Sastra Indonesia
Masa Perkembangan (1945-1960an)
periode 45 dan periode 50: kesusastraan
Indonesia mengalami berbagai
perkembangan, disertai dengan pengaruh
sosial dan politik yang semakin kompleks.
Nugroho Notosusanto membagi periodisasi sastra sebagai berikut
Sastra Melayu
Lama: awal
perkembangan
sastra Indonesia,
tetapi masih
menggunakan
bahasa Melayu
tinggi.
Sastra
Indonesia
Modern,
Masa Kebangkitan (1920-1945): disebut masa
kebangkitan karena pelopor perkembangan
kesusastraan Indonesia terjadi pada periode ini.
9. Perkembangan Sastra Indonesia
Periode keempat 1950-sekarang: periode yang dipenuhi improvisasi dan
kebebasan dalam berkarya
Periode pertama masa abad 20 sampai 1942: awal
berkembangnya dunia sastra, dimulai dari sastra melayu klasik
sampai pujangga baru.
Periode kedua 1942-1945: perkembangan sastra menjelang kemerdekaan.
Sastrawan mulai menyelipkan semangat kebangsaan pada karya-
karyanya.
Periode ketiga 1945-1950: perkembangan sastra setelah kemerdekaan.
Karya sastrawan lebih ekspresif dan menggunakan bahasa Indonesia
sepenuhnya.
10. Perkembangan Sastra Indonesia
Sastra
Indonesia Modern,
meliputi:
HB Jassin membagi periodisasi sastra menjadi
Sastra
Melayu Lama:
pada periode ini
sastra
disebarkan
secara lisan
Pujangga Baru: angkatan yang protes
terhadap sensor Balai Pustaka.
Angkatan 45: karyanya dipenuhi
semangat kebangsaan dan nuansa
kemerdekaan.
Angkatan 20: awal dimulainya
sastra Indonesia, tetapi
masih menggunakan bahasa
Melayu tinggi
Angkatan 33: berbarengan dengan
berdirinya penerbit bentukan
Belanda, yaitu Balai Pustaka.
11. Perbedaan
Periodisasi Angkatan
sastra memiliki cakupan lebih luas
karena angkatan berada di dalamnya
sastra lebih menekankan
perkembangan sebuah karya sastra
pada masa tertentu dari berbagai
sudut pandang: pengaruh politik,
pengaruh parubahan paradigma
sastrawan dalam mengembangkan
kesusastraan.
menekankan peran pengarang atau
sastrawan dalam mengembangkan
kesusastraan dalam tanggapan terhadap
angkatan sebelumnya
setiap angkatan dalam suatu periodisasi
sastra pasti memiliki ciri-ciri tersendiri
yang membedakan dengan ciri-ciri atau
karakteristik dari angkatan lainnya, baik
dalam hal genre, isi, maupun aspek-
aspek lainnyaan sebelumnya
Perkembangan Sastra Indonesia
13. Sastra Zaman Klasik/ Sastra Lama
sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau
tradisional yakni suatu masyarakat yang masih
sederhana dan terikat oleh adat istiadat.
merupakan karya sastra indonesia yang berkembang
dilingkungan masyarakat sumatera seperti "minangkabau,
langkat, tapanuli dan daerah sumatera lainnya, orang tionghoa
dan masyarakat indo-eropa.
Catatan tertulis yang pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno
dari abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tercantum pada beberapa prasasti Kerajaan
Sriwijaya bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis lainnya bermunculan
di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
14. Sastra Zaman Klasik/ Sastra Lama
1. Tidak diketahui siapa pengarangnya
2. Karya sastra disampaikan secara lisan
3. Isi karangan istana sentris atau selalu
menceritakan kehidupan raja, istana dan
putra-putri raja
4. Isi cerita didaktis, memberikan pesan
moral kepada masyarakat
5. Bersifat khayalan fantastis yang tidak
masuk akal
6. Mengandung pengaruh kepercayaan /agama
Hindu dan Arab.
15. Sastra Zaman Klasik/ Sastra Lama
Kesusastraan Lama
Indonesia
Melayu Asli
puisi seperti
pantun dan
prosa
mencakup
cerita
penglipur
lara, mite
dan
legendam,
fabel,
Cerita
jenaka.
Lama Bersifat
Kebangsaan
Sejarah
Melayu,
Hikayat Hang
Tuah, Hikayat
Raja-raja
Pasai, Hikayat
Aceh, dan
Setia Bugis
dan Melayu
Melayu
Pengaruh
Jawa
cerita panji.
Melayu
Pengaruh
Asing
Hindu,
puisi (contohnya seloka,
gurindam)
prosa (contohnya Mahabharata, Ramayana,
Pancatantra)
Arab/Persi,
bersifat
didaktik
Hikayat
Bachtiar,
Hikayat
Bayan
Budiman,
Hikayat 1001
Malam
bersifat
Sejarah
Hikayat
Amir
Hamzah,
Hikayat
Iskandar
Zulkarnain
bersifat
Ketatanegaraan
Tajussalatin,
Bustanussalatin; dan
berhubungan agama
Islam, misalnya
Kesustraan Mula-Mula,
Hikayat Raja Badar,
Hikayat Nabi Muhammad
SAW, Hikayat Nabi
Sulaiman, Hikayat
Lukmanul Hakim
17. Sastra Baru/ Sastra Modern
1. Masyarakat sentris, yaitu: tema yang diangkat
seputar permasalahan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari
2. Dinamis, yaitu: mudah berkembang sesuai
perkembangan zaman.
3. Bebas, maksudnya: tidak terikat oleh aturan karya
sastra yang ada sebelumnya/ bentuknya bebas.
4. Menggunakan bahasa sehari-hari
5. Disebutkan nama pengarangnya
6. Logis/ masuk akal
18. Sastra Baru/ Sastra Modern
Beberapa pendapat dari para sastrawan terkait lahirnya sastra modern
Umar Yunus
Sastra
Indonesia baru
ada setelah
ada bahasa
Indonesia
artinya sastra
Indonesia ada
setelah bahasa
persatuan
diresmikan
pada tanggal
28 oktober
1928
Ayub Rosidi
sastra itu tidak mungkin ada tanpa bahasa
sebagai media saranannya.beliau lebih
mementingkan adanya rasa nasionalisme
yang ada dalam karya sastra tersebut
maka sastra Indonesia pada tahun ke 20-
an menetapkan tahun lahirnya sastra
Indonesia yaitu tahun 1922.
kesustraan Indonesia mulai
lahir pada tahun 20-an yaitu
pada saat lahirnya roman dan
puisi kebanggan mulai
digunakan oleh pengarang
dalam bahasa Indonesia.
C.A.Teeuw.
Sastra mulai ada dari sudut lahirnya sebuah Negara seperti
Indonesia. Sastra Indonesia ada setelah bahasa Indonesia secara
resmi diakui penggunaannya sebagai bahasa nasional bahkan
dikukuhkan dalam undang-undang dasar 1945 ,maka sebelumnya
dinamakan sastra melayu karena Indonesia belum merdeka.
Slamet Mulyana.
19. Sastra Baru/ Sastra Modern
sastra Indonesia modern ditandai dengan lahirnya penerbit Balai Pustaka.
Balai Pustaka sebagai penerbit yang menerbitkan karya-karya sastra pada
tahun 1920 menandai tahun penting lahirnya sastra Indonesia.
Setelah lahir, Sastra Indonesia Modern, maka sejak itulah
adanya pebagian dan perkembangan proses dan karya kreatif.
Para ahli membagi sastra Indonsia pada tahapan-tahapan atau
angkatan-angkatan sastra.
20. Sastra Baru/ Sastra Modern
Periode adalah penggolongan atau
pembabakan zaman-zaman pekembangan
sastra berdasarkan standar tertentu.
Di era sastra baru
mulai dikenal adanya
istilah periode dan
angkatan.
Angkatan ialah sekumpulan sastrawan yang
hidup dalam satu kurun masa atau menempati
periode tertentu. Sastrawan tadi setidaknya
memiliki gagasan, ide, semangat yang
sama/mirip
penamaan sekelompok sastrawan berdasarkan
zamannya.
21. Sastra Baru/ Sastra Modern
1. berbahasa Indonesia, dan
2. ditulis oleh orang Indonesia.
Sastra Indonesia
adalah sastra yang …
adalah sastra di luar
sastra Indonesia.
Terjemahan sama artinya
dengan alih bahasa.
Sastra mancanegara
22. Sastra Baru/ Sastra Modern
Angkatan Balai Pustaka atau angkatan 20-an.
Mencoba mendobrak budaya dan alam pengetahuan
tradisional melalui karya sastra.
Misalnya dalam masyarakat masih ada kawin paksa,
dalam karya sastra ditunjukkan bahwa kawin paksa itu
menyakitkan dan sudah tidak relevan.
masa transisi antara
sastra Indonesia
modern dan sastra
daerah
Penamaan 'angkatan 20'
merujuk pada tahun
mulai lahirnya sastra
Indonesia.
Penamaan angkatan 'Balai Pustaka'
merujuk pada satu-satunya
penerbit atau penerbit pertama
yang menerbitkan karya sastra
Indonesia di masa penjajahan
Belanda
tema yang diangkat
pertentangan.
23. Sastra Baru/ Sastra Modern
Dalam periode ini 'Perlawanan' terhadap
sastra lama semakin terasa. Mulai
bekembang puisi yang tidak lagi terikat.
Adapun jika terikat sudah mulai muncul
pencampuran antara pola satu dengan
yang lain. Hal ini ditandai dengan lahirnya
puisi 'Bukan Beta Bijak Berperi'.
angkatan 33. merujuk pada
tahun 1933. Ada pula yang
menyebut sebagai angkatan 30-
an, atau angkatan Poejangga
Baroe (Pujangga Baru) karena
merujuk pada Majalah Sastra
Poejangga Baroe.
Pujangga Baru
lebih berani
menunjukkan
keindaonesiaan dan
nasionalisme.
Angkatan 33
24. Sastra Baru/ Sastra Modern
Periode ini menghasilkan karya sastra yang mendukung
semangat perjuangan dan mendukung kemerdekaan
Indonesia. Tidak sedikit pula sastrawan yang terlibat
aktif dalam upaya dan proses perang
kemerdekaan. Maka banyak pula karya sastra dengan tema
perang dan perjuangan.
Pelopornya Chairil Anwar. Karyanya yang membawa
warna baru dalam puisi Indonesia. Baik dari segi tema
maupun bentuk dan wujud karya kreatif.
Angkatan 45.
Ciri angkatan ini adalah
adanya sikap yang tegas
dalam berIndonesia.
Nasionalisme menjadi
salah satu tema wajib
dalam angkatan ini.
25. Sastra Baru/ Sastra Modern
lembaga-lembaga
sastra yang berafiliasi
dengan partai politik.
ADa lembaga
kebudayaan rakyat
(Lekra) yang
berafiliasi dengan
PKI. Ada pula Lesbumi
(Lembaga Seni
Budaya Muslim
Indonesia) berafiliasi
dengan Partai NU.
Di masa ini Sastra Indonesia disusun
berkaitan dengan kecenderungan karya
sastra yang dihasilkan. Karya sastra pada
masa ini berisi tema-tema politik. Dengan
gaya penceritaan yang semakin tegas dan
beragam.
Dalam masa periodisasi sejarah sastra Indonesia ini,
ditandai juga dengan perselisihan
antarsastrawan Perselisihan dan pertentangan bahkan
berupa penyerangan karakter muncul seiring
perbedaan pilihan politik dan sikap politik para
sastrawan.
Angkatan 66 atau angkatan 60’an
26. Sastra Baru/ Sastra Modern
muncul puisi kontemporer yang seolah olah kembali
ke bentuk awal puisi sebagai mantra. Bedanya puisi
kontemporer mengambil tema kekinian dan ditulis
dalam bentuk kekinian. Meskipun pola penulisannya ada
yang mirip dengan mantra.
Angkatan 80
Puisi kembali menemukan
pola baru. Dengan prepresi
pemerintah yang sangat ketat,
maka puisi menjadi penyalur
aspirasi yang sangat efektif.
Selain dengan bahasa
bersayap yang tidak bisa
dimaknai satu arah, puisi
juga efektif untuk
mengkritik pemerintah.
27. Sastra Baru/ Sastra Modern
mulai muncul sastra novel yang berupa 'buku Motivasi'. Ada dan
berkembang pula sastra lendir, yang mengeksplorasi seksualitas
secara berlebihan yang sebelumnya dianggap tabu.
Angkatan 2000
muncul sastra poskolonial.
Karena berkaitan dengan penguasa dan karya
sastra yang baru bisa terbit pada tahun 2000
meskipun ditulis jauh sebelum itu.
muncul novel-novel 'pesantren'. Novel yang ditulis
oleh santri dengan latar pesantren dan penceritaan
sekitar pesantren
29. Sastra Cyber
Sastra Cyber
karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan
melalui medium internet atau teknologi
informatika.
Sastra ini mendobrak
konvensi yang selama ini
lekat bahwa sastra lebih
dekat dengan
konservatisme.
Sastra cyber lebih bersifat terbuka dan bahkan
cenderung vulgar. Artinya, siapapun dan dari latar
belakang apapun dapat membuat karya sastra
selama yang bersangkutan memiliki akses
terhadap teknologi
30. Sastra Cyber
sastra cyber di Indonesia mulai dikenal oleh khalayak
di akhir tahun 1990-an dan ditandai dengan peluncuran
buku antologi puisi cyber berjudul Graffiti Gratitude
pada tanggal 9 Mei 2001 di Puri Jaya, Hotel Sahid, Jakarta yang digawangi
oleh Sutan Ikwan Soekri Munaf, Nanang Suryadi, Nunuk Suraja, Tulus Widjarnako,
Cunong, dan Medy Loekito. Mereka tergabung dalam satu yayasan yaitu Yayasan
Multimedia Sastra (YMS).
31. Sastra Cyber
Kedua, penulis yang
memiliki homepage pribadi
dapat memajang karyanya
kapan saja ia kehendaki,
tanpa menunggu
persetujuan editor
sebagaimana dialami sastra
cetak. Oleh karenanya, sastra
cyber bersifat demokratis
dan secara tidak langsung, sastra
cyber juga telah berperan
melahirkan penulis-penulis baru.
Keunggulan
Pertama,
sebuah karya
dapat
menyebar ke
berbagai
penjuru dunia
hanya dalam
hitungan detik
dan sastra cyber
menjadi ajang
publikasi yang
murah dan mudah.
Biaya yang
dikeluarkan juga
relatif
terjangkau.
Ketiga, membuka ruang
yang luas bagi tumbuhnya
sastra alternatif yang
”memberontak” terhadap
kemapanan – terhadap
estetika yang lazim—dan
bukan hanya menjadi media
duplikasi dari tradisi sastra
cetak
Kelima,
menunjang
pelestarian
lingkungan
hidup.