1. Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:
§ Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
§ Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
§ Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
§ Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
§ Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
§ Tandus (S. Rukiah)
§ Puntung Berasap (Usmar Ismail)
§ Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
§ Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
§ Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
§ Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
Ciri umumnya adalah :
1. bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas,
2. prosanya bercorak realisme,
3. puisinya bercorak ekspresionisme,
4. tema dan setting yang menonjol adalah revolusi,
5. lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan
6. jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya :
1. Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu,
2. kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir),
3. Achdiat Kartamiharja (novel Atheis),
4. Idrus (novel Surabaya, Aki),
5. Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira),
6. Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya),
7. Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
Simpulan
1. Angkatan ’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal
kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai
karya sastrawan Angkatan ‘45.
2. 2. Karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut
kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat
Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas
berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
3. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat
K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh
angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya
4. Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras,
yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Contoh Prosa:
Atheis (novel)
Atheis
Penulis Achdiat K. Mihardja
Negara Indonesia
Bahasa bahasa Indonesia
Genre Novel
Penerbit Balai Pustaka
Tanggal terbit 1949 (cetakan
pertama)
Terbitan dalam Bahasa
Inggris
1972
Media sampul lunak
Halaman 232
ISBN 9794071854
3. Atheis adalah novel roman tahun 1949 karya Achdiat K. Mihardja yang menceritakan
tentang perjalanan hidup seseorang yang dididik untuk menjadi anak yang saleh sedari kecil,
tetapi di tengah perjalanan hidupnya mengalami banyak gelombang yang membuatnya
bimbang dan mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan, diakhiri dengan jatuhnya dia
dalam ketidakmampuan mengatasi kebimbangan hidupnya tersebut.
Novel Atheis merupakan salah satu karya terpenting Achdiat K. Mihardja yang begitu kaya
akan detail situasi pada Hindia Belanda / Indonesia tempo doeloe. Novel ini mengambil latar
waktu dan tempat di antara tahun 1940-1942 di kota Bandung dan sekitarnya di Jawa Barat.
Novel ini memperoleh Penghargaan Tahunan Pemerintah RI tahun 1969. Atheis
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh R.J. Maguire pada tahun 1972 sehingga novel
ini juga banyak dibaca di dunia internasional. Sutradara terkenal Sjumandjaja juga
mengadaptasi novel ini menjadi sebuah film drama layar lebar berjudul sama pada tahun
1974.
Latar belakang
Novel roman Atheis mengisahkan perkembangan masyarakat Indonesia sejak permulaan
abad ke-20 yang terus mengalami pergeseran gaya hidup yang tradisional ke gaya hidup
modern. Pergeseran itu membawa perselisihan dan bentrokan antara paham-paham yang
lama dengan yang baru, yang khususnya terjadi di bidang sosial, budaya, dan politik.
Perkembangan di dalam masyarakat ini tidak luput meninggalkan pengaruhnya kepada
pengalaman batin manusia yang mengalami perubahan tersebut. Dalam novel ini,
keresahan batin tersebut terjadi di tengah-tengah bergeloranya pertentangan paham di
zaman penjajahan Belanda dan masa pendudukan Jepang yang menjadi pokok perhatian
dalam roman ini.
Sinopsis
Rd. Hasan, pegawai gemeente Bandung, adalah seorang pemuda alim yang dididik orang
tuanya untuk berpegang kuat pada ajaran agama Islam. Pertemuannya kembali dengan
Rusli, teman masa kecilnya yang telah menjadi seorang pejuang dan aktivis politik bawah
tanah membawa Hasan kepada pemikiran Atheisme yang bertolak belakang dengan apa
yang diajarkan orang tuanya selama ini.
Pergaulan yang rapat dengan Rusli tersebut secara perlahan mulai mengubah pandangan-
pandangan hidup Hasan selama ini. Terlebih karena hatinya tertawan oleh Kartini, adik
angkat Rusli yang tergolong wanita yang berpemikiran progresif di zamannya sehinga sangat
menarik perhatian Hasan. Perubahan pandangan Hasan semakin dalam dan jauh seiring
diskusi-diskusinya yang panjang bersama Rusli dan Kartini, ditambah perkenalannya dengan
kawan-kawan senior Rusli. Salah satu senior tersebut adalah Anwar, putra bupati namun
adalah seorang manusia egois yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan
orang lain.
Kemunculan Anwar kemudian mulai mengubah hidup Hasan, yang diawali dengan
hubungan Hasan dengan orang tuanya. Anwar memprotes keras Hasan yang akan pergi
4. mengaji bersama orang tuanya sebagai seorang munafik dan tidak berpendirian. Hasan yang
penuh keragu-raguan kemudian terpancing untuk secara terbuka menceritakan pandangan
barunya kepada ayah-ibunya. Kedua orang tua Hasan yang begitu religius mendidik Hasan
sejak kecil pun menjadi sangat kecewa dan mengusir Hasan. Kebimbangan hati Hasan
tentang hidupnya pun bertambah berat.
Cerita bertambah rumit dengan tindakan Anwar yang membuat rumah tangga Hasan dan
Kartini goyah. Anwar adalah seorang mata keranjang yang karena ketertarikannya pada
Kartini membuat Hasan cemburu dan menimbulkan pertengkaran hebat antara dia dan
Kartini. Pertengkaran ini membuat Kartini memutuskan lari menghindar untuk sesaat demi
menunggu redanya amarah Hasan. Namun dalam pelariannya tersebut, Kartini malah
hampir menjadi korban nafsu binatang Anwar di sebuah hotel.
Peristiwa tersebut akhirnya diketahui Hasan secara tidak sengaja. Api cemburu dan
kemarahan yang meledak membuat Hasan menjadi mata gelap dan hendak membunuh
Anwar. Di tengah bunyi gelapnya malam dan sirene tanda bahaya tentara Jepang yang
berkumandang, Hasan tetap berlari tanpa perduli. Kempetai pun menembak dan
menangkapnya dengan tuduhan mata-mata. Tubuh Hasan yang menderita TBC tidak
sanggup menahan siksa polisi pendudukan Jepang tersebut. Di akhir cerita, Hasan akhirnya
meninggal dengan membawa keragu-raguannya terhadap Tuhan yang sebelumnya dia
percayai.
Penghargaan
Novel ini memperoleh Penghargaan Tahunan Pemerintah RI pada tahun 1969
Adaptasi film
Setelah penerjemahan novel ini ke bahasa Inggris oleh R.J. Maguire pada tahun 1972,
sutradara terkenal Sjumandjaja mengadaptasi novel ini menjadi sebuah film drama layar
lebar berjudul sama yang dirilis pada tahun 1974 .