Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
TEORI STRUKTURALISME DAN PROSA FIKSI
1. TEORI STRUKTURALISME
PROSA FIKSI
Nama Kelompok:
1. Cici Arini
2. Destri Virani Ivira
3. Fiqi Nurmanda Sari
4. Fitriani
5. Laila Purnamasari
Dosen :Dra. Hj. Latifah Ratnawati, M.Hum.
2. LATAR BELAKANG
Sejarah Strukturalisme
Strukturalisme dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan objektif.
Pendekatan struktural berangkat dari pandangan
kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra
sebagai struktur yang unsurnya berhubungan antara
satu dan lainnya
Aristoteles meletakkan dasar yang kuat untuk
pandangan yang menganggap karya sastra sebagai
struktur yang otonom (dalam bukunya berjudul
poetika, 340 SM di Athena).
Pendekatan secara struktural sempat tidak diminati
pada abad ke-19, setelah itu pada abad ke-20
pendekatan ini muncul kembali.
3. Lanjutan (sejarah)
Pendekatan strukturalisme dalam karya
sastra dipelopori oleh kaum formalis Rusia
dan strukturalisme Praha ia mendapat
pengaruh langsung dari teori Linguistik
Ferdinand De Saussure. Konsep Saussure
menganggap linguistik sebagai ilmu yang
otonom, jika ditarik dalam ilmu sastra maka
karya sastra juga memiliki sifat
keotonomian sehingga pembicaraan
mengenai karya sastra tidak perlu dikaitkan
dengan ilmu-ilmu yang lainnya.
4. Tokoh-Tokoh dan Konsep Dasar Teori
Struktural
A. Aristoteles
Empat konsep Aristoteles yaitu :
Order berarti urutan dan aturan. Urutan aksi harus teratur
dan logis.
Unity berarti bahwa semua unsur dalam plot harus ada,
dan tidak bisa bertukar tempat tanpa mengacaukan
keseluruhannya.
Complexity berarti bahwa luasnya ruang lingkup dan
kekomplekan karya harus cukup untuk memungkinkan
perkembangan peristiwa yang logis untuk menghasilkan
peredaran dari nasib baik ke nasib buruk ataupun
sebaliknya.
Coherence berarti bahwa sastrawan tidak bertugas untuk
menyebutkan hal-hal yang benar terjadi, tetapi hal-hal
5. Lanjutan (tokoh)
B. Ferdinand De Saussure
linguistik merupakan ilmu yang otonom. karya sastra juga memiliki
sifat keotonomian sehingga pembicaraan mengenai karya sastra
tidak perlu dikaitkan dengan ilmu-ilmu yang lainnya
C. Kaum Formalis
Tokoh-tokoh kaum formalis yaitu Jakobson, Shklovsky,
Erchenbaum, Tynjanov
Teori kaum formalis antara 1915 dan 1930 mengalami
perkembangan. Konsep kaum formalis yaitu :
◦ Konsep yang sangat penting dalam pandangan kaum formalis
adalah konsep dominan ciri yang paling menonjol menurut
pendapat dan pengalaman mereka dalam sebuah karya sastra
(seringkali pula dalam aliran atau zaman tertentu) aspek bahasa
tertentu secara dominan menentukan ciri-ciri khas hasil karya
sastra.
◦ Konsep kaum formalis bersifat otonom artinya dapat dipahami
sebagai kesatuan yang bulat.
6. PEMBAHASAN
Hakikat Strukturalisme
“Strukturalime merupakan salah satu pendekatan
kesastraan yang lebih menekankan pada kajian
hubungan antarunsur pembangun karya yang
bersangkutan. Jadi strukturalisme (disamakan
dengan pendekatan objektif) dapat
dipertentangkan dengan pendekatan lain, seperti
pendekatan mimetik, ekspresif, dan pragmatik
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:37).”
Haweks (dalam Nurgiantoro 2010:37),
“strukturalisme pada dasarnya dapat dipandang
sebagai cara berpikir tentang dunia (baca:dunia
kesusastraan) yang lebih merupakan susunan
hubungan daripada susunan benda.”
7. Lanjutan (hakikat)
Walaupun penganut strukturalisme ini bermacam-macam, namun di
antara mereka terdapat kesatupahaman dalam memahami karya
sastra, yaitu pada struktur.
Robert Scholes membatasi struktur merupakan suatu cara untuk
mencari kenyataan, bukan benda-benda secara sendiri-sendiri,
melainkan dalam hubungan antarbenda-benda itu
Teeuw mengatakan bahwa dasar struktur sebuah karya sastra
merupakan keseluruhan, kesatuan makna yang bulat, mempunyai kohesi
intrinsik, dalam keseluruhan itu setiap bagian dan unsur memainkan
peranan yang hakiki, sebaliknya unsur dan bagian mendapat makna
seluruhnya dari makna keseluruhan teks (lingkaran hermeneutik).
Dapat disimpulkan struktur merupakan suatu organisasi menyeluruh
yang bagian-bagiannya saling berhubungan secara fungsional, artinya
bagian itu saling mempengaruhi, saling menentukan makna, dan hanya
bermakna di dalam kesatuan.
8. Tujuan strukturlisme
Menurut Nrgiantoro, (2010:37), “pada
dasarnya analissis struktural bertujuan untuk
memaparkan secermat mungkin fungsi dan
keterkaiatan antarberbagai unsur karya
sastra yang secara bersamaan menghasilkan
sebuah kemenyeluruhan.” Analissi struktural
ini tidak hanya terbatas kepada menganalisis
unsur intrinsiknya saja tetapi yang lebih
penting yaitu mengaitkan hubungan antar
unsur tersebut, dan makan keseluruhan yang
ingin dicapai. Hal ini dilakukan karena karya
sastra merupakan sesuatu yang kompleks
dan unik.
9. Prinsip Dasar Pendekatan Struktural
menurut Teeuw (1984) adalah (a) pendekatan
struktural bertujuan membongkar dan
memaparkan secermat mungkin keterkaitan
unsur-unsur karya sastra yang membentuk makna
menyeluruh (universal), (b) pendekatan struktural
tidak menjumlahkan unsur-unsur, (c) pendekatan
struktural berusaha menyematikkan termasuk
menyemantikkan gejala bunyi dalam karya puisi,
dan (d) pendekatan struktural menganggap bahwa
keseluruhan makna karya sastra berada dalam
keterpaduan struktur total.
Rene Wellek dan Warren menyatakan bahwa
pendekatan struktural dalam menganalisis karya
sastra harus mementingkan segi intrinsik dan anti
ekstrinsik (Wellek dan Warren, 1974:24)
10. Kelemahan strukturalisme terletak pada
keyakinannya yang terlalu berlebihan
terhadap otonomi karya sastra. Akibatnya
sejarah dan sosial budaya yang mengitari
karya sastra tersebut terabaikan.
Melepaskan karya sastra dari latar
belakang sosial budaya dan
kesejarahannya akan mengakibatkan
karya sastra kurang bermakna, atau
makannya sangat terbatas.
keuntungan strukturalisme yaitu
memegang teguh kelengkapan,
keterjalinan struktur dan otonomi karya
sastra.
11. Langkah-langkah Penerapan Teori
Struktural untuk Memahami Karya Sastra
Analisis struktural dalam karya sastra khususnya
prosa fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan
fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi.
Misalnya mendeskripsikan unsur intrinsik seperti
plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang,
tema, dan amanat. Setelah itu kita mengetahui
fungsi masing-masing unsur dalam menunjang
keseluruhan dan bagaimana hubungan antar
unsur itu sehingga membentuk suatu makna yang
padu. Keterpaduan ini dapat dilihat dari hubungan
antar peristiwa satu dengan peristiwa lainnya,
kaitannya dengan pelompatan yang tidak
kronologis, kaitannya dengan tokoh penokohan,
dengan latar dan sebagainya.
12. Dalam hal pembelajarannya terdapat juga pola
pembelajaran apresiasi sastra yang berdasarkan
pendekatan struktural menekankan pada pola
penggunaan analisis.
tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pemahama Rangkuman
Pengenala dan
n/
n informasi penyimpula
menganalisi
tentang n hasil
s informasi
struktur analisis
struktur
intrinsik untuk
untuk
karya memperoleh
pembentuka
sastra gambaran
n konsep
makna
13. Kesimpulan
Di antara berbagai pendapat ahli tentang strukturakisme
terdapat kesatupahaman dalam memahami karya sastra, yaitu
pada struktur.
Analisis struktural bertujuan untuk memaparkan fungsi dan
keterkaiatan antarberbagai unsur karya sastra. Analisis ini tidak
hanya terbatas kepada menganalisis unsur intrinsiknya saja
tetapi yang lebih penting yaitu mengaitkan hubungan antar unsur
tersebut, dan membentuk makan keseluruhan yang ingin dicapai.
Hal inilah yang menjadi keuntungan metode strukturalisme yang
memegang teguh kelengkapan, keterjalinan struktur dan otonomi
karya sastra.
Analisis struktural ini juga memiliki kelemahan yaitu mengabaikan
sejarah dan sosial budaya yang mengitari karya sastra tersebut.
Hal ini mengakibatkan karya sastra kurang bermakna dan kurang
bermanfaat bagi kehidupan.
14. DAFTAR PUSTAKA
Asri, Yasnur. 2012.
http://asriyasnur.blogspot.com/2012/01/aplika
si-pendekatan-struktural-dalam.html. Diakses
25 November 2012.
Ensens,Seprianus.2011.http://duniasastradanb
ahasaindonesia.blogspot.com/2011/05/teori-
struktural.html. Diakses 25 November 2012.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian
Fiksi. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
http://www.anakunhas.com/2011/12/teori-
strukturalisme-sastra-dan-tokoh-tokoh-
pencetusnya.html. Diakses 25 November
2012.