Dokumen tersebut membahas tentang percepatan pemberantasan korupsi melalui pendidikan bagi CPNS yang baru diangkat. Terdapat indikator keberhasilan yang diharapkan setelah pendidikan, yaitu peserta mampu menguraikan pengertian korupsi, mengidentifikasi tindakan korupsi, menjelaskan peran masyarakat dalam pencegahan korupsi, dan memberikan latihan analisis kasus korupsi.
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
Arti korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Melihat korupsi di Indonesia yang demikian begitu memprihatinkan , kita sebagai mahasiswa harus turut andil dalam mencegah maupun menanggulanginya. Kita harus bisa menerapkan nilai-nilai dan prinsip anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bersikap jujur , tanggung jawab , disiplin. Dan pemerintah harus lebih jeli lagi dalam menangani kasus korupsi , agar tingkat kasus pidana korupsi diindonesia jumlahnya menurun. Selain itu, pemerintah juga harus menghargai rakyat kecil yang saat berada dibawah berjanji akan membawa kepemerintahan yang lebih baik tanpa korupsi, serta mengawasi jalannya pembangunan pemerintahan secara efektif.
Modul Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Desa karya Bayu Setyo NugrohoGedhe Foundation
Makalah Bayu Setyo Nugroho, Kepala Desa Dermaji, Lumbir, Banyumas tentang Perencanaan penyelenggaraan pelayanan publik di desa yang menjadi acuan bagi Gerakan Desa Membangun (GDM)
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
Arti korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Melihat korupsi di Indonesia yang demikian begitu memprihatinkan , kita sebagai mahasiswa harus turut andil dalam mencegah maupun menanggulanginya. Kita harus bisa menerapkan nilai-nilai dan prinsip anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bersikap jujur , tanggung jawab , disiplin. Dan pemerintah harus lebih jeli lagi dalam menangani kasus korupsi , agar tingkat kasus pidana korupsi diindonesia jumlahnya menurun. Selain itu, pemerintah juga harus menghargai rakyat kecil yang saat berada dibawah berjanji akan membawa kepemerintahan yang lebih baik tanpa korupsi, serta mengawasi jalannya pembangunan pemerintahan secara efektif.
Modul Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Desa karya Bayu Setyo NugrohoGedhe Foundation
Makalah Bayu Setyo Nugroho, Kepala Desa Dermaji, Lumbir, Banyumas tentang Perencanaan penyelenggaraan pelayanan publik di desa yang menjadi acuan bagi Gerakan Desa Membangun (GDM)
Peran dan Fungsi Ombudsman Republik Indonesia dalam Peningkatan Pelayanan PyblikRudi Wijaya
Disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undang Pelayanan Publik dan Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia di Balai Kampung Gunung Batin Udik, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, 23 Februari 2017
Sosialisasi diselenggarakan oleh Kelompok KKN Mahasiswa Universitas Lampung bekerjasama dengan Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung
Contoh antara lain: 1. Pelaksanaan penerapan manajemen berbasis kinerja
2. Pelaksanaan pemberantasan korupsi pada proses pengadaan
melalui penerapan Pakta Integritas
3. Pelaksanaan mekanisme pengaduan masyarakat
4. Pelaksanaan peningkatan kapasitas pemerintah daerah
5. Pelaksanaan reformasi pelayanan sektor publik
6. Pemberian akses informasi
7. Pelaksanaan mobilisasi publik melalui pendidikan dan
peningkatan kesadaran anti korupsi
8. Pelaksanaan pelatihan dan bantuan teknis
9. Pelaksanaan pertukaran informasi korupsi.
Peran dan Fungsi Ombudsman Republik Indonesia dalam Peningkatan Pelayanan PyblikRudi Wijaya
Disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undang Pelayanan Publik dan Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia di Balai Kampung Gunung Batin Udik, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, 23 Februari 2017
Sosialisasi diselenggarakan oleh Kelompok KKN Mahasiswa Universitas Lampung bekerjasama dengan Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung
Contoh antara lain: 1. Pelaksanaan penerapan manajemen berbasis kinerja
2. Pelaksanaan pemberantasan korupsi pada proses pengadaan
melalui penerapan Pakta Integritas
3. Pelaksanaan mekanisme pengaduan masyarakat
4. Pelaksanaan peningkatan kapasitas pemerintah daerah
5. Pelaksanaan reformasi pelayanan sektor publik
6. Pemberian akses informasi
7. Pelaksanaan mobilisasi publik melalui pendidikan dan
peningkatan kesadaran anti korupsi
8. Pelaksanaan pelatihan dan bantuan teknis
9. Pelaksanaan pertukaran informasi korupsi.
Laporan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS, ANEKA Devi Melitasari
Laporan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS Jabatan Calon Analis Kebijakan Pertama Pada Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Belitung Timur
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
2. Setelah mengikuti pembelajaran ini,
peserta diharapkan mampu memahami
dan mengetahui tindak pidana korupsi
yang dapat terjadi di unit kerjanya
3. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
diharapkan mampu :
1. Menguraikan pengertian dan unsusr-unsur tindak
pidana korupsi;
2. Mengidentifikasi tindakan pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang merupakan tindak
korupsi;
3. Menjelaskan dan melaksanakan peran masyarakat
dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi;
4. Memberikan latihan tata cara menganalisis suatu
kejadian/feit sebagai tindak pidana korupsi
4. MATERI POKOK
1. PENDAHULUAN;
2. P ENGERTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI (TPK);
3. PERATURAN PEMBERANTASAN
KORUPSI;
4. TINDAKAN / KEBIJAKAN YANG
DIANGGAP TPK;
5. KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI;
6. PERCEPATAN PEMBERANTASAN
KORUPSI
7. PASAL 33 : 3 UUD – 1945
Bumi dan Air dan dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.
15. PENGERTIAN TINDAK PIDANA
Pembentuk undang-undang di Indonesia
menerjemahkan “Straafbaarfeit” (Belanda)
sebagai tindak pidana
Feit, Artinya
”Sebagian dari kenyataan”
Straafbaar artinya
”Dapat dihukum”
Straafbaarfeit => ”Sebagian dari kenyataan yang
dapat dihukum”. Padahal yang dapat dihukum
adalah manusia sebagai pribadi, bukan
kenyataan, perbuatan atau tindakan
Akan tetapi, Sebagian kenyataan, perbuatan atau
tindakan yang dapat dihukum, itu pasti dilakukan
oleh manusia sebagai pribadi
16. Prof. MULJATNO
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana
tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan
tersebut.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang
hukum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu
diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan
(yaitu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya
ditujukan pada orang yang menimbulkan kejahatan.
Unsur Perbuatan Pidana :
Perbuatan manusia
Memenuhi rumusan dlm UU (syarat formil)
Bersifat melawan hukum (syarat materil)
17. UTRECHT
Straafbaarfeit => Peristiwa Pidana (Delik),
karena peristiwa itu sebagai perbuatan
handelen atau doen (positif), atau suatu
melalaikan (negatif), maupun akibatnya
(keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan
atau melalaikan itu).
Peristiwa pidana merupakan peristiwa
hukum (rechtfeit), yaitu peristiwa
kemasyarakatan yang membawa akibat yang
diatur oleh hukum
18. S I M O N
Tindakan melanggar hukum yang telah
dilakukan dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja oleh seseorang yang
dapat dipertanggungjawabkan atas
tindakannya dan oleh undang-undang
telah dinyatakan sebagai tindakan yang
dapat dihukum
19. UNSUR – UNSUR TINDAK PIDANA
UNSUR SUBJEKTIF
1. Setiap orang ( orang perorangan atau termasuk
korporasi ( pasal 1 angka 3 UU PTKP);
2. Penyelenggara negara ( pasal 1 UU No. 28/1999;
3. Pegawai negeri ( pasal 1 angka 1 UU No. 8/1974 jo UU
No. 43/1999;
4. Korporasi.
UNSUR OBJEKTIF
1. Janji;
2. Kesempatan;
3. Kemudahan;
4. Kekayaan Milik Negara (Uang, Daftar, Surat, Akta, -
Barang
21. PENYELENGGARA
NEGARA
B
Pejabat negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif, atau jufdikatif, dan
pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1
UU No 28 Tahun 1999 – Penyelenggaraan
Negara yg bersih dan bebas KKN)
22. PENYELENGGARA NEGARA
Pasal 1 UU No 28 Tahun 1999
1. Pejabat Negara dalam Lembaga Negara,
2. Menteri,
3. Gubernur atau wakil pemerintah pusat di
Daerah,
4. Hakim, di semua tingkat pengadilan,
5. Pejabat Negara yang lain : Dubes, Wk
Gubenur, dan Bupati/Walikota, dan Pejabat
yang memiliki fungsi strategis,
6. Pejabat yang memiliki fungsi strategis
23. PENYELENGGARA NEGARA
6. Yang rawan praktek KKN;
Direktur/Komisaris, dan pejabat
struktural lainnya di BUMN/BUMD,
Pimpinan BI,
Pimpinan Perguruan Tinggi,
Pejabat Eselon I,
Jaksa,
Panitera Pengadilan, dan
Pimpinan, Bendaharawan Proyek
(Pasal 2 UU No 28 Tahun 1999)
24. PEGAWAI NEGERIC
1. Setiap WNI yg telah memenuhi syarat yg ditentukan,
diangkat oleh pejabat yg berwenang dan diserahi tugas
dlm suatu jabatan negeri/diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perUU yg berlaku.
PNS Pusat & Daerah,
Anggota TNI& POLRI,
2 Pgw Ngr sebagaimana dimaksud dlm UU Hkm Pidana.
3. Orang yg menerima gaji/upah dri Negara/Daerah.
4. Orang yg menerima gaji dri Korporasi yg menerima
bantuan dari keuangan Negara/Daerah, atau
5. Orang yg menerima gaji/upah dri Korporasi lain yg
mempergunakan modal/fasilitas Negara/Masyarakat.
25. D
1. Kumpulan orang dan kekayaan yang terorganisasi baik
yang berbentuk badan hukum;
2. Kumpulan orang dan kekayaan yang terorganisasi yang
bukan berbentuk badan hukum;
3. Kumpulan orang yang terorganisasi yang berbentuk badan
hukum
4. Kumpulan orang yang terorganisasi yang bukan berbentuk
badan hukum
5. Kumpulan kekayaan yang terorganisasi yang berbentuk
badan hukum
6. Kumpulan kekayaan yang terorganisasi yang bukan
berbentuk badan hukum
KORPORASI
26. DEFINISI KORUPSI
KORUPSI berasal dari kata Latin Corruptio, yg
diadopsi oleh berbabagai negara, Indonesia mengadopsi
dari bahasa Belanda Corruptie, yg merujuk kepada
Perbuatan rusak, busuk, tidak jujur yg
dikaitkan dgn keuangan. (SUDARTO, 1976)
KORUPSI adalah perbuatan yg dilakukan dgn
maksud utk memberikan suatu keuntungan yg
tdk resmi dgn hak2 dri pihak lain secara salah
menggunakan jabatannya atw karakternya utk
mendptkan keuntungan tuk dirinya sendiri atw
orang lain, berlawanan dgn kewajibannya dan
hak2 drp pihak2 lain.
(Black’s Law Dictionary 1990)
27. BEBERAPA TERMINOLOGI
Korup = Busuk, palsu, suap (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991);
Korup = Suka menerima uang sogok,
menyelewengkan uang/barang milik
perusahaan atau negara, menerima uang
dengan menggunakan jabatan untuk
kepentingan pribadi (Kamus Hukum,
2002);
Korup = Kebejatan, ketidakjujuran, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
(The Lexicon Webster Dictionary, 1978)
29. JENIS KORUPSI
UU No. 31 / 1999 Jo. UU No. 20 / 2001
30 diklasifikasi => 7 TPK
Kerugian Keuangan Negara
Suap-Menyuap
Penggelapan dalam Jabatan
Pemerasan
Perbuatan Curang
Benturan Kepentingan
dalam PBJ
Gratifikasi
30. 6 Tindakan lain => berkaitan TPK
Merintangi proses pemeriksaan perkara
Korupsi,
Tidak memberi keterangan/Keterangan tidak
benar,
Bank yang tidak memberikan keterangan
NOREK Tersangka.
Saksi/Ahli yg tidak memberi keterangan/
keterangan palsu,
Orang yg memegang rahasia jabatan tidak
memberikan keterangan/keterangan palsu
Saksi yang membuka identitas Pelapor.
31. Tugas Kelompok
(Masing-masing kelompok mendiskusikan 1 tugas)
1. Jelaskan 4 masa Peraturan Pemberantasan Korupsi
sejak tahun 1957 sampai saat ini
2. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Kerugian Keuangan
Negara
3. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Suap Menyuap
4. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Penggelapan Dalam
Jabatan
5. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Pemerasan
6. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Perbuatan Curang
7. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Benturan
Kepentingan dalam Pengadaan
8. Jelaskan Tindak Pidana Korupsi Gratifikasi
32. 1957
KEBIJAKAN TERKAIT
PEMBERANTASAN KORUPSI
Per Penguasa
Militer
No.
PRT/PM/06/19
57
1960
UU No.
24/PRP/1960
Pengusutan,
Penuntutan dan
Pemeriksaan
TIPIKOR
1971
UU No. 3/1971
Pemberantasa
n TIPIKOR
1999
UU No. 31/1999
TIPIKOR
33. 1998 1999 2000 2001 2002 2004 2006 2009 2011 2012 2013
TAP MPR XI
Penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih
& bebas KKN
UU No. 28
Penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih &
bebas KKN
UU No. 31
Tipikor
PP No. 71
Peran serta masyarakat &
penghargaan dlm pencegahan &
pemberantasan TPK
UU No. 20
Tipikor
UU No. 30
KPK
INPRES No.24
Percepatan
Pemberantasan
Korupsi
UU No. 7
Ratifikasi UNCAC
2003
UU No. 46
Pengadilan Tipikor
INPRES No.9
Rencana Aksi cegah
berantas TPK 2011
INPRES No.17
Aksi cegah berantas
TPK 2012
INPRES No.55
Stranas cegah
berantas TPK 2012-
2025
INPRES No.1
Aksi cegah berantas
TPK 2013
KEBIJAKAN TERKAIT
PEMBERANTASAN KORUPSI
34. UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001
Terdapat 30 Jenis TPK, yg bisa di pidana mati,
pidana penjara dan pidana denda karena Korupsi.
Terdapat 6jenis TP lain yg berkaitan dengan
perkara Korupsi
.2 Delik = Merugikan Keuangan
Negara/Perekonomian Negara.
.28 = Perilaku Penyelenggara negara yg
terkait dengan kekuasaannya.
36. TPK Terkait Kerugian Negara
UU No. 31 / 1999 Jo. UU No. 20 / 2001
Pasal 2 (1):
Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00.
1
37. Pasal 3 :
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 20
tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00.
38. TPK Terkait Suap Menyuap
UU No. 31 / 1999 Jo. UU No. 20 / 2001
Pasal 5 : 1
Memberi/menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dgn maksud supaya pegawai
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atw
tdk berbuat sesuatu dlm jabatannya, yang bertentangan
dgn kewajibannya
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dgn kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatan.
2
39. Memberi Hadiah kepada pegawai negeri ( Psl 13 UUPTPK ),
Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara menerima suap (Psl
5 : 2; Psl 12 a; Psl 12 b; UUPTPK),
Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara menerima hadiah yg
berhubungan dengan jabataannya (Psl 11 UUPTPK),
Menyuap Hakim (Pasal 6 : 1 a UUPTPK),
Menyuap Advokad (Pasal 6 : 1 b UUPTPK),
Hakim dan Advokad menerima suap (Pasal 6 : 2 Psl 12 c;
Psla 12 d UUPTPK),
40. TPK Terkait Penggelapan
Dalam Jabatan
Pegawai Negeri menggelapkan uang / membiarkan
penggelapan (Pasal 8 UUPTPK);
Pegawai Negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan
administrasi (Pasal 9 UUPTPK);
Pegawai Negeri merusakkan barang bukti (Pasal 10 a
UUPTPK);
Pegawai Negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
(Pasal 10 a UUPTPK);
Pegawai Negeri membantu orang lain merusakkan barang
bukti (Pasal 10 a UUPTPK);
3
41. Pegawai Negeri /Penyelenggara Negara memeras (Pasal 12
e; Psl 12 g UUPTPK),
Pegawai Negeri /Penyelenggara Negara memeras Pegawai
Negeri lain (Pasal 12 f ; Psl 12 g UUPTPK),
TPK Terkait
Perbuatan Pemerasan
4
42. TPK Terkait
Perbuatan Curang
Pemborong berbuat curang (Pasal 7 : 1 a UUPTPK);
Pengawas Proyek membiarkan perbuatan curang
(Pasal 7 : 1 b UUPTPK);
Rekanan TNI/POLRI berbuat curang (Pasal 7 : 1 c
UUPTPK);
Pengawas Rekanan TNI/POLRI berbuat curang (Pasal 7
: 1 d UUPTPK);
Penerima Barang TNI/POLRI membiarkan perbuatan
curang (Pasal 7 : 2 UUPTPK);
Pegawai Negeri /Penyelenggara Negara menyererobot
tanah negara sehingga merugikan orang lain (Pasal 12
UUPTPK),
5
43. Pegawai Negeri turut serta dalam Pengadaan yang
diurusnya (Pasal 12 i UUPTPK),
TPK Terkait
Benturan Kepentingan
Dlm Pengadaan
6
44. 7
Pasal 12 B UUPTPK
• Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
46. TPK Terkait Tindak Pidana Lain
Merintangi proses pemeriksaan perkara Korupsi (Pasal 21
UUPTPK);
Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai harta
kekayaannya (Pasal 22 UUPTPK);
Bank tidak memberikan keterangan rekening Tersangka
(Pasal 22 UUPTPK);
Saksi/Ahli tidak memberikan keterangan/ memberikan
keterangan palsu (Pasal 10 a UUPTPK);
Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan/memberikan keterangan palsu (Pasal 22
UUPTPK);
Saksi yang membuka identitas Pelapor (Pasal 24 UUPTPK).
48. BAB V UUPTPK
Hak mencari, memperoleh dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi TPK;
Hak memperoleh pelayanan dlm mencari,
memperoleh dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi TPK kepda Penegak hukum
yg menangani TPK tsb;
Hak menyampaikan saran pendapat bertanggung
jwb kepada Penegak hukum yg menangani TPK
tsb;
MEMBERI KESEMPATAN MASYARAKAT
UNTUK TURUT BERPERAN SERTA
DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
49. Hak utk memperoleh jawaban atas pertanyaan
tentang laporannya yg diberikan kepada Penegak
hukum dlm waktu 30 hari,
Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
dalam hal :
o Melaksanakan haknya
o Diminta hadir dalam proses penyelidikan,
penyidikan, dan disidang pengadilan sebagai
saksi pelapor. Saksi atau Saksi Ahli sesuai dgn
ketentuan peraturan perUan yg berlaku.
51. LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI
SEBELUM KPK
TIM PEMBERANTASAN KORUPSI.
Dibentuk Thn 1967, Keppres 228/1967, Ketua :
Jaksa Agung, Tugas : Membantu Pemerintah
memberantas korupsi sec preventif dan represif.
KOMITE ANTI KORUPSI.
Dibentuk Thn 1970, Pelaksana : Angkatan 66
Akbar Tanjung Dkk.
52. LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI
SEBELUM KPK
KOMITE 4.
Dibentuk Thn 1970, Keppres 12/1970, Ketua :
Wilopo, SH, Tugas : Menghubungi Pejabat Sipil,
Militer dan Swasta, Pum Pusat/Daerah.
OBSTIB.
Inpres 9/1977 Pelaksana : Koordinator Menpan,
Operasional Pangkopkamti.
53. LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI
SEBELUM KPK
TIM PEMBERANTASAN KORUPSI
Thn 1982, TPK yg pernah dibentuk Thn 1967,
dihidupkan kembali,
KPKPN.
Dibentuk dgn UU No. 28/1999 dan KEPRES No.
27/1998. Tugas : Mengungkap kasus2 Korupsi yg
sulit ditangani KEJAGUNG.
54. Dasar Pembentukan : UU No. 30/2002
TUGAS POKOK :
1. Melakukan Koordinasi dgn Instansi berwenang
menindak TIPIKOR,
2. Melaksanakan supervisi terhdp Instansi
berwenang melakukan pemberantasan TIPIKOR,
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, tuntutan
terhdp TIPIKOR,
4. Melakukan tindak pencegahan TIPIKOR,
5. Melakukan monitor terhadap pelanggaran
pemerintahan negara.
55. WEWENANG :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan TIPIKOR,
2. Menetapkan sistim pelaporan dalam kegiatan
pemberantasan TIPIKOR,
3. Meminta informasi tentang kegiatan
pemberantasan TIPIKOR kpda Inst terkait,
4. Melaksanakan dengar pendapat / pertemuan dgn
Inst yg berwenang melakukan pemberantasan
TIPIKOR,
5. Meminta laporan Inst terkait mengenai
pencegahan TIPIKOR,
6. Wewenang lainnya sebagaimana diatur dlm Psl
12, 13, 14 UU No. 30/2002 - KPTPK
56. Kewenangan : Penyelidikan, Penyidikan dan
Penuntutan TIPIKOR , meliputi TIPIKOR yg :
1. Melibatkan Aparat Penegak Hukum,
Penyelenggaran Negara, Orang lain yg ada
kaitannya dgn TIPIKOR yg dilakukan oleh aparat
penegak hukum/penyelenggara negara,
2. Mendapat perhatian dan yang meresahkan
masyarakat, dan atau
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit
Rp 1.000.000.000,-
58. INPRES No. 24/2004
PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI
INPRES Ini ditujukan kepada :
1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,
2. Jaksa Agung Republik Indonesia,
3. Panglima Tentara Nasional Indonesia,
4. Kepala Kepolisian negara Republik
Indonesia,
5. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen,
6. Para Gubernur,
7. Para Bupati dan Walikota
59. Juga kepada :
1. Seluruh Pej. Pem. termsk Peny Neg menyampaikan laporan harta
kekayaannya kpd KPK,
2. Membantu KPK dlm rangk penyelenggaraan pelaporan,
pendaftaran, pengumuman dan pemeriksaan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara dilingkungannya.
3. Membuat penetapan kinerja dengan pejabat dibawahnya sec
berjenjang,
4. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat,
5. Menetapkan program dan wilayah bebas korupsi,
6. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara konsisten untuk
mencegah kebocoran dan pemborosan,
7. Menerapkan kesederhanaan dalam pribadi dan kedinasan,
8. Memberikan dukungan terhadap upaya-upaya pemberantasan
korupsi (percepatan informasi berkaitan TPK dan mempercepat
pemberian ijin pemeriksaan terhadap saksi / tersangka),
9. Melakukan kerjasama dengan KPK, menelaah dan mengkaji
sistem-sistem yang menimbulkan TPK,
10. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur
untuk meniadakan perilaku koruptif dilingkungannya.
60. INSTRUKSI KHUSUS KEPADA
1. Menko Bidang Ekonomi, Menteri Keuangan, dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
/ Kepala BAPPENAS melakukan kajian-kajian dan uji
coba pelaksanaan sistem E-Procurement yang dapat
dipergunakan bersama instansi pemerintah,
2. Instruksi khusus kepada Menteri Keuangan, Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
BAPPENAS, Menteri Negara PAN, Menteri Hukum
dan HAM, Menteri Negara BUMN, Menteri Diknas,
Menkominfo, Jaksa Agung RI, KAPOLRI, Gubernur,
Bupati / Walikota, yang padaintinya melaksanakan
upaya-upaya percepatan pemberantasan tindak
pidana korupsi sesuai dengan bidang masing-masing.
62. 1. Memajukan dan memperkuat tindakan-
tindakan memberantas korupsi yang lebih
effektif;
2. Memajukan, memfasilitasi dan mendukung
kerjasama internasional dan bantuan teknis
dalam mencegah dan memerangi korupsi,
termasuk pengembalian asset;
3. Memajukan integritas, akuntabilitas, dan
manajemen yang seharusnya dalam soal-soal
publik dan harta publik.
MAKSUD DAN TUJUAN KONVENSI