2. Nyeri
Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa nyeri.
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu :
- Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
- Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Dilihat dari sifat terjadinya, nyeri kronis dapat dibagi kedalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
3. Penanganan yang adekuat sangat dibutuhkan oleh penderita nyeri,
tidak hanya untuk meredakan rasa nyerinya melainkan pula untuk
meningkatkan mutu kehidupannya. Maka, perlu dilakukan manajemen
nyeri. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
sampai mengganggu aktivitas penderita.
Tujuan adanya manajemen nyeri antara lain: mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan
meningkatkan kualitas hidup.
Nyeri dapat ditangani dengan menggunakan manajemen nyeri
farmakologi dan non-farmakologi.
4. Manajemen Nyeri Farmakologi Menghilangkan nyeri dengan pemberian
obat-obatan pereda nyeri. Penggunaan pada nyeri sangat hebat dan
berlangsung berjam-jam atau hingga berhari-hari. Obat-obatan yang
digunakan jenis analgesik.
Analgetika adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.
5. Berdasarkan aksinya, Analgetika dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Analgetika perifer (non-narkotika)
Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer
(piroksikam, Parasetamol, diklofenak dll)
Obat-obat ini dinamakan analgetika perifer karena tidak mempengaruhi
susunan saraf sentral, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan
ketagihan. Obat- obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim,
yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik
jenis ini adalah memblokade pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak berbeda
dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi
di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka
waktu lama dan dosis besar.
6. • Analgetika sentral (narkotik)
Analgetika opioid sering disebut analgetika sentral. Memiliki daya
penghalang nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di
SSP. Umumnya dapat mengurangi kesadaran (mengantuk) dan
memberikan perasaan nyaman (euphoria). Analgetika opioid ini
merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk
mengatasi nyeri yang hebat. Dapat juga menyebabkan toleransi,
kebiasaan (habituasi), ketergantungan fisik dan psikis (adiksi) maka
pemakaian obat ini diawasi dengan seksama oleh Departemen
Kesehatan dan dimasukan kedalam Undang Undang obat Bius
(Narkotika).
8. Monografi Obat Paracetamol, Diklofenak,
Kodein
• Paracetamol
• Nama Resmi : Acetaminophenum
• Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (96%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali
hidroksida Dosis : 2-3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari
• Mencit : 300mg/kg bb tiap 4 jam
• Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
• Mekanisme Kerja : menghambat kerja COX pada system saraf pusat yang tidak efektif dan sel
endothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kontra Indikasi : gangguan
fungsi hati berat, hipersensitivitas.
• Efek Samping : jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam
kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia), hipotensi juga
dilaporkan pada infus, Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat
menyebabkan kerusakan hati, lihat pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
9. Monografi Obat Paracetamol, Diklofenak,
Kodein
• Diklofenak
• Nama Resmi : Natrium Diklofenak
• Kelarutan : Mudah larut dalam methanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter
• Dosis : oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Injeksi intramuskular ke dalam otot panggul, untuk nyeri pascabedah dan kambuhan
akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian maksimum 2 hari.
• Mencit : 8 mg/kg bb per hari (The Laboratory Mouse)
• Indikasi : sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai inflamasi dan degeneratif (artritis rematoid, ankylosing spondylitis, osteoartritis dan
spondilartritis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout; nyeri pascabedah Mekanisme Kerja : sebagai inhibitor
enzim siklooksigenase yang menurunkan produksi prostaglandin penyebab inflamasi, demam, dan nyeri, terutama pada jaringan perifer
• Kontra Indikasi : Hipersensitivitas pada diklofenak atau zat pengisi lain, ulkus, pendarahan, atau perforasi usus atau lambung, trimester terakhir kehamilan,
gangguan fungsi hepar, ginjal, jantung (lihat Peringatan di atas); Kontraindikasi pada penggunaan secara intravena antara lain penggunaan bersama dengan AINS
atau antikoagulan (termasuk heparin dosis rendah), riwayat hemorragic diathesis, riwayat perdarahan serebrovaskular yang sudah maupun belum dipastikan,
pembedahan yang berisiko tinggi menyebabkan pendarahan, riwayat asma, hipovolemi, dehidrasi. Diklofenak kontraindikasi untuk pengobatan nyeri peri-operatif
pada operasi CABG (coronary artery bypass graft).
• Efek Samping : supositoria bisa mengakibatkan iritasi rektum; reaksi pada tempat penyuntikan.
10. Monografi Obat Paracetamol, Diklofenak,
Kodein
• Codein HCl
• Indikasi : Analgetik, antitusiv
• Kontra Indikasi : batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.
• Efek Samping : Reaksi alergi, halusinasi, agitasi ( perasaan kesal, jengkel dan
marah)
• Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air mendidih dan eter, mudah
larut dalam etanol dan kloroform
• Dosis: nyeri, oral 3-6 dd 15-60mg
• Mencit : 60-90mg/kg bb
• Mekanisme kerjanya codein bekerja selektif pada reseptor di sistem saraf pusat
sehingga
• memengaruhi respon terhadap rasa nyeri.
11. Mencit sebagai Hewan Percobaan
Family: Muridae (tikus2an kecil)
Mencit dewasa memiliki berat badan 25 – 40 g (betina)
dan 20 - 40 g (jantan).
Mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik,
cenderung berkumpul dengan sesamanya, bersembunyi
dan lebih aktif beraktivitas pada malam hari. Kehadiran
manusia akan mengganggu aktivitasnya.
Sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia.
Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit melalui proses
seleksi.
Sebagian besar mencit diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk
digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian dan pendidikan.
Binatang asli Asia, India dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh
dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode
kegiatan selama siang dan malam. (id.wikipedia.org/wiki/Mencit)
12. Metode Percobaan Terhadap Mencit
• Metode induksi nyeri cara panas (Hot-plate/flick-tail)
• Metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi
• Metode induksi cara kimia (metode sigmund)
13. Metode Hot Plate
• Metode hot plate merupakan suatu metode dengan meletakkan
hewan uji pada hot plate yang dipanaskan pada suhu tertentu (52°C).
Hewan bereaksi dengan perilaku lompat, jilat kaki, dan gemetar pada
kaki, selanjutnya dikenal dengan metode hot plate.
• Jika tidak terjadi perilaku di atas selama 60 detik, maka pengujian
dihentikan.
14. Metode Jentik Ekor (Tail Flick)
Rangsangan yang digunakan dalam metode ini berupa air panas
dengan suhu kurang lebih 50°C. Dimana ekor mencit
dimasukkan ke dalam air panas, maka nanti mencit akan
merasakan nyeri panas yang ditandai dengan mencit
menjentikkan (mengangkat) ekor keluar dari air panas tersebut.
16. Metode Percobaan Terhadap Mencit
Mempersiapkan dan bahan
Alat:
- Timbangan mencit
- Alat suntik 1 ml
- Bejana pengamatan mencit
- Alat pengukur waktu
- Bahan :
- Tablet Diklofenac 25mg,
Paracetamol 500mg, Codein
10mg
- Gom 2%
- Asam asetat 1%
- Etanol 70%, Kapas
- Mencit putih DDY
17. Prosedur Percobaan
1. Mencit puasa makan 16-18 jam
2. Ambil 6 mencit untuk tiap meja beri nomor, timbang
3. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa suspensi Paracetamol, suspensi Diklofenak dan suspensi
Gom 2%, serta larutan asam asetat 1%
4. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis yang telah dihitung dalam bentuk ip
6. Kemudian mencit diberikan perlakuan Pct, Diklofenak, dan Kodein secara ip dengan larutan yang telah dibuat
7. 30 menit kemudian suntik ip larutan asam asetat 1% 225mg/kg BB sebagai induksi nyeri, masukkan ke wadah pengamatan
8. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat
9. Amati dan catat jumlah geliatan setiap 5 menit selama 30 menit, pencatatan dimulai 10 menit setelah pemberian induksi nyeri
10. Rata-ratakan jumlah geliatan tiap kelompok
11. Hitung efek analgetik menggunakan rumus : Efek analgetik = 100-U/N*100 12. Adanya aktivitas (khasiat) analgetika : zat
berefek analgetik bila > 50%
12. Mencit yang telah diuji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bershikan alat-alat yang digunakan
13. Membuat laporan
19. Cara pembuatan
• Kalibrasi beaker/vial
• Sediaan induk diklofenak : gerus 1 tablet diklofenak @25mg encerkan gerus dengan gom 2% ad
10ml. Beri etiket D 25mg/10ml atau D 2.5mg/ml.
• Diklofenak 8mg : ukur 2ml sediaan induk D (2 X 2,5mg =5 mg) masukkan ke vial, tambahkan 8ml
gom 2% ,aduk homogen, beri etiket D 5mg/10ml atau D 0,5mg/ml
• Pct 500mg : gerus 1 tablet 500 mg Pct, gerus encerkan dengan 15ml gom 2% ad homogen, beri
etiket pct 500mg/15ml atau pct 33mg/ml.
• Codein 30mg : Siapkan 3 tablet codein 10 mg, Gerus halus tablet dalam lumping, Tambahkan gom
2% sedikit demi sedikit ad 15 ml, Masukkan dalam wadah vial dan beri etiket “codein 2mg/ml”
• Asam asetat 1% : sedot dengan penyedot karet 1ml asam asetat glasial dalam pipet volume,
alirkan melalui dinding gelas ukur berisi aquadest 99ml ad homogen, etiket asam asetat 1%.
• Timbang 2 gram gom, gerus dalam lumpang tambahkan aqua dest sedikit demi sedikit ad 100ml,
masukan ke dalam beaker, beri etiket “gom 2%”
20. Perhitungan Dosis dan Volume
• Mencit No. 1 → Berat mencit 34g
Pct 500mg = 500mg/kg x0.034 =17mg/33mg x 1 ml = 0.51 ml
As.asetat 1% = 225mg/1000 x 20g = 4.5mg/20kg BB
4.5mg/1000 x 100 ml = 0.45mg/20kgBB
• Mencit No. 2 Berat mencit 35g
D8 = 8mg/kg x 0.035 = 0.28mg/0.5mg x 1ml = 0.56ml
As. Asetat 1% = 35g/20g x 0.45ml = 0.787ml ~ 0.79ml
• Mencit no. 3 Berat mencit 29g
Cod 30 = 30mg/kg x 0.029 = 0.87/2mg x 1ml = 0.43ml
Pct 300 = 300mg/kg x 0.029 = 9mg/33mg x 1ml = 0.26ml
As. Asetat 1% = 29g/20g x 0.45ml = 0.68ml
• Mencit no. 6 Berat mencit 32g
N = 32g/20g x 0.3ml = 0.48ml
As. Asetat = 32g/20g x 0.45ml = 0.72ml
22. Data yang tidak dipakai yaitu data dari mencit no. 20 karena tidak ada geliat.
Tabel rata-rata ambang dan persen efek tiap perlakuan :
Perlakuan Ambang % Efek Kesimpulan
Pct 500 11 3 Tidak berefek
D8 18 33 Tidak berefek
Cod 30 – Pct 300 11 61 Berefek
D8 – Pct 300 14 48 Tidak berefek
(dosis kurang)
N 9
Hasil pengamatan volume pada ke-4 kelompok perlakuan hewan uji :
- Lakukan perbandingan data antara Diklofenak, Paracetamol, Kodein -
Paracetamol dan Diklofenak - Paracetamol terhadap normal (N)
- Adanya aktivitas analgetika bila jumlah geliatan ≤ 50% kelompok kontrol atau
dengan rumus : Efek Analagetik = (100 – U/N x 100)% > 50%
U = rata-rata jumlah geliat kelompok uji
N = rata-rata jumlah geliat kelompok Normal
- hubungan kombinasi terhadap efek
bersifat positif jika % efek perlakuan
kombinasilebih besar dari zat tunggal
- hubungan kombinasi zat sentral
terhadap efek bersifat positif jika %
efek perlakuankombinasi zat sentral
lebih besar dari kombinasi zat perifer
24. Pembahasan dan kesimpulan
- Dari data di slide sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara kodein dan paracetamol dikatakan
berhasil karena mencapai bahkan melebihi % efek analgetik yang ditentukan (>50%) yaitu 61%. Hubungan
kombinasi dinyatakan positif.
- Sedangkan untuk kombinasi obat antara diklofenak dan paracetamol belum bisa mencapai efek analgetik
yang ditentukan (>50%) yaitu 48%, namun ada kemungkinan apabila dosis dari obat dinaikkan dalam jumlah
tertentu. Hubungan kombinasi dinyatakan positif.
- Untuk dosis tunggal, paracetamol memiliki persentase yang lebih rendah daripada diklofenak, yaitu 3%
untuk paracetamol dan diklofenak 33%.
- Untuk sediaan tunggal diklofenak, ada kemungkinan untuk dinaikkan dosisnya dalam jumlah tertentu untuk
mencapai persen analgetik yang ditentukan (>50%).
- Urutan persen efek analgetik dari yang terbesar ke yang terkecil adalah : Cod 30-Pct 300; D8-Pct300; D8;
Pct500.