SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Analgetik Dan Antipiretik
ANALGETIK
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghalangi
kesadaran
 adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita.
 Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik
yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya
potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang
menggambarkan kerusakan tersebut.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu
tubuh.
Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat
mengobati peradangan atau pembengkakan.
 Nyeri merupakan gejala yang berfungsi
melindungi atau merupakan tanda bahwa
adanya gangguan-gangguan ditubuh seperti
peradangan (rheumatic/encok), infeksi, maupun
kejang otot.
 Mekanisme rasa nyeri yaitu perangsangan nyeri
baik mekanik, kimiawi, panas maupun listrik
akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel
sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat
yang disebut mediator nyeri yang akan
merangsang reseptor nyeri. Mediator nyeri ini
juga disebut zat autanoid yaitu, histamine,
serotonin, plasmakinin, bradikinin (asam lemak)
prostaglandin dan ion kalium
JENIS-JENIS NYERI
Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus,
nyeri haid, keseleo.Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer
seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
Rasa nyeri menahun
Contohnya: rheumatic dan arthritis.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti:
asetosal, ibuprofen dan indometasin.
Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu
empedu.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine,
butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
Nyeri hebat menahun
Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat.
Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil,
dekstromoramida, bezitramida.
Mekanisme kerja penghambatan rasa nyeri ada tiga
yaitu:
 Merintangi pembentukkan rangsangan dalam
reseptor rasa nyeri, seperti pada anastesi local.
 Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam
saraf sensoris, seperti pada anastesi local.
 Blokade rasa nyeri pada system saraf pusat seperti
pada analgetik sentral (narkotika) dan anastesi
umum.
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu:
 Analgetik Perifer (non narkotik / non opioid)
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik
dan tidak bekerja sentral.
 Analgetik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti fraktur dan kanker.
Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
parasetamol, salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat),
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
1.Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
2.Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
3.Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
4.Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
5.Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
6.Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
Obat analgetik narkotik
Morfin dan derivatnya :
a. Morfin
b. Heroin
c. kodein
1. Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID
ANALGESICS)
 Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini
adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan
demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri .
Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2
inhibitors.
 Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini
adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan
hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping
biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu
lama dan dosis besar.
Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )
 · Golongan Para amino fenol à asetaminofen (Parasetamol ),
fenasetin
 Golongan Pirazolon à dipiron (antalgin)
 · Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
1.Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
2.Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
3.Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
4.Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
5.Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
6.Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
ANALGESIK NON NARKOTIK
 Salisilat
Asam asetil salisilat yg lebih dikenal sebagai asetosal atau asprin
Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis
yang tepat,obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin
maupun tromboksan A2 , pada dosis yang biasa efek
sampingnya adalah gangguan lambung( intoleransi )
Indikasi : bermanfaat untuk mengobati nyeri yg tdk spesifik misalnya sakit
kepala nyeri haid,nyeri sendi
 spirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan
darah) pada pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak
Dosis : dewasa 325 mg-650 mg di berikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untk
anak2 15-20 mg/kg BB diberikan tiap 4-6 jam sedang disusui karena dapat
menimbulkan sindrom reye
Peringatan : Asma.penyakit alergi,dehidrasi,kehamilan
Interaksi : atasid dan absorbens : sekresi asetosal akan di naikkan
kortikosttroid :rsiko pendarahan dan ulserasi meningkat
antidiabetik oral
Kontraindikasi : anak usia dibawa 12 tahun dan anak yg sedang disusui
 Para amino fenol ( paracetamol )
Di indonesia Asetaminofen atau parasetamol di gunakan sebagai analgetik
antiperetik menggantikan salisilat dimana efek analgetiknya hampir sama
yaitu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.
Faramakonetik : PCT diabsorpsi cepat di saluran cerna.konsetrasi dicapai
dlm waktu ½ jam dan dimetabolisme di enzim mikrosom hati.
Interaksi : metoklopeamid dan domperidon, mempercepat absorpsi
paracetamol
Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal berbetuk tablet 500 mg dan sirup
120 mg/5 ml.dimana.
 dosis dewasa 300mg-1 gram/hari dgn max 4 gram perhari.
 anak2 6-12 thn: 150-300mg/kali max 1.2 gram/hari
 1-6 thn : 60-120 mg /kali dan bayi 60 mg/kali max 6 kali sehari
 Ibuprofen
Indikasi : demam & nyeri untk anak; nyeri radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet; nyeri ringan
sampai berat termasuk dismenore.
Peringatan : harus digunakan hati2 pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada pasiengagal
ginjal,payah jantung atau gagal hati
 Kalium diklofenak
Indikasi : nyeri radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet.
 Eliminasi: ginjal sebagi metabolit inaktif
Efek terapeutik:
Antiinflamasi untuk: artritis rematoid, osteoastritis dan gout
 Meredakan nyeri: dismenorea, perawatan gigi, nyeri muskuloskeletal
Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, edema, ruam kulit, purpura, tinitus, pusing letih
Reaksi merugikan:perdarahan gastrointestinal, diskrasia darah, aritmia jantung, nefrotoksisitas, anafilaksis
Kontra indikasi: penyakit hati dan ginjal yang berat, asma, tukak tukak peptik
Asam mefenamat
 Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak
 memberikan efek antipiretik.
Indikasi : nyeri radang dismenorea
 Fenilbutazon
Digunakan untuk mengobati penyakit artritis reumatoid,
walaupun memperlihatkan efek analgesik tetapi
fenilbutazon tdk di gunakan sebagai analgetik karna
toksisitasnya yaitu menyebabkan rentensi natrium
Farmakokinetiknya : diabsorpsi dengan cepat pada
pemberian oral .kadar tertinggi di capai dlm waktu 2
jam, 98% terikat pada protein plasma.
Indikasi : digunakan untuk penyakit pirai (gout) akut’
Hanya digunakan untuk anti inflamasi dan mempunyai
efek meningkatkan efek ekskresi asam urat melalui
urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout.
 Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan
struktur baru.waktu paruhnya panjang untuk
pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot
rangka.efek sampingnya meliputi tinitus ,nyeri kepala,dan
rash.
 : Diclofenac (Voltaren),obat ini adalah
penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek
antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik. waktu parunya
pendek. dianjurkan
2. Analgetik opioid
 Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan
fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti
rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan
jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau ginjal.
Analgetik narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi
anestesi, bersama-sama dengan atropin, untuk mengontrol
sekresi.
 Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan
golongan analgetik non-narkotik, sehingga disebut juga
analgetik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan
euphoria sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian obat
secara terus-menerus menimbulkan ketergantungan fisik
dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat.
Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan
sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Sedangkan
kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi
depresi pernapasan.
Mekanisme umumnya :
Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor
khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga
menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk.
Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya:
 Analgesik
 medullary effect
 Miosis
 immune function and Histamine
 Antitussive effect
 Hypothalamic effect
 GI effect
 Efek samping yang dapat terjadi:
 Toleransi dan ketergantungan
 Depresi pernafasan
 Hipotensi
 Dll
Berdasarkan struktur kimianya, analgetik
narkotik dibagi menjadi 4 kelompok.
Turunan Morfin
Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek
analgetik yang lebih rendah daripada morfin, namun mempunyai
efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan kecanduan.
Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih
tinggi daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. Heroin
menyebabkan kecanduan dan digolongkan ke dalam obat terlarang
Turunan Meperidin
Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik
antara morfin dan kodein, sering digunakan untuk pengobatan
kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin
namun tidak menyebabkan ketergantungan. Sedangkan loperamid
mempunyai efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular
usus, sehingga digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut
dan kronis
Turunan Metadon
Contoh : metadon. Metadon mempunyai aktivitas
analgetik 2 kali morfin dan 10 kali petidin. Seperti
petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan
kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik
seperti morfin namun tidak menyebabkan
ketergantungan.
Turunan Lain-lain
Contoh : tramadol. Tramadol merupakan analgetik kuat
dengan aktivitas 0,1 – 0,2 kali morfin. Meskipun efeknya
melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan
depresi pernapasan.

More Related Content

Similar to 423261779-Analgetik-Pres.pptx

SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
elly394769
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
nataliaayp
 
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdfObat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
sonyaawitan
 

Similar to 423261779-Analgetik-Pres.pptx (20)

Obat sistem saraf
Obat sistem sarafObat sistem saraf
Obat sistem saraf
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfObat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
 
Analgetika kebidanan
Analgetika kebidananAnalgetika kebidanan
Analgetika kebidanan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Obat susunan saraf
Obat susunan sarafObat susunan saraf
Obat susunan saraf
 
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensinyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
Anti asma
Anti asmaAnti asma
Anti asma
 
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
11. ADRENERGIK&ANTIADRENERGIK.pptx
 
SIstem Saraf Pusat II
SIstem Saraf Pusat IISIstem Saraf Pusat II
SIstem Saraf Pusat II
 
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdfObat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
Obat Sistem Pernafasan & Persyarafan.pdf
 
Ppt ibuprofen
Ppt ibuprofenPpt ibuprofen
Ppt ibuprofen
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
kelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptxkelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptx
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 

More from DarmapoeteraMaulana

More from DarmapoeteraMaulana (14)

5. Konsep-Diri.pptx
5. Konsep-Diri.pptx5. Konsep-Diri.pptx
5. Konsep-Diri.pptx
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
 
1. Konsep Sehat Sakit.ppt
1. Konsep Sehat Sakit.ppt1. Konsep Sehat Sakit.ppt
1. Konsep Sehat Sakit.ppt
 
Unsur-unsur-Tindak-Pidana-Korupsi-dan-Sanksi-Tindak-Pidana-Korupsi.pptx
Unsur-unsur-Tindak-Pidana-Korupsi-dan-Sanksi-Tindak-Pidana-Korupsi.pptxUnsur-unsur-Tindak-Pidana-Korupsi-dan-Sanksi-Tindak-Pidana-Korupsi.pptx
Unsur-unsur-Tindak-Pidana-Korupsi-dan-Sanksi-Tindak-Pidana-Korupsi.pptx
 
2. Hak dan Kewajiban WN.pptx
2. Hak dan Kewajiban WN.pptx2. Hak dan Kewajiban WN.pptx
2. Hak dan Kewajiban WN.pptx
 
1. Pendidikan Kewarganegaraan.pptx
1. Pendidikan Kewarganegaraan.pptx1. Pendidikan Kewarganegaraan.pptx
1. Pendidikan Kewarganegaraan.pptx
 
injeksi subcutan - SHOFA WIJDAN.pptx
injeksi subcutan - SHOFA WIJDAN.pptxinjeksi subcutan - SHOFA WIJDAN.pptx
injeksi subcutan - SHOFA WIJDAN.pptx
 
bahan farmakologi.pptx
bahan farmakologi.pptxbahan farmakologi.pptx
bahan farmakologi.pptx
 
ANTIINFLAMASI.pptx
ANTIINFLAMASI.pptxANTIINFLAMASI.pptx
ANTIINFLAMASI.pptx
 
11.-INTERPERSONAL-RELATIONSHIP-STAGES-(1).ppt
11.-INTERPERSONAL-RELATIONSHIP-STAGES-(1).ppt11.-INTERPERSONAL-RELATIONSHIP-STAGES-(1).ppt
11.-INTERPERSONAL-RELATIONSHIP-STAGES-(1).ppt
 
PENELITIAN KUALITATIF.pptx
PENELITIAN KUALITATIF.pptxPENELITIAN KUALITATIF.pptx
PENELITIAN KUALITATIF.pptx
 
Al-fath pemberian obat topikal.pptx
Al-fath pemberian obat topikal.pptxAl-fath pemberian obat topikal.pptx
Al-fath pemberian obat topikal.pptx
 
PENGENALAN ALAT.ppt
PENGENALAN ALAT.pptPENGENALAN ALAT.ppt
PENGENALAN ALAT.ppt
 
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN.ppt
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN.pptSISTEM PELAYANAN KESEHATAN.ppt
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN.ppt
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 

Recently uploaded (20)

Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 

423261779-Analgetik-Pres.pptx

  • 2. ANALGETIK Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghalangi kesadaran  adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.  Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
  • 3.  Nyeri merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahwa adanya gangguan-gangguan ditubuh seperti peradangan (rheumatic/encok), infeksi, maupun kejang otot.  Mekanisme rasa nyeri yaitu perangsangan nyeri baik mekanik, kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri. Mediator nyeri ini juga disebut zat autanoid yaitu, histamine, serotonin, plasmakinin, bradikinin (asam lemak) prostaglandin dan ion kalium
  • 4.
  • 5. JENIS-JENIS NYERI Nyeri ringan Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid, keseleo.Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin. Rasa nyeri menahun Contohnya: rheumatic dan arthritis. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti: asetosal, ibuprofen dan indometasin. Nyeri hebat Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan). Nyeri hebat menahun Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat. Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil, dekstromoramida, bezitramida.
  • 6. Mekanisme kerja penghambatan rasa nyeri ada tiga yaitu:  Merintangi pembentukkan rangsangan dalam reseptor rasa nyeri, seperti pada anastesi local.  Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf sensoris, seperti pada anastesi local.  Blokade rasa nyeri pada system saraf pusat seperti pada analgetik sentral (narkotika) dan anastesi umum.
  • 7. Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:  Analgetik Perifer (non narkotik / non opioid) Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.  Analgetik Narkotik Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
  • 8. Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol, salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), Obat golongan Antiinflamasi non Steroid 1.Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal. 2.Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon. 3.Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat 4.Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen. 5.Turunan heteroarilasetat : Indometasin. 6.Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam. Obat analgetik narkotik Morfin dan derivatnya : a. Morfin b. Heroin c. kodein
  • 9. 1. Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)  Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.  Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.
  • 10.
  • 11. Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )  · Golongan Para amino fenol à asetaminofen (Parasetamol ), fenasetin  Golongan Pirazolon à dipiron (antalgin)  · Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat Obat golongan Antiinflamasi non Steroid 1.Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal. 2.Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon. 3.Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat 4.Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen. 5.Turunan heteroarilasetat : Indometasin. 6.Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
  • 12. ANALGESIK NON NARKOTIK  Salisilat Asam asetil salisilat yg lebih dikenal sebagai asetosal atau asprin Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat,obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2 , pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung( intoleransi ) Indikasi : bermanfaat untuk mengobati nyeri yg tdk spesifik misalnya sakit kepala nyeri haid,nyeri sendi  spirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan darah) pada pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak Dosis : dewasa 325 mg-650 mg di berikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untk anak2 15-20 mg/kg BB diberikan tiap 4-6 jam sedang disusui karena dapat menimbulkan sindrom reye Peringatan : Asma.penyakit alergi,dehidrasi,kehamilan Interaksi : atasid dan absorbens : sekresi asetosal akan di naikkan kortikosttroid :rsiko pendarahan dan ulserasi meningkat antidiabetik oral Kontraindikasi : anak usia dibawa 12 tahun dan anak yg sedang disusui
  • 13.  Para amino fenol ( paracetamol ) Di indonesia Asetaminofen atau parasetamol di gunakan sebagai analgetik antiperetik menggantikan salisilat dimana efek analgetiknya hampir sama yaitu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Faramakonetik : PCT diabsorpsi cepat di saluran cerna.konsetrasi dicapai dlm waktu ½ jam dan dimetabolisme di enzim mikrosom hati. Interaksi : metoklopeamid dan domperidon, mempercepat absorpsi paracetamol Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal berbetuk tablet 500 mg dan sirup 120 mg/5 ml.dimana.  dosis dewasa 300mg-1 gram/hari dgn max 4 gram perhari.  anak2 6-12 thn: 150-300mg/kali max 1.2 gram/hari  1-6 thn : 60-120 mg /kali dan bayi 60 mg/kali max 6 kali sehari
  • 14.  Ibuprofen Indikasi : demam & nyeri untk anak; nyeri radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet; nyeri ringan sampai berat termasuk dismenore. Peringatan : harus digunakan hati2 pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada pasiengagal ginjal,payah jantung atau gagal hati  Kalium diklofenak Indikasi : nyeri radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet.  Eliminasi: ginjal sebagi metabolit inaktif Efek terapeutik: Antiinflamasi untuk: artritis rematoid, osteoastritis dan gout  Meredakan nyeri: dismenorea, perawatan gigi, nyeri muskuloskeletal Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, edema, ruam kulit, purpura, tinitus, pusing letih Reaksi merugikan:perdarahan gastrointestinal, diskrasia darah, aritmia jantung, nefrotoksisitas, anafilaksis Kontra indikasi: penyakit hati dan ginjal yang berat, asma, tukak tukak peptik Asam mefenamat  Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak  memberikan efek antipiretik. Indikasi : nyeri radang dismenorea
  • 15.  Fenilbutazon Digunakan untuk mengobati penyakit artritis reumatoid, walaupun memperlihatkan efek analgesik tetapi fenilbutazon tdk di gunakan sebagai analgetik karna toksisitasnya yaitu menyebabkan rentensi natrium Farmakokinetiknya : diabsorpsi dengan cepat pada pemberian oral .kadar tertinggi di capai dlm waktu 2 jam, 98% terikat pada protein plasma. Indikasi : digunakan untuk penyakit pirai (gout) akut’ Hanya digunakan untuk anti inflamasi dan mempunyai efek meningkatkan efek ekskresi asam urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout.
  • 16.  Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan struktur baru.waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.efek sampingnya meliputi tinitus ,nyeri kepala,dan rash.  : Diclofenac (Voltaren),obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik. waktu parunya pendek. dianjurkan
  • 17. 2. Analgetik opioid  Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau ginjal. Analgetik narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.  Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik, sehingga disebut juga analgetik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euphoria sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Sedangkan kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.
  • 18. Mekanisme umumnya : Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk. Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya:  Analgesik  medullary effect  Miosis  immune function and Histamine  Antitussive effect  Hypothalamic effect  GI effect  Efek samping yang dapat terjadi:  Toleransi dan ketergantungan  Depresi pernafasan  Hipotensi  Dll
  • 19. Berdasarkan struktur kimianya, analgetik narkotik dibagi menjadi 4 kelompok. Turunan Morfin Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek analgetik yang lebih rendah daripada morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan kecanduan. Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. Heroin menyebabkan kecanduan dan digolongkan ke dalam obat terlarang Turunan Meperidin Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan kodein, sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. Sedangkan loperamid mempunyai efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular usus, sehingga digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut dan kronis
  • 20. Turunan Metadon Contoh : metadon. Metadon mempunyai aktivitas analgetik 2 kali morfin dan 10 kali petidin. Seperti petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. Turunan Lain-lain Contoh : tramadol. Tramadol merupakan analgetik kuat dengan aktivitas 0,1 – 0,2 kali morfin. Meskipun efeknya melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan depresi pernapasan.