Ganoderma sulit dimatikan, karena serangannya di dalam tanah, tetapi jika lahan diganti dengan komoditi semusim selama beberapa tahun, akan sangat berkurang. Pilihan lainnya adalah hidup bersama Ganoderma, pohon kelapa sawit tetap hidup dan produktif, Ganoderma tetap hidup juga, jadi hidup berdampingan.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
2. 1. Cekaman Pindah Tanam (Transplanting Shock)
Beratnya cekaman pindah tanam beragam: ringan –
sedang – berat atau tanaman mati
Terlihat beberapa hari hingga 2 bulan setelah tanam
Gejala ringan: daun termuda yang telah membuka penuh
layu.
Gejala sedang: semua pelepah kecuali pupus tengah
menguning dan kering. Pupus tetap hijau, tanaman pulih
kembali walaupun pertumbuhan terhambat selama
beberapa bulan
Gejala berat: semua pelepah kering termasuk pupus
kemudian tanaman mati. Bagian akar berwarna gelap dan
sering ditumbuhi cendawan
Bila saat penanam akar benar-benar rusak, maka gejala
awal dari transplanting shock adalah terkulainya pupus
tengah
3. Penyebab Cekaman Pindah Tanam
Penyebab utama cekaman adalah buruknya teknik pindah-
tanam, ketika bibit dipindahkan dari pembibitan dan ketika
penaman di lapangan
Teknik pindah tanam yang buruk Bibit dibuang akibat buruknya pindah tanam
4. 1. Faktor Pendorong Cekaman Pindah Tanam
1. Bibit di pembibitan utama terlalu lama (bibit lewat
umur)
2. Kerusakan berat pada sistem perakaran
3. Transportasi bibit yang kurang hati-hati
4. Pindah tanam selama cuaca kering
5. Penanaman tidak sempurna, sebagian besar akar
terkena panas matahari langsung
6. Tanah pengisi lubang tanam terlalu kering dan tidak
padat
Bibit dalam kondisi baik
setelah di lapangan
5. 1. Pengendalian Cekaman Pindah Tanam
1. Pemutaran polibek ½ lingkaran (180o) hendaknya
dilakukan 3 minggu sebelum pindah tanam. Penyiraman
tetap dilakukan secara rutin
2. Bibit tidak lewat umur
3. Tanah dalam polibek tidak boleh terlalu kering, polibek
tidak rusak
4. Bila tinggi bibit > 160 cm perlu dipangkas. Pelepah bawah
dipangkas hingga dekat batang dan pelepah lebih muda
dipangkas lebih ringan
5. Sistem perakaran diusahakan rusak seminimal mungkin
selama pengangkutan dan penanaman di lapangan
6. Pembukaan polibek dan penanaman harus hati-hati,
hindari kerusakan massa akar-tanah
6. 1. Pengendalian Cekaman Pindah Tanam
6. Hindari penanaman pada musim kemarau dan cuaca
kering
7. Tanah pengisi lubang tanam tidak terlalu kering dan harus
dipadatkan sewaktu penanaman
8. Lakukan pemeriksaan dan konsolidasi 1 minggu setelah
tanam
Kerusakan berat pada massa akar
Cekaman pindah tanam
setelah 7 hari di lapangan
7. 2. Kerusakan Oleh Angin (Wind Damage)
Sawit berbagai umur dapat rusak oleh terjangan angin
yang berhembus kencang
Kerusakan pada tanaman muda dapat menyebabkan
kerugian ekonomi. Biaya rehabilitasi mahal dan
terganggunya kemapanan tanaman di lapangan
Kerusakan oleh angin terjadi pada kelapa sawit muda yang
ditanam di kaki bukit yang berhadapan langsung dengan
arah laju angin
Kerusakan oleh angin pada tanaman muda berupa
rusaknya anak-anak daun hingga tanaman tumbang
Pada tanaman tua umur 10-16 tahun, terjangan angin
menyebabkan patah pucuk yang bisa berakibat kematian
Kerusakan berat menyebabkan terbentuknya bunga-bunga
jantan sehingga produksi turun 1-2 tahun ke depan
8. 2. Kerusakan Oleh Angin (Wind Damage)
Kasus patah pucuk lebih banyak terjadi ke kebun-kebun di
dekat pantai, di mana kerap bertiup angin kencang disertai
dengan hujan lebat
Gejala
1. Gejala kerusakan oleh angin pada tanaman tua dapat
dengan jelas terlihat dengan ciri: pelepah terpuntir, patah
dengan posisi berlawanan arah dengan posisi normal
2. Tanaman rusak dengan kondisi sama berkelompok
3. Tanaman tumbang khususnya pada tanah bertekstur
ringan
4. Pangkal pupus hingga daun ke 5 dan 6 patah pada
pangkalnya, menggantung dengan berbagai besaran sudut
dengan arah sama,
9. 2. Gejala kerusakan oleh angin (lanjutan)
5. Jika jaringan patah tidak luas, segera terbentuk kalus
sehingga mikroorganisme tidak masuk
6. Dalam keadaan lebih parah bakteri masuk menyebabkan
busuk pangkal pupus dan tanaman dapat mati
7. Kerusakan tanaman mendorong terbentuknya bunga
jantan
8. Tandan buah yang terbentuk akan berkembang hingga
matang fisiologis, namun hasil akan berkurang tergantung
beratnya gejala kerusakan hingga tanaman pulih kembali
10. 2. Faktor Pendorong
1. Penggunaan bibit lewat umur dan berukuran besar di
pertanaman baru rawan serangan angin
2. Sawit yang tumbuh di tanah bertekstur ringan dan pada
tanah mineral di kaki bukit lebih rentan terhadap
serangan angin
3. Defisiensi B berpengaruh terhadap kekuatan dan
elastisitas jaringan sehingga lebih mudah patah
12. 2. Pengendalian Kerusakan Akibat Angin
1. Tanaman baru di daerah rawan angin diberi tonggak
penyangga
2. Pada tanaman tua, tumbangnya pohon dapat dicegah
dengan bantuan tiang penyangga yang kuat dan
menimbun tanah di sekeliling pangkal batang.
3. Pemangkasan selektif pelepah patah untuk mendorong
pertumbuhan pelepah muda
4. Tanaman mati harus dibongkar dan dihancurkan untuk
mencegah dijadikannya tempat berkembang biak hama
dan penyakit
5. Tanaman terserang angin yang masih selamat diberi
ekstra pupuk N, P, K, Mg 25% selama se-tahun
13. 3. Tersambar Petir (Lightning Damage)
1. Sering terjadi di areal berbukit
2. Sambaran petir hanya sesekali terjadi dengan kerugian
tidak nyata, namun menyebabkan tanaman mati
3. Tingkat serangan petir beragam. Kerusakan biasanya
berkelompok 7 tanaman. Tanaman pusat mati setelah
beberapa waktu, sedangkan 6 tanaman terdekat pulih
4. Gejala ringan tersambar petir berupa mengeringnya
ujung-ujung pelepah yang bersinggungan langsung
dengan tanaman pusat
14. 3. Gejala Tersambar Petir
1. Tanaman muda: pelepah bagian dalam nekrosis,
berwarna coklat, kering
2. Infeksi patogen menyebabkan jaringan terluka menjadi
busuk
3. Perakaran tanaman berkembang secara normal
4. Sambaran petir tanaman tua menyebabkan pelepah
jatuh terkulai dengan cepat. Pelepah menguning
kemudian menjadi coklat
5. Sambaran petir pada batang menyebabkan ujung
batang retak atau batang menjadi bengkok melengkung
hingga tajuk menyentuh tanah
6. Ada kalanya kacangan penutup tanah ikut mati akibat
sambaran petir
15. Akibat tersambar petir, jaringan di
bagian dalam pelepah nekrosis,
warna coklat dan kring
Gejala tersambar petir
pada tanaman muda
Sumber: PPKS 2009
16. 3. Pengendalian Sambaran Petir
1. Tanaman tersambar petir dengan kerusakan ringan tidak
memerlukan tindakan pengendalian khusus
2. Tanaman mati harus dibongkar dan dimusnahkan agar
tidak menjadi sarang tikus, Oryctes rhinoceros,
Rhynchophorus.
Gejala sambaran petir pada
tanaman tua
Sumber PPKS 2009
17. 4. Keracunan Herbisida dan Insektisida
(fitotoksisitas)
• Pengendalian gulma periode TBM dan TM diperlukan
untuk mengurangi persaingan dengan gulma dan
memelihara konsidi lahan agar berbagai kegiatan lapangan
dapat dijalankan lebih mudah
• Penggunaan pestisida secara sembrono dapat
menyebabkan keracunan (fitotoksisitas)
• Kandungan logam berat dalam pestisida mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan
• Kerusakan akibat fitotoksisitas mulai dari gejala ringan
hingga berat. Produksi tanaman dapat menurun bahkan
dapat menimbulkan kematian tanaman secara perlahan
• Pada TBM kerusakan oleh herbisida terjadi karena drift,
semprotan yang mengenai daun, terserap secara kontak
dan sistemik
18. 4. Fitotoksisitas
• Pada tanaman dewasa, kerusakan oleh herbisida tidak
begitu nyata
Gejala Herbisida Kontak Anorganik
1. Herbisida anorganik yang umum digunakan yaitu Sodium
Arsenit dan Sodium Klorat
2. Merusak jaringan yang langsung terkena semprotan
3. Jaringan warna coklat terang kemudian mati
4. Pada tanaman muda, pelepah bawah mengalami
kerusakan terberat jika tidak diangkat selama
penyemprotan piringan
5. Daun bawah seperti terbakar menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan
6. Dropet yang mengenai buah menyebabkan lekukan-
lekukan kecil pada buah, mengering dan menyebabkan
warna gelap ketika buah matang
19. Herbisida Kontak Organik
1. Misalnya garam Metanarsonat (MSMA), Parakuat
2. Kerusakan yang terlihat seperti akibat herbisida anorganik
3. Aplikasi Parakuat kurang cahaya (pagi hari, mendung)
bersifat sistemik. Translokasi Parakuat dapat mencapai
pucuk. Nekrotik terlihat sepanjang lidi
4. Aplikasi Parakuat cahaya penuh bersifat kontak,
menyebabkan bercak-bercak dan kering pada daun
21. 4. Herbisida Sistemik Organik 2,4-D
Herbisida 2,4 D dapat diserap melalui akar dan daun
2,4 D merupakan herbisida pengatur tumbuh
Toksisitas 2,4 D dikenal dengan ciri adanya pembengkokan
ke samping pelepah muda
Jika kerusakan berat, pelapah tengah menjadi horizontal
Sumber PPKS 2009
22. 4. Pengendalian Fitotoksisitas
1. Kerusakan akibat herbisida dan insektisida tidak bisa
disembuhkan dengan suatu perlakuan
2. Pengendalian dapat dilakukan dengan mencegah
terjadinya kesalahan aplikasi terhadap tanaman
3. Pilih herbisida yang tidak menimbulkan masalah
fitotoksisitas
4. Tidak melakukan aplikasi ketika cuaca berangin
5. Pelepah bawah diangkat, diikat ke atas atau menggunakan
penghalang berupa lembaran plastik
23. 5. Dampak Kekeringan dan Kebakaran
Kekeringan (El Nino) menyebabkan kebakaran hutan dan
perkebunan kelapa sawit (1997, 2015)
Insiden klimatik berupa asap tebal di Asia Tenggara
Di tambah pengusaha nakal yang membersihkan lahan
perkebunan baru dengan sengaja dibakar
Kekeringan menyebabkan penurunan produksi buah sawit
21-65%, kebakaran langsung pada tanaman menyebabkan
100% produksi turun, sementara kabut asap hanya
menurunkan 1,4-5,5%
24. 5. Dampak Kekeringan dan Kebakaran
Kondisi optimum kelapa sawit adalah curah hujan tahunan
2000 mm dengan distribusi bulanan merata. Adanya
defisit air berkepanjangan menyebabkan gangguan
vegetatif.
Defisit 100 mm air menyebabkan penurunan produksi 10%
pada tahun berikutnya
Sawit memerlukan penyinaran 2000 jam/tahun.
Akumulasi asap selama 2 bulan menyebabkan penyinaran
berkurang 300 jam (15%)
25. 5. Dampak Kekeringan dan Kebakaran
Gejala Kekeringan
1. Akumulasi daun tombak lebih dari 3 pelepah
2. Pelepah mengering mulai dari yang terbawah
3. Aborsi bunga betina terutama pada tanaman muda 3-5
tahun
4. Bunga jantan banyak bermunculan
5. Buah tua mengalami matang dini
6. Berat tandan dan rendemen minyak turun 17-19%
7. Dampak negatif terhadap produksi terlihat dalam 1-2
tahun kemudian
26. 5. Dampak Kekeringan dan Kebakaran
Penyebab
1. Kemarau panjang menyebabkan defisit air > 200
mm/tahun
2. Kebakaran menyebabkan semakin beratnya defisit air dan
menurunnya aktifitas fotosintesis akibat akumulasi asap
tebal selama 2 bulan.
Gejala kekeringan pada tanaman
muda menghasilkan
Sumber PPKS 2009
27. 5. Faktor Pendorong Kekeringan dan Kebakaran
1. Kehilangan air berlebihan pada areal gambut dan pasang
surut
2. Adanya pembakaran sengaja untuk penanaman baru
3. Dampak kebakaran lahan gambut lebih berat
dibandingkan tanah mineral
4. Kacangan penutup tanah lebih peka terhadap kekeringan
sehingga lebih mudah terbakar
5. Kurang persiapan dalam menghadapi kekeringan dan
kebakaran
• Tidak ada satgas penanggulangan kebakaran
• Tidak ada pos pengintai kebakaran
• Tidak ada zona isolasi sekat bakar
• Tidak tersedia waduk penampungan air
• Kurang koordinasi dengan fihak terkait: pemda, petani,
masyarakat
29. 5. Pengendalian Kekeringan dan Kebakaran
1. Memanfaatkan tandan kosong untuk konservasi tanah dan
air sebelum musim kemarau tiba
2. Mengalirkan limbar cair dari PKS ke areal tanaman di
sekitarnya (land application)
3. Saat kemarau menunda pengendalian gulma piringan,
penunasan dan pemupukan
4. Saat kemarau menunda penyisipan
5. Menyesuaikan rotasi panen dengan kematangan dan
kerapatan buah
6. Setelah curah hujan mencapai 150 mm/bulan segera
lakukan pemupukan lengkap dengan dosis 125-150% dari
dosis standar
7. Water management tepat terutama di lahan gambut
8. Perlu persiapan mantap uk kekeringan di masa datang
31. 5. Pasca Kebakaran
1. Pembukaan lahan baru dan peremajaan wajib
menggunakan sistem zero burning
2. Rehabilitasi tanaman penutup tanah dengan memelihara
sisa-sisa kacangan dan menyisipnya
3. Pengendalian gulma lalang yang biasanya tumbuh tahun
pertama pasca kebakaran
4. Rehabilitas kelapa sawit dengan
1. Memangkas daun terbakar dan kering
2. Membuang semua bunga dan tandan buah terbakar
3. Pemberian pemupukan lengkap dengan dosis 125-
150% dosis standar
4. Membongkar dan menyisip tanaman mati
5. Pengendalian hama tikus dan Marasmius yang
biasanya muncul pasca kebakaran
32. Daftar Pustaka
Darmosarkoro W, Harahap IY, Syamsudin E. 2001. Pengaruh
kekeringan pada tanaman kelapa sawit dan upaya
penanggulangannya. Warta PPKS 9 (3): 83-96
Purba RY, Susanto A, Akiyat. 2005. Buku 2 Penyakit-Penyakit
Non-Infeksi Pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit: Medan
Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit:
Medan.