SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
SURVEY HIDROGRAFI
Oleh:
Alam Sugeng Prayitno
15.4110.4954
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hidrografi.
Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Selama pembuatan dan penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan dukungan dan bantuan bagi penulis. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, guna lebih
menyempurnakan penulisan selanjutnya.
Penulis berharap apa yang telah di sampaikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrografi secara sederhana bertujuan untuk menggambarkan relief
dasar laut, mencakup semua unsur alam dan buatan manusia yang pada
prinsipnya hampir sama dengan peta darat yang dalam hal ini topografi
(Ingham, 1984). Namun demikian dengan perkembangan jaman dan
kemajuan teknologi, survei hidrografi mempunyai pengertian yang lebih
luas lagi. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran mendasar pada
lingkup dan aplikasi hidrografi. Hidrografi tidak lagi semata-mata dikaitkan
dengan pemetaan laut dan penentuan posisi, melainkan juga dengan hukum
laut dan aspek fisik dari pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu (Dyer,
1979; de jong et al.,2002).
Sehubungan dengan wilayah pantai di kepulauan Indonesia memiliki
potensi pembangunan yang sangat bagus. Kawasan laut memiliki dimensi
pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman
potensi alam yang dapat dikelola. Pembangunan dan pengembangan
kekuatan militer di kawasan ini juga mempengaruhi isu perbatasan negara,
sebagai isu yang sangat sensitif dalam percaturan dunia. Hal ini berkaitan
dengan sistem pertahanan laut dan maritim Indonesia, sehingga perlu
dilakukan survey hidrografi yang jelas untuk melindungi wilayah
kemaritiman Indonesia beserta potensi didalamnya. Sebagai contoh;
pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan
pencemaran laut. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengembangan
infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep sea
port, logistik, industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang maka rumusan masalah adalah:
1. Apakah survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia
dan potensinya?
2. Bagaimana survey hidrografi dapat menggambarkan dasar perairan guna
pengembangan infrastruktur konektivitas maritim?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah:
1. Menganalisis apakah survey hidrografi berpengaruh terhadap
kemaritiman Indonesia dan potensinya.
2. Menganalisis bagaimana survey hidrografi dapat menggambarkan
dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim.
1.4 Manfaat Penelitian
Peulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan mengenai manfaat hidrografi
dalam kemaritiman.
2. Bagi universitas, sebagai perbendaharaan perpustakaan akademik dan
literatur untuk Universitas 17 Agustus 1945. Sebagai bahan kajian
teoritis dan referensi bagi rekan mahasiswa atau pihak-pihak yang
tertarik melakukan penelitian sejenis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kemaritiman
Untuk menentukan batas maritim suatu negara, digunakan titik
pangkal atau titik dasar maupun garis pangkal dengan memperhatikan
kondisi pasang surut kawasan tersebut. Letak titik pangkal atau titik dasar
maupun garis pangkal tersebut akan selalu dan harus berada pada air
rendah. Pada peta laut, kedudukan air rendah digambarkan dengan garis
kedalaman nol meter dan selalu diberi warna hijau untuk daerah inter tidal
(kawasan gerakan pasang surut) sebagai referensi vertikal (vertical
references), baik untuk peta darat maupun peta laut menggunakan muka
air laut (sea level).
Prinsip-prinsip penetapan perbatasan laut dan maritim antar negara
tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyelesaian
permasalahan perbatasan maritim melalui perundingan. Selain itu, maka
secara politis dan diplomatis, negara tetangga akan lebih mudah
mengetahui posisi Indonesia dalam rangka penyelesaian masalah
perbatasan laut dan maritim.
Luas laut atau maritim Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas
wilayah Indonesia, yaitu 5,8 juta km2. Dan maritim Indonesia sangat kaya
akan potensi lautnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies
fauna dan 110.000 mikroba.
2.1.2 Potensi Maritim Indonesia
Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia,
yaitu 5,8 juta km2. Indonesia sangat kaya akan potensi lautnya.
Didalamnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies fauna
dan 110.000 mikroba. Berikut Potensi maritim Indonesia yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Perikanan
Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4
juta ton per tahun. Potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan
yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi
hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan.
Kekayaan alam kita yang berupa ikan banyak diambil oleh nelayan
dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Ada
beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan
illegal fishing. Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian
ikan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia.
b. Hutan Mangrove
Kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir
berupa hutan mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu
karang. Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada
di daerah pasang surut air laut. Ada dua fungsi hutan mangrove
sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia yaitu fungsi ekologis
dan ekonomis.
Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat (tempat
hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan
berkembang biak. Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove
adalah untuk melindungi pantai dari abrasi air laut.
Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu
pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya
penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau bahan
pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan pembuat
kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis
fauna yang bernilai ekonomis.
Hutan mangrove tersebar di pesisir sebelah barat Pulau Sumatra,
beberapa bagian ada di pantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir
Pulau Kalimantan, Pesisir Pulau Sulawesi, pesisir sebelah Selatan
Papua, dan beberapa pulau kecil lainnya. Luas hutan mangrove di
Indonesia mencapai sekitar 3 juta hektare, yang tersebar di sepanjang
95.000 km pesisir Indonesia.
c. Terumbu Karang
Terumbu karang juga merupakan salah satu potensi kelautan
Indonesia. Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di
laut) yang terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari
koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya).
Indonesia merupakan negara yang memiliki terumbu karang terluas di
dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu km2 atau
setara dengan 18% dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia.
Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya
laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia.
Terumbu karang akan dapat tumbuh dengan baik pada suhu
perairan laut antara 21 - 290C. Pertumbuhan terumbu karang juga akan
baik pada kondisi air yang jernih dan dangkal. Kedalaman air yang
baik untuk tumbuhnya terumbu karang tidak lebih dari 18 meter.
Terumbu karang memiliki banyak manfaat, baik manfaat yang bersifat
ekonomis, ekologis, maupun sosial ekonomi.
2.1.3 Pengembangan Infrastruktur Konektivitas Maritim
Pengembangan infrastruktur konektivitas maritim dilakukan agar
dapat meningkatkan daya saing dan meningkatkan ketersediaan produk
yang dibutuhkan masyarakat. Kondisi geografis Indonesia yang sebagian
besar wilayahnya terdiri dari laut, menyebabkan perlunya penguatan
sarana dan prasarana konektivitas maritim untuk melakukan kegiatan
distribusi barang dan sarana transportasi laut. Pengembangan infrastruktur
konektivitas maritim diantaranya dengan membangun tol laut, deep
seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
2.1.4 Hidrografi
2.1.4.1 Pengertian
Kata hidrografi merupakan serapan dari bahasa Inggris
‘hydrography’. Secara etimologis, ‘hydrography’ ditemukan dari kata sifat
dalam bahasa Prancis abad pertengahan ‘hydrographique’ sebagai kata
yang berhubungan dengan sifat dan pengukuran badan air, misalnya
kedalaman dan arus (Merriam-Webster Online, 2004). Dan pengertian
secara etimilogi, hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi
artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air.
Hidrografi secara sederhana bertujuan untuk menggambarkan relief
dasar laut, mencakup semua unsur alam dan buatan manusia yang pada
prinsipnya hampir sama dengan peta darat yang dalam hal ini topografi
(Ingham, 1984). Namun demikian dengan perkembangan jaman dan
kemajuan teknologi, survei hidrografi mempunyai pengertian yang lebih
luas lagi. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran mendasar pada
lingkup dan aplikasi hidrografi. Hidrografi tidak lagi semata-mata
dikaitkan dengan pemetaan laut dan penetuan posisi, melainkan juga
dengan hukum laut dan aspek fisik dari pengelolaan kawasan pesisir
secara terpadu (Dyer, 1979; de jong et al.,2002).
2.1.4.2 Jenis
Survey hidrografi di bagi berdasarkan aspek lingkup yang cukup
luas diantaranya :
1. Survey tepi pantai hanya dilakukan berdasarkan lingkup lokasi di tepi
pantai saja, fokus di tepian pantai dan beberapa komponen tepi pantai
yang mengandung karakter sedimen sedimen dan area yang berada di
tepian pantai yang masih dipengaruhi oleh sifat pantai.
2. Survey perairan pantai melingkupi survei semua aspek yang melibatkan
kawasan pantai secara keseluruhan termasuk tepian pantai.
3. Survey lepas pantai atau sering juga disebut sebagai offshore yaitu
survey di lautan mencakup seluruh area laut dan sedikit perairan pantai,
namun lebih banyak menjorok ke kawasan laut.
2.1.4.3 Manfaat
Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi
hidrografi. Adapun aktivitas utama survei hidrografi meliputi :
 Penentuan posisi dan penggunaan sistem referensi
 Pengukuran kedalaman (pemeruman)
 Pengukuran arus
 Pengukuran (pengambilan contoh dan analisis) sedimen
 Pengamatan pasut
 Pengukuran detail situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir)
Data yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas dapat disajikan
sebagai informasi dalam bentuk peta dan non-peta serta disusun dalam
bentuk basis data kelautan.
2.1.4.4 Alat-Alat
Alat – alat survey hidrografi antara lain:
1. Sidescan Sonar
Sidescan sonar merupakan alat untuk mendapatkan gambaran
permukaan dasar perairan dengan menggunakan gelombang bunyi.
Sistem sidescan mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver
dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh
sensor. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m
ke tiap sisi) dari dasar laut dipetakan. Dalam faktanya, dasar laut tidak
rata sempurna. Ketidakteraturan seperti bebatuan dan riak-riak air karena
pantulan (backscatter) dari energi akustik, dan sistem dapat menyediakan
informasi secara kasar keadaan dasar laut.
2. Sub-Bottom Profiling
Merupakan suatu sistem pengidentifikasi dan pegukur variasi dari
lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sumber suara
memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri air dan reciever
memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan
antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik. Sistem menggunakan
energi pantulan untuk mengumpulkan informasi lapisan-lapisan sedimen
di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen bawah air).
3. Single-Beam Echosounder
Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang
menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal
gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam
secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang
terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini
mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan.
Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa
akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam
(gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi
akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali
oleh tranciever. Single-beam echosounders relatif mudah untuk
digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman
sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak
terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang
mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh
sistem ini.
4. Multi-Beam Echosounder
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan
kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi
alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang
dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi
akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa pancaran
suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik
pemprosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu
penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma
pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan
penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak
transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat
menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi
vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).
2.2 Pembahasan
2.2.1 Survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan
potensinya
Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa salah satu manfaat
survey hidrografi adalah penentuan posisi dan penggunaan sistem
referensi, sangat berkaitan dengan sistem pendukung penentuan batas
wilayah Indonesia. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian mengenai
“Implementasi Hidrografi Untuk Mendukung Pertahanan Negara Dalam
Rangka Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia” yang
menunjukkan bahwa implementasi hidrografi melalui pendekatan yang
lebih komprehensif merupakan salah satu acuan strategi dalam
pengamanan wilayah laut nasional guna mendukung misi pembangunan
pertahanan negara pada pencapaian visi Indonesia sebagai poros maritim
dunia (Sucipto,2016).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah
kemaritiman yang sangat luas, sehingga selain kekayaan sumber daya
alam di darat juga kekayaan sumber daya alam di laut yang tidak kalah
besarnya. Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah
Indonesia, yaitu 5,8 juta km2. Indonesia sangat kaya akan potensi lautnya.
Didalamnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies fauna
dan 110.000 mikroba. Kekayaan tersebut merupakan potensi Indonesia
dan merupakan harta negara yang harus dijaga dan terus dilestarikan.
Melalui survey hidrografi yang mendukung pengamanan serta pertahanan
wilayah maritim Indonesia terutama wilayah perbatasan, maka akan
mendukung pula terjaganya kekayaan Indonesia atau potensi maritim
Indonesia berupa perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang.
Berdasar penjelasan dan pembuktian melalui hasil penelitian
Sucipto (2016) di atas, maka dalam makalah ini terbukti bahwa Survey
hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya.
2.2.2 Survey hidrografi dapat menggambarkan dasar perairan guna
pengembangan infrastruktur konektivitas maritim
Kata hidrografi merupakan serapan dari bahasa Inggris
‘hydrography’. Secara etimologis, ‘hydrography’ ditemukan dari kata sifat
dalam bahasa Prancis abad pertengahan ‘hydrographique’ sebagai kata
yang berhubungan dengan sifat dan pengukuran badan air, misalnya
kedalaman dan arus (Merriam-Webster Online, 2004). Dan pengertian
secara etimilogi, hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi
artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air. Penjelas tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian (Kautsar et al,2013) yang menyatakan
bahwa pengukuran kedalaman perairan dengan survey hidrografi yang
menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370 memiliki akurasi dan
ketelitian yang baik.
Kedalaman perairan yang telah diketahui secara akurat dan teliti akan
memudahkan pengembangan infrastruktur konektivitas maritim berupa
pembangunan tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan
pariwisata maritim. Berdasar pemaparan dan petunjuk hasil penelitian
Kautsar et al (2013) diatas, maka terbukti bahwa survey hidrografi dengan
menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370 dapat menggambarkan dasar
perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasar pemaparan diatas disimpulkan sebagai berikut:
1. Survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan
potensinya.
2. Survey hidrografi dengan menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370
dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur
konektivitas maritim secara akurat dan teliti.
3.2 Saran
Berdasar analisa yang dilakukan penulis memberi saran bahwa
pembangunan kemaritiman baik dalam pertahanan, pengamanan, serta
pelestarian potensi maritim Indonesia maupun infrastruktur konektivitas
maritim perlu dilakukan pengukuran yang jelas dan akurat mengenai
gambaran umum dan rincian pasti mengenai perairan maritim itu sendiri
perlu memperhatikan survey hidrografi yang memiliki berbagai macam
alat salah satunya Echosounder Hi-Target HD 370 yang telah dibuktikan
tingkat keakuratan dan ketelitiannya dalam mengukur kedalaman perairan
serta gambaran dasar perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Lukman. 2015. “Kebijakan Konektivitas Maritim Di Indonesia”. Jurnal
Politica Vol. 6 No. 1 Maret 2015. Pengolahan Data dan Informasi
Sekretariat Jenderal DPR RI: Peneliti Muda Bidang Ilmu Kebijakan pada
Pusat Pengkajian.
Jadmiko, Ahizta P. 2016. “Potensi SDA dan Kemaritiman Indonesia”.
http://pramesthij.blogspot.co.id. Online. Diakses tanggal 13 April 2017.
Kautsar, et al. 2013. “Aplikasi Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman
Di Perairan Dangkal (Studi Kasus : Perairan Semarang)”. Jurnal Geodesi
Undip Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, (ISSN : 2337-845X). Semarang:
Undip.
Muhajir, Ahmad. 2012. “Belajar Geomatika”.
http://belajargeomatika.wordpress.com. Online. Diakses tanggal 13 April
2017.
Sucipto. 2016. “Implementasi Hidrografi Untuk Mendukung Pertahanan Negara
Dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”.
Lomba Karya Ilmiah Markas Besar Angkatan Laut Dinas Hidro-
Oseanografi.
Utomo, Teguh. 2014. “Manfaat Teknologi Hidrografi Untuk Manusia”..
http://teguh106.blogspot.co.id. Online . Diakses tanggal 13 April 2017.
Wika, Nani Frea. 2014. “Mengenal Beberapa Alat Survey Hidrografi”.
http://naninewfreawika.wordpress.com. Online. Diakses tanggal 13 April
2017.

More Related Content

What's hot

Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Dian Werokila
 
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Ari Panggih Nugroho
 
Powerpoint Seminar Hasil Penelitian
Powerpoint Seminar Hasil PenelitianPowerpoint Seminar Hasil Penelitian
Powerpoint Seminar Hasil Penelitian
MerisaJanuarti
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Nurul Afdal Haris
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Yosua Freddyta'tama
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
ahmadahmad237
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Rohayatiiyoh
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
 
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
afifsalim12
 
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
oriza steva andra
 
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Ryadhi EthniCitizen
 
Makalah Rancangan penelitian (research design)
Makalah Rancangan penelitian (research design)Makalah Rancangan penelitian (research design)
Makalah Rancangan penelitian (research design)Krisna Indah Puspitasari
 
2.morfometri das
2.morfometri das2.morfometri das
2.morfometri das
Zaidil Firza
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
Abdul El-Rappoo
 
Metadata Dalam GIS
Metadata Dalam GISMetadata Dalam GIS
Metadata Dalam GIS
Musnanda Satar
 
Panduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisiPanduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisi
Asmin Tana
 
CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
oriza steva andra
 
Makalah teori lokasi
Makalah teori lokasiMakalah teori lokasi
Makalah teori lokasi
Brawijaya University
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Helmas Tanjung
 

What's hot (20)

Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
 
Powerpoint Seminar Hasil Penelitian
Powerpoint Seminar Hasil PenelitianPowerpoint Seminar Hasil Penelitian
Powerpoint Seminar Hasil Penelitian
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
Pengukuran Hidrografi (Dimas bayu)
 
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
 
Gunung berapi
Gunung berapiGunung berapi
Gunung berapi
 
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
 
Makalah Rancangan penelitian (research design)
Makalah Rancangan penelitian (research design)Makalah Rancangan penelitian (research design)
Makalah Rancangan penelitian (research design)
 
2.morfometri das
2.morfometri das2.morfometri das
2.morfometri das
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Metadata Dalam GIS
Metadata Dalam GISMetadata Dalam GIS
Metadata Dalam GIS
 
Panduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisiPanduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisi
 
CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
 
Makalah teori lokasi
Makalah teori lokasiMakalah teori lokasi
Makalah teori lokasi
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
 

Similar to Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)

WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
harjunode
 
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdfILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
DurilSefryd
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Regional Development Planning Agency of DKI Jakarta (BAPPEDA DKI Jakarta)
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
volcart
 
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air IndonesiaStrategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
viperantodwi
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Luhur Moekti Prayogo
 
Benua maritim indonesia.ppt
Benua maritim indonesia.pptBenua maritim indonesia.ppt
Benua maritim indonesia.pptAzh'rulk Amard
 
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim DuniaPosisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
QobusAbid
 
Poros maritim
Poros maritimPoros maritim
Poros maritim
IisRida
 
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri SulistiyonoBantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Mudrikan Nacong
 
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirKonsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirAl Amin
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
Yudi151599
 
WSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptxWSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptx
MhammadGaming
 
ESAI Kemaritiman Indonesia
ESAI Kemaritiman IndonesiaESAI Kemaritiman Indonesia
ESAI Kemaritiman Indonesia
Hanifah Nisrina C
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Carnelianstone
 
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan TeknologiWawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ida Bagus Anom Sanjaya
 
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Universitas Maritim Raja Ali Haji
 
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdfBuku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
CiwingComunity
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
HelvyEffendi
 

Similar to Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng) (20)

WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
 
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdfILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MARITIM KELOMPOK 6.pdf
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
 
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air IndonesiaStrategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
 
Benua maritim indonesia.ppt
Benua maritim indonesia.pptBenua maritim indonesia.ppt
Benua maritim indonesia.ppt
 
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim DuniaPosisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
Posisi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
 
Poros maritim
Poros maritimPoros maritim
Poros maritim
 
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri SulistiyonoBantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
 
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirKonsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
 
WSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptxWSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptx
 
ESAI Kemaritiman Indonesia
ESAI Kemaritiman IndonesiaESAI Kemaritiman Indonesia
ESAI Kemaritiman Indonesia
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
 
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan TeknologiWawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
 
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdfBuku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
 

More from afifsalim12

PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdfKEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
afifsalim12
 
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap KinerjaPengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
afifsalim12
 
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdfPRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
afifsalim12
 
Alokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdfAlokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdf
afifsalim12
 
RPS_AGAMA ISLAM.docx
RPS_AGAMA ISLAM.docxRPS_AGAMA ISLAM.docx
RPS_AGAMA ISLAM.docx
afifsalim12
 
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
afifsalim12
 
SUARA HATI.ppt
SUARA HATI.pptSUARA HATI.ppt
SUARA HATI.ppt
afifsalim12
 
Manajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
Manajemen Konstruksi : Trade Off BiayaManajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
Manajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
afifsalim12
 
Analisis SWOT : Jembatan Gantung
Analisis SWOT : Jembatan GantungAnalisis SWOT : Jembatan Gantung
Analisis SWOT : Jembatan Gantung
afifsalim12
 
Analisa SWOT : Procurement
Analisa SWOT : ProcurementAnalisa SWOT : Procurement
Analisa SWOT : Procurement
afifsalim12
 
Kampung pelangi
Kampung pelangiKampung pelangi
Kampung pelangi
afifsalim12
 
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian ProyekPerencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
afifsalim12
 
Teknologi bahan : Metropol Parasol
Teknologi bahan : Metropol ParasolTeknologi bahan : Metropol Parasol
Teknologi bahan : Metropol Parasol
afifsalim12
 
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera houseTugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
afifsalim12
 
Rekayasa Nilai
Rekayasa NilaiRekayasa Nilai
Rekayasa Nilai
afifsalim12
 
Alokasi Kebutuhan Alat Berat
Alokasi Kebutuhan Alat BeratAlokasi Kebutuhan Alat Berat
Alokasi Kebutuhan Alat Berat
afifsalim12
 
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat BeratAnalisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
afifsalim12
 
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat
Optimalisasi Penggunaan Alat BeratOptimalisasi Penggunaan Alat Berat
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat
afifsalim12
 
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat BeratAnalisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
afifsalim12
 

More from afifsalim12 (20)

PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdfKEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
KEBIJAKAN SMK3 KONSTRUKSI K3_NEW (1).pdf
 
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap KinerjaPengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
Pengaruh pengalaman Kerja, Kedisiplinan dan teamwork terhadap Kinerja
 
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdfPRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
PRESENTASI AFIF PSPPI UNDIP.pdf
 
Alokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdfAlokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdf
 
RPS_AGAMA ISLAM.docx
RPS_AGAMA ISLAM.docxRPS_AGAMA ISLAM.docx
RPS_AGAMA ISLAM.docx
 
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
220418 20.43 [Dialog-INKINDO] Pembangunan IKN-fin.pdf
 
SUARA HATI.ppt
SUARA HATI.pptSUARA HATI.ppt
SUARA HATI.ppt
 
Manajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
Manajemen Konstruksi : Trade Off BiayaManajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
Manajemen Konstruksi : Trade Off Biaya
 
Analisis SWOT : Jembatan Gantung
Analisis SWOT : Jembatan GantungAnalisis SWOT : Jembatan Gantung
Analisis SWOT : Jembatan Gantung
 
Analisa SWOT : Procurement
Analisa SWOT : ProcurementAnalisa SWOT : Procurement
Analisa SWOT : Procurement
 
Kampung pelangi
Kampung pelangiKampung pelangi
Kampung pelangi
 
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian ProyekPerencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek
 
Teknologi bahan : Metropol Parasol
Teknologi bahan : Metropol ParasolTeknologi bahan : Metropol Parasol
Teknologi bahan : Metropol Parasol
 
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera houseTugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
Tugas Teknologi Bahan :Guangzhou opera house
 
Rekayasa Nilai
Rekayasa NilaiRekayasa Nilai
Rekayasa Nilai
 
Alokasi Kebutuhan Alat Berat
Alokasi Kebutuhan Alat BeratAlokasi Kebutuhan Alat Berat
Alokasi Kebutuhan Alat Berat
 
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat BeratAnalisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
 
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat
Optimalisasi Penggunaan Alat BeratOptimalisasi Penggunaan Alat Berat
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat
 
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat BeratAnalisa Biaya Penggunaan Alat Berat
Analisa Biaya Penggunaan Alat Berat
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 

Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)

  • 1. MAKALAH SURVEY HIDROGRAFI Oleh: Alam Sugeng Prayitno 15.4110.4954 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SEMARANG
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hidrografi. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Selama pembuatan dan penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang memberikan dukungan dan bantuan bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, guna lebih menyempurnakan penulisan selanjutnya. Penulis berharap apa yang telah di sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrografi secara sederhana bertujuan untuk menggambarkan relief dasar laut, mencakup semua unsur alam dan buatan manusia yang pada prinsipnya hampir sama dengan peta darat yang dalam hal ini topografi (Ingham, 1984). Namun demikian dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, survei hidrografi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran mendasar pada lingkup dan aplikasi hidrografi. Hidrografi tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan pemetaan laut dan penentuan posisi, melainkan juga dengan hukum laut dan aspek fisik dari pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu (Dyer, 1979; de jong et al.,2002). Sehubungan dengan wilayah pantai di kepulauan Indonesia memiliki potensi pembangunan yang sangat bagus. Kawasan laut memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Pembangunan dan pengembangan kekuatan militer di kawasan ini juga mempengaruhi isu perbatasan negara, sebagai isu yang sangat sensitif dalam percaturan dunia. Hal ini berkaitan dengan sistem pertahanan laut dan maritim Indonesia, sehingga perlu dilakukan survey hidrografi yang jelas untuk melindungi wilayah kemaritiman Indonesia beserta potensi didalamnya. Sebagai contoh; pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep sea port, logistik, industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
  • 4. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang maka rumusan masalah adalah: 1. Apakah survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya? 2. Bagaimana survey hidrografi dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis apakah survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya. 2. Menganalisis bagaimana survey hidrografi dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim. 1.4 Manfaat Penelitian Peulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, menambah pengetahuan mengenai manfaat hidrografi dalam kemaritiman. 2. Bagi universitas, sebagai perbendaharaan perpustakaan akademik dan literatur untuk Universitas 17 Agustus 1945. Sebagai bahan kajian teoritis dan referensi bagi rekan mahasiswa atau pihak-pihak yang tertarik melakukan penelitian sejenis.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kemaritiman Untuk menentukan batas maritim suatu negara, digunakan titik pangkal atau titik dasar maupun garis pangkal dengan memperhatikan kondisi pasang surut kawasan tersebut. Letak titik pangkal atau titik dasar maupun garis pangkal tersebut akan selalu dan harus berada pada air rendah. Pada peta laut, kedudukan air rendah digambarkan dengan garis kedalaman nol meter dan selalu diberi warna hijau untuk daerah inter tidal (kawasan gerakan pasang surut) sebagai referensi vertikal (vertical references), baik untuk peta darat maupun peta laut menggunakan muka air laut (sea level). Prinsip-prinsip penetapan perbatasan laut dan maritim antar negara tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyelesaian permasalahan perbatasan maritim melalui perundingan. Selain itu, maka secara politis dan diplomatis, negara tetangga akan lebih mudah mengetahui posisi Indonesia dalam rangka penyelesaian masalah perbatasan laut dan maritim. Luas laut atau maritim Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, yaitu 5,8 juta km2. Dan maritim Indonesia sangat kaya akan potensi lautnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies fauna dan 110.000 mikroba.
  • 6. 2.1.2 Potensi Maritim Indonesia Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, yaitu 5,8 juta km2. Indonesia sangat kaya akan potensi lautnya. Didalamnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies fauna dan 110.000 mikroba. Berikut Potensi maritim Indonesia yang perlu diperhatikan antara lain: a. Perikanan Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per tahun. Potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan. Kekayaan alam kita yang berupa ikan banyak diambil oleh nelayan dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan illegal fishing. Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia. b. Hutan Mangrove Kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa hutan mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada di daerah pasang surut air laut. Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak. Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove adalah untuk melindungi pantai dari abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau bahan pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan pembuat
  • 7. kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang bernilai ekonomis. Hutan mangrove tersebar di pesisir sebelah barat Pulau Sumatra, beberapa bagian ada di pantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Pulau Kalimantan, Pesisir Pulau Sulawesi, pesisir sebelah Selatan Papua, dan beberapa pulau kecil lainnya. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai sekitar 3 juta hektare, yang tersebar di sepanjang 95.000 km pesisir Indonesia. c. Terumbu Karang Terumbu karang juga merupakan salah satu potensi kelautan Indonesia. Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Indonesia merupakan negara yang memiliki terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu km2 atau setara dengan 18% dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia. Terumbu karang akan dapat tumbuh dengan baik pada suhu perairan laut antara 21 - 290C. Pertumbuhan terumbu karang juga akan baik pada kondisi air yang jernih dan dangkal. Kedalaman air yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang tidak lebih dari 18 meter. Terumbu karang memiliki banyak manfaat, baik manfaat yang bersifat ekonomis, ekologis, maupun sosial ekonomi. 2.1.3 Pengembangan Infrastruktur Konektivitas Maritim Pengembangan infrastruktur konektivitas maritim dilakukan agar dapat meningkatkan daya saing dan meningkatkan ketersediaan produk yang dibutuhkan masyarakat. Kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, menyebabkan perlunya penguatan sarana dan prasarana konektivitas maritim untuk melakukan kegiatan distribusi barang dan sarana transportasi laut. Pengembangan infrastruktur
  • 8. konektivitas maritim diantaranya dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. 2.1.4 Hidrografi 2.1.4.1 Pengertian Kata hidrografi merupakan serapan dari bahasa Inggris ‘hydrography’. Secara etimologis, ‘hydrography’ ditemukan dari kata sifat dalam bahasa Prancis abad pertengahan ‘hydrographique’ sebagai kata yang berhubungan dengan sifat dan pengukuran badan air, misalnya kedalaman dan arus (Merriam-Webster Online, 2004). Dan pengertian secara etimilogi, hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air. Hidrografi secara sederhana bertujuan untuk menggambarkan relief dasar laut, mencakup semua unsur alam dan buatan manusia yang pada prinsipnya hampir sama dengan peta darat yang dalam hal ini topografi (Ingham, 1984). Namun demikian dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, survei hidrografi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran mendasar pada lingkup dan aplikasi hidrografi. Hidrografi tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan pemetaan laut dan penetuan posisi, melainkan juga dengan hukum laut dan aspek fisik dari pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu (Dyer, 1979; de jong et al.,2002). 2.1.4.2 Jenis Survey hidrografi di bagi berdasarkan aspek lingkup yang cukup luas diantaranya : 1. Survey tepi pantai hanya dilakukan berdasarkan lingkup lokasi di tepi pantai saja, fokus di tepian pantai dan beberapa komponen tepi pantai yang mengandung karakter sedimen sedimen dan area yang berada di tepian pantai yang masih dipengaruhi oleh sifat pantai. 2. Survey perairan pantai melingkupi survei semua aspek yang melibatkan kawasan pantai secara keseluruhan termasuk tepian pantai.
  • 9. 3. Survey lepas pantai atau sering juga disebut sebagai offshore yaitu survey di lautan mencakup seluruh area laut dan sedikit perairan pantai, namun lebih banyak menjorok ke kawasan laut. 2.1.4.3 Manfaat Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi hidrografi. Adapun aktivitas utama survei hidrografi meliputi :  Penentuan posisi dan penggunaan sistem referensi  Pengukuran kedalaman (pemeruman)  Pengukuran arus  Pengukuran (pengambilan contoh dan analisis) sedimen  Pengamatan pasut  Pengukuran detail situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir) Data yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas dapat disajikan sebagai informasi dalam bentuk peta dan non-peta serta disusun dalam bentuk basis data kelautan. 2.1.4.4 Alat-Alat Alat – alat survey hidrografi antara lain: 1. Sidescan Sonar Sidescan sonar merupakan alat untuk mendapatkan gambaran permukaan dasar perairan dengan menggunakan gelombang bunyi. Sistem sidescan mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh sensor. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m ke tiap sisi) dari dasar laut dipetakan. Dalam faktanya, dasar laut tidak rata sempurna. Ketidakteraturan seperti bebatuan dan riak-riak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik, dan sistem dapat menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut.
  • 10. 2. Sub-Bottom Profiling Merupakan suatu sistem pengidentifikasi dan pegukur variasi dari lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri air dan reciever memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik. Sistem menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen bawah air). 3. Single-Beam Echosounder Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Single-beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini. 4. Multi-Beam Echosounder Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa pancaran
  • 11. suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemprosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya). 2.2 Pembahasan 2.2.1 Survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa salah satu manfaat survey hidrografi adalah penentuan posisi dan penggunaan sistem referensi, sangat berkaitan dengan sistem pendukung penentuan batas wilayah Indonesia. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian mengenai “Implementasi Hidrografi Untuk Mendukung Pertahanan Negara Dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia” yang menunjukkan bahwa implementasi hidrografi melalui pendekatan yang lebih komprehensif merupakan salah satu acuan strategi dalam pengamanan wilayah laut nasional guna mendukung misi pembangunan pertahanan negara pada pencapaian visi Indonesia sebagai poros maritim dunia (Sucipto,2016). Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah kemaritiman yang sangat luas, sehingga selain kekayaan sumber daya alam di darat juga kekayaan sumber daya alam di laut yang tidak kalah besarnya. Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, yaitu 5,8 juta km2. Indonesia sangat kaya akan potensi lautnya. Didalamnya terdapat sekitar 28.000 spesies flora dan 350 spesies fauna dan 110.000 mikroba. Kekayaan tersebut merupakan potensi Indonesia dan merupakan harta negara yang harus dijaga dan terus dilestarikan. Melalui survey hidrografi yang mendukung pengamanan serta pertahanan
  • 12. wilayah maritim Indonesia terutama wilayah perbatasan, maka akan mendukung pula terjaganya kekayaan Indonesia atau potensi maritim Indonesia berupa perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang. Berdasar penjelasan dan pembuktian melalui hasil penelitian Sucipto (2016) di atas, maka dalam makalah ini terbukti bahwa Survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya. 2.2.2 Survey hidrografi dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim Kata hidrografi merupakan serapan dari bahasa Inggris ‘hydrography’. Secara etimologis, ‘hydrography’ ditemukan dari kata sifat dalam bahasa Prancis abad pertengahan ‘hydrographique’ sebagai kata yang berhubungan dengan sifat dan pengukuran badan air, misalnya kedalaman dan arus (Merriam-Webster Online, 2004). Dan pengertian secara etimilogi, hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air. Penjelas tersebut diperkuat oleh hasil penelitian (Kautsar et al,2013) yang menyatakan bahwa pengukuran kedalaman perairan dengan survey hidrografi yang menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370 memiliki akurasi dan ketelitian yang baik. Kedalaman perairan yang telah diketahui secara akurat dan teliti akan memudahkan pengembangan infrastruktur konektivitas maritim berupa pembangunan tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. Berdasar pemaparan dan petunjuk hasil penelitian Kautsar et al (2013) diatas, maka terbukti bahwa survey hidrografi dengan menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370 dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim.
  • 13. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasar pemaparan diatas disimpulkan sebagai berikut: 1. Survey hidrografi berpengaruh terhadap kemaritiman Indonesia dan potensinya. 2. Survey hidrografi dengan menggunakan Echosounder Hi-Target HD 370 dapat menggambarkan dasar perairan guna pengembangan infrastruktur konektivitas maritim secara akurat dan teliti. 3.2 Saran Berdasar analisa yang dilakukan penulis memberi saran bahwa pembangunan kemaritiman baik dalam pertahanan, pengamanan, serta pelestarian potensi maritim Indonesia maupun infrastruktur konektivitas maritim perlu dilakukan pengukuran yang jelas dan akurat mengenai gambaran umum dan rincian pasti mengenai perairan maritim itu sendiri perlu memperhatikan survey hidrografi yang memiliki berbagai macam alat salah satunya Echosounder Hi-Target HD 370 yang telah dibuktikan tingkat keakuratan dan ketelitiannya dalam mengukur kedalaman perairan serta gambaran dasar perairan.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Adam, Lukman. 2015. “Kebijakan Konektivitas Maritim Di Indonesia”. Jurnal Politica Vol. 6 No. 1 Maret 2015. Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI: Peneliti Muda Bidang Ilmu Kebijakan pada Pusat Pengkajian. Jadmiko, Ahizta P. 2016. “Potensi SDA dan Kemaritiman Indonesia”. http://pramesthij.blogspot.co.id. Online. Diakses tanggal 13 April 2017. Kautsar, et al. 2013. “Aplikasi Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman Di Perairan Dangkal (Studi Kasus : Perairan Semarang)”. Jurnal Geodesi Undip Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, (ISSN : 2337-845X). Semarang: Undip. Muhajir, Ahmad. 2012. “Belajar Geomatika”. http://belajargeomatika.wordpress.com. Online. Diakses tanggal 13 April 2017. Sucipto. 2016. “Implementasi Hidrografi Untuk Mendukung Pertahanan Negara Dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”. Lomba Karya Ilmiah Markas Besar Angkatan Laut Dinas Hidro- Oseanografi. Utomo, Teguh. 2014. “Manfaat Teknologi Hidrografi Untuk Manusia”.. http://teguh106.blogspot.co.id. Online . Diakses tanggal 13 April 2017. Wika, Nani Frea. 2014. “Mengenal Beberapa Alat Survey Hidrografi”. http://naninewfreawika.wordpress.com. Online. Diakses tanggal 13 April 2017.