Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Ini adalah hasil karya kami (aku dan anonim-anonim) saat kuliah Kode Etik Psikologi, dengan sedikit editan dari aku.
ada pembetulan dan pembetulannya ada di http://www.kartunet.or.id/contoh-pelanggaran-kode-etik-psikologi-4877
Terima kasih
^_^
kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan
Personality development is actually the development from the organized pattern of attitudes and behaviors which makes an individual distinctive. A quick definition could be, personality is composed of the characteristic designs of feelings, behaviors and thoughts which make a person special.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling sesuai dengan hasil Kongres XII Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) yang dilaksanakan di Pekanbaru, 27 – 29 April 2018
Kode Etik merupakan salah satu ciri profesi.... perawat Indonesia wajib tahu apa itu KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA (KEKI) (Assoc. Prof. Dr. Arwani, SKM, BN.Hons. MN)
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Pengertian kode etik
1. A. Pengertian Kode Etik
Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor.
Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.
Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling sesungguhnya, dan berjkaitan
dengan apa saja yang menyangkut etrika profesi yang terkait dengan bimbingan
konseliong dilingkungan dunia pendidikan. Hal ini karena dunia pendiodikan lebih
memrlukan penjelasan kode etik ini dibanding dengan bimbingan dan konseling
dilingkungan lainnny1
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok, atau
budaya tertentu.
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah perilaku
yang dimaksud adalah:
1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia: dan
mendapatkan layanan konseling tanpa tanpa melihat suku bangsa, agama, atau
budaya.
2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan mengarahkan diri.
3. Setriap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.
4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan bimbingan
dan koseling secara profesional.
5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang didasarkan
kepada kode etik (etika profesi).2
Kode Etika adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang
mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu nilai yang mengatur
mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi, atau organisasi
1 Anas Salahudin. Bimbingan & Konseling, CV Pustaka Setia, Bandung:2010, hal 48.
2 Sofyan S. Willis. Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta, CV. Bandung: 2007, hal 228.
2. bagin para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para pekerja tau anggota dengan
masyarakat.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesioanl yang dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh
setiap anggota profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan
Konseling Indonesia wajib dipatuhi dan diamalkan oleh pengurus dan anggota organisasi
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota (Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Babb
II, Pasal 2).
Pada saat ini konselor sedunia menggunakan KEK dari lembaga yang bernama
American Consuler Association (ACA). Akan tetapi banyak negara yang mengadopsi
KEK dari amerika serikat tersebut lalu mengadakan penyesuaian dengan kondisi
negaranya, terutama dalam hal aspek-aspek Agama, Budaya, dan kondisi masyarakatnya.
Hal itu juuga terjadi di Indonesia dimana KEK dari ACA tersebut kitra saring dan kita
sesuaikan dengan kondisi negara kita namun demikian masyarakat konseling harus
mempelajari KEK dari ACA tersebut karena mengandung dasar-dasar penting didalam
konseling3
B. Dasar Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
a. Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan
terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang
bertanggung jawab
b. Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai
denagn norma-norma yang berlaku
C. Pelanggaran Terhadap Kode Etik
Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuataannya bahwa ia
mentaati kode ettik. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwasetiap pelanggaran
terhadap kode etik akan merugikan diri sendiri, konseli, lembaga, dan pihak lain yang
terkait. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sanksi yang mekanismenya
menjadi tanggung jawab Dewan Pertimbangan Kode Etik ABKIN sebagaaimana diatur
daalam Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Bab X, Pasal 26 ayat 1 dan 2 sebagai berikut.
3 John Mcleod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus.Jakarta: Kencana,2008, hal 442.
3. 1. Pada organisasi tingkat nasional dan tingkat provinsi dibentuk Dewan
Pertimbangan Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia.
2. Dewan Pertimbangan Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia
sebagaimana yang dimaksud oleh ayat (1) mempunyai fungsi pokok:
a. Menegakkan penghayatan dan pengalaman Kode Etik Bimbingan dan
Konseling Indonesia.
b. Memberikan pertimbangan kepada Pengurus Besar atau Pengurus Daerah
ABKIN atau adanya perbuatan melanggar Kode Etik Bimbingan dan
Konseling oleh Anggota setelah mengadakan penyelidikan yang seksama
dan bertanggung jawab.
c. Bertindak sebagai saksi di pengadilan dalam perkara berkaitan dengan
profesi bimbingan dan konseling.
D. Bentuk Pelanggaran
1. Terhadap Konsil
a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait dengan
kepentingan konseli.
b. Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual, penistaan agama, rasialis).
c. Melakukan tindakan kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.
d. Kesalahan dalam melakukan praktik profesioanal (prosedur, teknik, evaluasi, dan
tindak lanjut)
2. Terhadap Organisasi Profesi
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk
kepentingan pribadi dan/atau kelompok).
3. Terhadap Rekan sejawat dan Profesi Lain yang Terkait
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak untuk
bekerja sama, sikap arogan).
b. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai denagn
masalah konseli.
4. A. Kesimpulan
1) Kode etik konselor adalah serangkaian aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang
ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para konselor atau serangkaian ketentuan
dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para konselor saat
proses wawancara maupun kehidupan sehari-hari sehingga mampu memberikan
sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.
2) Kode Etik konselor dibuat untuk mengatur perilaku konselor dalam pelaksanaan tugas
dan kewajibannya serta mengatur secara moral peranan konselor di dalam masyarakat.
3) Implementasi Kode Etik konselor masih belum optimal, karena masih banyak konselor
yang belum melaksanakan Kode Etik konselor itu secara baik.
4) konselor di dalam masyarakat masih menempatkan diri sebagai orang biasa yang tidak
memiliki kewajiban khusus secara moral untuk membangun kesadaran berpendidikan
bagi masyarakat.
B. Saran
1) Kode Etik konselor adalah sesuatu yang hendaknya dipahami dan diamalkan oleh setiap
konselor.
2) Dalam memainkan peran di dalam masyakat, konselor hendaknya senantiasa
mengedepankan nilai-nilai pendidikan.
3) Konselor hendaknya senantiasa membangun kesadaran berpendidikan di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat.
4) Perilaku konselor di dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh cerminan seorang
yang berpendidikan.