SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
ETIKA PROFESIONAL
KONSELING AGAMA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Konseling Agama
Dosen Pengampu :
Agus Maemun, S.Pd
Disusun Oleh :
Indah Nurul Safitri (1113500094)
Kumala Rahmayani ()
Rizqi Amalia (113500115)
Zudika Riko (1113500023)
BK (4B)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun
makalah yang berjudul “Etika Profesional Konseling Agama” tepat pada
waktunya.
Makalah ini berisi uraian mengenai etika yang perlu diperhatikan dalam
melakukan suatu konseling. Penulis akan membahas dari mulai etika konseling
secara umum hingga pada inti bahasan yaitu etika konseling agama.
Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan maupun kekeliruan dari
susunan kalimat maupun dalam penulisan, penulis mohon maaf dan selalu terbuka
menerima masukan dan kritik. Penulis mengharapkan saran dari rekan-rekan
semua khususnya kepada dosen pengampu yaitu Bapak Agus Maemun, S.Pdi
M.Pd selaku dosen mata kuliah konseling agama, tentunya kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan makalah selanjutnya. Dan semoga
penyusunan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami
dan mendalami tentang etika dalam melakukan konseling agama.
Tegal, 16 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Konseling............................................................ 3
2.2 Definisi dan Tujuan Konseling Agama...................................... 4
2.3 Etika Profesional Konseling secara Umum................................ 5
2.4 Etika Profesional Konseling Agama.......................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam masalah bimbingan dan konseling kode etik sangat dibutuhkan.
Kode etik merupakan seperangkat aturan atau kaidah-kaidah, nilai-nilai yang
mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu
profesi atau organisasi bagi para anggotanya.
Kode etik dibutuhkan ketika seseorang (konselor) hendak membimbing
seorang atau individu (konseli) kearah pengembangan pribadinya. Peran kode
etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam memberikan masukan-masukan
kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak
menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan, nilai-nilai maupun norma-norma
yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. Atas dasar
nilai yang dianut oleh konselor dan konseli, maka kegiatan layanan
bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan atas keputusan-
keputusan yang berlandaskan nilai-nilai.
Para konselor seyogianya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai,
etika pribadi dan profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan
inilah para konselor seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan
dan konseling, terutama dalam melaksanakan konseling agama. Etika
konseling disini berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang
konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah,
penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari etika konseling?
b. Apa pengertian konseling agama?
c. Bagaimana etika profesional dalam pelaksanaan konseling secara umum?
d. Bagaimana etika profesional dalam melaksanakan konseling agama?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah konseling
agama.
2. Untuk mengetahui etika dalam penerapan konseling agama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika konseling
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “Ethos”, yang berarti norma-
norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik. Etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dalam sistematika
filsafat, etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia yang
dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Menurut Hunsen dalam Sitti Hartinah (2006: 49), etika atau etik
merupakan standar tingkah laku seorang atau satu kelompok orang, yang
didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati. Setiap kelompok profesi pada
dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesional. Standar
tingkah laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai hubungannya
dengan orang lain, klien dan masyarakat.
Sedangkan konseling menurut Achmad Juntika Nurihsan (2006: 10) yaitu
upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan
efektif perilakunya.
Jadi, etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh
seorang konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang
konselor. Oleh karena itu, kode etik sangatlah di perlukan guna menunjang
profesionalitas seorang konselor dalam melakukan konseling. Karena kode
etik dibutuhkan ketika konselor hendak membimbing konseli kearah
pengembangan pribadinya. Selama proses konseling berlangsung, seorang
konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri.
Pada dasarnya peran kode etik ini adalah sebagai acuan dan tuntunan dalam
memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan
oleh konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri.
2.2 Definisi dan Tujuan Konseling Agama
Konseling agama pada dasarnya tidak berbeda dengan aktifitas konseling
pada umumnya. Hal ini disebabkan seluruh aktifitas konseling memiliki
aturan-aturan yang bersifat umum. Menurut Sitti Hartinah (2006: 29),
konseling agama hanya memiliki perbedaan dalam objek permasalahan saja,
yakni lebih spesifik pada masalah-masalah yang berkaitan dengan agama.
Namun kini konseling agama mengalami perluasan makna, artinya bahwa
konseling agama tidak lagi terfokus pada konseli yang memilki masalah-
masalah keagamaan. Akan tetapi konseling agama juga dipakai dalam
menghadapi konseli yang memiliki masalah umum, di mana ajaran-ajaran
atau nilai-nilai agama dijadikan alat untuk mengatasi masalah-masalah
konseli. Dengan kata lain, konseling agama dimaknai sebagai aktifitas
konseling yang menggunakan pendekatan agama.
Konseling agama diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada
seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang
menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan
tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang
bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada
dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada
Tuhan.
Adapun pengertian konseling agama lebih spesifik lagi yaitu proses
pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya
sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan
keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada
konseling ini penekanannya pada upaya kuratif atau pemecahan masalah yang
dihadapi seseorang, secara Islami berarti konseling agama Islam membantu
individu menyadari kembali keberadaan atau eksistensinya sebagai makhluk
Allah, sebagai ciptaan Allah yang diciptakan-Nya sesuai dengan petunjuk-
Nya. Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari
bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam
dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa konseling
agama ini bertujuan untuk membantu konseli agar ia memiliki pengetahuan
tentang posisi dirinya dalam melakukan sesuatu perbuatan yang dipandang
baik, benar dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia dan untuk
kepentingan akhirat.
2.3 Etika Profesional Konseling Secara Umum
Tidak dapat dipungkiri bahwa konseling merupakan pekerjaan
profesional. Salah satu ciri sebuah pekerjaan profesional itu bahwa cara
kerjanya diatur dalam sebuah kode etik yang jelas. Kode etik adalah moral
yang menjadi landasan bagi pekerja profesional.
Setiap pekerjaan profesional pada dasarnya memiliki kode etik ini. Setiap
anggota profesional itu harus mempelajari sekaligus melakukan pekerjaannya
sesuai dengan ketentuan yang ada pada kode etik. Pelanggaran terhadap kode
etik adalah suatu yang tidak diharapkan dan pelanggaran terhadap kode etik
itu disebut tindakan yang malpraktik.
Ada empat etika yang penting dalam proses konseling, yakni:
a. Profesional Responsibility.
Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor harus
bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
 Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk
memberi perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.
 Terminating appropriately, yakni kita harus bisa melakukan terminasi
(menghentikan proses konseling) secara tepat.
 Evaluating the relationship yakni relasi antara konselor dan klien
haruslah relasi yang terapeutik namun tidak menghilangkan yang
personal.
 Counselor’s responsibility to themselves, artinya konselor harus dapat
membangun kehidupannya sendiri secara sehat sehingga ia sehat
secara spiritual, emosional dan fisikal.
b. Confidentiality.
Artinya bahwa seorang konselor harus bisa menjaga kerahasiaan
konseli. Ada beberapa hal yang perlu penjelasan dalam etika ini, yaitu
yang dinamakan previleged communication, yakni konselor secara
hukum tidak dapat dipaksa untuk membuka percakapannya dengan klien,
namun untuk kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan, hal seperti ini bisa
bertentangan dari aturan etika itu sendiri. Dengan demikian tidak ada
kerahasiaan yang absolute.
c. Conveying Relevant Information to The Person In Counseling.
Maksudnya klien berhak mendapatkan informasi mengenai
konseling yang akan mereka jalani. Informasi tersebut adalah:
 Counselor qualifications: konselor harus memberikan informasi
tentang kualifikasi atau keahlian yang ia miliki.
 Counseling consequences : konselor harus memberikan informasi
tentang hasil yang dicapai dalam konseling dan efek samping dari
konseling
 Time involved in counseling: konselor harus memberikan informasi
kepada klien berapa lama proses konseling yang akan dijalani oleh
klien. Konselor harus bisa memprediksikan setiap kasus
membutuhkan berapa kali pertemuan. Misalnya konselor dan klien
bertemu seminggu sekali selama 15 kali, kemudian sebulan sekali, dan
setahun sekali.
 Alternative to counseling: konselor harus memberikan informasi
kepada klien bahwa konseling bukanlah satu-satunya jalan untuk
sembuh, ada faktor lain yang berperan dalam penyembuhan, misalnya:
motivasi klien, natur dari problem, dll.
d. The Counselor Influence.
Yakni konselor mempunyai pengaruh yang besar dalam relasi
konseling, sehingga ada beberapa hal yang perlu konselor waspadai yang
akan mempengaruhi proses konseling dan mengurangi efektifitas
konseling. Hal-hal tersebut adalah:
 The counselor needs : kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor
perlu dikenali dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas
konseling.
 Authority: pengalaman konselor dengan figur otoritas juga perlu
diwaspadai karena akan mempengaruhi proses konseling jika kliennya
juga figur otoritas.
 Sexuality: konselor yang mempunyai masalah seksualitas yang belum
terselesaikan akan mempengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias
dalam konseling, dan resistance atau negative transference.
 The counselor `s moral and religius values: nilai moral dan religius
yang dimiliki konselor akan mempengaruhi persepsi konselor
terhadap klien yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang.
2.4 Etika Konseling Agama
Ada sejumlah tingkah laku konselor yang perlu memperoleh
perhatian dan ini berkaitan dengan aspek nilai-nilai klien. Menurut Sitti
Hartinah (2006: 47). Tingkah laku ini misalnya soal sentuhan dengan
klien yang berbeda jenis kelamin. Soal itu sangat erat kaitanya dengan
nilai-nilai yang berlaku, khususnya dimasyarakat kita. Sebagian klien
menganggap tidak tepat jika konselor yang berlawanan jenis melakukan
sentuhan jasmaniah, misalnya jabatan tangan dan menepuk-nepuk diatas
bahu. Selain itu ada sebagian klien yang menganggap bahwa cara-cara
demikian ini menunjukan penerimaan yang baik dari konselor kepada
klienya. Menghadapi hal demikian, konselor perlu memahami nilai-nilai
yang dianut oleh klien, untuk menjaga agar konselornya tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap “aneh” atau bertentangan dengan nilai-
nilai yang dianutnya. Bagi konselor, yang terpenting bukanya melakukan
kontak hubungan secara jasmaniah, tetapi menciptakan iklim yang
bersahabat dalam proses konseling, meskipun maksud konselor
melakukan kontak jasmaniah tadi untuk keperluan terapik.
Jika konselor ditolak (secara halus) oleh klien pada saat mengajak
jabatan tangan, adalah tidak perlu menjadi persoalan bagi konselor.
Konselor secepatnya menyadari bahwa klien memiliki nilai yang berbeda
dan bersikap toleran terhadap persoalan ini.
Demikian juga terhadap adanya klien yang memilih konselornya
yang sejenis. Laki-laki atau perempuan. Perlu dipahami bahwa pada
sebagian masyarakat Indonesia, ada yang beranggapan bahwa kontak
laki-laki dan perempuan pada ruang tertutup sebagaimana yang
diselenggarakan dalam hubungan konseling dilarang dalam hukum
agamanya. Jika kita menjumpai klien yang tidak bersedia dikonseling
karena lawan jenis, yang hal ini didasarkan atas nilai-nilai yang
dianutnya, tidak perlu menjadi persoalan bagi konselor. Konselor perlu
mencarikan koleganya yang lain yang lebih dapat diterima oleh klien
sepenuhnya. Konselor tidak dapat memaksakan kehendaknya sendiri
kepada klien. Keberhasilan konseling selain ditentukan oleh strategi yang
digunakan oleh konselor juga pada penerimaan klien terhadap pribadi
konselor.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disajikan diatas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa suatu profesi tidak bisa dikatakan profesional
apabila seorang konselor atau seorang guru bimbingan dan konseling tidak
memperhatikan etika dalam melakukan konseling dengan konseli.
Pada konseling agama ini, seorang konselor perlu memahami nilai-nilai
yang dianut oleh konseli, untuk menjaga agar konselor tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap “aneh” atau bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut konseli. Soal-soal yang berkaitan dengan nilai-nilai ini misalnya
soal sentuhan dengan klien yang berbeda jenis kelamin seperti jabatan tangan
dan menepuk-nepuk diatas bahu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan nilai-
nilai yang berlaku, khususnya dimasyarakat kita. Untuk itu, memahami etika
sangat dibutuhkan dalam melakukan suatu konseling, khususnya pada
konseling agama.
3.2 Saran
Bagi konselor ataupun guru bimbingan dan konseling hendaknya:
 Dalam melaksanakan konseling sebaiknya konselor maupun guru
bimbingan dan konseling sadar terhadap pengertian dan kaidah dalam
melaksanakan konseling. Misalnya pada konseling agama, maka
konselor maupun guru bimbingan dan konseling sadar akan kaidah atau
etika dalam melaksanakan konseling agama.
 Memahami betul nilai-nilai, norma dan keyakinan yang dianut konseli,
terutama pada mereka (konseli) yang mempunyai nilai-nilai, norma dan
keyakinan yang berbeda dengan dirinya (konselor).
 Memahami kode etik konseling dan mengamalkannya ketika
memberikan pelayanan konseling kepada konseli.
DAFTAR PUSTAKA
Hartinah, Sitti. 2006. Konseling Agama. Tegal: Universitas Pancasakti
Juntika Nurihsan, Achmad. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

More Related Content

What's hot

Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
Erta Erta
 
POWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAMPOWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAM
AlfinfatihaRahmah
 
Contoh verbatim behavior
Contoh verbatim behaviorContoh verbatim behavior
Contoh verbatim behavior
MACHMUDDI
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
Warnet Raha
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konseling
komisariatimmbpp
 
Sejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'anSejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'an
Ratih Aini
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
Syarifatul Marwiyah
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Robet Saputra
 
Pengembangan profesi
Pengembangan profesiPengembangan profesi
Pengembangan profesimubarokrizqi
 
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
dwilaksmid
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
saiful anwar
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
Zakki Nurul Amin
 
Ppt
PptPpt
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Peserta Didik Dalam Pendidikan IslamPeserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Retno Nindia
 
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaSejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaKodogg Kritingg
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
Dewi Bahagia
 

What's hot (20)

Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
POWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAMPOWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAM
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
 
Contoh verbatim behavior
Contoh verbatim behaviorContoh verbatim behavior
Contoh verbatim behavior
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konseling
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Sejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'anSejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'an
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Pengembangan profesi
Pengembangan profesiPengembangan profesi
Pengembangan profesi
 
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Peserta Didik Dalam Pendidikan IslamPeserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
 
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaSejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
 

Viewers also liked

Profesionalisme Guru
Profesionalisme GuruProfesionalisme Guru
Profesionalisme Guru
hadathaical
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme guru
Karyawan Keliat
 
Makalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingMakalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingNilna Ma'Rifah
 
Tujuan dan aspek aspek konseling
Tujuan dan aspek aspek konselingTujuan dan aspek aspek konseling
Tujuan dan aspek aspek konselingArgo pusoro
 
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingProfesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Riska Nur'Akhidah Sari
 
Kompetensi konselor-islami
Kompetensi konselor-islamiKompetensi konselor-islami
Kompetensi konselor-islami
wianda uzma
 
Karakteristik Guru Profesional
Karakteristik Guru ProfesionalKarakteristik Guru Profesional
Karakteristik Guru ProfesionalDesy Aryanti
 
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undanganHakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Rhea Xtris
 
Kode Etik Konselor
Kode Etik KonselorKode Etik Konselor
Kode Etik Konselor
Arda Disini
 
pendidik dan anak didik
pendidik dan anak didikpendidik dan anak didik
pendidik dan anak didik
David Mandala Lubis
 
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORALMakul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
Pet-pet
 
Konsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruanKonsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruan
Sigitpga
 
Pengertian etika sbg profesi
Pengertian etika sbg profesiPengertian etika sbg profesi
Pengertian etika sbg profesi
Shery Boru Hasibuan
 
Beda psikiater, psikolog dan konselor
Beda psikiater, psikolog dan konselorBeda psikiater, psikolog dan konselor
Beda psikiater, psikolog dan konselor
Bagus Utomo
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesional guru
Profesional guruProfesional guru
Profesional guru
Firdaus Ibnu Ibnu
 
Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikan
Ndang Pratama
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingMara Sutan Siregar
 

Viewers also liked (20)

Profesionalisme Guru
Profesionalisme GuruProfesionalisme Guru
Profesionalisme Guru
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme guru
 
Makalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingMakalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konseling
 
Tujuan dan aspek aspek konseling
Tujuan dan aspek aspek konselingTujuan dan aspek aspek konseling
Tujuan dan aspek aspek konseling
 
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingProfesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
 
Kompetensi konselor-islami
Kompetensi konselor-islamiKompetensi konselor-islami
Kompetensi konselor-islami
 
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesionalKekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
 
Karakteristik Guru Profesional
Karakteristik Guru ProfesionalKarakteristik Guru Profesional
Karakteristik Guru Profesional
 
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undanganHakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
 
Kode Etik Konselor
Kode Etik KonselorKode Etik Konselor
Kode Etik Konselor
 
pendidik dan anak didik
pendidik dan anak didikpendidik dan anak didik
pendidik dan anak didik
 
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORALMakul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
Makul Etika Profesi Kelompok 3 ETIK,ETIKA,NORMA DAN MORAL
 
Konsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruanKonsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruan
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Pengertian etika sbg profesi
Pengertian etika sbg profesiPengertian etika sbg profesi
Pengertian etika sbg profesi
 
Beda psikiater, psikolog dan konselor
Beda psikiater, psikolog dan konselorBeda psikiater, psikolog dan konselor
Beda psikiater, psikolog dan konselor
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesi Keguruan
 
Profesional guru
Profesional guruProfesional guru
Profesional guru
 
Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikan
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konseling
 

Similar to Makalah etika profesional konseling agama

Etika Professional
Etika ProfessionalEtika Professional
Etika Professional
Heni Kusuma Wardani
 
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agamaEtika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
AULIA RIZKA NOVIYANTI
 
Etika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agamaEtika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agama
bkupstegal
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
Sugesti Yoan
 
Definisi kaunseling islam
Definisi kaunseling islamDefinisi kaunseling islam
Definisi kaunseling islamUmmi Ain
 
Modul bk
Modul bkModul bk
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam KonselingAgama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Ilma Urrutyana
 
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja SyariahMAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
Rizki Ogawa
 
Pert.III
Pert.IIIPert.III
Pert.III
Heri Yanti
 
Bimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptxBimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptx
WeldingSMKN1Losarang
 
Makalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalMakalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan Profesional
Ririn Febriyanti
 
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
samrotulzaniah
 
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docxpenerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
AmaliaJuaddy
 
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
Shima Arshad
 

Similar to Makalah etika profesional konseling agama (20)

Etika Professional
Etika ProfessionalEtika Professional
Etika Professional
 
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agamaEtika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
 
Etika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agamaEtika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agama
 
Hakikat bki
Hakikat bkiHakikat bki
Hakikat bki
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Definisi kaunseling islam
Definisi kaunseling islamDefinisi kaunseling islam
Definisi kaunseling islam
 
Modul bk
Modul bkModul bk
Modul bk
 
Modul bk
Modul bkModul bk
Modul bk
 
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam KonselingAgama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
 
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja SyariahMAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
 
Bimbingan dan kaunseling
Bimbingan dan kaunselingBimbingan dan kaunseling
Bimbingan dan kaunseling
 
Pert.III
Pert.IIIPert.III
Pert.III
 
Bimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptxBimbingan Konseling.pptx
Bimbingan Konseling.pptx
 
Makalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalMakalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan Profesional
 
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
55118120067_SAMROTUL JANIAH_BE&GG
 
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docxpenerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
penerapan etika dakwah dalam masyarak majemuk_fix.docx
 
3.kaunseling satu pengenalan
3.kaunseling satu pengenalan3.kaunseling satu pengenalan
3.kaunseling satu pengenalan
 
Etika konseling
Etika konselingEtika konseling
Etika konseling
 
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
Assingment etika kaunseling kump 9 (1)
 
Etika dalam agama dan adat istiadat
Etika dalam agama dan adat istiadatEtika dalam agama dan adat istiadat
Etika dalam agama dan adat istiadat
 

More from misbakhulfirdaus

Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 

More from misbakhulfirdaus (6)

Teknik dasar konseling
Teknik dasar konselingTeknik dasar konseling
Teknik dasar konseling
 
Personality disorder
Personality disorderPersonality disorder
Personality disorder
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 

Makalah etika profesional konseling agama

  • 1. MAKALAH ETIKA PROFESIONAL KONSELING AGAMA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Agama Dosen Pengampu : Agus Maemun, S.Pd Disusun Oleh : Indah Nurul Safitri (1113500094) Kumala Rahmayani () Rizqi Amalia (113500115) Zudika Riko (1113500023) BK (4B) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2015
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah- Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Etika Profesional Konseling Agama” tepat pada waktunya. Makalah ini berisi uraian mengenai etika yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu konseling. Penulis akan membahas dari mulai etika konseling secara umum hingga pada inti bahasan yaitu etika konseling agama. Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan maupun kekeliruan dari susunan kalimat maupun dalam penulisan, penulis mohon maaf dan selalu terbuka menerima masukan dan kritik. Penulis mengharapkan saran dari rekan-rekan semua khususnya kepada dosen pengampu yaitu Bapak Agus Maemun, S.Pdi M.Pd selaku dosen mata kuliah konseling agama, tentunya kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan makalah selanjutnya. Dan semoga penyusunan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami dan mendalami tentang etika dalam melakukan konseling agama. Tegal, 16 Mei 2015 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................... i Kata Pengantar.............................................................................................. ii Daftar Isi........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Etika Konseling............................................................ 3 2.2 Definisi dan Tujuan Konseling Agama...................................... 4 2.3 Etika Profesional Konseling secara Umum................................ 5 2.4 Etika Profesional Konseling Agama.......................................... 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................. 10 3.2 Saran............................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 11
  • 4. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah bimbingan dan konseling kode etik sangat dibutuhkan. Kode etik merupakan seperangkat aturan atau kaidah-kaidah, nilai-nilai yang mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para anggotanya. Kode etik dibutuhkan ketika seseorang (konselor) hendak membimbing seorang atau individu (konseli) kearah pengembangan pribadinya. Peran kode etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan, nilai-nilai maupun norma-norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. Atas dasar nilai yang dianut oleh konselor dan konseli, maka kegiatan layanan bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan atas keputusan- keputusan yang berlandaskan nilai-nilai. Para konselor seyogianya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para konselor seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan dan konseling, terutama dalam melaksanakan konseling agama. Etika konseling disini berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: a. Apa pengertian dari etika konseling? b. Apa pengertian konseling agama?
  • 5. c. Bagaimana etika profesional dalam pelaksanaan konseling secara umum? d. Bagaimana etika profesional dalam melaksanakan konseling agama? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah konseling agama. 2. Untuk mengetahui etika dalam penerapan konseling agama.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Etika konseling Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “Ethos”, yang berarti norma- norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dalam sistematika filsafat, etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Menurut Hunsen dalam Sitti Hartinah (2006: 49), etika atau etik merupakan standar tingkah laku seorang atau satu kelompok orang, yang didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati. Setiap kelompok profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesional. Standar tingkah laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai hubungannya dengan orang lain, klien dan masyarakat. Sedangkan konseling menurut Achmad Juntika Nurihsan (2006: 10) yaitu upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Jadi, etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang
  • 7. konselor. Oleh karena itu, kode etik sangatlah di perlukan guna menunjang profesionalitas seorang konselor dalam melakukan konseling. Karena kode etik dibutuhkan ketika konselor hendak membimbing konseli kearah pengembangan pribadinya. Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri. Pada dasarnya peran kode etik ini adalah sebagai acuan dan tuntunan dalam memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan atau norma- norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. 2.2 Definisi dan Tujuan Konseling Agama Konseling agama pada dasarnya tidak berbeda dengan aktifitas konseling pada umumnya. Hal ini disebabkan seluruh aktifitas konseling memiliki aturan-aturan yang bersifat umum. Menurut Sitti Hartinah (2006: 29), konseling agama hanya memiliki perbedaan dalam objek permasalahan saja, yakni lebih spesifik pada masalah-masalah yang berkaitan dengan agama. Namun kini konseling agama mengalami perluasan makna, artinya bahwa konseling agama tidak lagi terfokus pada konseli yang memilki masalah- masalah keagamaan. Akan tetapi konseling agama juga dipakai dalam menghadapi konseli yang memiliki masalah umum, di mana ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama dijadikan alat untuk mengatasi masalah-masalah konseli. Dengan kata lain, konseling agama dimaknai sebagai aktifitas konseling yang menggunakan pendekatan agama. Konseling agama diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Tuhan.
  • 8. Adapun pengertian konseling agama lebih spesifik lagi yaitu proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada konseling ini penekanannya pada upaya kuratif atau pemecahan masalah yang dihadapi seseorang, secara Islami berarti konseling agama Islam membantu individu menyadari kembali keberadaan atau eksistensinya sebagai makhluk Allah, sebagai ciptaan Allah yang diciptakan-Nya sesuai dengan petunjuk- Nya. Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa konseling agama ini bertujuan untuk membantu konseli agar ia memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya dalam melakukan sesuatu perbuatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhirat. 2.3 Etika Profesional Konseling Secara Umum Tidak dapat dipungkiri bahwa konseling merupakan pekerjaan profesional. Salah satu ciri sebuah pekerjaan profesional itu bahwa cara kerjanya diatur dalam sebuah kode etik yang jelas. Kode etik adalah moral yang menjadi landasan bagi pekerja profesional. Setiap pekerjaan profesional pada dasarnya memiliki kode etik ini. Setiap anggota profesional itu harus mempelajari sekaligus melakukan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan yang ada pada kode etik. Pelanggaran terhadap kode etik adalah suatu yang tidak diharapkan dan pelanggaran terhadap kode etik itu disebut tindakan yang malpraktik. Ada empat etika yang penting dalam proses konseling, yakni:
  • 9. a. Profesional Responsibility. Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:  Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk memberi perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.  Terminating appropriately, yakni kita harus bisa melakukan terminasi (menghentikan proses konseling) secara tepat.  Evaluating the relationship yakni relasi antara konselor dan klien haruslah relasi yang terapeutik namun tidak menghilangkan yang personal.  Counselor’s responsibility to themselves, artinya konselor harus dapat membangun kehidupannya sendiri secara sehat sehingga ia sehat secara spiritual, emosional dan fisikal. b. Confidentiality. Artinya bahwa seorang konselor harus bisa menjaga kerahasiaan konseli. Ada beberapa hal yang perlu penjelasan dalam etika ini, yaitu yang dinamakan previleged communication, yakni konselor secara hukum tidak dapat dipaksa untuk membuka percakapannya dengan klien, namun untuk kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan, hal seperti ini bisa bertentangan dari aturan etika itu sendiri. Dengan demikian tidak ada kerahasiaan yang absolute. c. Conveying Relevant Information to The Person In Counseling. Maksudnya klien berhak mendapatkan informasi mengenai konseling yang akan mereka jalani. Informasi tersebut adalah:  Counselor qualifications: konselor harus memberikan informasi tentang kualifikasi atau keahlian yang ia miliki.  Counseling consequences : konselor harus memberikan informasi tentang hasil yang dicapai dalam konseling dan efek samping dari konseling
  • 10.  Time involved in counseling: konselor harus memberikan informasi kepada klien berapa lama proses konseling yang akan dijalani oleh klien. Konselor harus bisa memprediksikan setiap kasus membutuhkan berapa kali pertemuan. Misalnya konselor dan klien bertemu seminggu sekali selama 15 kali, kemudian sebulan sekali, dan setahun sekali.  Alternative to counseling: konselor harus memberikan informasi kepada klien bahwa konseling bukanlah satu-satunya jalan untuk sembuh, ada faktor lain yang berperan dalam penyembuhan, misalnya: motivasi klien, natur dari problem, dll. d. The Counselor Influence. Yakni konselor mempunyai pengaruh yang besar dalam relasi konseling, sehingga ada beberapa hal yang perlu konselor waspadai yang akan mempengaruhi proses konseling dan mengurangi efektifitas konseling. Hal-hal tersebut adalah:  The counselor needs : kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor perlu dikenali dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas konseling.  Authority: pengalaman konselor dengan figur otoritas juga perlu diwaspadai karena akan mempengaruhi proses konseling jika kliennya juga figur otoritas.  Sexuality: konselor yang mempunyai masalah seksualitas yang belum terselesaikan akan mempengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias dalam konseling, dan resistance atau negative transference.  The counselor `s moral and religius values: nilai moral dan religius yang dimiliki konselor akan mempengaruhi persepsi konselor terhadap klien yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang. 2.4 Etika Konseling Agama
  • 11. Ada sejumlah tingkah laku konselor yang perlu memperoleh perhatian dan ini berkaitan dengan aspek nilai-nilai klien. Menurut Sitti Hartinah (2006: 47). Tingkah laku ini misalnya soal sentuhan dengan klien yang berbeda jenis kelamin. Soal itu sangat erat kaitanya dengan nilai-nilai yang berlaku, khususnya dimasyarakat kita. Sebagian klien menganggap tidak tepat jika konselor yang berlawanan jenis melakukan sentuhan jasmaniah, misalnya jabatan tangan dan menepuk-nepuk diatas bahu. Selain itu ada sebagian klien yang menganggap bahwa cara-cara demikian ini menunjukan penerimaan yang baik dari konselor kepada klienya. Menghadapi hal demikian, konselor perlu memahami nilai-nilai yang dianut oleh klien, untuk menjaga agar konselornya tidak melakukan tindakan-tindakan yang dianggap “aneh” atau bertentangan dengan nilai- nilai yang dianutnya. Bagi konselor, yang terpenting bukanya melakukan kontak hubungan secara jasmaniah, tetapi menciptakan iklim yang bersahabat dalam proses konseling, meskipun maksud konselor melakukan kontak jasmaniah tadi untuk keperluan terapik. Jika konselor ditolak (secara halus) oleh klien pada saat mengajak jabatan tangan, adalah tidak perlu menjadi persoalan bagi konselor. Konselor secepatnya menyadari bahwa klien memiliki nilai yang berbeda dan bersikap toleran terhadap persoalan ini. Demikian juga terhadap adanya klien yang memilih konselornya yang sejenis. Laki-laki atau perempuan. Perlu dipahami bahwa pada sebagian masyarakat Indonesia, ada yang beranggapan bahwa kontak laki-laki dan perempuan pada ruang tertutup sebagaimana yang diselenggarakan dalam hubungan konseling dilarang dalam hukum agamanya. Jika kita menjumpai klien yang tidak bersedia dikonseling karena lawan jenis, yang hal ini didasarkan atas nilai-nilai yang dianutnya, tidak perlu menjadi persoalan bagi konselor. Konselor perlu mencarikan koleganya yang lain yang lebih dapat diterima oleh klien sepenuhnya. Konselor tidak dapat memaksakan kehendaknya sendiri kepada klien. Keberhasilan konseling selain ditentukan oleh strategi yang
  • 12. digunakan oleh konselor juga pada penerimaan klien terhadap pribadi konselor.
  • 13. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan materi yang telah disajikan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa suatu profesi tidak bisa dikatakan profesional apabila seorang konselor atau seorang guru bimbingan dan konseling tidak memperhatikan etika dalam melakukan konseling dengan konseli. Pada konseling agama ini, seorang konselor perlu memahami nilai-nilai yang dianut oleh konseli, untuk menjaga agar konselor tidak melakukan tindakan-tindakan yang dianggap “aneh” atau bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut konseli. Soal-soal yang berkaitan dengan nilai-nilai ini misalnya soal sentuhan dengan klien yang berbeda jenis kelamin seperti jabatan tangan dan menepuk-nepuk diatas bahu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan nilai- nilai yang berlaku, khususnya dimasyarakat kita. Untuk itu, memahami etika sangat dibutuhkan dalam melakukan suatu konseling, khususnya pada konseling agama. 3.2 Saran Bagi konselor ataupun guru bimbingan dan konseling hendaknya:  Dalam melaksanakan konseling sebaiknya konselor maupun guru bimbingan dan konseling sadar terhadap pengertian dan kaidah dalam melaksanakan konseling. Misalnya pada konseling agama, maka konselor maupun guru bimbingan dan konseling sadar akan kaidah atau etika dalam melaksanakan konseling agama.  Memahami betul nilai-nilai, norma dan keyakinan yang dianut konseli, terutama pada mereka (konseli) yang mempunyai nilai-nilai, norma dan keyakinan yang berbeda dengan dirinya (konselor).  Memahami kode etik konseling dan mengamalkannya ketika memberikan pelayanan konseling kepada konseli.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Hartinah, Sitti. 2006. Konseling Agama. Tegal: Universitas Pancasakti Juntika Nurihsan, Achmad. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama