5. 1. Diskusi Nomer 1
a. Definisi Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah kasus tetanus/ infeksi akut yang terjadi pada neonatus usia
kurang dari 28 hari yang disebabkan oleh strain toksigenik dari bakteri Clostridium
tetani (C. Tetani) yang bersifat anaerob serta membentuk eksotoksin yang disebut
tetanospasmin, dimana bakteri mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat.
b. Tanda dan gejala Tetanus Neonatorum
• Bayi mengalami kesulitan minum karena terjadinya trismus atau lock jaw (spasme
otot pengunyah).
• Mulut bayi mencucu seperti ikan (karpermond)
• Risus sardonicus atau wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat.
• Dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum, seperti opisthotonus atau
tulang belakang seperti melengkung ke belakang.
HASIL DISKUSI
6. 2. Penemuan Kasus
a. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus TN
Berdasarkan gejala klinis dan diagnosa dokter atau tenaga kesehatan terlatih.
b. Klasifikasi kasus TN dan bagaimana membedakannya
Suspek TN , yaitu kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh bukan dokter
atau petugas kesehatan terlatih dan tidak dilakukan investigasi. Kematian
tidak diketahui penyebabnya.
Kasus Konfirmasi TN, yaitu kriteria dimana bayi lahir hidup dapat menangis
dan menyusu/minum dalam 2 hari pertama kemudian muncul gejala seperti
mulut mencucu (trismus) sehingga sulit menyusu/minum disertai kejang
rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3 – 28 hari
Kasus discarded, yaitu kasus yang setelah dilakukan investigasi tidak
memenuhi kriteria klinis
7. c. Proses penemuan kasus TN
Petugas setiap minggu melakukan surveylanse aktif dengan mereview register
MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Melakukan pendataan terkait diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Dokter.
Melakukan penemuan kasus melalui kegiatan kunjungan neonatal (KN1, KN2 dan
KN3) dengan menggunakan form atau bagan MTBM. Jika ditemukan kasus dengan
klasifikasi infeksi bakteri berat perlu ditelusuri riwayat persalinan ibu atau hal lainnya
yang mengarah kepada suspek TN dan segera dilaporkan ke petugas surveilans.
Melakukan laporan nihil/ / “Zero Report" mingguan melalui laporan rutin bila tidak
ditemukan kasus dalam kunjungan ke puskesmas.
Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader dalam
Upaya penemuan kasus TN
12. 2. Analisa Deskriptif Hasil Penyelidikan Epidemiologi
Berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi di dapatkan bahwa ada 1 kasus
kematian
Kasus tersebut dilaporkan pada tanggal 20 September 2019 jam 14.30
Kasus tersebut dengan identitas By Ny Suhartini umur 9 hari jenis kelamin
laki-laki dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka, serta sesak
nafas disertai bunyi.
Kasus tersebut sudah di rawat inap di Ruang anak selama 3 hari di Puskesmas B
dengan diagnose medis Tetanus Neonatorum
Setelah di lakukan Penyelidikan Epidemiologi di dapatkan bahwa ibu Suhartini
umur 36 Tahun melahirkan di dukun bayi. Secara klasifikasi medis ibu suhartini
termasuk kedalam ibu hamil primi tua.
13. 3. Berdasarkan kasus tersebut benar telah terjadi KLB Tetanus Neonatorum,
Hasil ini di dapatkan berdasarkan kriteria kasus yang merupakan kasus konfirmasi. Di tandai
dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka, serta sesak nafas disertai bunyi. Dari
gejala tersebut di dapatkan beberapa gejala yang termasuk dalam kriteria kasus konfirmasi
Tetanus Neonatorum.
4. Tindakan Surveilans Puskesmas :
Melakukan investigasi sesegera mungkin dalam waktu 1 x 24 jam setelah ada laporan kasus
a. Menggunakan Formulir Investigasi TN (form TN-1)
b. Melakukan wawancara terhadap orang tua, penolong persalinan, nakes pemberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan informasi factor resiko Kasus TN
c. Menanyakan identitas bayi, Riwayat kelahiran dan Riwayat kesakitan/kematian bayi
d. Kemudian dengan menggunakan kriteria diagnosis , dilakukan penetapan diagnosis TN
dan factor resiko sesuai dengan definisi Oprasional
e. Semua Suspek TN atau kematian yang di laporkan harus di selidiki dengan menggunakan
Formulir Investigas Form TN- 1
14. 5. Informasi yang di kumpulkan pada saat investigasi
Tempat dan tanggal lahir
▪ Tanggal dan usia kematian
▪ Usia gestasi/kehamilan
▪ Berat badan bayi lahir
▪ Persalinan di Fasilitas pelayanan kesehatan, jelaskan jika persalinan tidak
dilakukan di Fasilitas pelayanan kesehatan
▪ Status imunisasi ibu
▪ Pelayanan neonatal esensial termasuk pemotongan dan perawatan tali pusat
▪ Gejala yang timbul
▪ Faktor risiko lain (yang diperlukan untuk rekomendasi respon) seperti berapa
lama ibu tinggal di wilayah tersebut, frekuensi kegiatan pelayanan imunisasi
di wilayah tempat tinggal, kegiatan ANC, dan alasan-alasan mengapa tidak
PAB jika ibu tidak menerima imunisasi tetanus
15. 6. Rencana Tindak Lanjut Setelah KLB TN berakhir
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pelayanan antenatal, persalinan di
fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan neonatal esensial
Penemuan suspek dan kematian TN melalui skrining neonatus sakit dan meninggal.
Melibatkan kader dan anggota masyarakat lainnya dalam penemuan kasus dan
kematian akibat TN
Melaporkan segera setiap suspek dan kematian TN melalui pelaporan List kasus TN
dan SKDR
Investigasi suspek TN dan kematian TN
Membuat peta desa risti TN
Melaksanakan Rapid Community Assessment dan Rapid Convenience Assessment
Melaksanakan skrining status imunisasi tetanus pada ibu hamil dan WUS serta
melengkapinya hingga memiliki status imunisasi tetanus T5
Melaksanakan upaya penguatan imunisasi rutin dengan melibatkan Camat, Kepala
Desa/Lurah, dan perangkat lainnya serta tokoh agama, tokoh masyarakat dan
pihak terkait lainnya
Diseminasi hasil analisis investigasi kepada program terkait termasuk Pokja KIA
guna memantapkan tindakan korektif/respons