Dokumen tersebut membahas sejarah akuntansi konvensional dan Islam serta prinsip dan karakteristik akuntansi syariah seperti larangan riba dan gharar, serta tujuan dan pengguna laporan keuangan syariah."
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Makalah auditing dan profesi akuntan publikUmmah Sadiyah
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pihak yang indepenen terhadap laporan kuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Makalah auditing dan profesi akuntan publikUmmah Sadiyah
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pihak yang indepenen terhadap laporan kuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. Sejarah Akuntansi Konvensional Vs
Sejarah Akuntansi Islam
Akuntansi, menurut sejarah konvensional,
disebutkan muncul di Italia pada abad ke-
13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta
Italia bernama Luca Pacioli
yang menulis buku “Sum m a de Arithm atica
Ge o m e tria e t Pro po tio nalita ” dengan
memuat satu bab mengenai “Do uble Entry
Acco unting Syste m ”.
3. Sejarah Akuntansi Konvensional Vs
Sejarah Akuntansi Islam
Setelah munculnya Islam di Semananjung Arab di
bawah pimpinan Rasulullah SAW dan
terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah yang
kemudian di lanjutkan oleh para Khulafaur
Rasyidin, terdapat undang-undang akuntansi yang
diterapkan untuk perorangan, perserikatan
(syarikah) atau perusahaan, akuntansi wakaf, hak-
hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan
anggaran negara.
Rasulullah SAW sendiri telah mendidik secara
khusus beberapa sahabat utk menangani profesi
4. Sejarah Akuntansi Konvensional
Vs Sejarah Akuntansi Islam
Islam lebih dahulu mengenal sistem
akuntansi, karena Al Quran telah
diturunkan pada tahun 610 M, yakni
800 tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli
yang menerbitkan bukunya pada tahun
1494 M.
5. Dasar hukum dalam Akuntansi
Syariah
Bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas
(persamaan suatu peristiwa tertentu), dan ‘Uruf
(adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan
Syariah Islam.
Kaidah-kaidah Akuntansi dalam Islam, memiliki
karakteristik khusus yang membedakan
dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-
kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-
norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin
ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan
6. Pengertian Akuntansi dalam Konsep
Islam
Dalam istilah Islam (bahasa arab),
akuntansi disebut sebagai Muhasabah
yang berasal dari kata hasaba, hasiba,
muhasabah, hasban, hisabah, artinya
menimbang, memperhitungkan,
mengkalkulasikan, mendata, atau
menghisab, yakni menghitung dengan
seksama atau teliti yang harus dicatat
dalam pembukuan tertentu
7. Pengertian Akuntansi dalam Konsep
Islam
Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku
Akuntansi Syariah halaman 57 mendefinisikan
akuntansi sbb:
”Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur
berkaitan dengan pencatatan transaksi-
transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-
keputusan yang sesuai dengan syari’at dan
jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan
yang representatif, serta berkaitan dengan
pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang
berimplikasi pada transaksi-transaksi,
8. Pengertian Akuntansi dalam Konsep
Islam
Akuntansi syariah adalah suatu proses,
metode, dan teknik pencatatan, penggolongan,
pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-
kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk
satuan uang, guna mengidentifikasikan,
mengukur, dan menyampaikan informasi suatu
entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya
berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan
sebagai bahan mengambil keputusan-
keputusan ekonomi dan memilih alternatif-
alternatif tindakan bagi para pemakainya.
9. Pengertian Akuntansi secara
Umum
APB (Acco unting PrincipalBo ard)
Statement No.4 mendefinisikan sebagai
berikut: “akuntansi adalah suatu kegiatan
jasa. Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam
ukuran uang, mengenai suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, yang digunakan dalam memilih
diantara beberapa alternatif.
10. Pengertian Akuntansi secara
Umum
• AICPA (Am e rican Institute o f Ce rtifie d
Public Acco untant) mendefinisikan
sebagai berikut: “akuntansi adalah seni
pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dan
dalam ukuran moneter, transksi, dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat
keuangan dan termasuk penafsiran hasil-
hasilnya”
11. Tujuan Akuntansi Syariah
Merealisasikan kecintaan utama kepada
Allah SWT, dengan melaksanakan
akuntabilitas ketundukan dan kreativitas,
atas transaksi-transaksi, kejadian-
kejadian ekonomi serta proses produksi
dalam organisasi, yang penyampaian
informasinya bersifat material, batin
maupun spiritual, sesuai nilai-nilai Islam
dan tujuan syariah (Mulawarman)
12. Tujuan laporan keuangan
syariah
Menyediakan informasi yg menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yg bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
13. Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan dari suatu entitas syariah.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah
yg bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dlm rangka membuat
keputusan2 ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen
atas penggunaan sumber2 daya yg
14. Komponen Laporan Keuangan
Syariah
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
(a) Neraca
(b) Laporan Laba Rugi
(c) Laporan Arus Kas
(d) Laporan Perubahan Ekuitas
(e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat
(f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan dan
(g) Catatan atas Laporan Keuangan.
15. Standard Akuntansi Keuangan
Syariah
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
2. PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
3. PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi
Murabahah
4. PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam
5. PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi
Istishna’
6. PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi
16. Asas Transaksi Syariah
1. persaudaraan (ukhuwah) interaksi Sosial
2. keadilan (‘adalah) menempatkansegala
sesuatu pada tempatnya
3. kemaslahatan (maslahah) kebaikan dunia
akhirat
4. keseimbangan (tawazun) imbangmaterial
dan spiritual
5. universalisme (syumuliyah) semua pihak bisa
terlibat
17. Prinsip Transaksi Syariah
Merupakan manifestasi dari Asas keadilan:
1. riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis
2. kezhaliman, baik terhadap kepada diri sendiri,
orang lain atau lingkungan
3. judi atau bersikap spekulatif (maysir) dan tidak
berhubungan dengan produktivitas
4. unsur ketidakjelasan (gharar), manipulasi dan
eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian
pelaksanaan akad
5. haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al
Quran dan Assunnah, baik dalam barang/jasa
ataupun aktivitas operasional terkait
18. Transaksi Yang Dilarang
Semua aktifitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang
diharamkan Allah
Riba
Penipuan
Perjudian
Gharar (ketidakpastian)
Penimbunan Barang/Ihtikar
Monopoli
Rekayasa Permintaan (Bai’ An najsy)
Suap (Risywah)
Ta’alluq (penjualan bersyarat)
Bai’ al inah (pembelian kembali)
Talaqqi al-Rukban (mencegat penjual)
19. Karakteristik Transaksi Syariah
hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridha;
prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya
halal dan baik (thayyib);
uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan
pengukur nilai, bukan sebagai komoditas;
tidak mengandung unsur riba; kezhaliman; m aysir; g harar
tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (tim e value o f
m o ne y);
dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan
(najasy), m aupun m e lalui re kayasa pe nawaran (ihtikar);dan
tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap
(risywah).
20. Tujuan Laporan Keuangan
Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip
syariah dan menyediakan informasi terkait
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi pengguna
laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomis.
21. Pengguna Laporan Keuangan
Syariah
Investor
Pemberi dana Qardh
Pemilik dana syirkah temporer
Pemilik dana titipan
Pembayar dan penerima ZIS
Pengawas syariah
Karyawan
Mitra usaha
Pelanggan
Pemerintah
Masyarakat
22. Asumsi Dasar
KelangsunganUsaha(GoingConcern)
Dasar yang berbeda dapat digunakan jika:
▫Ada pembatasan kelangsungan usaha
▫Ingin melikuidasi perusahaan; atau
▫Mengurangi secara material skala usahanya
DasarAkrual (Accrual Basis)
▫Pengaruh transaksi diakui pada saat
kejadian
▫Penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha menggunakan dasar
kas
23. Karakteristik Kualitatif LKS
Dapat dipahami
Relevan
Materialitas
Keandalan
Penyajian jujur
Substansi mengungguli bentuk
Netral
Pertimbangan sehat
Kelengkapan
Dapat diperbandingkan
24. Dapat dipahami
LK diharapkan memberikan kemudahan untuk
dapat segera dipahami oleh pemakai.
Dalam hal ini pemakai diasumsikan:
1. Memiliki pengetahuan yang memadai terkait
aktivitas ekonomi, bisnis dan akuntansi
2. Memiliki kemauan kuat untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar
25. Relevan
Informasi dikatakan berkualitas relevan apabila
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
ekonomi dengan membantu dalam:
1. Mengevaluasi peristiwa masa lalu, kini atau
masa depan
2. Menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi
masa lalu Informasi peramalan juga memiliki
peranan.
27. Keandalan
Informasi dikatakan andal apabila terbebas dari:
1. pengertian menyesatkan (bias)
2. Kesalahan material
Serta dapat diandalkan karena penyajian jujur.
28. Penyajian Jujur
Menggambarkan dengan jujur
transaksi ataupun peristiwa lain
sebagaimana seharusnya disajikan
atau secara wajar dapat disajikan.
Resiko penyajian tidak jujur akan sulit
dihindari, namun hakekatnya bukan
kesengajaan. Ex: Goodwill
29. Substansi Mengungguli Bentuk
Substansi dan realitas ekonomi tidak selalu
konsisten terhadap penampakan bentuk
hukum.
Informasi disajikan dengan mengedepankan
substansi dan realitas ekonomi, bukanhanya
bentukhukumnya.
31. Pertimbangan Sehat
Penyusun adakalanya berhadapan
pada situasi tidak pasti, ex:
ketertagihan piutang.
Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat
memperkirakan kondisi tidak
pasti.
32. Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Upaya
secara sengaja menyembunyikan
dapat menyebabkan informasi
menyesatkan, tidak andal dan
tidak relevan
33. Dapat diperbandingkan
Harus dapat digunakan untuk
diperbandingkan antar periode untuk
mengindentifikasi kecenderungan trend posisi
dan kinerja keuangan.
Implikasi lain adalah mendapatkan informasi
tentang kebijakan akuntansi
34. Kendala Informasi Relevan &
Andal
Tepat waktu
Keseimbangan biaya dan manfaat
Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif
Penyajian wajar
36. Ruang Lingkup
Diterapkan dalam penyajian LK entitas syariah.
Entitas syariah adalah entitas yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasar prinsip
syariah yang dituangkan dalam anggaran
dasarnya.
PSAK ini bukan pengaturan penyajian LK sesuai
permintaan khusus, ex: pemerintah, bank sentral
▫ PSAK ini paling cocok untuk entitas berorientasi
profit.
▫ Entitas nirlaba, sektor publik, koperasi dan
reksadana membutuhkan penyesuaian.
37. Kebijakan Akuntansi
Jika PSAK belum mengatur, maka manajemen
harus menetapkan suatu kebijakan untuk
memastikan bahwa LKS menyajikan
informasi:
▫Relevan
▫Dapat diandalkan, dengan pengertian:
Mencerminkan kejujuran penyajian
Menggambarkan substansi ekonomi, bukan bentuk
hukum
Netral
Mencerminkan kehati-hatian
Mencakup semua yang material
38. Periode Pelaporan
Disajikan secara tahunan, bila tidak demikian
maka entitas wajib mengungkapkan:
1. Alasan penggunaan periode tersebut
2. Fakta jumlah komparatif yang tidak dapat
diperbandingkan
39. Komponen Lengkap Laporan
Keuangan
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
40. Komponen Laporan Keuangan
Jikaentitas adalahLembagaKeuangan..?
Harus menyajikan komponen laporan keuangan
tambahan yang menjelaskan karakteristik
utama entitas tersebut.
Jikaentitas belummelaksanakanfungsi sosial
secarapenuh..?
Tetap harus menyajikan komponen laporan
keuangan poin 5 dan 6
41. Unsur Laporan Keuangan
Syariah
Komponen Kegiatan Komersial
Laporan posisi keuangan (A= K+ DST+ E)
Laporan Laba/Rugi
Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas
• Komponen Kegiatan Sosial
Lap. Sumber dan Penggunaan Dana ZIS
Lap. Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Catatan atas Laporan Keuangan
Komponen Laporan Keuangan Lainya
Laporan lain terkait tanggung jawab khusus entitas
syariah
47. Catatan Atas Laporan
Keuangan
a) Informasi dasar
• Penyusunan laporan keuangan
• Kebijakan akuntansi yang dipilih
• Transaksi penting
b) Informasi yang diwajibkan PSAK naun tidak
disajikan dalam LK
c) Informasi tambahan yang diperlukan dalam
rangka penyajian wajar