Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perubahan kurikulum 2013 dan implikasinya terhadap pendidikan, khususnya pada pembentukan kompetensi lulusan program studi Pendidikan Bahasa Arab.
2. Dokumen tersebut menganalisis kesiapan program studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Surakarta menyongsong kurikulum 2013, terutama melalui mata kuliah keguruan.
3. Dokumen tersebut
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Pengembangan model pembelajaran tematik integratif
1. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
INTEGRATIF DALAM PEMBENTUKAN KOMPETENSI
LULUSAN PROGRAM STUDI PBA
(Analisis Kesiapan Prodi PBA Menyambut Implementasi Kurikulum 2013)
Oleh: Imam Makruf, S.Ag. M.Pd.
(Dosen FITK IAIN Surakarta)
A. Latar Belakang
Kurikulum tahun 2013 sudah disahkan oleh pemerintah melalui Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Rumusan kurikulum tahun 2013 ini memiliki
beberapa perbedaan dengan kurikulum tahun 2006 yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di antara fokus pengembangan
kurikulum 2013 adalah; (1) pengurangan mata pelajaran (Standar Isi), (2)
pengurangan materi pelajaran (Standar Isi), (3) penambahan jam pelajaran
(Standar Isi), (4) tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, dan internasional, (5) penguatan pelaksanaan KBK dalam
pembelajaran, (6) penguatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara
holistik, (7) penguatan pembelajaran aktif dari siswa diberi tahu menjadi siswa
mencari tahu dari berbagai sumber belajar (Standar Proses), (8) penguatan
penilaian proses dan hasil (Standar Penilaian).
Perubahan fokus kurikulum tersebut tentu berkonsekuensi logis terhadap
tuntutan untuk menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi memadai dan sesuai
arah kurikulum tersebut. Permendiknas No 22-24 tahun 2006 yang selama ini
menjadi dasar kurikulum KTSP telah direvisi dengan dikeluarkannya
Permendikbud nomor 67 sampai dengan 70 tahun 2013 yang berisi standar isi
mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan SMA dan SMK. Begitu juga PP. No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah direvisi dengan PP. No.
32 Tahun 2013 untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kurikulum 2013.
Di antara aspek yang sangat mendasar dalam perubahan kurikulum
tersebut adalah standar isi dan standar proses, di mana sekarang tidak lagi
menggunakan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), melainkan
2. menggunakan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). KI yang
ditetapkan terdiri atas KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3
(pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan). Kemudian dalam rumusan silabus dan
RPP mengalami banyak perubahan, terutama untuk proses pembelajaran.
Tuntutan kurikulum 2013 tidak lagi hanya berfokus pada kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup yang memuat EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi),
tetapi meliputi 5 (lima) tahapan, yaitu mengamati, menanya, mengeskperimen/
mengekskplor, mengasosiasi, dan mengkomunikasi dengan model pembelajaran
tematik integratif dan pendekatan scientific.
Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyiapkan para calon guru perlu
mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi perubahan kurikulum di sekolah.
Dengan demikian lulusan yang dihasilkan akan langsung dapat beradaptasi dan
memiliki kompetensi keguruan yang memadai sehingga sesuai dengan
kebutuhan. Untuk itulah kurikulum di PT dan proses pembelajaran yang
dilaksanakan perlu mengarah pada pembentukan kompetensi calon guru yang
diharapkan.
Pada saat ini, kurikulum di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
menggunakan pendekatan KBK yang dirumuskan terakhir pada workshop
kurikulum tahun 2012. Dalam kurikulum tersebut pada program studi PBA
setidaknya terdapat 7 (tujuh) mata kuliah keguruan yang harus dikuasai oleh
mahasiswa untuk membentuk kompetensi mereka khususnya pada kompetensi
paedagogik. Mata kuliah tersebut adalah: (1) Metodologi pembelajaran PBA, (2)
perencanaan system pembelajaran PBA, (3) Pengembangan system evaluasi BA,
(4) Media pembelajaran Bahasa Arab, (5) Pengembangan kurikulum BA, (6)
Micro teaching, dan (7) PPL.
Ke tujuh mata kuliah tersebut secara khusus berkaitan langsung dengan
pembentukan kompetensi lulusan terutama kompetensi paedagogik. Hal ini
cukup urgen dikaji karena tuntutan kurikulum 2013 ini lebih pada keterampilan
proses dibandingkan dengan hasil. Hal ini ditandai dengan adanya penambahan
jam belajar sementara jumlah mata pelajaranannya dikurangi, sehingga
berkonsekuensi pada proses pembelajaran yang lebih lama dan memungkinkan
menggunakan berbagai macam aktivitas dalam belajar. Dengan demikian
3. kemampuan seorang guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif
akan sangat dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana scope dan sequences silabus mata kuliah keguruan pada program
studi PBA FITK IAIN Surakarta?
2. Bagaimana proses pembelajaran mata kuliah keguruan pada program studi
PBA FITK IAIN Surakarta?
3. Bagaimana pola keterkaitan antar mata kuliah keguruan yang dapat
membentuk kompetensi lulusan sesuai tuntutan kurikulum 2013?
4. Bagaimana model pembelajaran tematik integratif yang mungkin
dikembangkan untuk mengajarkan mata kuliah keguruan di program studi
PBA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peta scope dan sequences materi berbagai Mata Kuliah
keguruan pada program studi PBA FITK IAIN Surakarta.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran mata kuliah keguruan yang sudah
diterapkan pada program studi PBA FITK IAIN Surakarta.
3. Untuk merumuskan pola keterkaitan antar mata kuliah keguruan yang secara
terintegratif mampu membentuk kompetensi calon guru PBA sesuai tuntutan
kurikulum 2013.
4. Untuk merumuskan model pembelajaran tematik integratif yang mungkin
dikembangkan dalam pembelajaran mata kuliah keguruan di program studi
PBA.
D. Kajian Teori
Keterpaduan dalam pengembangan kurikulum penting dilakukan. Salah
satu tujuan utama dari pengembangan kurikulum terpadu adalah untuk
mengintegrasikan sekumpulan kurikulum dan beberapa bagian pembelajaran
yang saling terkait (Frazee, Bruce M. dan Rudnitski, Rose A, 1995: 133). Fokus
4. dari integrasi kurikulum adalah mengaitkan antara berbagai disiplin pada semua
level, ide, skill, dan attitude atau keyakinan yang membuat peserta didik lebih
mudah dalam belajar (Frazee, Bruce M. dan Rudnitski, Rose A, 1995: 135).
Pembelajaran tematik adalah, merupakan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mendasarkan pada tema-tema tertentu. Pemilihan tema dalam
pembelajaran didasarkan pada berbagai Kompetensi Dasar (KD) yang dijabarkan
dari Kompetensi Inti (KI). Dalam konteks pembelajaran tematik integratif,
pemilihan tema didasarkan pada upaya untuk merajut berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar berbagai konsep dasar secara parsial.
Pembelajaran integratif (terpadu) menurut Cohen dan Manion (1992) dan
Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi yang dapat dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum),
hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning).
Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata
pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh
dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu
kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan
sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk
pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak
pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center
core / center of interest).
Konsep pembelajaran terpadu ini secara lengkap dan rinci dikemukakan
oleh Robin Fogarty (1991), yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu.
Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah: (1) the fragmented
model, (2) the connected model, (3) the nested model, (4) the sequenced model,
(5) the shared model, (6) the webbed model, (7) the threaded model, (8) the
integrated model, (9) the immersed model, dan (10) the networked model.
Dalam konteks kurikulum 2013, untuk pembelajaran tematik integratif
dapat menggunakan model terhubung (connected), model jaring laba-laba
(webbed), model keterpaduan (integrated). Penggunaan beberapa model tersebut
terkait dengan jenjang pendidikan dan jenis mata pelajarannya. Dalam
5. pengertian yang lebih lengkap, pembelajaran tematik integratif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Proses pengintegrasiannya
dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama mengintegrasikan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Kedua
mengintegrasikan berbagai konsep yang berkaitan.
Pembelajaran tematik terpadu ini pertama kali dikembangkan pada tahun
70-an dan diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly
effective teaching model). Pembelajaran ini pada awalnya dikembangkan untuk
anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), cerdas, pada program
perluasan belajar, dan yang belajar cepat.
Model webbed ini memiliki beberapa kelebihan dilihat dari berbagai
aspeknya, diantaranya adalah:
a. Peyeleksian tema sesuai dengan minat maka akan memotivasi siswa untuk
belajar. Proses pemilihan tema mesti memperhatikan kebutuhan siswa
sesuai dengan karakteristik dan usia siswa. Tema harus benar-benar disusun
secara tepat dari kelas 1 sampai kelas 6 secara baik. Dengan demikian
mereka akan merasa lebih termotivasi untuk mempelajari tema tersebut.
b. Lebih mudah dilakukan oleh yang kurang atau belum berpengalaman.
Model tematik integratif ini memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu
rumit, sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan secara mudah. Artinya,
bagi para guru yang belum berpengalamanpun memungkinkan untuk secara
cepat beradaptasi dan menerapkan model pembelajaran ini.
c. Dapat memotivasi siswa, membantu siswa untuk melihat keterhubungan
antar gagasan. Dengan model tematik, memungkinkan siswa untuk
memahami secara komprehensif sebuah gagasan dari berbagai tinjauan atau
bidang studi. Model ini akan secara jelas menggambarkan keterhubungan
antar gagasan dari beberapa materi atau mata pelajaran.
d. Pendekatan tematik atau model webbed menyediakan satu payung yang
dapat dilihat dan memotivasi siswa. Payung dalam pendekatan tematik
adalah tema yang dirumuskan berdasarkan titik temu antara satu materi
dengan materi lainnya. Dengan demikian dalam proses pembelajarannya
6. akan cukup bervariasi karena tidak hanya fokus pada satu mata pelajaran
saja. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan beragam dalam mata
pelajaran, akan sama-sama mendapatkan kesempatan untuk memahami
materi dari fokus masing-masing.
e. Memberikan kemudahan bagi siswa untuk melihat bagaimana perbedaan
aktifitas dan ide-ide berbeda tersebut dihubungkan.Pembelajaran dengan
model tematik ini secara praktis memberikan contoh bagaimana cara
mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, antara satu aktifitas dengan
aktifitas lainnya, dan seterusnya. Dengan demikian siswa akan secara
langsung memiliki pengalaman untuk berfikir secara komprehensif.
Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, juga terdapat beberapa
kekurangan dari model webbed ini yang di antaranya adalah:
a. Kesulitan yang paling serius dengan model webbed terletak pada pemilihan
satu tema. Penentuan tema ini membutuhkan proses yang panjang dan
cermat karena masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristik dan
kompetensi yang berbeda. Untuk menemukan tema yang tepat harus
diidentifikasi semua kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran
dan ditarik benang merahnya untuk ditetapkan tema-tema yang sama. Hal
ini sering menjadikan guru kesulitan dalam menyusun tema-tema pelajaran.
b. Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi
berarti, juga relevan dengan kontent. Pemilihan tema ini harus
memperhatikan fokus-fokus yang lebih universal yang menjadi inti dari
beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Dengan demikian proses
pemilihan tema ini akan membutuhkan waktu yang lama dan disertai
analisis yang cukup.
c. Cenderung merumuskan tema yang dangkal. Kecenderungan ini bisa
disebabkan karena kesulitan dalam menentukan tema yang benar-benar
merupakan hal yang esensial dan bermakna.
d. Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari
pada pengembangan konsep. Keterampilan proses memang memiliki
urgensi untuk dikembangkan, namun demikian pemahaman dan
7. pengembangan konsep juga penting dipahami siswa. Tanpa pemahaman
terhadap konsep yang baik, proses yang dilakukan dapat kurang bermakna.
Dalam konteks pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah (seperti SD Islam,
SMP Islam, atau SMA Islam), kurikulum 2013 ini masih menempatkan mata
pelajaran Bahasa Arab secara terpisah, dan masuk pada muatan lokal. Artinya
tidak masuk dalam desain tematik integratif yang menyatu dengan mata pelajaran
lainnya yang sudah didesain secara lengkap dari Kemendikbud. Begitu pula pada
pembelajaran Bahasa Arab di madrasah, saat ini memang belum ada rumusan
perubahan kurikulum yang dilakukan. Meskipun demikian, substansi materi dari
bahasa Arab tersebut sebenarnya juga memiliki setidaknya 4 (empat) aspek yang
secara spesifik memiliki materi yang berbeda. Dengan demikian pembelajaran
bahasa Arab masih mungkin dikembangkan dengan pendekatan tematik
integratif. Misalnya dilakukan dengan mengintegrasikan antar maharah/skill
dalam bahasa Arab yaitu istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah dengan cara
mengaitkan (connected model) antar pokok bahasan yang ada pada masing-
masing aspek tersebut meskipun tidak disampaikan dalam waktu yang
bersamaan, atau dengan mengajarkan keempat maharah tersebut secara terpadu
menggunakan pendekatan tematik integratif.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif
analitik. Meskipun metode penelitian yang digunakan kualitatif, bukan berarti
mengabaikan data-data yang bersifat angka, namun demikian proses analisis
yang utama digunakan adalah dengan kualitatif dengan mengeksplorasi berbagai
sumber yang ada kemudian dianalisis secara deskriptif analitik. Hal itu berarti
data yang dikumpulkan tidak hanya dideskripsikan begitu saja, tetapi melalui
proses analisis dan diskusi yang mendalam untuk sampai pada penyimpulan.
Penelitian ini bertempat pada jurusan/program studi Pendidikan Bahasa
Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta. Penelitian ini
penting dilakukan di jurusan PBA karena karakteristik dari materi bahasa Arab
yang memungkinkan untuk implementasi kurikulum 2013 yang berorientasi
tematik integratif. Hal ini dikarenakan struktur kurikulum di jurusan PBA sangat
8. memungkinkan untuk penerapan model tersebut. Di samping itu, untuk
pembelajaran di sekolah/madrasah sudah harus mulai menerapkan kurikulum
2013. Dengan demikian LPTK harus segera mengantisipasi dengan menyiapkan
proses pembelajaran yang memungkinkan para lulusannya memiliki kompetensi
yang memadai sesuai tuntutan kurikulum 2013. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Juni-Agustus 2013.
Subjek dalam penelitian ini adalah para dosen pengampu mata kuliah
keguruan (tujuh mata kuliah) khususnya pada program studi PBA. Ketujuh mata
kuliah tersebut adalah; (1) Metodologi pembelajaran PBA, (2) perencanaan
system pembelajaran PBA, (3) Pengembangan system evaluasi BA, (4) Media
pembelajaran Bahasa Arab, (5) Pengembangan kurikulum BA, (6) Micro
teaching, dan (7) PPL. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah para
mahasiswa program studi PBA, ketua Jurusan, dan pimpinan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah; observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Untuk validasi data digunakan teknik kecukupan
referensial dan teknik trianggulasi. Dalam uji validitas data dengan kecukupan
referensial dibutuhkan bahan-bahan referensi yang memadai. Setelah data
terkumpul, kemudian data tersebut dikaji secara lebih mendalam menggunakan
interaktif model. Teknik analisis data menggunakan model interaktif dari Miles
and Huberman (1992), terdiri atas pengumpulan data mentah, display data,
reduksi data dan verifikasi/kesimpulan.
F. Hasil Penelitian
1. Pengembangan Model Silabus dan SAP Tematik Integratif
Pengembangan model pembelajaran tematik integratif berkonsekuensi
terhadap pengembangan kurikulum tematik dan integratif juga. Hal ini
dikarenakan untuk melaksanakan sebuah pembelajaran yang tematik tidak
dapat hanya mengambil dari beberapa mata kuliah yang terpisah kemudian
digabungkan menjadi satu. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan
pembelajaran tematik harus didahului dengan upaya untuk memetakan
berbagai kemungkinan pengembangan silabus dan SAP tematik.
9. Karakteristik dari tematik integratif yang memadukan berbagai materi
dan mata kuliah menjadi satu kesatuan yang dirangkai dengan tema-tema,
membutuhkan kecermatan dalam menentukan titik kesamaan antar materi
tersebut. Kesamaan tersebut tidak hanya pada materinya, tetapi juga pada
scope dan sequencenya. Dengan demikian tematik akan mampu
menjembatani antara satu materi dengan materi lainnya dan semua materi
tersebut disajikan secara bersama-sama sebagai satu kesatuan.
Tuntutan model kurikulum tematik tersebut nampaknya masih
menjadi kendala yang tidak mudah dipecahkan. Hal ini didasarkan pada
beberapa alasan dan fakta berikut:
a. Penyebaran mata kuliah keguruan yang ada tidak memungkinkan
seluruhnya disampaikan pada semester yang sama.
b. Beberapa mata kuliah merupakan kelanjutan dari mata kuliah yang lain,
sehingga ada yang menjadi prasyarat dan ko-syarat.
c. Pengampu mata kuliah keguruan tidak hanya satu orang dosen, tetapi
beberapa dosen yang selama ini belum menjadi team teaching.
Meskipun terdapat beberapa kendala, sebenarnya bukan tidak
mungkin proses pengembangan kurikulum tematik integratif tersebut
dilakukan. Hal ini dapat diupayakan dengan beberapa alternatif berikut:
a. Memilih beberapa mata kuliah saja yang berada dalam satu semester yang
sama untuk dikemas secara tematik integratif.
b. Melakukan restrukturisasi kurikulum khususnya pada mata kuliah
keguruan yang memungkinkan diselenggarakan dalam bentuk tematik.
c. Mengembangkan model kurikulum connected, yang tidak
menggabungkan beberapa mata kuliah menjadi satu, tetapi cukup dengan
merumuskan keterkaitan antara satu mata kuliah dengan mata kuliah
lainnya.
Proses connected ini dapat dikembangkan tidak hanya dalam dua mata
kuliah yang berdekatan, tetapi dalam beberapa mata kuliah sekaligus yang
memungkinkan memiliki kesamaan-kesamaan. Dengan demikian desain
dari model connected ini digambarkan sebagai berikut:
10. Atau yang lebih dari dua mata kuliah sebagai berikut:
Dari gambar tersebut, maka yang mungkin dilakukan model connected
dalam pengembangan kurikulumnya adalah:
MK 1 : Metodologi PBA
MK 2 : Media Pembelajaran PBA
MK 3 : Pengembangan evaluasi PBA
MK 4 : Pengembangan kurikulum PBA
Dari keempat mata kuliah tersebut terdapat beberapa kesamaan yang
mungkin dijadikan rujukan bersama-sama dalam mengembangkan silabus
dan tahapan-tahapan atau sequenced materi yang diberikan.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif
Model pembelajaran tematik integratif memiliki karakteristik yang
memungkinkan dikembangkan pada program studi PBA. Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran tematik integratif, materi pembelajaran didesain dengan
menggabungkan berbagai muatan kurikulum mata kuliah menjadi tema-tema
MK 1 MK 2
Aspek
yang
berkaitan
MK 4
MK 2
MK 1 MK 3
Aspek
yang
berkaitan
11. tertentu. Dalam kenyataannya, mata kuliah keguruan di program studi PBA
memiliki kesamaan antara satu dengan lainnya. Sehingga memungkinkan
didesain menggunakan tematik integratif.
Meskipun demikian, dalam praktiknya, proses penggabungan menjadi
tematik integratif ini mengalami beberapa kesulitan atau kendala. Di
antaranya adalah:
a. Penawaran mata kuliah tersebut tidak seluruhnya bersamaan dalam satu
semester. Misalnya untuk mata kuliah metodologi pembelajaran Bahasa
Arab ditawarkan pada semester 3 dan 4, tetapi untuk mata kuliah
pengembangan evaluasi ditawarkan pada semester 4 dan 5. Begitu pula
beberapa mata kuliah lainnya. Bahkan ada mata kuliah yang ditempatkan
sebagai mata kuliah pra-syarat dari mata kuliah lainnya. Dengan
demikian jika ingin diterapkan tematik integratif hanya dapat dilakukan
pada beberapa mata kuliah yang ditawarkan bersamaan saja dalam satu
semester.
b. Dosen pengampu mata kuliah tersebut berbeda-beda berdasarkan disiplin
keilmuan atau disesuaikan dengan SK fungsional dosen tersebut. Dengan
demikian seringkali seorang dosen pengampu satu mata kuliah tidak
terbiasa mengampu mata kuliah lainnya meskipun mata kuliah tersebut
serumpun. Misalnya, dosen pengampu media pembelajaran memiliki
keterampilan khusus yang tidak mesti dimiliki oleh dosen pengampu
lainnya, begitu pula strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Dengan demikian jika dilakukan pembelajaran dengan tematik integratif
secara penuh, maka pembelajaran harus dilakukan dengan bentuk team
teaching. Hal ini tentunya harus dipayungi dengan kebijakan di tingkat
institute untuk penyelenggaraan pembelajaran team teaching, termasuk
sampai dengan penghargaan beban mengajar meraka yang diakui dalam
pengisian BKD (Beban Kerja Dosen).
c. Proses pembelajaran di kampus masih mengalami kendala jika
dilaksanakan dengan cara terpadu, terutama dari aspek ketersediaan
ruangan dan alokasi waktu. Hal ini dikarenakan dalam satu semester
tidak mungkin hanya mengajarkan materi-materi atau mata kuliah yang
12. telah didesain tematik integratif saja, karena beban studi mahasiswa yang
berbeda akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya IP yang didapatkan
mahasiswa tersebut. Akibatnya, jika ada mahasiswa tidak dapat
mengambil seluruh mata kuliah yang telah ditematikkan, akan menjadi
masalah tersendiri.
Dari beberapa kesulitan dan kendala tersebut, maka sebagai alternatif
solusi yang mungkin dilakukan dengan tetap berusaha untuk mendekatkan
proses pembelajaran ke arah tematik integratif adalah dengan model
connected, yaitu suatu model pengemasan kurikulum yang setingkat di
bawah webbed atau tematik. Dalam model ini, proses integrasi dan tematik
masih mungkin dikembangkan, meskipun dengan hanya memberikan saling
keterkaitan antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya, dan proses
pembelajarannya masih terpisah-pisah antar mata kuliah. Dengan demikian
dosen pengampu tidak harus menjadi team teaching melainkan menjadi mitra
yang saling melengkapi dan berkomunikasi secara intensif satu dengan
lainnya.
Dari pembahasan tersebut, maka model pembelajaran yang mungkin
dikembangkan pada saat ini adalah dengan membentuk team pengampu
rumpun mata kuliah keguruan (bukan team teaching yang masuk dalam kelas
yang sama) untuk menyamakan desain pembelajaran masing-masing dengan
orientasi produk yang mengarah pada kompetensi yang saling melengkapi.
G. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Scope dan sequence mata kuliah keguruan yang sudah ada pada saat ini
secara umum sebenarnya telah mengarah pada satu kompetensi guru yang
utuh. Materi telah dimasukkan dalam kurikulum secara lengkap dan urutan
materi juga telah dirumuskan secara baik, tetapi masih dalam masing-masing
mata kuliah.
2. Proses pembelajaran mata kuliah keguruan pada program studi PBA saat ini
pada umumnya menggunakan model pembelajaran klasikal dengan
13. cooperative learning. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai strategi
seperti ceramah, tanya jawab, brainstorming, diskusi, praktik, dan workshop.
Sedangkan media pembelajaran yang digunakan diantaranya papan tulis,
LCD, lab. komputer dan multimedia, serta berbagai sumber belajar berbentuk
teks atau dokumen.
3. Pola keterkaitan antar mata kuliah yang dapat dikembangkan dalam desain
kurikulum dan silabus khususnya pada mata kuliah keguruan adalah dengan
model connected. Yaitu dengan cara merumuskan keterkaitan antar mata
kuliah dan menyusun sequence mata kuliah tersebut secara bersama-sama.
Dengan demikian keterkaitan antara satu mata kuliah dengan lainnya tersebut
diiringi dengan upaya untuk menghasilkan output yang saling melengkapi dan
membentuk kompetensi guru yang utuh. Connected ini khususnya dilakukan
pada mata kuliah yang diajarkan pada semester yang sama.
4. Model pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan model connected
adalah dengan pembelajaran cooperative learning yang mengedepankan aspek
praktik dan workshop pada masing-masing mata kuliah. Proses ini didukung
dengan pengembangan team dosen rumpun mata kuliah keguruan yang secara
bersama-sama merumuskan desain pembelajaran yang akan dilaksanakan
termasuk output atau produk yang akan dihasilkan oleh masing-masing mata
kuliah tersebut.
H. Rekomendasi
1. Perlu dilakukan review dan pengembangan kurikulum secara khusus untuk
rumpun mata kuliah keguruan dengan berorientasi pada model
pengembangan kurikulum connected.
2. Perlu dibentuk team-team dosen pengampu rumpun keahlian tertentu untuk
memudahkan dalam proses penyusunan silabus mata kuliah serumpun dengan
model connected. Team tersebut sekaligus sebagai pengampu mata kuliahnya
sehingga benar-benar memahami apa yang menjadi target dari masing-
masing mata kuliah tersebut.
3. Perlu dirumuskan kebijakan yang tegas terkait dengan pengakuan beban kerja
dosen (BKD) terkait dengan pelaksanaan team teaching, sehingga ke depan
14. akan dapat dikembangkan proses pembelajaran dengan team teaching secara
lebih efektif. Hal ini dirasa sangat urgen terutama untuk mata kuliah khusus
yang saling berkaitan.
Daftar Pustaka
Bogdan, Robert, C. and Biklen, Knoop, Sari, Qualitative Research for Education, an
Introduction to Theory and Methode, Boston: Allyn and Bacon, 1993: 2
Dedi Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Mitra
Gama Widya.
Dick, Walter, & Lou Carey. t.t. The Systematic Design of Instruction. third edition.
t.k: Harper Collins Publishers.
Frazee, Bruce M, dan Rudnitski, Rose A., 1995. Integrated Teaching Metods:
Theory, Classroom Applications, and Field-Based Connections, Albany
New York: Delmar Publshers an International Thomson Publishing
Company.
Lang, Hellmut R. and David N. Evans, 2006. Models, Strategies, and Methods for
Effective Teaching. Boston: Pearson Education, Inc.
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Morrison, Gary R, Steven M. Ross, dan Jerrold E. Kemp. 2001. Designing Effective
Instruction. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Mudhoffir. 1990. Teknologi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Robin Fogarty, 1991. The Mindful Schoo: How to Inegrate The Curricula, United
States of America: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS). Jogjakarta: Media Wacana Press.