Materi ini merupakan materi pengantar untuk mata kuliah Pengawasan Mutu Makanan. Mata kuliah ini merupakan gabungan dari mata kuliah Mikrobiologi Pangan dan Pengawasan Mutu Makanan.
MacronutrientChapter 1. KARBOHIDRAToleh: Asyifa R.A.
Karbohidrat
KLASIFIKASI KARBOHIDRAT
Monosakarida (I)
Monosakarida (II)
Disakarida
Polisakarida I
Polisakarida II
Polisakarida III
FUNGSI KARBOHIDRAT (I)
FUNGSI KARBOHIDRAT (II)
Pencernaan, Penyerapan, Ekskresi, dan Metabolisme Karbohidrat (I)
Pencernaan, Penyerapan, Ekskresi, dan Metabolisme Karbohidrat (II)
KEBUTUHAN KARBOHIDRAT (I)
KEBUTUHAN KARBOHIDRAT (II)
MacronutrientChapter 1. KARBOHIDRAToleh: Asyifa R.A.
Karbohidrat
KLASIFIKASI KARBOHIDRAT
Monosakarida (I)
Monosakarida (II)
Disakarida
Polisakarida I
Polisakarida II
Polisakarida III
FUNGSI KARBOHIDRAT (I)
FUNGSI KARBOHIDRAT (II)
Pencernaan, Penyerapan, Ekskresi, dan Metabolisme Karbohidrat (I)
Pencernaan, Penyerapan, Ekskresi, dan Metabolisme Karbohidrat (II)
KEBUTUHAN KARBOHIDRAT (I)
KEBUTUHAN KARBOHIDRAT (II)
Slide tentang Virus, Mata kuliah Mikrobiologi PertanianMidaalmakwa
LAPORAN MIKROBIOLOGI PERTANIAN
MIKROORGANISME VIRUS
Nama : Midayanti Nurkhasanah
NIM : 2011311041
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2015
Virus
1. Sejarah Virus
Virus pertama kali ditemukan oleh Aldof Mayer, seorang ilmuan dari Jerman, pada tahun 1883. Virus dikenal sebagai metaorganisme yang berarti bentuk peralihan antara makhluk hidup dan tak hidup. Virus disebut metaorganisme karena dapat dikristalkan seperti makhluk tak hidup dan tidak memiliki sel, tetapi mengandung DNA atau RNA dan dapat berkembangbiak seperti makhluk hidup.
Berdasarkan inang yang didiami maka virus digolongkan sebagai virus tanaman, virus hewan, dan virus bakteri. Virus tanaman lebih dahulu ditemukan daripada virus-virus yang lain. Pada tahun 1885 Adolf Mayer di Nederland mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai penyakit bercak-bercak kuning (mosaik) pada daun tembakau. Dari penelitiannya dapat kita simpulkan sebagai berikut
1. Daun tembakau yang berbelang-belang kuning mengandung zat yang jika disuntikkan kepada daun sehat akan menimbulkan gejala-gejala penyakit mosaik. Akan tetapi, jika zat tersebut hanya dioleskan, gejala-gejala mosaik tidak tampak.
2. Zat tersebut tidak dapat diinokulasikan dalam medium di cawan petri.
3. Zat tersebut menembus kertas saring sekalipun rangkap dua.
4. Zat tersebut tahan suhu 60º C, akan tetapi menjadi non aktif setelah dipanasi 80 º C selama 10 menit.
Iwanoski (1892) dan Beyerinck (1899) adalah sarjana yang hasil penelitiannya menguatkan hasil penelitian Adolf Mayer terhadap mosaik virus. Pada tahun 1897, Loffler dan Frosch menemukan virus hewan yang menyebabkan penyakit pada mulut dan kuku ternak. Reed (1900) menemukan virus yang menyebabkan demam kuning pada manusia. Virus ini menular dengan perantara nyamuk Aedes. Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh virus adalah poliomyelitis, influenza, campak, cacar, rabies, herpes, dan beberapa penyakit lainnya.
Twort (1916) dan d’Herelle (1917) menemukan virus bakteri yang menyebabkan lisis (penguraian). Virus yang menguasai bakteri disebut juga bakteriofage (pemakan bakteri), umumnya disingkat sebagai fage saja. Saat ini telah banyak yang mengenal atau memiliki pengetahuan terhadap fage yang menyerang Escherichia coli.
Stanley (1934) berhasil menghablurkan virus tembakau, dan sejak itu dimulai studi morfologi virus-virus yang lain lewat penghablurkan dan teknik-teknik baru. Saat ini telah diketahui lebih dari 100 jenis virus tanaman.
2. Morfologi dan Ciri-ciri Virus
Virus memiliki beberapa bentuk, yakni berbentuk bulat, batang atau jarum dan T. Ada yang menyerupai kotak berbidang banyak (polyhedron). Tubuh virus terdiri dari atas kulit yang berupa protein dan isi tubuh berupa DNA saja atau RNA saja.
Virus tanaman berisi RNA atau DNA, virus hewan dapat mengandung RNA atau DNA, sedangkan fage berisi DNA. Virus yang telah banyak diselidiki ialah fage yang hid
Salami adalah salah satu produk fermentasi daging dengan menggunakan bakteri asalm laktat yang telah diisolasikan satu minggu sebelum pembuatan daging fermentasi ini.
membahas tentang makhluk hidup dengan ekosistem, komponen ekoistem, interaksi antar komponen ekosistem dan kerusakan lingkungan dan bagaimana mengatasinya
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
4. Food
Microbiology
• Aktifitas mikroba
• pengaruh terhadap pangan
• fungsi pangan yang dibutuhkan
untuk aktifitas mikroba
Mempelajari kehidupan
mikroba dalam pangan
• Segar
• Awetan
• Olahan
Ruang
lingkup
Bahan Pangan
4
5. Aspek yang
ditimbulkan
• Aspek yang dikehendaki yang
menyangkut aktifitas mikroba yang
dapat meningkatkan ketahanan
pangan terhadap kerusakan
• Aspek yang menyangkut aktifitas
mikroba yang menurunkan
ketahanan dan merusak pangan
dan menyebabkan penyakit
5
6. Faktor
pertumbuhan
MO dalam
Bahan Pangan
• Sifat fisik
• Sifat kimia
• Struktur
Intrinsik
• Suhu
• Kelembaban
• Gas di udara
Ekstrinsik
• Sifat yang dimiliki mikroba
Implisit
Faktor pengolahan
6
8. Intrinsik :
Nutrisi
Air sangat penting karena 70-80% sel
mikroba adalah air.
Sumber energi: khemotrof (energi dari
bahan kimia); fototrof (energi dari sinar
matahari).
Sumber karbon: KH dan asam organik
Sumber Nitrogen : Bahan anorganik
(nitrat, amonium), bahan organik (asam
amino)
8
9. • Akseptor elektron : senyawa organik
atau anorganik
• Sumber mineral
• Makro : K, Mg, Ca, Na, Fe >> untuk
penyusun bahan sel
• Mikro : Zn, Cu, Mn >> Kofaktor enzim
• Growth factor : vitamin, purin,
pirimidin, asam amino sebagai koenzim
Intrinsik :
Nutrisi
9
10. Intrinsik :
pH
• Secara umum pH untuk
pertumbuhan :
– Bacteria 6.0–8.0,
– yeasts 4.5–6.0
– filamentous fungi 3.5–4.0.
• Pengecualian untuk jenis bakteri
– lactobacilli and acetic acid bacteria
pH optimum : 5.0 and 6.0
10
15. Intrinsik :
Aw
• merupakan parameter untuk
mengukur aktivitas mikroba pada
pangan.
• Kadar aw mempunyai nilai praktis
dalam memperkirakan populasi
mikroba yang berperan dalam
kerusakan pangan
• juga dipakai sebagai indikator
dalam pengawetan pangan.
• aw berkaitan dengan kelembaban
udara.
15
17. Instrinsik
• Potensial redoks: menunjukkan
kemampuan substrat untuk
oksidasi atau reduksi.
• Senyawa antimikroba alami,
seperti laktinin, laktoperoksidase,
lisosim, eugenol, dll.
• Struktur biologi pangan, misalnya
lapisan kulit pada telur,
kacang2an, kulit buah berperan
mencegah masuknya mikroba ke
dalam bahan pangan
17
18. Ekstrinsik :
Suhu
• merupakan faktor fisik penting.
• Biasanya mikroba patogen dan
perusak pangan adalah mikroba
mesofil
18
21. Ekstrinsik:
RH
• Kelembaban udara relatif:
berhubungan dg aw.
• Pangan dg aw rendah bila ditaruh
pada lingkungan dg kelembaban
tinggi akan mudah menyerap air
nilai aw meningkat mudah
dirusak oleh bakteri
21
22. Ekstrinsik :
Susunan Gas
• Susunan gas di udara – terutama
O2.
• Pada penyimpanan buah2an dgn
meningkatkan kadar CO2 dan
menurunkan kadar O2 respirasi
mikroba dan buah terhambat
buah jadi lebih awet tidak cepat
matang
22
24. Implisit
Sinergisme
dua atau lebih mikroba bekerja
sama dan saling membutuhkan
amilase kapang memecah
amilum menjadi glukosa yang
kemudian glukosa ini
dimanfaatkan kapang, jamur dan
bakteri untuk sumber energi
24
25. Implisit
Antagonisme
kematian atau hambatan pertumbuhan
mikroba yang disebabkan mikroba lain
yang mempengaruhi lingkungan
pertumbuhan mikroba pertama
pengasaman pangan oleh bakteri asam
laktat dapat menekan pertumbuhan
basil gram negatif;
perbedaan laju pertumbuhan mikroba
menyebabkan mikroba lain kehabisan
nutrisi penting dan menghambat
pertumbuhannya
25
26. Faktor
Pengolahan
• Mikroba spesifik yang terdapat
dalam pangan dapat dikurangi
jumlahnya dg berbagai cara
pengolahan atau pengawetan,
• mis.: suhu tinggi, suhu rendah,
bahan pengawet, dan radiasi.
26