Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Bentuklahan Fluvial
Semua bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliransungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan.
SistemFluvial
1.Erosi,Lepasnya material dasar dari tebing sungai
2.Transportasi, Terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa dalam larutan, melompat, menggelinding.
3.Deposisi,Akumulasi material hasil transportasi pada dasar sungai, dataran banjir atau pada tubuh air yang lain
Menurut Van Sleen et al, (1974) kondisi alam dari sedimen fluviatil tergantung pada:
Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran,gradien dan pasok muatan sedimen itu sendiri.
Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai,termasuk di dalamnya geologi,iklim,relief,tanah dan vegetasi penutup serta ukuran dan bentuk DAS.
Air,meliputi kecepatan,kuantitas dan arah aliran air serta variasinya dari waktu ke waktu
SEJARAH SUNGAI
Youth (sungai muda)terjal,gradient besar dan berarus cepat. Kegiatan erosi kebawah. Terdapat air terjun,penampang longitudinal tak teratur,longsoran banyak terjadi pada tebing-tebingnya.
Mature (sungai dewasa)penguran gradient,sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya angkut erosi berkurang. Tercapai kondisi keseimbangan penampang hanya cukup untuk membawa beban,terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi,terus memperlebar lembahnya,dan mengembangkan lantai datar.
Satuan Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial
1.Kipas aluvial (alluvial fan)merupakan kipas atau kerucut rendah dari akumulasi gravel dan pasir,terjadi pada mulut suatu jeram atau lembah pada suatu pegunungan yang berbatasan dengan dataran.
2.Crevasse-splays ketika terjadi banjir besar jumlah air dan sedimen yang melimpah kedaratan banjir sekitar sungai juga besar. Sebagian besar luapan terjadi pada bagian tanggul alam yang rendah (cekung). Crevasse-splay ini umumnya terjadi pada cekungan luar suatu sungai.
3.Tanggul alam merupakan akumulasi sedimen berupa tanggul memanjang dan membatasi alur sungai. Tanggul alam mempunyai struktur berlapis karena terbentuk oleh sesri endapan sedimen pada banjir meluap melampaui tanggul sungai. Akiatnya kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah pengendapan sedimen.
4.Point bar
merupakan kenampakan morfologik yang umum padda sungai yangsedang mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan
5.Dataran banjir
bentuk ini terutama tersusun dari timbunan material lepas yang terangkut sungai sekitarnya.
6.Cekungan fluvial
merupakan bagian terendah dari dataran banjir sungai
7. Teras aluvial
teras adalah bentuklahan yang dibatasi oleh dataran yang berlereng curam disuatu sisi dan lereng landai.
TERIMAKASIH..
.
Perangkap Reservoir - Jebakan Minyak - Oil TrapDella Azaria
Merupakan presentasi tentang perangkap reservoir. Di dalamnya terdapat perangkap hidrostatik yang terdiri dari perangkap struktur, perangkap stratigrafi, perangkap kombinasi, perangkap ketidakselarasan dan perangkap sekunder, lalu klasifikasi De Sitter, dan terakhir perangkap hidrodinamik.
Sumber: RR. Koesoemadinata
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Study of Tidal Characteristics in The South and North Coastal of Sumenep Rege...Luhur Moekti Prayogo
Sumenep is one of Madura's regencies, which has many islands with a wealth and diversity of natural resources, especially in its marine and coastal areas. With many islands owned, sea transportation in Sumenep is of great importance in the regency. One of the crucial aspects that must be considered related to this transportation is tidal information. This study aims to determine the tidal characteristics in the South and North Coast of Sumenep Regency using the Least Square method. The tide data used in February and September 2020 were obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) with an observation interval of one hour. This time was chosen because it represents monsoons' occurrence in Indonesia in the annual season, namely the dry and rainy seasons. The results of this study indicate that the southern coastal area (Giligenting District) has a mixed tidal type, tends to be semi-diurnal with Formzahl numbers of 0.86 and 1.29 (0.25 <F £ 1.5). In comparison, the North coast (Dasuk District) has a Diurnal tidal type with Formzahl numbers of 3.64 and 4.30 (F > 3.0). The different tides are due to the sampling's location representing different geographical conditions, namely open waters (North Coast) and closed waters (Pesisir Selatan). The elevation parameters obtained still need supporting data such as waves, currents, and bathymetry used by policymakers for safety in using sea transportation.
Bentuklahan Fluvial
Semua bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliransungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan.
SistemFluvial
1.Erosi,Lepasnya material dasar dari tebing sungai
2.Transportasi, Terangkutnya material hasil erosi, dengan cara terbawa dalam larutan, melompat, menggelinding.
3.Deposisi,Akumulasi material hasil transportasi pada dasar sungai, dataran banjir atau pada tubuh air yang lain
Menurut Van Sleen et al, (1974) kondisi alam dari sedimen fluviatil tergantung pada:
Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran,gradien dan pasok muatan sedimen itu sendiri.
Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai,termasuk di dalamnya geologi,iklim,relief,tanah dan vegetasi penutup serta ukuran dan bentuk DAS.
Air,meliputi kecepatan,kuantitas dan arah aliran air serta variasinya dari waktu ke waktu
SEJARAH SUNGAI
Youth (sungai muda)terjal,gradient besar dan berarus cepat. Kegiatan erosi kebawah. Terdapat air terjun,penampang longitudinal tak teratur,longsoran banyak terjadi pada tebing-tebingnya.
Mature (sungai dewasa)penguran gradient,sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya angkut erosi berkurang. Tercapai kondisi keseimbangan penampang hanya cukup untuk membawa beban,terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi,terus memperlebar lembahnya,dan mengembangkan lantai datar.
Satuan Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial
1.Kipas aluvial (alluvial fan)merupakan kipas atau kerucut rendah dari akumulasi gravel dan pasir,terjadi pada mulut suatu jeram atau lembah pada suatu pegunungan yang berbatasan dengan dataran.
2.Crevasse-splays ketika terjadi banjir besar jumlah air dan sedimen yang melimpah kedaratan banjir sekitar sungai juga besar. Sebagian besar luapan terjadi pada bagian tanggul alam yang rendah (cekung). Crevasse-splay ini umumnya terjadi pada cekungan luar suatu sungai.
3.Tanggul alam merupakan akumulasi sedimen berupa tanggul memanjang dan membatasi alur sungai. Tanggul alam mempunyai struktur berlapis karena terbentuk oleh sesri endapan sedimen pada banjir meluap melampaui tanggul sungai. Akiatnya kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah pengendapan sedimen.
4.Point bar
merupakan kenampakan morfologik yang umum padda sungai yangsedang mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan
5.Dataran banjir
bentuk ini terutama tersusun dari timbunan material lepas yang terangkut sungai sekitarnya.
6.Cekungan fluvial
merupakan bagian terendah dari dataran banjir sungai
7. Teras aluvial
teras adalah bentuklahan yang dibatasi oleh dataran yang berlereng curam disuatu sisi dan lereng landai.
TERIMAKASIH..
.
Perangkap Reservoir - Jebakan Minyak - Oil TrapDella Azaria
Merupakan presentasi tentang perangkap reservoir. Di dalamnya terdapat perangkap hidrostatik yang terdiri dari perangkap struktur, perangkap stratigrafi, perangkap kombinasi, perangkap ketidakselarasan dan perangkap sekunder, lalu klasifikasi De Sitter, dan terakhir perangkap hidrodinamik.
Sumber: RR. Koesoemadinata
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Study of Tidal Characteristics in The South and North Coastal of Sumenep Rege...Luhur Moekti Prayogo
Sumenep is one of Madura's regencies, which has many islands with a wealth and diversity of natural resources, especially in its marine and coastal areas. With many islands owned, sea transportation in Sumenep is of great importance in the regency. One of the crucial aspects that must be considered related to this transportation is tidal information. This study aims to determine the tidal characteristics in the South and North Coast of Sumenep Regency using the Least Square method. The tide data used in February and September 2020 were obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) with an observation interval of one hour. This time was chosen because it represents monsoons' occurrence in Indonesia in the annual season, namely the dry and rainy seasons. The results of this study indicate that the southern coastal area (Giligenting District) has a mixed tidal type, tends to be semi-diurnal with Formzahl numbers of 0.86 and 1.29 (0.25 <F £ 1.5). In comparison, the North coast (Dasuk District) has a Diurnal tidal type with Formzahl numbers of 3.64 and 4.30 (F > 3.0). The different tides are due to the sampling's location representing different geographical conditions, namely open waters (North Coast) and closed waters (Pesisir Selatan). The elevation parameters obtained still need supporting data such as waves, currents, and bathymetry used by policymakers for safety in using sea transportation.
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
Cilacap merupakan kabupaten yang mempunyai luas area mencapai 225.360,840 ha yang terletak pada wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten ini menghadap langsung dengan Samudera Indonesia disebelah selatannya. Karakteristik elevasi harmonik suatu wilayah perairan bermanfaat untuk mengetahui interaksi pembentuk pasang surut pada wilayah tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan lingkungan lebih lanjut serta bangunan pantai dan kegiatan lain di wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer berupa data elevasi pasang surut yang terekam setiap jam selama satu 31 hari pada bulan Januari 2019. Analisis harmonik menggunakan T-Tide untuk mengekstrak komponen-komponen pasang surut. Komponen pasut yang dominan diantaranya Q1, O1, NO1, K1, N2, M2. Perairan cilacap memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai indeks Formzahl sebesar 0.531856. Elevasi muka air laut di Perairan Cilacap MSL yang menunjukan nilai rata-rata muka air laut sebesar 3.46m, HAT 4.74m, MHWL 4.3m, MLWL 2.62m dan LAT 2.18m.
Comparison of Admiralty and Least Square Methods for Tidal Analysis in Mandan...Luhur Moekti Prayogo
The existence of hydro-oceanographic information such as tides plays an essential role in supporting coastal areas' transportation. This study aims to compare the tidal analysis results in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java using the Admiralty and Least Square methods. The data used in this study are tidal data for May and November 2020, which represent the dry and rainy seasons in Indonesia. Tide data are obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) at one-hour intervals. From this research, it can be concluded that the tidal types generated from the Admiralty and Least Square methods in Mandangin Island, East Java, are mixed types with semidiurnal tendencies. The use of the Admiralty and Least Square methods results in the difference in the harmonic components' amplitude values. The M2 and O1 components have an enormous difference in May 2020, with amplitude values of 0.0003 and 0.0002, and the difference in the amplitude values of the harmonic components also occurred in November 2020. The M2 component has the most significant difference compared to other components, namely 0.0011. The components O1, P1, and MS4 in the same month result in a relatively small difference in amplitude values with values of 0.0002, 0.0002, and 0.0001. For further tidal research, data corrections should be considered, a nodal correction to produce more accurate observational data. This correction can use the T_Tide program with constants obtained from the analysis process.
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application i...widodopranowo
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application in Indonesia.
Pernah disajikan pada Mata Kuliah Kapita Selekta, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Teknik Hidrografi pada Tahun 2004 oleh Widodo Pranowo.
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
Bangkalan Regency is one of Madura, East Java, where some of its areas are located in a coastal environment. The coastal environment can experience economic development due to the transportation aspect so that many industries have been established in that environment. Studies on oceanographic parameters are essential because management of coastal environments can not be separated from oceanographic information: The tides information about the tidal characteristics can be obtained after performing a harmonic analysis, which produces the value of harmonic components. This study analyses the residue and tidal harmonic components using the LP-Tides Matlab software in the Sepulu district, Bangkalan Regency, East Java. The data used are January 2021 data from the Geospatial Information Agency. This research shows that the main harmonic components generated include K2, M4, MS4, M2, S2, N2, K1, O1, and P1. The tidal type shows that the Sepulu district is a semi-diurnal type with a Formzahl number = 0.08566. The maximum observation and prediction data values for January 2021 in the Sepulu district are 978 and 1273.64 mm. The MSL value is 434 mm, with an average tidal residue value between the observation and predictive data = 166.01 mm. Then the calculation of the RMSE value and standard deviations are 12.88 and 125.90 mm
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
The purpose of this study is to increase a solid understanding for teachers of SDN Karangasem, Jenu about the basic concepts of AI, including how AI works, the types of algorithms used and teachers can overcome their lack of knowledge in utilization in improving the quality of learning and preparing students to face an increasingly connected and technology-oriented world. The method used by an extension is to increase teacher understanding of the importance of PTK in improving the quality of education. And the implementation of socialization regarding the process and steps in making PTK with the help of AI technology through GPT Chat media. The results obtained that advances in Artificial Intelligence Technology help teachers to create a learning process that is more exciting/interesting and not boring with various applications available and eases the task of teachers in the evaluation or administration process.
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Pratiwi, NIM : 1310210001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Udis Sunardi, NIM : 1310210011, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Saiful Mukminin, NIM : 1310210008, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Maryoko, NIM : 1310210015, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Fajar Kurniawan, NIM : 1310210012, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Agus Vandiharjo, NIM : 1310210009, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penetapan dan Penegasan Batas Laut (3 SKS), Nama : Ristyan Tri Rahayu, NIM : 131021001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penetapan dan Penegasan Batas Laut (3 SKS), Nama : Saiful Mukminin, NIM : 1310210008, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penetapan dan Penegasan Batas Laut (3 SKS), Nama : Pratiwi, NIM : 1310210001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Penetapan dan Penegasan Batas Laut (3 SKS), Nama : Maryoko, NIM : 1310210015, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
Classification technique on remote sensing images is an effort taken to identify the class of each pixel based on the spectral characteristics of various channels. Traditional classifications such as Maximum Likelihood are based on statistical parameters such as standard deviation and mean, which have a probability model of each pixel in each class. While the object-based classification method, one of which is the Decision Trees, is based on rules for each class with mathematical functions. This study compares the Decision Trees and Maximum Likelihood algorithms for land cover classification in the Surabaya and Bangkalan areas using Landsat 8 data. This research begins with creating Regions of Interest (ROIs) and Rules on images with greater than and less than functions for Decision Trees. The ROIs test was carried out using the Separability Index and matching each class using the Confusion Matrix. The experimental results show that the accuracy value resulting from the Confusion Matrix calculation is 90.48%, with a Kappa Coefficient Value of 0.87. The Decision Trees method produces land cover nigher to the actual condition than the Maximum Likelihood method. The difference in the class distribution of the two ways is not significant. This study is limited because the validation uses manual interpretation results. Future research is expected to use the large-scale classification results from the relevant agencies to verify the classification results and use field data, larger samples of ROIs, and the use of high-resolution imagery in order to improve the classification results.
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Imam Asghoni Mahali, NIM : 1310190011, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Nur Uswatun Chasanah, NIM : 1310190015, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Abdul Wahid, NIM : 1310190016, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Putri Widyawati Nur Adimah, NIM : 1310190004, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Dewi Anggraeni, NIM : 1310190001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Putri Widyawati Nur Adimah, NIM : 1310190008, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Tugas 1 Mata Kuliah Kenautikaan (3 SKS), Nama : Udis Sunardi, NIM : 13102290011, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2022
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
1. El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022 | 67
El-Jughrafiyah
Luhur Moekti Prayogo
Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang
Surut Air Laut di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
Laili Ainur Rosida1, Moh. Syaeful Anwar1, Oktria Muhammad Sholeh1, A. Syahrul
Mushofa1, Luhur Moekti Prayogo2*
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI
Ronggolawe, Tuban, Indonesia, 62381
2
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,Universitas PGRI Ronggolawe,
Tuban, Indonesia, 62381
e-mail: luhur.moekti.prayogo@unirow.ac.id
ABSTRAK. Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara
periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan
mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik
masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti
pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut
Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan
tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta
pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di
perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least
Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan
Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan
Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber
dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban
yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25.
Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan
surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada
musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut
terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar
pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
Kata kunci: Metode Least Square, Pasang Surut, Komponen Harmonik, Muson Barat,
Muson Timur, Kabupaten Tuban
PENDAHULUAN
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik
antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari (Ongkosongo, 1989; Prayogo, 2021b). Gaya
pembangkit pasang surut adalah resultan dari gaya sentrifugal dan gaya gravitasi benda-benda luar
angkasa seperti bulan dan matahari (Azis, 2006). Gaya sentrifugal tercipta akibat revolusi bulan
mengelilingi bumi yang arahnya menjauhi bulan serta setiap titik di permukaan bumi besarnya
sama. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki
karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah tersebut
seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan (Prayogo, 2021a).
Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berada di titik Koordinat
antara 6.40' – 7.14' Lintang Selatan (LS) serta antara 111.30' – 112.35 Bujur Timur (BT) (Tuban
Regency Government, 2018). Secara administrasi kabupaten ini terdiri dari 20 kecamatan dimana
lima wilayah yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo,
2. Laili Ainur Rosida1, Moh. Syaeful Anwar1, Oktria Muhammad Sholeh1, A. Syahrul Mushofa1, Luhur Moekti Prayogo2*
68 | El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022
Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan
dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Selain itu terdapat tambak garam yang cukup luas
salah satunya di kecamatan Palang, sehingga informasi mengenai pasang surut menjadi penting
dimana petani garam dapat memasukkan air ke dalam tambak saat air pasang.
Penelitian mengenai pasang surut pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian
Atmodjo & Pranowo (2019) menghasilkan bilangan formzahl pada perairan Teluk Jakarta dengan
menggunakan metode Admiralty berkisar antara 2.67 hingga 3.69. Sedangkan metode Least Square
berkisar antara 3.78 hingga 4.65 sehingga mempunyai variasi tipe pasang surut yaitu Campuran
Cenderung Tunggal dan Tunggal. Selanjutnya penelitian Prayogo (2021a) menunjukkan tipe
pasang surut yang dihasilkan dari metode Admiralty dan Least Square di Pulau Mandangin
Kabupaten Sampang, Jawa Timur bertipe Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal.
Penggunaan metode Admiralty dan Least Square menghasilkan selisih nilai Amplitudo pada
Komponen Harmonik yang tidak jauh berbeda.
Ichsari dkk (2020) melakukan penelitian dengan membandingkan hasil pengolahan pasang surut
pada stasiun Malahayati yang diolah dengan metode Admiralty, Least Square dan Fast Fourier
Transform. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil dari ketiga metode berbeda,
tetapi nilai yang dihasilkan cenderung tidak jauh berbeda. Perbedaan nilai Formzhal yaitu kurang
dari 0.02 sedangkan perbedaan nilai Amplitudo masing-masing komponen pasang surut kurang
dari 0.1 meter. Ketiga metode memberikan hasil tipe pasang surut pada stasiun Malahayati yaitu
tipe pasang surut Harian Ganda. Lang et al. (2022) menggunakan metode dua metode yaitu
Metode Kuadrat Terkecil dan Metode Admiralty di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa
menghasilkan tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda. Berdasarkan nilai Root-Mean-
Square Error (RMSE) metode Kuadrat Terkecil lebih efektif digunakan untuk melakukan prediksi
pasang surut dibandingkan dengan metode Admiralty.
Khairunnisa dkk (2021) melakukan penelitian di Perairan Bintan Bagian Timur menggunakan
metode Admiralty. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Perairan Bintan Bagian
Timur memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong
harian ganda dengan rata-rata nilai bilangan Formzahl sebesar 0.74 (St.Dev±0,03). Jannah &
Iskandar (2022) telah melakukan penelitian di Perairan Pulau Pari yang menghasilkan informasi
tipe pasang surut harian tunggal (Diurnal) menggunakan program U_Tide. Bilangan Formzahl
yang dihasilkan dari penelitian tersebut sebesar 4,69. Fitriana et al. (2022) melakukan penelitian
pasang surut di Surabaya menggunakan data tahun 2015-2020 menggunakan software Geomatix
Geotide 3.0.23 dan metode Least Square. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa tipe pasang
surut Stasiun Surabaya adalah campuran condong ke harian ganda. Nilai bilangan Formzahl yang
dihasilkan rata-rata sebesar 1,153.
Penelitian pasang surut juga dilakukan oleh Rompas et al. (2022) di Pantai Mahembang dengan
metode Admiralty. Dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa tipe pasang surut Pantai
Mahembang adalah harian ganda dengan Elevasi muka air laut tinggi tertinggi sebesar 360cm
(+170 cm dari MSL) dan elevasi muka air laut rendah terendah sebesar 50cm (-140 cm dari MSL).
Ryanto et al. (2022) melakukan penelitian pasang surut di Pesisir Pantai Pancer, Kecamatan
Puger, Kabupaten Jember menggunakan metode Admiralty. Dari penelitian tersebut diketahui
bahwa tipe pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai Formzahl 0,3. Informasi
lain yang diketahui bahwa nilai LLWL sebesar 9 cm, HHWL sebesar 278 cm dan MSL sebesar
143 cm.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Informasi yang diperoleh diharapkan
dapat bermanfaat untuk masyarakat khususnya yang beraktivitas di wilayah pesisir dan laut.
3. Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022 | 69
METODE
Lokasi Penelitian dan Data
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur tepatnya di pesisir Utara dengan letak
geografis 6°45'54.48"S dan 112° 4'25.42"E. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada
bulan Januari 2021 yang merupakan data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan
Agustus 2021 yang merupakan data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari
Badan Informasi Geospasial (BIG). Data yang digunakan memiliki interval satu jam. Gambar 1
merupaka peta lokasi penelitian di perairan sebelah Utara Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan sebelah Utara Kabupaten Tuban, Jawa Timur
Pasang Surut
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut karena gaya gravitasi antara
benda-benda langit (Ongkosongo, 1989; Prayogo & Hanif, 2022). Karena terjadi secara periodik,
maka fenomena ini dapat diprediksi dan dihitung. Nilai amplitudo dan komponen harmonik
penting diketahui karena untuk menentukan tipe pasang surut dari persamaan Formzahl
(Persamaan 1) (Prayogo & Suspidayanti, 2021; Triatmodjo, 2009):
𝐹 =
(𝑂1 + 𝐾1)
(𝑀2 + 𝑆2)
… … … (1)
Keterangan :
F = Bilangan Formzahl
M2 = Konstanta yang dipengaruhi posisi bulan
S2 = Konstanta yang dipengaruhi posisi matahari
O1 = Konstanta yang dipengaruhi deklinasi bulan
K1 = Konstanta yang dipengaruhi deklinasi bulan dan matahari
4. Laili Ainur Rosida1, Moh. Syaeful Anwar1, Oktria Muhammad Sholeh1, A. Syahrul Mushofa1, Luhur Moekti Prayogo2*
70 | El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022
Dimana:
(a) F 0.25 dengan tipe Semidiurnal,
(b) 0.25 < F 1.5 dengan tipe Campuran, cenderung Semi-Diurnal,
(c) 1.50 < F 3.0 dengan tipe Campuran, cenderung ke Diurnal, dan
(d) F > 3.0 dengan tipe Diurnal.
Metode Least Square
Metode Least Square merupakan salah satu metode pengolahan data pasang surut populer yang
digunakan untuk analisis pasang surut air laut. Pariwono (1989) menyatakan bahwa metode ini
efektif digunakan untuk menghitung pasang surut karena menghasilkan sembilan komponen
beserta elevasinya. Hal tersebut berguna untuk mengetahui seberapa besar perbedaan dari nilai
komponen dan perbedaan tipe pasang surut. Persamaan metode Least Square yaitu sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan 2 (Ongkosongo, 1989).
𝜂(𝑡) = 𝑆0 + ∑ 𝐴𝑖 cos(𝜔𝑖𝑡 − 𝑃𝑖)
𝑁
𝑖=1
… … . (2)
Keterangan :
η(t) = Elevasi pasang surut (fungsi waktu)
ωi =
2π
Ti
, Ti merupakan periode komponen
Pi = Fase ke-i
S0 = Mean Sea Level
T = waktu
N = Jumlah Komponen
Ai = Amplitudo ke-i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tipe Pasang Surut
Perhitungan pasang surut di perairan Tuban menggunakan metode Least Square menunjukan
bahwa pada bulan Januari dan Agustus 2021 baik pada musim penghujan dan kemarau
menghasilkan bilangan Formzahl secara bertutut-turut sebesar 5.65 dan 10.25. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tipe pasang surut yang dihasilkan dari perhitungan yaitu bertipe Diurnal atau
biasa di sebut pasang surut harian tunggal (F>3). Tabel 1 menunjukkan hasil bilangan Formzahl
yang diperoleh menggunakan metode Least Square di perairan Tuban, Jawa Timur.
Tabel 1. Hasil bilangan Formzahl
Bulan Musim
Bilangan
Formzahl
Tipe Pasang Surut
Januari Penghujan 5.65 Diurnal
Agustus Kemarau 10.25 Diurnal
5. Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022 | 71
Nilai Phase dan Amplitudo Komponen Harmonik
Perhitungan komponen harmonik dalam penelitian ini terdiri dari Main lunar constituent (M4),
Average water level (Z0), Soli-lunar constituen (K1), Main lunar constituent (O1), Main solar constituen (P1),
Main lunar constituent (M2), Main solar constituent (S2), Lunar constituent (N2), Soli-lunar constituent (K2)
dan Soli-lunar constituent (MS4) yang sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Nilai Phase dan Amplitudo pasang surut bulan Januari 2021
Constituents Symbol Description
Period
(hour)
go
H=Amplitude
(m)
phase
Average water level Z0 - 4.8596
Main lunar constituent M2
semi diurnal
12.4206 327.8889° 51.1651
Main solar constituent S2 12.0000 150.4386° 76.2258
Lunar constituent, due
to Earth-Moon distance
N2 12.6582 111.4348° 19.0726
Soli-lunar constituent,
due to the change of declination
K2 11.9673 308.0662° 42.4439
Soli-lunar constituent K1
diurnal
23.9346 143.7109° 497.0911
Main lunar constituent O1 25.8194 127.0500° 223.0517
Main solar constituent P1 24.0658 92.6056° 224.2270
Main lunar constituent M4
quarterly
6.2103 232.7578° 12.8154
Soli-lunar constituent MS4 6.1033 289.1803° 6.7342
Tabel 3. Nilai Phase dan Amplitudo pasang surut bulan Agustus 2021
Constituents Symbol Description
Period
(hour)
go
H=Amplitude
(m)
phase
Average water level Z0 - -2.7703
Main lunar constituent M2
semi diurnal
12.4
206
228.8004° 40.0055
Main solar constituent S2
12.0
000
219.5246° 37.8374
Lunar constituent, due
to Earth-Moon distance
N2
12.6
582
51.0195° 7.7545
6. Laili Ainur Rosida1, Moh. Syaeful Anwar1, Oktria Muhammad Sholeh1, A. Syahrul Mushofa1, Luhur Moekti Prayogo2*
72 | El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022
Soli-lunar constituent,
due to the change of declination
K2
11.9
673
99.4073° 53.4206
Soli-lunar constituent K1
diurnal
23.9
346
334.7469° 543.7815
Main lunar constituent O1
25.8
194
150.7309° 253.8315
Main solar constituent P1
24.0
658
230.6701° 99.8195
Main lunar constituent M4
quarterly
6.21
03
350.8022° 7.3508
Soli-lunar constituent MS4
6.10
33
262.6940° 9.7827
Dari perhitungan data bulan Januari dan Agustus 2021 menunjukkan nilai Phase dan
Amplitudo yang berbeda-beda. Pada kedua tabel menunjukkan bahwa nilai amplitudo komponen
harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1,
dan P1. Hal ini sesuai bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban, Jawa Timur pada musim
peralihan Barat Timur adalah harian tunggal. Analisis dilanjutkan dengan melihat grafik fluktuasi
pasang surut pada kedua bulan (Gambar 2 dan 3).
Gambar 2. Grafik fluktuasi pasang surut bulan Januari 2021
7. Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut di Kabupaten Tuban, Jawa Timur
El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022 | 73
Gambar 3. Grafik fluktuasi pasang surut bulan Agustus 2021
Pada Gambar 2, Grafik fluktuasi pasang surut bulan Januari yang mewakili musim
penghujan menunjukkan pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan
surut terendah terjadi disekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim
kemarau pada bulan Agustus (Gambar 3) pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus
2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada lokasi penelitian
tipe pasang surut wilayah perairan Tuban, Jawa Timur yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan
bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim Barat, pasang tertinggi terjadi pada awal
dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari
2021. Pada musim Timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut
terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada
komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1. Hal ini sesuai bahwa tipe
pasang surut wilayah perairan Tuban, Jawa Timur pada musim peralihan Barat Timur adalah
harian tunggal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) yang telah
menyediakan data pasang surut sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo, W., & Pranowo, W. S. (2019). Karakteristik Pasang Surut di Teluk Jakarta Berdasarkan
Data 253 Bulan. Jurnal Riset Jakarta, 12(1), 25–36.
Azis, M. F. (2006). Gerak air di laut. Oseana, 31(4), 9–21.
8. Laili Ainur Rosida1, Moh. Syaeful Anwar1, Oktria Muhammad Sholeh1, A. Syahrul Mushofa1, Luhur Moekti Prayogo2*
74 | El-Jughrafiyah, Volume, 02, Issue 02, Tahun 2022
Fitriana, D., Patria, M. P., & Kusratmoko, E. (2022). Karakteristik Pasang Surut Surabaya
Diamati Selama 5 Tahun (2015-2020). JGISE: Journal of Geospatial Information Science and
Engineering, 5(1), 1–7.
Ichsari, L. F., Handoyo, G., Setiyono, H., Ismanto, A., Marwoto, J., Yusuf, M., & Rifai, A. (2020).
Studi Komparasi Hasil Pengolahan Pasang Surut Dengan 3 Metode (Admiralty, Least
Square Dan Fast Fourier Transform) Di Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh. Indonesian
Journal of Oceanography, 2(2), 17–24.
Jannah, M., & Iskandar, I. (2022). Pola Pasang Surut Di Perairan Pulau Pari Dan Kemungkinan
Pengaruhnya Terhadap Sebaran Salinitas Dan Suhu Air Laut. Sriwijaya University.
Khairunnisa, K., Apdillah, D., & Putra, R. D. (2021). Karakteristik Pasang Surut Di Perairan
Pulau Bintan Bagian Timur Menggunakan Metode Admiralty. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology, 14(1), 58–69.
Lang, A. E. F., Kalangi, P. N. I., Dien, H. V, Masengi, K. W. A., Pamikiran, R. D. C., &
Kaparang, F. E. (2022). Comparison of Tidal Analysis Results at Tumumpa Coastal Fishing
Port Using Least Squares Method and Admiralty Method. Jurnal Ilmiah PLATAX, 10(1),
77–84.
Ongkosongo. (1989). Pasang Surut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (ed.)).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 257 hal.
Pariwono. (1989). Gaya Penggerak Pasang Surut (P. O. dan Suyarso (ed.)). Puslitbang Oseanologi
LIPI.
Prayogo, L. M. (2021a). Comparison of Admiralty and Least Square Methods for Tidal Analysis
in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 10(2), 59–
69.
Prayogo, L. M. (2021b). Metode Kuadrat Terkecil untuk Analisis Konstanta Harmonik Pasang
Surut Air Laut di Pulau Gili Raja, Kabupaten Sumenep, Madura. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 20(1), 72–79.
Prayogo, L. M., & Hanif, M. (2022). Investigation of the Tidal Character in Bawean Island East
Java Using Admiralty Method. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 27(1), 1–5.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31258/jpk.27.1.1-5.
Prayogo, L. M., & Suspidayanti, L. (2021). Study of Tidal Characteristics in The South and North
Coastal of Sumenep Regency, Madura. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 10(2), 30–44.
Rompas, N. F., Jasin, M. I., & Tawas, H. J. (2022). Analisis Pasang Surut Di Pantai Mahembang
Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Sipil Statik, 10(1).
Ryanto, N. A., Wiyono, R. U. A., & Hidayah, E. (2022). Studi Peramalan Pasang Surut di Pesisir
Pantai Pancer Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Maspari Journal: Marine Science Research,
14(1), 1–13.
Triatmodjo, B. (2009). Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. 490 hal.
Tuban Regency Government. (2018). Tuban Profile. https://tubankab.go.id/page/profil-tuban