Study of Tidal Characteristics in The South and North Coastal of Sumenep Rege...Luhur Moekti Prayogo
Sumenep is one of Madura's regencies, which has many islands with a wealth and diversity of natural resources, especially in its marine and coastal areas. With many islands owned, sea transportation in Sumenep is of great importance in the regency. One of the crucial aspects that must be considered related to this transportation is tidal information. This study aims to determine the tidal characteristics in the South and North Coast of Sumenep Regency using the Least Square method. The tide data used in February and September 2020 were obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) with an observation interval of one hour. This time was chosen because it represents monsoons' occurrence in Indonesia in the annual season, namely the dry and rainy seasons. The results of this study indicate that the southern coastal area (Giligenting District) has a mixed tidal type, tends to be semi-diurnal with Formzahl numbers of 0.86 and 1.29 (0.25 <F £ 1.5). In comparison, the North coast (Dasuk District) has a Diurnal tidal type with Formzahl numbers of 3.64 and 4.30 (F > 3.0). The different tides are due to the sampling's location representing different geographical conditions, namely open waters (North Coast) and closed waters (Pesisir Selatan). The elevation parameters obtained still need supporting data such as waves, currents, and bathymetry used by policymakers for safety in using sea transportation.
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application i...widodopranowo
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application in Indonesia.
Pernah disajikan pada Mata Kuliah Kapita Selekta, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Teknik Hidrografi pada Tahun 2004 oleh Widodo Pranowo.
Study of Tidal Characteristics in The South and North Coastal of Sumenep Rege...Luhur Moekti Prayogo
Sumenep is one of Madura's regencies, which has many islands with a wealth and diversity of natural resources, especially in its marine and coastal areas. With many islands owned, sea transportation in Sumenep is of great importance in the regency. One of the crucial aspects that must be considered related to this transportation is tidal information. This study aims to determine the tidal characteristics in the South and North Coast of Sumenep Regency using the Least Square method. The tide data used in February and September 2020 were obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) with an observation interval of one hour. This time was chosen because it represents monsoons' occurrence in Indonesia in the annual season, namely the dry and rainy seasons. The results of this study indicate that the southern coastal area (Giligenting District) has a mixed tidal type, tends to be semi-diurnal with Formzahl numbers of 0.86 and 1.29 (0.25 <F £ 1.5). In comparison, the North coast (Dasuk District) has a Diurnal tidal type with Formzahl numbers of 3.64 and 4.30 (F > 3.0). The different tides are due to the sampling's location representing different geographical conditions, namely open waters (North Coast) and closed waters (Pesisir Selatan). The elevation parameters obtained still need supporting data such as waves, currents, and bathymetry used by policymakers for safety in using sea transportation.
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application i...widodopranowo
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application in Indonesia.
Pernah disajikan pada Mata Kuliah Kapita Selekta, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Teknik Hidrografi pada Tahun 2004 oleh Widodo Pranowo.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Dinamika Distribusi Spasial-Vertikal Massa Air di Jalur Barat dan Timur Arlin...Luhur Moekti Prayogo
Perairan timur Indonesia merupakan jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang merupakan bagian dari sirkulasi massa air global. Arlindo memiliki dua jalur utama, jalur barat dan jalur timur yang berperan penting dalam mentransfer properti massa air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. Indonesia yang memiliki batimetri kompleks menyebabkan terjadi dinamika pada jalur Arlindo. Untuk mengungkap dinamika massa air yang terjadi secara spasial dan vertikal pada jalur Arlindo, telah dilakukan kegiatan penelitian dengan memanfaatkan data reanalysis dengan paramater suhu dan salinitas. Data suhu dan salinitas ini didapatkan dari 9191 titik yang tersebar pada 115 – 140 BT dan 10 LU – 12.5 LS. Analisis dinamika distribusi spasial mencakup perairan timur Indonesia pada kedalaman 0 m, 250 m dan 500 m. Analisis dinamika distribusi vertikal kolom air pada jalur barat dan timur Arlindo yang diwakilkan masing-masing 4 stasiun pengamatan pada wilayah yang signifikan dilalui oleh Arlindo. Hasil analisis menunjukkan suhu dan salinitas terdistribusi dari perairan utara Papua masuk ke perairan Indonesia. Suhu yang hangat teridentifikasi sebagai kolam air hangat Pasifik barat. Distribusi vertikal massa air terstratifikasi kedalam tiga lapisan, lapisan tercampur, lapisan termoklin/haloklin dan lapisan dalam. Terjadi penurunan nilai salinitas pada stasiun-stasiun di Samudera Pasifik dengan ciri salinitas tinggi yang semakin tereduksi seiring memasuki perairan Indonesia. Teridentifikasi beberapa jenis massa air, South Pacific Subtropical Water (SPSW) dan North Pacific Subtropical Water (NPSW) pada lapisan termoklin dari Samudera Pasifik. Terdapat pula massa air asli pada laut banda, massa air laut jawa pada permukaan yang menawarkan lapisan permukaan dan jejak massa air dari Samudera Hindia.
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...Luhur Moekti Prayogo
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
Cilacap merupakan kabupaten yang mempunyai luas area mencapai 225.360,840 ha yang terletak pada wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten ini menghadap langsung dengan Samudera Indonesia disebelah selatannya. Karakteristik elevasi harmonik suatu wilayah perairan bermanfaat untuk mengetahui interaksi pembentuk pasang surut pada wilayah tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan lingkungan lebih lanjut serta bangunan pantai dan kegiatan lain di wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer berupa data elevasi pasang surut yang terekam setiap jam selama satu 31 hari pada bulan Januari 2019. Analisis harmonik menggunakan T-Tide untuk mengekstrak komponen-komponen pasang surut. Komponen pasut yang dominan diantaranya Q1, O1, NO1, K1, N2, M2. Perairan cilacap memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai indeks Formzahl sebesar 0.531856. Elevasi muka air laut di Perairan Cilacap MSL yang menunjukan nilai rata-rata muka air laut sebesar 3.46m, HAT 4.74m, MHWL 4.3m, MLWL 2.62m dan LAT 2.18m.
Comparison of Admiralty and Least Square Methods for Tidal Analysis in Mandan...Luhur Moekti Prayogo
The existence of hydro-oceanographic information such as tides plays an essential role in supporting coastal areas' transportation. This study aims to compare the tidal analysis results in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java using the Admiralty and Least Square methods. The data used in this study are tidal data for May and November 2020, which represent the dry and rainy seasons in Indonesia. Tide data are obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) at one-hour intervals. From this research, it can be concluded that the tidal types generated from the Admiralty and Least Square methods in Mandangin Island, East Java, are mixed types with semidiurnal tendencies. The use of the Admiralty and Least Square methods results in the difference in the harmonic components' amplitude values. The M2 and O1 components have an enormous difference in May 2020, with amplitude values of 0.0003 and 0.0002, and the difference in the amplitude values of the harmonic components also occurred in November 2020. The M2 component has the most significant difference compared to other components, namely 0.0011. The components O1, P1, and MS4 in the same month result in a relatively small difference in amplitude values with values of 0.0002, 0.0002, and 0.0001. For further tidal research, data corrections should be considered, a nodal correction to produce more accurate observational data. This correction can use the T_Tide program with constants obtained from the analysis process.
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...robert peranginangin
Informasi distribusi kepadatan stok dan komposisi ikan demersal sangat penting untuk diketahui sebagai bahan masukan guna keberhasilan pengelolaan perikanan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan stok dan sebaran sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan scientific echosounder BIOSONICS DT-X dan frekuensi 120 KHz. Untuk verifikasi data akustik terutama komposisi jenis dilakukan pengoperasian trawl. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di Laut Cina Selatan meliputi 147 spesies dari 55 famili. Stratifikasi komposisi dikedalaman 20-30 m, 30-40 m, 40-50 m, 50-60 m, dan 60-70 m masing masing didominasi oleh ikan dari famili Leiognathidae, Lutjanidae, Nemipteridae, Tetraodontidae, dan Serranidae. Estimasi kepadatan stok sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan berkisar antara 0,16 – 2,85 ton/km2 dengan rata-rata kepadatan 1,05 ton/km2.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Dinamika Distribusi Spasial-Vertikal Massa Air di Jalur Barat dan Timur Arlin...Luhur Moekti Prayogo
Perairan timur Indonesia merupakan jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang merupakan bagian dari sirkulasi massa air global. Arlindo memiliki dua jalur utama, jalur barat dan jalur timur yang berperan penting dalam mentransfer properti massa air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. Indonesia yang memiliki batimetri kompleks menyebabkan terjadi dinamika pada jalur Arlindo. Untuk mengungkap dinamika massa air yang terjadi secara spasial dan vertikal pada jalur Arlindo, telah dilakukan kegiatan penelitian dengan memanfaatkan data reanalysis dengan paramater suhu dan salinitas. Data suhu dan salinitas ini didapatkan dari 9191 titik yang tersebar pada 115 – 140 BT dan 10 LU – 12.5 LS. Analisis dinamika distribusi spasial mencakup perairan timur Indonesia pada kedalaman 0 m, 250 m dan 500 m. Analisis dinamika distribusi vertikal kolom air pada jalur barat dan timur Arlindo yang diwakilkan masing-masing 4 stasiun pengamatan pada wilayah yang signifikan dilalui oleh Arlindo. Hasil analisis menunjukkan suhu dan salinitas terdistribusi dari perairan utara Papua masuk ke perairan Indonesia. Suhu yang hangat teridentifikasi sebagai kolam air hangat Pasifik barat. Distribusi vertikal massa air terstratifikasi kedalam tiga lapisan, lapisan tercampur, lapisan termoklin/haloklin dan lapisan dalam. Terjadi penurunan nilai salinitas pada stasiun-stasiun di Samudera Pasifik dengan ciri salinitas tinggi yang semakin tereduksi seiring memasuki perairan Indonesia. Teridentifikasi beberapa jenis massa air, South Pacific Subtropical Water (SPSW) dan North Pacific Subtropical Water (NPSW) pada lapisan termoklin dari Samudera Pasifik. Terdapat pula massa air asli pada laut banda, massa air laut jawa pada permukaan yang menawarkan lapisan permukaan dan jejak massa air dari Samudera Hindia.
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...Luhur Moekti Prayogo
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
Cilacap merupakan kabupaten yang mempunyai luas area mencapai 225.360,840 ha yang terletak pada wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten ini menghadap langsung dengan Samudera Indonesia disebelah selatannya. Karakteristik elevasi harmonik suatu wilayah perairan bermanfaat untuk mengetahui interaksi pembentuk pasang surut pada wilayah tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan lingkungan lebih lanjut serta bangunan pantai dan kegiatan lain di wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer berupa data elevasi pasang surut yang terekam setiap jam selama satu 31 hari pada bulan Januari 2019. Analisis harmonik menggunakan T-Tide untuk mengekstrak komponen-komponen pasang surut. Komponen pasut yang dominan diantaranya Q1, O1, NO1, K1, N2, M2. Perairan cilacap memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai indeks Formzahl sebesar 0.531856. Elevasi muka air laut di Perairan Cilacap MSL yang menunjukan nilai rata-rata muka air laut sebesar 3.46m, HAT 4.74m, MHWL 4.3m, MLWL 2.62m dan LAT 2.18m.
Comparison of Admiralty and Least Square Methods for Tidal Analysis in Mandan...Luhur Moekti Prayogo
The existence of hydro-oceanographic information such as tides plays an essential role in supporting coastal areas' transportation. This study aims to compare the tidal analysis results in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java using the Admiralty and Least Square methods. The data used in this study are tidal data for May and November 2020, which represent the dry and rainy seasons in Indonesia. Tide data are obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) at one-hour intervals. From this research, it can be concluded that the tidal types generated from the Admiralty and Least Square methods in Mandangin Island, East Java, are mixed types with semidiurnal tendencies. The use of the Admiralty and Least Square methods results in the difference in the harmonic components' amplitude values. The M2 and O1 components have an enormous difference in May 2020, with amplitude values of 0.0003 and 0.0002, and the difference in the amplitude values of the harmonic components also occurred in November 2020. The M2 component has the most significant difference compared to other components, namely 0.0011. The components O1, P1, and MS4 in the same month result in a relatively small difference in amplitude values with values of 0.0002, 0.0002, and 0.0001. For further tidal research, data corrections should be considered, a nodal correction to produce more accurate observational data. This correction can use the T_Tide program with constants obtained from the analysis process.
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...robert peranginangin
Informasi distribusi kepadatan stok dan komposisi ikan demersal sangat penting untuk diketahui sebagai bahan masukan guna keberhasilan pengelolaan perikanan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan stok dan sebaran sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan scientific echosounder BIOSONICS DT-X dan frekuensi 120 KHz. Untuk verifikasi data akustik terutama komposisi jenis dilakukan pengoperasian trawl. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di Laut Cina Selatan meliputi 147 spesies dari 55 famili. Stratifikasi komposisi dikedalaman 20-30 m, 30-40 m, 40-50 m, 50-60 m, dan 60-70 m masing masing didominasi oleh ikan dari famili Leiognathidae, Lutjanidae, Nemipteridae, Tetraodontidae, dan Serranidae. Estimasi kepadatan stok sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan berkisar antara 0,16 – 2,85 ton/km2 dengan rata-rata kepadatan 1,05 ton/km2.
ANALISIS PERAMALAN DAN PERIODE ULANG GELOMBANG DI PERAIRAN BAGIAN TIMUR PULAU LIRANG, MALUKU BARAT DAYA
1. ANALISIS PERAMALAN DAN PERIODE ULANG GELOMBANG
DI PERAIRAN BAGIAN TIMUR PULAU LIRANG, MALUKU BARAT DAYA
Riki Tristanto(1)
, Gentur Handoyo(1)
, Purwanto(1)
, Mukti Trenggono(2)
(1)
Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang – 50275. Telp/Fax (024) 7474698
E-mail: rikitristanto@gmail.com, gentur.handoyo@yahoo.com, purwantoirh@yahoo.co.id
(2)
Balai Penelitian dan Observasi Laut
Jl. Baru Perancak, Negara, Jembrana, Bali – 83351. Telp/0365 44266, Fax. 0365 44278
E-mail: mukti.trenggono@gmail.com
ABSTRAK
Pulau Lirang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia terletak di Kabupaten Maluku
Barat Daya. Terbatasnya data gelombang menjadi salah satu tantangan dalam melakukan
perencanaan, pembangunan dan evaluasi di pesisir dan laut. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis peramalan dan periode ulang gelombang. Penelitian dilakukan pada 15–19 April
2016 di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang menggunakan ADCP Nortex AS Aquadopp Profiler
2000m kedalaman 11,47 meter. Peramalan gelombang diperoleh dari data angin ECMWF dan
Ogimet selama 10 tahun (2006–2015). Periode ulang gelombang diperoleh berdasarkan tinggi
gelombang signifikan (Hs) melalui peramalan gelombang. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei prediktif dan kuantitatif dengan metode peramalan gelombang Sverdrup
Munk Bretschneider (SMB) dan Darbyshire. Tinggi gelombang mencapai 2,672 m (Data
ECMWF Metode SMB); 0,251–0,792 m (Data ECMWF Metode Darbyshire); 0,013–2,533 m
(Data Ogimet Metode SMB) dan 0,251–6,209 m (Data Ogimet Metode Darbyshire). Tinggi
gelombang dari Data ECMWF dengan Metode Darbyshire (MRE maksimum 29,744 %) lebih
sesuai digunakan yaitu tinggi gelombang 0,251-0,79 m dengan periode gelombang 3,663 - 4,717
detik. Periode ulang gelombang dengan metode Weibull memiliki standar deviasi lebih kecil dan
tingkat kepercayaan 84,7 %. Periode ulang gelombang dengan metode Weibull lebih sesuai
digunakan di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang, tinggi gelombang signifikan dengan periode
ulang (Hsr) selama 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun masing – masing adalah 0,3878 m; 0,4029 m;
0,4166 m; 0,4369 m; 0,4537 m dan 0,4715 m.
Kata kunci: Peramalan Gelombang, SMB, Darbyshire, ECMWF, Ogimet, Periode Ulang, Pulau
Lirang
ABSTRACT
Lirang Island is one of the outer island of Indonesia is located in Southwest Maluku. Lack
of wave data into one of the challenges in planning, development and evaluation in the coastal
areas and the sea. The purpose of this study was to analyze the forecasting and return wave period.
The study was conducted on 15-19th
April 2016 in the east water of Lirang Island using ADCP
Nortex AS Aquadopp Profiler 2000m, depth 11,47 meters. Forecasting wave wind data obtained
from ECMWF and Ogimet for 10 years (2006-2015). Retun wave period is obtained based on the
significant wave height (Hs) through wave forecasting. The method of study are predictive survey
and quantitative with forecasting method are Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) and
Darbyshire. High waves reaching 2,672 m (ECMWF Data, SMB method); 0,251-0.792 m
(ECMWF Data, Darbyshire method); 0,013 to 2,533 m (Ogimet Data, SMB Method) and 0,251-
6,209 m (Ogimet Data, Darbyshire Method). High wave from ECMWF data with Darbyshire
method (MRE maximum 29,744%) are more appropriate, it is high waves 0,251-0,79 m with
wave period 3,663-4,717 second. Return wave period with Weibull method has a smaller standard
deviation and the confidence level 84,7%. Return wave period with Weibull method is more
appropriate to use in the east water of Lirang Island, significant wave height with return period
(HSR) for 2, 5, 10, 25, 50 and 100 years are 0,3878 m; 0,4029 m; 0,4166 m; 0,4369 m; 0,4537 m
and 0,4715 m.
Keywords : Wave Hindscasting, SMB, Darbyshire, ECMWF, Ogimet, Return Period, Lirang
Island
2. I. Pendahuluan
Pulau Lirang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di
Kabupaten Maluku Barat Daya. Bagian timur Pulau Lirang memiliki memiliki
pemukiman yang terpadat penduduknya diantara seluruh desa yang ada di Pulau Lirang
dengan jumlah penduduk 1054 jiwa dengan luas wilayah 39,24 km2
. Bagian timur Pulau
Lirang menjadi daerah yang sangat strategis karena menjadi pusat aktivitas perekonomian
laut. Tidak berfungsinya dermaga menjadi salah satu buruknya pembangunan di Pulau
Lirang. Akibatnya bongkar muat dilakukan di tengah laut bagian timur Pulau Lirang.
Perahu dan kapal kecil nelayan yang akan melakukan aktivitas pengangkutan penumpang
dan barang di laut mendapatkan ancaman bahaya gelombang laut. Mengantisipasi potensi
bahaya gelombang diperlukan suatu perencanaan yang baik.
Peraturan Presiden Repulik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 mengenai Rencana
Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku menyebutkan bahwa Pulau
Lirang, Kecamatan Wetar Barat termasuk kedalam Kawasan Strategis Nasional yaitu
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan ketahanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan (Perpres RI, 2015).
Menurut Thomas dan Dwakarakishb (2015), gelombang yang disebabkan oleh
angin adalah bagian penting di daerah pantai dan laut. Informasi gelombang laut dapat
diperoleh dengan melakukan pengukuran lapangan namun berbiaya tidak sedikit karena
memerlukan peralatan, penguasaan teknologi, pengukuran dalam jangka panjang dan
medan lapangan yang tidak mudah. Adanya data angin yang cukup untuk meramal
gelombang dengan periode ulang tertentu baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang, maka akan diperoleh hasil perencanaan yang optimum, ekonomis dan tepat
guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peramalan gelombang dengan
Metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) dan Darbyshire menggunakan Data
ECMWF dan Ogimet dan menganalisis periode ulang gelombang di Perairan Bagian
Timur Pulau Lirang, Maluku Barat Daya.
II. Materi dan Metode Penelitian
Materi
Materi yang digunakan adalah data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer meliputi data gelombang pengukuran lapangan
selama lima hari pada 15–19 April 2016 di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang, Maluku
Barat Daya menggunakan ADCP Nortex AS Aquadopp Profiler 2000m dengan titik
lokasi 08o
00'57,2" LS dan 125o
46'17,8" BT dengan kedalaman 11,47 meter (Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2), sedangkan data sekunder yang digunakan
meliputi data angin 10 tahun (2006 – 2015) diperoleh dari The European Centre for
Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) dan Ogimet Information Weather Service
dari www.ogimet.com; Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Maluku Barat Daya Edisi
1 tahun 2001 skala 1:25.000, Badan Informasi Geospasial (BIG); Citra Google Earth
Maluku Barat Daya Perekaman April 2016; dan Citra Landsat 8 perekaman Oktober
2015.
Metode
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian dengan metode survei yaitu metode
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah. Selain itu, penelitian ini
menggunakan metode survei prediktif untuk mengestimasi gejala yang mungkin terjadi
pada masa mendatang berdasarkan hasil data yang dianalisis saat ini. Analisa data
dilakukan dengan pendekatan metode kuantitatif, yaitu metode penelitian yang
3. menggunakan data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik atau model
(Sugiyono, 2009).
Pengukuran Gelombang Laut
Lokasi pengukuran gelombang menggunakan metode area sampling yaitu metode
yang digunakan untuk menentukan lokasi pengukuran apabila daerah pengamatan sangat
luas (Sugiyono, 2009). Peralatan pengukuran gelombang diletakkan pada daerah yang
dapat dijangkau untuk pengawasan, memperhatikan keselamatan dan sebelum gelombang
pecah yang dianggap mampu mewakili kondisi parameter oseanografi pada daerah yang
diukur. ADCP Nortex AS Aquadopp Profiller 2000m pada pengukuran di lokasi
penelitian menggunakan frekuensi 600 kHz dengan jangka waktu pencatatan data setiap
1800 detik atau setengah jam. Pengukuran data gelombang lapangan dilakukan untuk
mendapatkan parameter gelombang seperti tinggi gelombang (H) dan periode gelombang
(T). Alat ini bekerja berdasarkan fluktuasi tekanan yang diterima sensor sehingga
diperoleh data gelombang laut (Dean dan Dalrymple, 2000). Data gelombang yang
diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan menentukan gelombang
representatif.
Data Angin ECMWF
Peramalan gelombang dengan Data ECMWF berguna untuk memperoleh gelombang
representatif dan arah gelombang. Data angin tersebut berupa file .NetCDF diolah dengan
menggunakan software ODV 4. Hasilnya berupa data dalam bentuk Text (.txt). Data Text
(.txt) ditampilkan di Microsoft Excel dan dikelompokkan sesuai musim sehingga didapat
data angin musiman dari tahun 2006–2015. Data angin dianalisis menggunakan perangkat
lunak WRPlot View.
Data Angin Ogimet
Data angin Ogimet diperoleh dari situs www.ogimet.com dengan stasiun
pengukuran di Bandara Pulau Alor/Mali dengan ketinggian stasiun 12 meter. Data angin
dari ogimet hanya dapat diunduh maksimal satu bulan. Selain itu setelah 3 kali download
maka akses untuk download akan bertuliskan limited sehingga perlu 10 - 30 menit untuk
mengunduh lagi. Data angin dari Ogimet berupa file text (.txt). Nilai kecepatan dan arah
angin pada data Ogimet berada pada kolom kelima sesuai waktu perekaman atau dua
kolom setelah kolom stasiun (Ogimet Weather Information Service, 2016).
Gambar 1. Diagram Pembacaan Data Ogimet (Land Synoptic Code, 2007)
Metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB)
Peramalan gelombang dapat disusun berdasarkan significant wave method
melalui metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) yang diperoleh dari data angin
(Wibisono, 2011). Metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) adalah metode yang
digunakan untuk mendapatkan nilai tinggi dan periode gelombang laut signifikan.
4. Metode ini lebih baik digunakan daripada menggunakan metode Wilson IV karena
melalui metode ini hanya didapatkan ketinggian gelombang laut (Mulyadi, 2015).
Metode Darbyshire
Darbyshire dan Draper (1963) tepat untuk pendekatan peramalan gelombang
perairan dangkal. Tahapan peramalan gelombang dengan metode Darbyshire (Sugianto,
2013) adalah menentukan arah angin menggunakan software windrose (WRPlot View)
dan mengklasifikasikan dalam empat kelompok musim (disajikan pada Tabel 1), data
angin yang dikelompokkan berdasarkan skala Beaufort meliputi kecepatan angin 11 – 16
knot sebagai angin sedang dan angin kecepatan 17 – 21 knot digolongkan agak kuat dan
kecepatan angin 22 – 27 knot sebagai angin kuat; mencari nilai kecepatan angin ≥ 10 knot
sebagai kecepatan maksimum yang dapat membangkitkan gelombang dan melakukan
konversi ke satuan m/dt; Gelombang yang dihasilkan adalah fully developed sea; dan
menghitung nilai tinggi dan periode signifikan menggunakan persamaan berikut
(Sugianto, 2013):
HS = 0,0016 U2
+ 0,0406 U
TS = 0,15 U + 2,892
Keterangan :
HS = tinggi gelombang signifikan (m)
TS = periode gelombang signifikan (detik)
U = kecepatan angin (m/s)
Tabel 1. Pengklasifikasian Musim
No Nama Musim Periode
1 Musim Barat Desember – Januari – Februari
2 Musim Peralihan 1 Maret – April – Mei
3 Musim Timur Juni – Juli – Agustus
4 Musim Peralihan 2 September – Oktober – November
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Periode Ulang Gelombang
Penentuan gelombang dengan periode ulang tertentu dibutuhkan data gelombang
dalam jangka waktu pengukuran yang cukup panjang. Data representatif untuk beberapa
tahun pengamatan dapat diperkirakan gelombang yang diharapkan disamai atau
dilampaui satu kali dalam T tahun dan gelombang tersebut dikenal dengan gelombang
5. periode ulang T tahun atau gelombang T tahunan (Triatmodjo, 1999). Ada dua metode
untuk memprediksi gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu metode
Gumbel/metode Fisher-Tippet Type I dan metode Weibull (CERC, 1992). Prediksi
gelombang dengan periode ulang dapat dihitung dengan fungsi distribusi probabilitas
menggunakan metode Gumbel. Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan
bahwa dalam harga-harga ekstrim mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda
(Suripin, 2003). Langkah-langkah memprediksi tinggi gelombang dengan periode ulang
gelombang menggunakan metode Weibull hampir sama dengan metode Fisher-Tippet
Type I, hanya rumus dan koefisien yang digunakan disesuaikan dengan metode Weibull
(CERC, 1992).
III. Hasil dan Pembahasan
Mawar Angin
(a) (b) (c) (d)
Gambar 3. Mawar Angin Menggunakan Data ECMWF pada (a) Musim Barat,
(b) Musim Peralihan 1, (c) Musim Timur, (d) Musim Peralihan 2
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4. Mawar Angin Menggunakan Data Ogimet pada (a) Musim Barat,
(b) Musim Peralihan 1, (c) Musim Timur, (d) Musim Peralihan 2
Data ECMWF menunjukkan dua arah dominan, yaitu arah selatan dan barat laut
dengan kecepatan angin dominan berkisar 7–17 knot, sedangkan data Ogimet
menghasilkan dua arah dominan yaitu barat dan timur laut dengan kecepatan angin
dominan adalah 0 - 7 knot. Data Ogimet memiliki keberagaman arah lebih tinggi daripada
data Ogimet, namun jumlah kecepatan angin dengan kategori tenang (calm) sangat
banyak, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi geografis lokasi pengamatan angin dan
hambatan aliran angin berupa daratan atau pulau – pulau yang berada di sekitarnya. Data
angin Ogimet diperoleh melalui stasiun terdekat dengan lokasi penelitian yaitu di Bandara
Pulau Alor (bagian barat Pulau Lirang) dengan ketinggian stasiun 12 m, sedangkan data
angin ECMWF diperoleh dari titik terdekat lokasi penelitian yaitu bagian selatan Pulau
Lirang.
Peramalan Gelombang
Tinggi gelombang menggunakan metode SMB lebih tinggi dibandingkan dengan
metode Darbyshire dikarenakan metode SMB biasanya digunakan pada daerah lepas
6. pantai dengan faktor kondisi topografi laut diabaikan, sedangkan metode Darbyshire
biasanya digunakan didaerah pantai, sehingga apabila metode SMB digunakan di daerah
pantai, maka akan menimbulkan kesalahan karena pada daerah pantai kondisi
pendangkalan dan topografi laut sangat mempengaruhi karakteristik gelombang dan
transfer energi yang membentuk gelombang (CERC, 2006).
Tabel 2. Peramalan Tinggi Gelombang Tiap Musim Menggunakan Data ECMWF
Musim
Metode SMB Metode Darbyshire
Hmax Hs Hmin Hmax Hs Hmin
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Barat 2,672 1,609 0,00045 0,792 0,133 0,25096
Peralihan I 1,293 0,795 0,22918 0,568 0,364 0,25098
Timur 1,393 1,393 0,01461 0,731 0,405 0,25098
Peralihan II 1,330 1,330 0,00223 0,518 0,358 0,25097
Tabel 3. Peramalan Periode Gelombang Tiap Musim Menggunakan Data ECMWF
Musim
Metode SMB Metode Darbyshire
Tmax Ts Tmin Tmax Ts Tmin
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Barat 6,676 5,622 0,111 3,663 3,713 4,8307
Peralihan I 4,511 3,814 0,229 4,397 3,944 3,6631
Timur 4,625 4,625 0,567 4,717 4,039 3,6631
Peralihan II 4,554 4,554 0,439 4,290 3,930 3,6630
Tabel 4. Peramalan Tinggi Gelombang Tiap Musim Menggunakan Data Ogimet
Musim
Metode SMB Metode Darbyshire
Hmax Hs Hmin Hmax Hs Hmin
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Barat 2,533 0,115 0,0131 6,209 0,765 0,251
Peralihan I 1,409 0,373 0,0216 0,281 0,389 0,281
Timur 2,311 0,726 0,0216 6,002 0,489 0,251
Peralihan II 2,205 0,685 0,0199 5,899 0,735 0,251
Tabel 5. Peramalan Periode Gelombang Tiap Musim Menggunakan Data Ogimet
Musim
Metode SMB Metode Darbyshire
Tmax Ts Tmin Tmax Ts Tmin
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Barat 1,901 1,083 0,5499 10,525 4,563 3,663
Peralihan I 4,838 2,336 0,5549 3,740 3,927 3,740
Timur 5,381 3,809 0,5499 10,371 4,186 3,663
Peralihan II 5,381 3,725 0,5499 10,294 4,481 3,663
Peramalan gelombang data Ogimet memiliki perbedaan yang cukup besar terutama
pada tinggi gelombang maksimum (Hmax) dan tinggi gelombang minimum (Hmin)
antara metode peramalan SMB dan metode peramalan Darbyshire, hal ini dikarenakan
ada kecepatan angin dengan nilai yang tidak normal pada musim barat, musim timur dan
musim peralihan 2, yaitu kecepatan angin mencapai 99 knot atau 50,886 m/detik.
7. Gelombang Lapangan
Hasil pengukuran gelombang lapangan secara umum relatif kecil, hal ini terjadi
karena pada saat pengukuran data lapangan dilakukan pada pertengahan bulan April yang
termasuk kedalam musim peralihan I, hal ini sesuai dengan pernyataan (Kurniawan et al.,
2011) bahwa kondisi kecepatan angin rendah di atas perairan Indonesia pada musim
peralihan sehingga gelombang laut lebih rendah. Pada musim peralihan, posisi matahari
berada di sekitar wilayah ekuator, dengan demikian gradien suhu antara Asia dan
Australia tidak besar sehingga kecepatan aliran angin dari kedua benua yang melintasi
Indonesia rendah. Berdasarkan pengolahan data angin pada saat musim peralihan 1, angin
berhembus dengan arah dominan dari Barat Laut (ECMWF), sedangkan angin berhembus
dengan arah dominan dari Timur Laut (Ogimet). Hal ini mengakibatkan hembusan angin
banyak terhalang oleh daratan, yaitu Pulau Lirang, Pulau Wetar dan Pulau Babi. Selain
itu, lokasi pengukuran gelombang berada di bagian Selat Wetar dan dekat dengan daratan
menyebabkan gaya pembangkit angin menjadi kecil karena diredam oleh daratan.
Tabel 6. Tinggi (H) dan Periode (T) Gelombang Harian Pengukuran Lapangan
Tanggal
Hmax
(m)
Hs
(m)
Hmin
(m)
Tmax
(dt)
Ts
(dt)
Tmin
(dt)
15 – 19 April 2016 0,46 0,244 0,06 4,93 3,996 3,23
15 April 2016 0,46 0,108 0,07 3,94 3,695 3,28
16 April 2016 0,45 0,276 0,09 4,93 3,553 3,26
17 April 2016 0,46 0,172 0,07 4,29 3,618 3,23
18 April 2016 0,14 0,085 0,06 4,43 3,922 3,33
19 April 2016 0,12 0,1 0,06 3,92 3,6 3,33
Klasifikasi gelombang Perairan Bagian Timur Pulang Lirang berdasarkan
kedalaman relatif termasuk gelombang laut transisi karena memiliki nilai d/L diantara
1/20 dan ½ yaitu 0,465. Holthuijsen (2007), menjelaskan bahwa kedalaman relatif
dengan perbandingan antara kedalaman perairan (d) dan panjang gelombang (L) dengan
nilai diantara 1/20 dan ½ adalah gelombang laut transisi. Berdasarkan gaya pembangkit
gelombang yang terbentuk, pada lokasi penelitian dikategorikan sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh angin karena memiliki periode gelombang berkisar 3,23 – 4,93 detik.
Hal ini menunjukkan bahwa gelombang yang terbentuk di Perairan Pulau Lirang,
karakteristiknya sangat dipengaruhi oleh kondisi angin. Klasifikasi gelombang
berdasarkan periode yaitu gelombang gravitasi memiliki periode 1 detik sampai 30 detik.
Gelombang gravitasi merupakan gelombang yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan
daya apung air (WMO, 1998).
Secara umum, hasil yang diperoleh dari data pengukuran lapangan belum dapat
menggambarkan kondisi gelombang secara keseluruhan berdasarkan kondisi musim. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh musim dan angin yang bertiup pada saat pengukuran yang
dilakukan hanya beberapa hari dalam satu musim, yaitu musim peralihan I. Pendekatan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peramalan gelombang angin dalam
jangka waktu tertentu. Tinggi dan periode gelombang harian pengukuran lapangan dapat
dilihat pada Tabel 6.
Validasi Hasil
Peramalan gelombang angin memerlukan validasi terhadap data gelombang
lapangan untuk mengetahui tingkat akurasi melalui pendekatan dengan data objektif.
Validasi dilakukan dengan menghitung kesalahan relatif dan rata – rata kesalahan relatif
8. atau mean relatif error (MRE). Metode Darbyshire dengan data masukan dari data angin
ECMWF lebih sesuai dengan peramalan gelombang di Perairan Bagian Timur
dikarenakan memiliki nilai MRE terkecil dan kurang dari 50 %. Menurut Purwanto
(2011), menyatakan bahwa nilai kesalahan relatif yang tidak melebihi 50 % tidak
bermasalah walaupun mengalami sedikit perbedaan. Validasi hasil peramalan gelombang
dengan Metode Darbyshire dan SMB disajikan pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Validasi Hasil Peramalan Gelombang Metode Darbyshire
Hs MRE Ts MRE
(m) (%) (dt) (%)
Data Lapangan 0,244 3,996
Data
Peramalan
2006 ECMWF - - - -
2007 0,269 10,234 3,710 7,159
2008 0,278 13,857 4,657 16,550
2009 - - - -
2010 - - - -
2011 - - - -
2012 - - - -
2013 - - - -
2014 0,308 26,313 3,810 4,667
2015 0,317 29,744 3,925 1,767
2006 - 2015 0,269 10,405 3,711 7,134
2006
Ogimet
- - - -
2007 - - - -
2008 - - - -
2009 - - - -
2010 - - - -
2011 - - - -
2012 0,625 156,005 4,511 12.890
2013 - - - -
2014 1,384 467,144 5,552 38,938
2015 0,295 21,309 3,778 5,439
2006 - 2015 0,950 289,391 4,916 23,020
Periode Ulang Gelombang
Secara statistik, probabilitas nilai gelombang dengan kala ulang tertentu dapat
dipengaruhi oleh adanya panjang atau jumlah data yang tersedia. Dengan semakin banyak
jumlah data maka hasil yang diperoleh akan lebih baik. Umumnya, nilai tinggi gelombang
dengan kala ulang akan meningkat sesuai dengan pertambahan tahun. Tinggi gelombang
(Hsr) untuk 100 tahun akan lebih tinggi daripada tinggi gelombang untuk 50 tahun. Tinggi
gelombang (Hsr) 50 tahun akan lebih tinggi daripada tinggi gelombang untuk 25 tahun
dan seterusnya (dapat ditunjukkan melalui Gambar 5). Peningkatan tinggi gelombang
signifikan periode ulang sangat ditentukan oleh jumlah kejadian gelombang dan nilai
periode ulang. Dengan semakin tinggi jumlah kejadian dan periode ulang tertentu, maka
tinggi gelombang signifikan akan semakin besar begitupun sebaliknya.
9. Gambar 5. Tinggi Gelombang Signifikan dengan Periode Ulang Gelombang
Periode ulang dengan metode Weibull memiliki standar deviasi lebih kecil
daripada metode Gumbel (Fisher - Tippet Type I) dan tingkat kepercayaan berdasarkan
persamaan linier mencapai 84,7 % lebih tinggi dibandingkan metode Gumbel, hal ini
membuktikan bahwa metode Weibull lebih sesuai digunakan pada penelitian periode
ulang di Perairan Bagian Timur Pulau Lirang, Maluku Barat Daya.
Tabel 8. Validasi Hasil Peramalan Gelombang Metode SMB
Hs MRE Ts MRE
(m) (%) (dt) (%)
Data Lapangan 0,244 3,996
Data
Peramalan
2006
ECMWF
0,053 78,076 0,798 80,039
2007 0,058 76,147 0,859 78,508
2008 0,865 254,517 3,945 1,269
2009 0,134 45,073 1,492 62,671
2010 0,049 79,782 0,702 82,420
2011 0,047 80,589 0,626 84,324
2012 0,664 172,307 3,610 9,655
2013 0,107 56,177 1,054 73,622
2014 0,046 81,123 0,627 84,321
2015 0,117 52,217 1,279 67,993
2006 - 2015 0,347 42,065 2,146 46,308
2006
Ogimet
0,169 30,940 1,577 60,543
2007 0,248 1,694 1,490 62,709
2008 0,333 36,617 2,449 38,723
2009 0,042 82,632 0,626 84,336
2010 0,106 56,610 0,683 82,909
2011 - - - -
2012 - - - -
2013 - - - -
2014 - - - -
2015 - - - -
2006 – 2015 0,184 24,794 1,385 65,344
10. IV. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tinggi
gelombang mencapai 2,672 m (Data ECMWF Metode SMB); 0,251 – 0,792 m (Data
ECMWF Metode Darbyshire); 0,013 - 2,533 m (Data Ogimet Metode SMB) dan 0,251
– 6,209 m (Data Ogimet Metode Darbyshire). Data ECMWF dengan Metode Darbyshire
(maksimum MRE 29,744 %) lebih sesuai digunakan yaitu tinggi gelombang 0,251 - 0,792
m dengan periode gelombang 3,663 - 4,717 detik. Periode ulang dengan metode Weibull
memiliki standar deviasi lebih kecil, sehingga lebih sesuai digunakan di Perairan Bagian
Timur Pulau Lirang, Maluku Barat Daya. Metode Weibull menghasilkan tinggi
gelombang dengan periode ulang gelombang (Hsr) 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun, yaitu
0,3878 m; 0,4029 m; 0,4166 m; 0.4369 m; 0,4537 m dan 0,4715 m.
Daftar Pustaka
CERC. 2006. Coastal Engineering Manual. US Army Coastal Engineering Research
Center, Washington.
. 1992. Automated Coastal Engineering System. Departement of the Army Water-
way Experiment Station Corps of Engineers, Missisipi.
Darbyshire, M. and Draper, L. 1963. Forecasting Wind - Generated Sea Waves, National
Institute of Oceanography, Wormley, Surrey, England, published in Engineering.
Dean, R.G and Dalrymple, R.A. 2000. Water Wave Mechanics for Engineers and
Scientists. World Scientific Publishing, Singapore.
Holthuijsen, L. 2007. Wave in Oceanic and Coastal Waters. Cambridge University Press,
New York.
Kurniawan, R., Habibie, M.N. dan Suratno. Variasi Bulanan Gelombang Laut Indonesia.
2011. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika., 12 (3): 221 – 232.
Land Synoptic Code. 2007. Land Station Surface Synoptic Code FM 1-IX Synop
Mulyadi, J. dan Apriansyah. 2015. Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut
Signifikan di Selat Karimata. Positron., V(1): 19 – 25.
Ogimet Weather Information Service. 2016. Synop Reports of Alor Station.
http://www.ogimet.com (29 Maret 2016).
Perpres RI. 2015. Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku.
Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2015, Jakarta.
Purwanto. 2011. Analisa Spektrum Gelombang Berarah di Pantai Kuta, Kabupaten
Badung Bali. Jurnal Buletin Oseanografi Marina, 1: 45 – 59.
Sugianto, D.N. 2013. Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya
dalam Peramalan Gelombang di Perairan Laut Jawa. Program Doktor Teknik Sipil,
FT Undip, Semarang.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta.
Thomas, Justin and Dwarakishb, G.S. 2015. International Conference on Water
Resources. Coastal and Ocean Engineering, Department Of Applied Mechanics
And Hydraulics, Nitk Surathkal, Mangalore, Karnataka India Aquatic Procedia 4:
443 – 448.
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.
Wibisono, M.S. 2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Ed.2., UI Press, Jakarta.
WMO (World Meteorology Organization). 1998. Guide To Wave Analysis And
Forecasting. 1st
ed., Geneva, Switzerland.