Kajian ini menganalisis transformasi penjalaran gelombang di Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu melalui pengukuran lapangan dan simulasi model. Hasil pengukuran menunjukkan tinggi gelombang 1,6 m dan periode 7,75 detik. Simulasi menunjukkan gelombang tertinggi terjadi pada musim timur dan peralihan II dengan tinggi masing-masing 2,23 m dan 2 m. Gelombang berasal dari barat laut dan selatan. Simulasi menunjukkan refraksi
Analisis Pengaruh Datum Vertikal Akibat Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahu...Luhur Moekti Prayogo
Di Indonesia, aturan mengenai batas wilayah laut diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 karena sudah tidak relevan dengan kebijakan dan penyelenggaraan pemerintah. Perbedaan kedua undang-undang tersebut salah satunya mengatur mengenai garis pantai yang digunakan sebagai acuan penarikan garis batas. Pada undang-undang yang lama, acuan penarikan garis batas berdasarkan air surut terendah (Low Water), sedangkan pada aturan perundang-undangan yang baru mengacu pada batas pasang air laut tertinggi (High Water). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh datum vertikal sebagai garis dasar dalam penegasan batas wilayah laut akibat perubahan Undang-Undang. Penelitian ini dibatasi dengan studi literatur pada dokumen diantaranya Undang-Undang dan dokumen terkait. Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui pengaruh kelerengan terhadap pergeseran garis dasar di lapangan dan di peta. Dari kajian dan analisis spasial yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pergeseran LW ke HW dengan beberapa pendekatan kemiringan wilayah menunjukkan pergeseran-pergeseran tersebut hampir tidak terlihat atau bisa dikatakan tidak signifikan untuk dasar mengukur limit batas maritim. Penentuan garis dasar LW ke HW akan mempengaruhi luas pengelolaan wilayah laut, garis dasar dan titik dasar. Semakin rendah garis dasar maka semakin sempit wilayah pengelolaan laut. Sebaliknya, semakin tinggi garis dasar maka semakin luas wilayah pengelolaan laut. Letak garis dasar LW dan HW akan berdampak pada lokasi SDA khususnya pada wilayah yang berdampingan dekat dengan wilayah lain. Luas wilayah mempengaruhi besaran DBH pada suatu wilayah yang ditentukan dari garis dasar.
Analisis Pengaruh Datum Vertikal Akibat Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahu...Luhur Moekti Prayogo
Di Indonesia, aturan mengenai batas wilayah laut diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 karena sudah tidak relevan dengan kebijakan dan penyelenggaraan pemerintah. Perbedaan kedua undang-undang tersebut salah satunya mengatur mengenai garis pantai yang digunakan sebagai acuan penarikan garis batas. Pada undang-undang yang lama, acuan penarikan garis batas berdasarkan air surut terendah (Low Water), sedangkan pada aturan perundang-undangan yang baru mengacu pada batas pasang air laut tertinggi (High Water). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh datum vertikal sebagai garis dasar dalam penegasan batas wilayah laut akibat perubahan Undang-Undang. Penelitian ini dibatasi dengan studi literatur pada dokumen diantaranya Undang-Undang dan dokumen terkait. Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui pengaruh kelerengan terhadap pergeseran garis dasar di lapangan dan di peta. Dari kajian dan analisis spasial yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pergeseran LW ke HW dengan beberapa pendekatan kemiringan wilayah menunjukkan pergeseran-pergeseran tersebut hampir tidak terlihat atau bisa dikatakan tidak signifikan untuk dasar mengukur limit batas maritim. Penentuan garis dasar LW ke HW akan mempengaruhi luas pengelolaan wilayah laut, garis dasar dan titik dasar. Semakin rendah garis dasar maka semakin sempit wilayah pengelolaan laut. Sebaliknya, semakin tinggi garis dasar maka semakin luas wilayah pengelolaan laut. Letak garis dasar LW dan HW akan berdampak pada lokasi SDA khususnya pada wilayah yang berdampingan dekat dengan wilayah lain. Luas wilayah mempengaruhi besaran DBH pada suatu wilayah yang ditentukan dari garis dasar.
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Energy of water is one of the renewable energy that can be converted into electrical energy without pollution. Rotation, torque, and power generated by the water wheel can be used directly both for irrigation pumping and for running a rice mill even move the alternator and electrical generators. The purpose of this study was to find the best water wheel performance indicated by torque, rotation, and power as well as the relative speed of the water at the side of the blade. The results obtained in the preliminary test were the average water velocity of 2.50 m/s, the average rotation shaft of 79.78 rpm, the average torque on the shaft of 58.98 Nm, the average power of 510,67 W. The second results were also obtained as given the results and discussion section. It was found that the best water wheel performance based on the analysis was shown in the second test results.
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...Luhur Moekti Prayogo
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Energy of water is one of the renewable energy that can be converted into electrical energy without pollution. Rotation, torque, and power generated by the water wheel can be used directly both for irrigation pumping and for running a rice mill even move the alternator and electrical generators. The purpose of this study was to find the best water wheel performance indicated by torque, rotation, and power as well as the relative speed of the water at the side of the blade. The results obtained in the preliminary test were the average water velocity of 2.50 m/s, the average rotation shaft of 79.78 rpm, the average torque on the shaft of 58.98 Nm, the average power of 510,67 W. The second results were also obtained as given the results and discussion section. It was found that the best water wheel performance based on the analysis was shown in the second test results.
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...Luhur Moekti Prayogo
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan (angin muson barat) dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau (angin muson timur) yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar 5.65 dan 10.25. Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan P1.
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Luhur Moekti Prayogo
Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah salah satunya laut. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya laut adalah informasi pasang surut. Pengetahuan mengenai pasang surut menjadi penting dikarenakan setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing. Masyarakat pesisir memanfaatkan informasi pasang surut untuk aktivitas seperti menentukan waktu berlayar dan mengisi tambak pada saat air pasang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan metode Least Square. Data pasang surut diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan interval satu jam pada bulan Maret dan Juli 2021 yang mewakili musim barat dan timur. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa di perairan kabupaten Trenggalek hasil analisis pada bulan Maret dan Juli 2021 menunjukkan bilangan Formzahl sebesar 0.42 dan 0.40 (nila F antara 0.25 – 1.25), yang berarti tipe pasang surut di perairan Trenggalek adalah Campuran dengan kecenderungan Semidiurnal. Tipe ini menjelaskan bahwa dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selanjutnya grafik fluktuasi pasang surut menunjukkan pada bulan Maret 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 1-7 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 25-29. Kemudian pada bulan Juli 2021, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 9-15 dan 13-21, sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 9-11 dan 21-29. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pasang dan surut pada musim yang berbeda di perairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Study of Tidal Characteristics in The South and North Coastal of Sumenep Rege...Luhur Moekti Prayogo
Sumenep is one of Madura's regencies, which has many islands with a wealth and diversity of natural resources, especially in its marine and coastal areas. With many islands owned, sea transportation in Sumenep is of great importance in the regency. One of the crucial aspects that must be considered related to this transportation is tidal information. This study aims to determine the tidal characteristics in the South and North Coast of Sumenep Regency using the Least Square method. The tide data used in February and September 2020 were obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) with an observation interval of one hour. This time was chosen because it represents monsoons' occurrence in Indonesia in the annual season, namely the dry and rainy seasons. The results of this study indicate that the southern coastal area (Giligenting District) has a mixed tidal type, tends to be semi-diurnal with Formzahl numbers of 0.86 and 1.29 (0.25 <F £ 1.5). In comparison, the North coast (Dasuk District) has a Diurnal tidal type with Formzahl numbers of 3.64 and 4.30 (F > 3.0). The different tides are due to the sampling's location representing different geographical conditions, namely open waters (North Coast) and closed waters (Pesisir Selatan). The elevation parameters obtained still need supporting data such as waves, currents, and bathymetry used by policymakers for safety in using sea transportation.
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
Cilacap merupakan kabupaten yang mempunyai luas area mencapai 225.360,840 ha yang terletak pada wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten ini menghadap langsung dengan Samudera Indonesia disebelah selatannya. Karakteristik elevasi harmonik suatu wilayah perairan bermanfaat untuk mengetahui interaksi pembentuk pasang surut pada wilayah tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan lingkungan lebih lanjut serta bangunan pantai dan kegiatan lain di wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer berupa data elevasi pasang surut yang terekam setiap jam selama satu 31 hari pada bulan Januari 2019. Analisis harmonik menggunakan T-Tide untuk mengekstrak komponen-komponen pasang surut. Komponen pasut yang dominan diantaranya Q1, O1, NO1, K1, N2, M2. Perairan cilacap memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai indeks Formzahl sebesar 0.531856. Elevasi muka air laut di Perairan Cilacap MSL yang menunjukan nilai rata-rata muka air laut sebesar 3.46m, HAT 4.74m, MHWL 4.3m, MLWL 2.62m dan LAT 2.18m.
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application i...widodopranowo
Tutorial COHERENS Coupled Hidrodynamic & Ecologycal Model & Its Application in Indonesia.
Pernah disajikan pada Mata Kuliah Kapita Selekta, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Teknik Hidrografi pada Tahun 2004 oleh Widodo Pranowo.
Comparison of Admiralty and Least Square Methods for Tidal Analysis in Mandan...Luhur Moekti Prayogo
The existence of hydro-oceanographic information such as tides plays an essential role in supporting coastal areas' transportation. This study aims to compare the tidal analysis results in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java using the Admiralty and Least Square methods. The data used in this study are tidal data for May and November 2020, which represent the dry and rainy seasons in Indonesia. Tide data are obtained from the Geospatial Information Agency (BIG) at one-hour intervals. From this research, it can be concluded that the tidal types generated from the Admiralty and Least Square methods in Mandangin Island, East Java, are mixed types with semidiurnal tendencies. The use of the Admiralty and Least Square methods results in the difference in the harmonic components' amplitude values. The M2 and O1 components have an enormous difference in May 2020, with amplitude values of 0.0003 and 0.0002, and the difference in the amplitude values of the harmonic components also occurred in November 2020. The M2 component has the most significant difference compared to other components, namely 0.0011. The components O1, P1, and MS4 in the same month result in a relatively small difference in amplitude values with values of 0.0002, 0.0002, and 0.0001. For further tidal research, data corrections should be considered, a nodal correction to produce more accurate observational data. This correction can use the T_Tide program with constants obtained from the analysis process.
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...robert peranginangin
Wilayah pesisir (terutama pulau kecil) sangat rentan terkena dampak dari peningkatan muka air laut. Terendamnya wilayah-wilayah yang merupakan sentra ekonomi akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Untuk menghindari kerugian tersebut perlu pengelolaan pulau-pulau kecil dengan memanfaatkan model spasial dinamik/temporal. Tujuan studi adalah mengembangkan model spasial dinamik/temporal untuk mengkaji kerentanan permukiman penduduk di pulau-pulau kecil. Metode yang digunakan adalah pemodelan sistem dinamik/temporal (SD) dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan identifikasi isu dan kondisi lingkungan di pulau kecil, yaitu Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan, Kabupaten Jepara. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan penduduk (data sekunder) dan peta dasar Pulau Karimunjawa dan Kemujan. Asumsi yang digunakan pada pemodelan adalah tidak terjadi bencana alam atau musibah yang mengurangi jumlah penduduk, kematian dianggap sebagai kematian normal dengan mengacu umur rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia (69 tahun), tidak ada kegiatan reklamasi pantai, tidak ada perubahan ekosistem secara signifikan. Pemodelan spasial dinamik/temporal mengikuti tahapan sesuai dengan prosedur pemodelan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa bila fraksi sea level rise (SLR) 10 cm per tahun, akan berdampak pada penurunan ketersediaan lahan permukiman. Tinggi kenaikan muka air laut berkisar antara 0,5 meter pada tahun ke-10, hingga mencapai ketinggian kenaikan 5,0 meter pada tahun ke-100. Akibatnya akan terjadi genangan air laut di permukiman penduduk seluas 13,02 ha pada tahun ke-10 danpada tahun ke-100 menjadi 226,5 ha. Diperlukan upaya rekayasa lingkungan, seperti membangun tanggul pantai dan memperbaiki rancangan konstruksi bangunan permukiman, agar dapat mengurangi dampak terhadap ketersediaan lahan permukiman. Kenaikan muka air laut yang berdampak terhadap penduduk dan permukiman di Pulau Karimunjawa dan Kemujan membutuhkan adanya adaptasi sebagai upaya mitigasi dampak.
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
Jurnal May Trio Vimeris K2E009082
1. Kajian Refraksi-Difraksi dan Transformasi Penjalaran Gelombang Laut di
Perairan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu
May Trio Vimeris, Denny Nugroho S1
, Wahyu Budi S2
1
Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Semarang
2
Pusat Penelitian Oseanografi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta
Email: dennysugianto@yahoo.com, wahyuudisetyawan@gmail.com,
maytriovimeris@outlook.co.id
Abstrak
Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu merupakan pantai yang telah beralih fungsi dari kawasan
pelabuhan menjadi kawasan pantai wisata akibat kurangnya informasi terkait penjalaran gelombang laut
di perairannya. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi transformasi penjalaran gelombang
terkait refraksi dan difraksi gelombang di perairan Tapak Paderi Kota Bengkulu berdasarkan jalur
pengamatan. Proses pengolahan data terdiri dari konversi gelombang per musim dari data angin 10
tahun dan proses model simulasi penjalaran gelombang menggunakan BOUSS2D dari program Surface
Water Modeling System 11. Hasil pengukuran lapangan selama tiga hari di perairan Tapak Paderi
menghasilkan tinggi signifikan 1,6 m dan periode signifikan 7,75 s. Hasil konversi angin menggunakan
metode SMB mengasilkan resume data gelombang per musim selama sepuluh tahun. Gelombang
signifikan tertinggi di perairan Tapak Paderi terjadi pada musim Timur dan peralihan II, masing-masing
memiliki tinggi signifikan 2,23 m dan 2,0 m dengan periode signifikan 7,12 s dan 7,0. Gelombang di
perairan Tapak Paderi memiliki dua arah datang dominan, yakni gelombang datang dari kelompok fetch
barat laut dan kelompok fetch selatan. Hasil analisis simulasi model berdasarkan jalur pengamatan
menunjukkan bahwa gelombang mengalami refraksi di jalur pengamatan 1, mengalami difraksi setelah
adanya Gosong Patasembilan di jalur pengamatan 2, mengalami difraksi setelah adanya anak Gosong
Patasembilan dan konvergensi gelombang pada Tanjung Pantai Tapak Paderi di jalur pengamatan 3,
mengalami konvergensi pada daerah tanjung dan divergensi pada daerah teluk di jalur pengamatan 4.
Sedangkan untuk tinggi gelombang terendah sebesar 0,29 m terjadi pada musim peralihan II pada titik
pengamatan di belakang ujung bangunan pantai Tapak Paderi.
Kata Kunci : Konversi Gelombang, Penjalaran Gelombang, Perairan Pantai Tapak Paderi
Abstract
Tapak Paderi Beach is a tourism area located in Bengkulu City. It was a port area but because the lack
of information related to wave propagation, it changed into tourism area. The purpose of this study was
to gain information about transformation in wave propagation,wave refraction and wave diffraction in
Tapak Paderi water. Data processing consists of converting 10 years wind data using SMB method and
simulating wave propagation using Surface water Modelling System (SMS) module Bouss 2D. The field
measurement in three days time showed the significant wave height 1,6 m dan significant wave period
7,75 s. Wind data conversion gave 10 years seasonal wave data and showed the highest significant wave
height happen in east and second transition monsoon season. The east monsoon season has 2,23 m
significant wave height and 7,12 s significant wave period, meanwhile the second transition monsoon
season has 2,0 m significant wave height and 7,0 s significant wave period. The wave propagation comes
in two dominant direction, from south and northwest fetch groups. Wave model simulation is analyzed by
observation route. Wave refraction happen in route 1, wave diffraction happen after going across
Patasembilan sandbar in route 2 and Patasembilan sub-sandbar, wave convergence happen in Tapak
Paderi cape in route 3 and wave divergence happen in route 4 around the bay area. The lowest wave
height (0,29 m) happen in second transitional monsoon season around the Tapak Paderi coastal building.
Keywords : Wave Conversion, Wave Propagation, Tapak Paderi Beach
2. Pendahuluan
Gelombang laut merupakan faktor hidro-oseanografi yang dibangkitkan oleh angin di
daerah pembangkitannya di laut dalam (Danial, 2008). Menurut Sulaiman (2008), gelombang
laut adalah penjalaran energi yang menjalar dari laut dalam menuju tepi pantai (Sulaiman,
2008). Gelombang laut sangat penting sebagai alat analisa dalam pemilihan lokasi suatu
infrastruktur pantai untuk studi kelayakan yang rinci dan detail (Triatmodjo, 1999). Penjalaran
gelombang yang dibangkitkan oleh angin dari laut dalam akan mengalami transformasi baik
refraksi maupun difraksi. Penjalaran tersebut ketika mendekati pantai, sebagai akibat variasi
kedalaman dasar laut dan rintangan, seperti gosong, karang, pulau kecil, tanjung, teluk dan
bangunan pemecah gelombang akan berdampak pada penurunan intensitas (Nwogu dan
Demirblek, 2005). Perubahan yang terjadi ketika gelombang mendekati pantai meliputi
perubahan bentuk gelombang seperti perubahan arah penjalaran gelombang, perubahan tinggi
gelombang, serta perubahan kecepatan dan panjang gelombang (Nwogu dan Demirbilek, 2005).
Kondisi transformasi penjalaran gelombang terkait refraksi dan difraksi tersebut akan
memberikan intensitas tinggi gelombang yang berbeda terhadap bentuk pantai teluk ataupun
tanjung yang dimiliki oleh Pantai Tapak Paderi.
Kawasan pantai Tapak Paderi di Kota Bengkulu memiliki sejarah dimana dahulunya
merupakan kawasan Pelabuhan aktif. Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam Bengkulu
Harbour Project, pada tahun 1978 Pelabuhan Bengkulu di Tapak Paderi telah dialihkan ke
Pulau Baai karena telah mengalami kerusakan berupa sedimentasi tinggi. Sedimentasi tersebut
terjadi karena gelombang laut di perairan tersebut (Dwidelta, 1973; Ludikhuize dan Verhagen,
1978). Pada saat ini, wilayah pantai Tapak Paderi merupakan salah satu pantai di Provinsi
Bengkulu Pulau Sumatera yang dikembangkan menjadi kawasan pantai wisata. Kawasan
tersebut dilengkapi dengan infrastruktur pantai berupa jetty dan pemecah gelombang
(breakwater). Keberadaan jetty dan pemecah gelombang (breakwater) di wilayah pantai Tapak
Paderi akan menyebabkan perubahan pola gelombang dan intensitasnya untuk menuju daerah
pantai. Perubahan tersebut membutuhkan analisis dengan pemodelan tertentu agar diperoleh
hasil yang dapat digunakan untuk pengelolaan-pengelolaan tahap lanjutan.
Pada penelitian ini, penjalaran gelombang laut dianalisis dengan menggunakan
pendekatan model BOUSS-2D. Pemilihan pendekatan model BOUSS-2D dilakukan untuk
memperoleh simulasi penjalaran gelombang yang mendekati nilai hasil pengamatan lapangan.
Analisis transformasi gelombang serta refraksi-difraksi gelombang dilaksanakan dalam kurun
waktu per-musim dengan efisiensi waktu dan biaya yang minimal.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui transformasi penjalaran gelombang terkait
refraksi dan difraksi gelombang di perairan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.
Materi dan Metode
Data kondisi gelombang laut di perairan Tapak Paderi Kota Bengkulu dalam penelitian
ini, diperoleh dari survei lapangan tanggal 14-17 Juni 2013 bersama Tim peneliti dari Pusat
Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta.
Selanjutnya, data sekunder berupa data angin diperoleh dari stasiun pengukuran BMKG
Bandara Fatmawati Bengkulu, dengan periode pengamatan selama sepuluh tahun (2001-2011).
Selanjutnya untuk informasi kedalaman laut dilakukan pengolahan data batimetri dari Peta
Batimetri Bengkulu skala 1:25.000 hasil survei Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL Tahun 2011.
3. Metode pengolahan dan verifikasi data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, yaitu metode yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang konkret/empiris, obyektif,
terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2009). Metode penyajian data dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif, yaitu dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap gejala
empirik yang diteliti dengan menganalisis dan menginterpretasikan ke dalam data (Fatoni,
2006).
Pengukuran gelombang dalam penelitian ini menggunakan metode mooring, dengan
alat ADCP Flowquest 2000. Pengukuran ini dilakukan dengan interval perekaman selama 1 jam
dalam kurun waktu 3 hari, pada tanggal 14 hingga 17 Juni 2013. Penentuan lokasi ADCP
dilakukan menggunakan metode pertimbangan (purposive sampling method), yaitu metode
sampling berdasarkan pertimbangan tertentu (Hadi,1993) dimana Peneliti menempatan mooring
ADCP di daerah sebelum gelombang pecah dengan titik koordinat yang tercatat dari alat Global
Positioning System (GPS) Garmin 276 C, berada pada posisi S 03.79635 dan E 102.23401
(Gambar 1).
Gambar 1 Peta Lokasi Mooring Gelombang (Sumber Peta: Titik koordinat gelombang dan garis
pantai hasil survey lapangan tanggal 14-17 Juni 2013, Peta RBI tahun 2007, Open
Street Map Mapquest tahun 2013, Citra Bengkulu tanggal 30 Juni 2013 dari Google
Earth)
Konversi data gelombang dari data angin dalam penelitian ini menggunakan metode
Sverdrup-Munk-Bretcheider (SMB) (CEM, 2008). Data angin selama 10 tahun (2001-2011)
dikelompokkan berdasarkan derajat fetch efektif (Tabel 1) di perairan Pantai Tapak Paderi
dalam kurun waktu per musim yaitu; musim Barat (Desember, Januari, Februari), musim
Peralihan I (Maret, April, Mei), musim Timur (Juni, Juli, Agustus), dan musim Peralihan II
(September, Oktober, November). Selain itu, data angin per jam pada hari penelitian (tanggal
14-18 Juni 2013) digunakan untuk verifikasi data gelombang hasil konversi dengan data
gelombang hasil pengukuran lapangan.
4. Tabel 1 Kelompok data berdasarkan derajat fetch efektif (Pengolahan Data, 2014)
Mata Angin Derajat Mata Angin Nama Kelompok
Derajat
Fetch Efektif
Utara (337.5 ͦ - 22.5 ͦ ) KI (348 ͦ - 333 ͦ )
Barat Laut (292.5 ͦ - 337.5 ͦ) KII (332 ͦ - 294 ͦ )
Barat (247.5 ͦ - 292.5 ͦ) KIII (293 ͦ - 249 ͦ )
Barat Daya (202.5 ͦ - 247.5 ͦ) KIV (248 ͦ - 204 ͦ )
Selatan (157.5 ͦ - 202.5 ͦ) KV (203 ͦ - 180 ͦ )
Data gelombang dalam penelitian ini diolah menggunakan metode gelombang
representatif, yaitu metode yang dapat mewakili karaktersitik keseluruhan data gelombang.
dimana penentuan gelombang representatif menurut Triatmodjo (1999), sebagai berikut:
n
HHHH
Hs n
...21 (1)
n
TTTT
Ts n
...21 (2)
n = 33% x jumlah data (3)
dimana:
Hs : tinggi gelombang signifikan (m)
Ts : periode gelombang signifikan (detik)
H1,…n : tinggi gelombang ke 1, 2, …n (m)
T1,…n : periode gelombang ke 1, 2, …n (m)
Selanjutnya pemodelan transformasi gelombang dibuat menggunakan modul BOUSS-
2D dalam Surface-water Modelling System (SMS) 11.1. Adapun langkah-langkahnya dalam
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2:
Gambar 2 Diagram alir pemodelan BOUSS-2D (Pengolahan Data, 2013)
Data
Batimetri
(X, Y, Z)
Data Garis
Pantai
(X, Y, Z=0)
2D Grid Persegi
(x,y & Δx,Δy)
Data
Gelombang
(Hs, Tp,
Arah Gel)
Daerah Model
Peredam
Gelombang
(Dumping)
Generator
Gelombang
(Wavemaker)
Model
Kontrol
Parameter
Simulasi
JHONSWAP
Spektrum
Gelombang
Titik
Pengamatan
(Probes)
Simulasi
Time Series
Gelombang
Zero
crossing-
analysis
H1/3, T1/3
5. Metode verifikasi gelombang dalam penelitian ini dilakukan menjadi dua tahap yaitu
verifikasi peramalan dan verifikasi hasil model seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Verfikasi data hasil peramalan dan data hasil pemodelan dalam penelitian ini menggunakan
koreksi kesalahan relatif (Relative Error) dan rata-rata kesalahan relatif Mean Relative Error
(MRE) untuk gelombang representatif.
Gambar 3 Diagram alir verifikasi data hasil pengolahan (Pengolahan Data, 2013)
Analisa penjalaran gelombang hasil simulasi model dilakukan dengan membuat titik
pengamatan (Probe) dan jalur pengamatan (Pathway) berdasarkan metode purposive sampling,
adapun Probe dan jalur pengamatan ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Penyajian jalur pengamatan hasil tinggi gelombang representatif model (Sumber Peta: Hasil
Pengolahan DEM dari Peta Batimetri DISHIDROS TNI AL Skala 1:25000, 2014)
H, T,
Arah
Gelombang
MRE HINDCAST (%)
OBSERVASI DATA LAPANGAN
ADCP TGL 14-18 JUNI 2013
(Satuan waktu = Jam)
DATA ANGIN BMKG
TGL 14-18 JUNI2013
(Satuan waktu = Jam)
Metode SMB
H, T
Inputan Wavemaker
(Hs*, Tp, Arah Gelombang)
MODEL BOUSS-2D
AQUAVEO SMS 11.1*
TITIK
PENGAMATAN
GELOMBANG
(PROBE_1)
Koordinat &
Kedalaman
ADCP
(X Y Z)
HASIL SIMULASI
PENJALARAN
GELOMBANG
PROBE_1
Zero-crossing
analysis
MRE MODEL (%)
H, T, Arah Gelombang
Hs, Ts
H1/3,
T1/3
H1/3,
T1/3
6. Hasil dan Pembahasan
Gelombang Lapangan
Pengukuran gelombang lapangan di perairan pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu,
tanggal 14 Juni 2013 pukul 10:50:00 siang hingga 17 Juni 2013 pukul 9:50:00 siang, dalam
selang waktu perekaman 1 jam di koordinat 03°79635’S dan 102°23401’E, menghasilkan tinggi
dan periode gelombang pada Gambar 5 dan Gambar 6. Selain itu, gelombang representatif
lapangan disajikan pada Tabel 2.
Gambar 5 Hasil pengukuran tinggi gelombang lapangan (Pengolahan Data, 2014)
Gambar 6 Hasil pengukuran periode gelombang lapangan (Pengolahan Data, 2014)
Tabel 2 Gelombang representatif pengukuran lapangan (Pengolahan Data, 2014)
Gelombang
Representatif
Tinggi gelombang
(meter)
Periode gelombang
(detik)
13% 1,38 6,68
Signifikan 1,36 6,60
Minimum 0,77 4,28
Maksimum 1,60 7,75
Gelombang hasil konversi data angin
Mawar angin dari pengolahan data angin selama 10 tahun per musim yang sudah di
kelompokkan berdasarkan derajat fetch efektif, secara umum menunjukkan bahwa ada dua arah
datang gelombang angin dominan di perairan pantai Tapak Paderi, yakni; dari kelompok fetch
arah Barat Laut dan dari kelompok fetch arah Selatan (Gambar 7). Selain itu, resume data
gelombang hasil konversi angin disajikan pada grafik di Gambar 8 (Musim Barat), Gambar 9
(Musim Peralihan I), Gambar 10 (Musim Timur), serta pada Gambar 11 (Musim Peralihan II).
7. (a) (b)
(c) (d)
Gambar 7. Mawar angin (a) Musim Barat; (b) Musim Peralihan I; (c) Musim Timur; (d) Musim
Peralihan II (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
Gambar 8 Grafik resume gelombang musim Barat (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
Gambar 9 Grafik resume gelombang musim Peralihan I (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
8. Gambar 10 Grafik resume gelombang musim Timur (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
Gambar 11 Grafik resume gelombang musim Peralihan II (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
Pemodelan Transformasi Gelombang
Hasil model pada musim barat, musim peralihan I, musim timur, dan musim peralihan
II memiliki pola transformasi gelombang dengan intensitas tinggi yang berbeda. Perbedaan
polanya ditunjukkan pada Gambar 12 dan Gambar 13:
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12. Model gelombang (a) Musim Barat; (b) Musim Peralihan I; (c) Musim Timur; (d)
Musim Peralihan II (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
9. (a) (b)
(a) (b)
Gambar 13 Resume tinggi gelombang di setiap titik pengamatan dalam jalur pengamatan (a)
Jalur Pengamatan 1; (b) Jalur Pengamatan 2; (c) Jalur Pengamatan 3; (d) Jalur
Pengamatan 4 (Sumber: Pengolahan Data, 2014)
Kesimpulan
Pada jalur pengamatan 1, gelombang di perairan Tapak Paderi yang menuju bentuk
pantai teluk mengalami refraksi dan shoaling dengan intensitas penurunan tinggi gelombang
yang konstan. Pada jalur pengamatan 2, sebelum akhirnya gelombang mengalami difraksi akibat
rintangan bangunan pantai Tapak Paderi, tinggi gelombang menurun terlebih dahulu akibat
interferensi gelombang-gelombang yang terbentuk setelah adanya Gosong Patasembilan. Pada
jalur pengamatan 3, difraksi gelombang terjadi setelah melewati anak Gosong Patasembilan dan
selanjutnya mengalami konvergensi di bentuk pantai tanjung. Sedangkan pada jalur pengamatan
4, di perairan Tapak Paderi, tinggi gelombang di bentuk pantai teluk berbeda intensitasnya
dibandingkan tinggi gelombang di bentuk pantai tanjung, dimana tinggi gelombang di bentuk
pantai teluk lebih rendah dibanding tinggi gelombang di bentuk pantai tanjung. Intensitas tinggi
gelombang terendah di semua jalur pengamatan dengan periode pengamatan selama 10 tahun
terjadi pada musim peralihan II, yaitu di titik pengamatan belakang ujung mulut jetty Pantai
Tapak Paderi, dengan tinggi signifikan sebesar 0,29 meter.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Tim Peneliti Oseanografi Bengkulu Juni 2013 dari Pusat Penelitian
Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, yang telah
memberikan fasilitas dan pengalaman kepada Peneliti. Terimakasih kepada BMKG Bandara
Fatmawati Bengkulu, IPC Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, serta semua pihak dan instansi yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.
10. Daftar Pustaka
Danial, M. 2008. Rekayasa Pantai Edisi Ke-1. Penerbit Alfabeta. Bandung, 320 hlm
Demirbilek, Z & Lin, L. 2012. Coupled BOUSS-2D and CMS-Wave Modeling Approach for
Harbor Projects. Vicksburg MS, 1-10 pp
Demirbilek, Z. and J. D. Rosati. 2011. Verification and Validation of the Coastal Modeling
System: Report I, Executive Summary, Tech. Report ERDC/CHL-TR-11-10. U.S.
Army Engineer R&D Center, Coastal and Hydraulics Laboratory. Vicksburg MS, 110
pp
Diposaptono S dan Budiman. 2008. Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami Penerbit Buku
Ilmiah Populer. Bogor, 384 hlm
Diposaptono S dan Budiman. 2006. Tsunami. Penerbit Buku Ilmiah Populer. Jakarta, 300 hlm
Dwidelta. 1973. Engineering Survey on The Waters of The Port of Bengkulu. Jakarta, 1-73 pp
Ludikhuize, D., & Verhagen, H. J. 1978. Bengkulu Harbour Project. Delft University, 1-309 pp
Nwogu, O., Zundel, A., and Demirbelk, Z. 2001. BOUSS-2D: A Boussinesq Wave Model for
Coastal Regions and Harbors. Report 1: Theoretical Background and User’s Manual.
U.S. Army Engineer R&D Center, Coastal and Hydraulics Laboratory. Vicksburg MS.
1-92 pp
Poerbondono, dan E. Djunasjah. 2005. Survei Hidrografi. Penerbit Refika Aditama. Bandung,
166 hlm
U.S. Army Corps of Engineers (USACE). 2008. Coastal Engineering Manual (CEM).
Meteorology And Wave Climate. Departement of The Army U.S. Corps of Engineers.
Whasington, DC. 23-145 pp
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Office. Yogyakarta, 13-137 hlm
Word Meteorological Organization (WMO). 1998. Guide to Wave Analysis and Forecasting
2nd Edition. Geneva, Switzerland. 168 pp