Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraIwan Syahril
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki banyak pemikiran tentang masalah-masalah pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. DI presentasi ini saya mencoba menelaah secara filosofis dan mencari benang merah percikan-percikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dari teks-teks yang langsung ditulis oleh beliau semasa hidupnya. Ada 3 kerangka utama yang saya tangkap yang mewarnai keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu: 1) Kodrat Keadaan (Alam & Zaman); 2) Asas Tri-Kon - kontinuitet, konvergensi, konsentris; 3) Budi Pekerti (bulatnya cipta-rasa-karsa yang menghasilkan tenaga). Jika diperas lagi, esensi filosofi pemikiran beliau, menurut saya dari bacaan teks-teks tulisan beliau, adalah perubahan yang dinamis, yang dinamikanya ibarat sistem tata surya.
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraIwan Syahril
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki banyak pemikiran tentang masalah-masalah pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. DI presentasi ini saya mencoba menelaah secara filosofis dan mencari benang merah percikan-percikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dari teks-teks yang langsung ditulis oleh beliau semasa hidupnya. Ada 3 kerangka utama yang saya tangkap yang mewarnai keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu: 1) Kodrat Keadaan (Alam & Zaman); 2) Asas Tri-Kon - kontinuitet, konvergensi, konsentris; 3) Budi Pekerti (bulatnya cipta-rasa-karsa yang menghasilkan tenaga). Jika diperas lagi, esensi filosofi pemikiran beliau, menurut saya dari bacaan teks-teks tulisan beliau, adalah perubahan yang dinamis, yang dinamikanya ibarat sistem tata surya.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. 1
MEDIA PEMBELAJARAN
OLEH :
TRIAS TITIAN PILTIAN
13010102001
SITTI AL AKHYAR
13010102030
FAKULTAS TARBIYAH / PBA/III/A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2014
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya akhirnya makalah ini dapat penulis susun.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Media Pembelajaran. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan, semua ini dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Walaupun demikian penulis
berharap mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga makalah
ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Kendari, 30 September 2014
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................3
BAB I.....................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................4
BAB II ...................................................................................................6
MEDIA PEMBELAJARAN .................................................................6
A. Pemlihan Media Pembelajaran .....................................................6
B. Kriteria Pemilihan Media............................................................14
BAB III................................................................................................22
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB.................................22
A. Konsep Pembelajaran Berbasis Web ..........................................22
B. Manfaat dan Fungsi Pembelajaran berbasis Web.......................28
C. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Berbasis Web ..........34
BAB IV................................................................................................37
PENUTUP ...........................................................................................37
A. Kesimpulan .................................................................................37
B. Saran............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................39
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
Media sangat diperlukan dalam suatu proses pembelajaran,
ketepatan pemilihan media dapat menunjang tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Ada faktor-faktor tertentu yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan media
dalam pembelajaran seperti halnya yang berkenaan dengan
tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau
sasaran, jenis rancangan belajar yang diinginkan apakah bersifat
audio, atau visual atau kedua-duanya, atau mungkin media yang
bersifat diam sesuai dengan kondisi setempat, dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) beberapa tahun
belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang cukup
tinggi, sehingga perkembangan ini telah mengubah paradigma
masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang
tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual
elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya seperti
melalui jaringan internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak cukup
berarti dari perkembangan (TI) ini adalah bidang pendidikan,
dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses
komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik
5. 5
yang berisi informasi-informasi pendidikan yang memiliki
unsur-unsur: (1) pendidik sebagai salah satu sumber informasi,
(2) media sebagai sarana penyajian ide dan (3) gagasan dan
materi pendidikan serta (4) peserta didik itu sendiri.
Perkembangan TI dan penerapannya dalam pendidikan
menjadi wacana yang berkembang saat ini. Integrasi teknologi
informasi kedalam pendidikan salah satunya dalam bentuk
Pembelajaran Berbasis Web (PBW). Terdapat berbagai
keunggulan penerapan PBW disamping beberapa catatan
kelemahannya bila dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
Terkait dengan masalah tersebut, sudah seharusnya guru
zaman sekarang ini mulai memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan
pengetahuan guru maupun siswa akan berkembang. Selain itu
guru maupun siswa juga akan terbiasa mengoperasikan
perangkat komputer tersebut, sehingga tidak ada lagi istilah guru
gaptek (Gagap Teknologi) maupun siswa gaptek.
6. 6
BAB II
MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pemlihan Media Pembelajaran
1. Alasan Teoritis Pemilihan Media
Dalam suatu proses pembelajaran, ketepatan pemilihan media
dapat menunjang tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pemilihan media biasa dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Merancang format yang cepat
b. Menyeleksi, memodifikasi, materi-materi yang spesifik
Dengan memperhatikan kriteria atau pedoman pemilihan
media, maka pelajar terhindar dari kecerobohan dalam
pemilihan media dan akan menunjang keefektifan prosees
pembelajaran.1
Pemilihan media didasarkan atas berbagai macam
pertimbangan.Pertimbangan yang utama biasanya adalah
faktor biaya, waktu, tenaga, keefektifan dan keefesienan.
Seiring dengan lajunya perkembangan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang baik untuk diangkat
secara utuh dengan modifikasi seperlunya, maupun
diadaptasikan dengan keadaan setempat.2
Ada faktor-faktor tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran seperti
1
Hadi Machmud, Media Pembelajaran, (Istana Profesional : Kendari), 2006, h.105
2
Ibid
7. 7
halnya yang berkenaan dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rancangan
belajar yang diinginkan apakah bersifat audio, atau visual atau
kedua-duanya, atau mungkin media yang bersifat diam sesuai
dengan kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin
dilayani
Pada tingkat yang menyeluruh dan umum pemilihan media
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor :
a. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang
meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang
telah tersedia, waktu mengajar dan pengembangan materi
dan media, sumber-sumber yang tersedia (manusia dan
materi).
b. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi
pembelajaran beragam dari sisi tugas yang ingin
dilakukan siswa, misalnya penghafalan, penerapan
keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau
penalaran dan pemikiran tingkatan yang lebih tinggi oleh
karena itu membutuhkan perilaku yang berbeda, tekhnik
dan media penyajian yang berbeda pula.
c. Hambatan dari siswa dan mempertimbangkan
kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca,
mengetik dan menggunakan komputer, serta karekteristik
siswa lainnya.
8. 8
d. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenjangan
(preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefetifan
biaya.
e. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula :
1. Kemampuan mengakamodasi penyajian stimulus
yang tepat (visual atau audio)
2. Kemampuan mengakomodasikan respons siswa
yang tepat (tertulis, audio, kegiatan fisik)
3. Kemampuan mengakomodasikan umpan balik
4. Pemilihan media utama dan stimulus, dan untuk
latihan atau tes (sebaiknya menggunakan media
yang sama) misalnya untuk tujuan belajar yang
melibatkan penghafalan
f. Media sekunder harus mendapat perhatian karena
pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang
beragam. Dengan penggunaan media yang beragam
siswa memiliki kesempatan untuk menghubungkan dan
berinteraksi dengan kebutuhan belajar mereka secara
perorangan3
3
Hadi Machmud, Media Pembelajaran, (Istana Profesional: Kendari), 2006, h. 105-106.
9. 9
Pentingnya pemilihan media dengan melihat kedudukan media
dalam pembelajaran dapat kita lihat dengan model sistem
pembelajaran yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly, sbb:
Prosedur pengembangan pembelajaran menurut Gerlach
dan Elly dengan menggunakan pendekatan sistem dapat
dijelaskan bahwa tujuan fungsional merupakan langkah pertama
dalam metencanakan pembelajaran sebagai rumusan tingkah
laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti
mata pelajaran.Langkah kedua adalah merinci materi
pembelajaran yang mengucapkan dapat menunjang pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.Perlu juga dilakukan tes “entering
behavoiur level” yaitu untuk mengetahui kemampuan awal
siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasara
Rancangan Isi
Umpan Balik
Menentukan Strategi
Pembelajaran
Menentukan
Kelompok Belajar
Siswa
Penilaian Entery
Behaviour Level
Perumusan Tujuan
Penilaian
Performance
Pemilihan Media
Pembelajaran
Mengalokasikan
Ruang Belajar
Mengalokasikan
Waktu
10. 10
untuk menentukan darimana guru harus mengawali
pembelajaran.4
Tujuan, isi dan entry behaviour level menjadi dasara untuk
menetapkan komponen pembelajaran yang lainnya, yaitu :
Menentukan strategi yang harus sesuai dengan karakteristik
tujuan maupun materi yang diberikan juga termasuk mengatur
dan mengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diselaraskan
dengan waktu yang tersedia, dan ruang belajara yang tersedia.
Penentuan media yang akan digunakan merupakan langkah
selanjutnya.Bagaimana siswa agar mampu menguasai materi
sesuai tujuan, media yang cocok digunakan, apakah media
cetak?, atau media elekronik? Apakah media tersebut digunakan
seperti OHP, TV Slide Proyektor, Multimedia Projektor, atau
digunakan sepenuhya oleh siswa dengan bimbingan guru seperti
pembelajaran berbasis komputer (CBI dan CBI). Menentukan
media yang cocok digunaan dalam pembelajaran disesuaikan
dengann tujuan, strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas
pendukung lainnya. Seluruh kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan penilaian fenadap penampilan (performance) siswa
disesuaikan denga tujuan yang diharapkan, dari penilaian ini
guru dapat menentukan umpan balik untuk melakukan revisi
rencana dan pelaksanaan pembelajaran.5
4
Nurseha Ghazali dkk, Media Pembelajaran, (Membumi publishing : Makassar), 2009, h.83
5
Nurseha Ghazali dkk, Media Pembelajaran, (Membumi publishing : Makassar), 2009, h.84
11. 11
2. Alasan Praktis Pemilihan Media
Alasan praktis berkaitan denagan pertimbanga-pertimbangan
dan alasan si pengguna, seperi guru, dosen, instruktur,
mengapa menggunakan media dalam pembelajaran. Terdapat
beberapa penyebab orang memilih media, antara lain :
dijelaskan oleh Arif Sadiman (1996:84) sebagai berikut :
a. Demonstrasi
Dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat
untuk mendemostrasikan sebuah konsep, alat, objek,
kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain. Media
berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran, misalnya
seorang dosen sedang menerangkan teknik
mengoperasikan Overhead Projektor (OHP), pada saat
menjelaskannya mengggunakan alat berupa OHP, dengan
cara mendemostrasikan dosen tersebut menjelaskan,
menunjukan dan memperlihatkan cara mengoperasikan
OHP
b. Familiar
Pengguna media pembelajaran memiliki alasa
pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena
karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut,
merasa sudah menguasai media tersebut, jika
menggunakan media yang lain belum tentu bisa dan untuk
mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya,
sehingga secara terus menerus ia menggunakan media
12. 12
yang sama. Misalnya seorang doosen yang sudah biasa
menggunakan media OverHead Projektor (OHP) dan Over
Head Transparancy (OHT) kebiasaan menggunakan media
tersebut didasarkan atas alasan karena sudah akrab dan
menguasai detil dari media tersebut, meski seorang guru
lebih variatf dalam memilih media, dalam konsepnya tidak
ada satu media yang sempurna, dalam arti kata tidak media
yang sesuai denagan semua tujuan pembelajaran, sesuai
denagn semua situasi dan sesuai dengan semua
karakteristik siswa.
c. Klaritas
Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media
adalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan
memberikan penjelasan yang konkrit. Pada praktek
pembelajaran, masih banyak guru tidak menggunakan
media atau tanpa media, metode yang digunakan dengan
ceramah (ekspository), cara seperti ini memang tidak
merepotkan guru untuk menyiapkan media, cukup dengan
menguasai materi, maka pembelajaran dapat berlangsung.
Cara seperti ini cenderung akan mengakibatkan verbalistis,
yaitu pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan
persepsi siswa, hal ini terjadi karena informasi tidak
bersifat konkrit, jika guru tidak mampu secara detil dan
spesifik menjelaska pesan pembelajaran,maka verbilitas
akan terjadi. Misalnya seorang guru IPA di sekolah dasar
13. 13
sedang menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup, jika guru
tidak cermat dalam mengemas informasi dengan baik
hanay berceramah saja maka siswa yang tidak pernah
nelihat bentuk paru-paru dan insang maka siswa akan
membayangkan bentuk-bentuk lain yang tidak sesuai
dengan bentuk aslinya.6
d. Belajar Aktif
Media dapat berbuat lebih dari yang bisa silakukan
oleh guru. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh
guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan
secara aktif, baik fisik, mental maupun emosional. Dalam
prakteknya guru tidak selamanya mampu membuat siswa
aktif hanya dengan ceramah, tanya jawab dan lain-lain
namun diperlukan media untuk menarik minat atau gairah
belajar siswa. Briggs menyatakan media adalah “alat untuk
memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi
proses belajar siswa. Sedangkan menganai efektifitas
media, Brown (1970) menggaris bawahi bahwa media
yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat
mempengaruhi efektifitas program belajar mengajar.
Sebagai contoh seorang guru memanfaatkan teknologo
komputer berupa CD interaktif ntuk mengajarkan materi
fisika. Dengan CD interaktif siswa dapat lebih aktik
mempelajari materi dan menumbuhkan kemandirian
6
Nurseha Ghazali dkk, Media Pembelajaran ( Membumi publishing : Makassar), 2009, h. 85
14. 14
belajar, guru hanya mengawasi dan mereview penguasaan
materi oleh siswa.7
B. Kriteria Pemilihan Media
1. Kriteria Umum pemilihan Media
Terdapat beberapa kriteria umum yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan media. Namun demikian
secara teoritis bahwa setiap media memiliki kelebihan dan
kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada
efektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini,
pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengkaji sebagai
bagian integral dalm proses pendidikan yang kajiannya akan
sangat dipengaruhi oleh beberapa kriteria umum sebagai
berikut :8
a. Kesesuaian dengan Tujuan (Instructioanal goals)
Artinya, media pembelajaran dipih atas dasar instruksional
yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang
berisikan isi-isi pemahaman, aplikasi, analisis sintesis,
lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
Artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip konsep
dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar
lebih mudah dipahami peserta didik.
7
Nurseha Ghazali dkk, Media Pembelajaran ( Membumi publishing : Makassar), 2009, h. 86
8
Ibid, h. 88
15. 15
c. Kemudahan memperoleh media.
Artinya media yang diperlukan mudah diperoleh setidak-
tidaknya mudah dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal,
disamping sederhana dan praktis penggunaanya.
d. Keterampilan guru mempergunakannya, apa pun jenis
media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat
menggunakanna dalam proses pembelajaran. Nilai dan
manfaat yang diharapkan bukan pada medianya tetapi
dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya
interaksi belajar peserta didik dengan lingkungannya.
Adanya OHP, proyektor film, komputer dan alat-alat
canggih lainnya tidak mempunyai arti apa-apa bila guru
tidak dapat menggunakannya dalam pembelajaran untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehinnga media
tersebut dapat bermanfat bagi peserta didik selama
pembelajaran berlangsung.
f. Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Memilih media
untuk pendidikan dan pembelajaran harus sesuai dengan
tarap berpikir peserta didik, sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para peserta
didik. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau
proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas
rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam
bentuk gambar atau poster. Demikian juga dengan gambar
16. 16
yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip
hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar
berpikir yang tinggi.9
Asnawir dan Basyiruddin menjelaskan kriteria yang
dikemukakan Dick dan Carey, dimana ada empat kriteria
pemilihan media yang perlu diperhatika. Pertama,
ketersediaan sumber setempat, artinya bila media tersebut
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus
dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli
dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut
keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang
digunakan untuk jangka waktu lama, artinya bila digunakan
dimana saja dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan
kapan pun serta mudah dibawa. Keempat, efektifitas dan
efisiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang,
sekalipun nampaknya mahal namun mungkin lebih murah
dibanding media lainnya yang hanya dapat digunakan
sekali pakai.10
2. Kriteria Khusus Pemilihan Media
Sejumlah kriteria khusus dalam memilih media pembelajaran
yang tepat dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu
akronim dari ; access, cost, technology, interactivity,
organization, dan novelty.
9
Hadi Machmud, Media Pembelajaran ( Istana Profesional : Kendari ), 2006, h. 109-110
10
Nurseha Ghazali dkk, Media pembelajaran ( Membumi Publishing : Makassar ), 2009, h. 91
17. 17
a. Access
Akses menjadi perttimbangan pertama dalam memilih
media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah,
dan dapat dimanfaatkan oleh murid?.Misalnya, kita ingin
menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih
dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet?. Akses
juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid
diizinkan untuk menggunakanya? Komputer yang terhubung
ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah,
tapi juga guru, dan yang lebih penting adalah murid. Murid
harus memperoleh akses. Dalam hal ini media harus
merupakan bagian dari interaksi dan aktivitas siswa, bukan
hanya guru yang menggunakan media tersebut.
b. Cost
Banyak jenis media yang dapat menjadi pilhan kita, pada
umumnya media canggih cenderung mahal. Namun,
mahalnya media tersebut harus harus dihitung dengan aspek
manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit
cost dari sebuah media akan semakin menurun. Media yang
efektif tidak selalu mahal, jika guru kreatif dan menguasai
betul materi pelajaran maka akan objek-objek untuk
dijadikan sebagai media biaya yang muarah namun efektif.
c. Technology
Mungkin saja kita tertarik dengan satu media tertentu. Tapi
yang perlu kita perhatikan apakah teknologinya tersedia dan
18. 18
mudah untuk digunakan? Katakanlah kita ingin
menggunakan media audio visual di kelas. Perlu kita
pertimbangkan apakah ada listrik, Voltase listrik cukup dan
sesuai?
d. Interactivity
Media yang baik adalah media yang memunculkan
komunikasi dua arah dan interaktivitas. Setiap kegiatan
pembelajaran yang anda kembangkan tenyu saja memerlukan
media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
Jadika media itu sebagai alat bantu siswa dalam beraktivitas,
misalnya puzzel untuk anak SD, siswa dapat menggunakan
sendiri, menyusun gambar hingga lengkap, flash card dapat
dikondisika dalam bentuk permainan dan semua siswa
terlibat baik secara fisik, intelektual maupun mental.
e. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan
organisasi. Misalnya, Apakah pimpinan sekolah atau yayasan
mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya. Apakah
disekolah ini tersedia satu unit yang disebut pusat sumber
belajar?
f. Novelity
Kebaruan dari media yang anda pilih juga haris menjadi
pertimbangan. Media yang baru biasanya lebih baik dan
lebih menarik bagi siswa. Diantar media yang lebih relatif
19. 19
baru adalah media yang memanfaatkan teknologi informasi
dab komunikasi khususnya penggunaan internet.11
3. Prinsip Penggunaan Media
Seorang pengajar dalam mempergunakan media
seharusnya mengetahui prinsip-prinsip umum penggunaan
media pembelajaran, sehingga setelah dapat memilih dengan
tepat media yang akan digunakan, diharapkan pula dapat
menggunakanya dengan baik dan tepat. Yusuf Miarso (1984)
mengemukakan prinsip-prinsip umum penggunaan media
pembelajaran sebagai berikut :
a. Media harus merupakan bagian integral dari sistem
pembelajaran
b. Tidak ada satu metode dan media yang haris digunakan
dengan meniadakan yang lain.
c. Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dipakai
dalam menyajikan sesuatu unit pelajaran daripada
media yang lain
d. Tidak ada satupun media yang dapat sesuai untuk
segala macam kegiatan belajar
e. Penggunaan telalu banyak sekaligus justru akan
membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran
f. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup untuk
menggunakan media pembelajaran. Kesalahan yang
11
Nurseha Ghazali dkk, Media Pembelajaran (Membumi Publishing : Makassar), 2009, h. 92-94
20. 20
sering terjadi adalah timbulnya anggapan bahwa dengan
menggunakan media pembelelajaran, pengajar tidak
perlu membuat persiapan mengajar terlebih dahulu
g. Pelajar harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai
peserta yang aktif. Peserta didik harus ikut serta
bertanggung jawab untuk apa yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Peserta didik setelah
membaca buku harus menjawab pertanyaan, setelah
melakukan widya-wisata harus membuat laporan dan
sebagiamya.
h. Secara umum harus diusahakan penampilan yang pisitif
daripada yang negatif. Bilamana guru berdemonstrasi,
memberikan contoh, menunjukan model atau
mempragakan sesuatu hendaknya selalu mengambil
segi yang positif, Karena bila ditampilkan yang negatif
akan cepat ditiru, ditangkap atau dicoba oleh peserta
didik, yang mula-mula sebagai selingan akhirnya
menjadi biasa
i. Hendaknya tidak menggunakan media pembelajaran
sekedar sebagai selingan hiburan atau pengisi waktu,
kecuali kalau memang tujuan pembelajarannya
demikian12
12
Hadi Machmud, Media Pembelajaran (Istana Profesional : Kendari ), 2006, h. 114-115
21. 21
j. Pergunakan kesempatan menggunakan media yang
dapat di anggap baik untuk melatih perkembangan
bahasa, baik lisan ataupun tulisan. Misalnya dengan
menggunakan diagram, denah dan lain-lain, anak
dilatih untuk mengungkapkan isi diagram atau denah itu
baik secara lisan maupun tulisan.13
13
Hadi Machmud, Media Pembelajaran (Istana Profesional : Kendari ), 2006, h. 115
22. 22
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB
A. Konsep Pembelajaran Berbasis Web
Mungkin terdapat sedikit kerancuan dengan berbagai istilah
seperti e-learning, online/internet learning, dan web based
learning. Penulis mencoba menguraikan sedikit perbedaan
yang tampak pada ketiga istilah tersebut. E- learning adalah
suatu konsep belajar berbasiskan teknologi baik itu teknologi
informasi, telekomunikasi, maupun digital. Sedangkan
online/internet learning mempunyai batasan yang lebih
sempit, dimana teknologi yang digunakan adalah teknologi
informasi khususnya Internet. Belajar melalui e-mail, situs
web tertentu, dan semua aplikasi berbasis Internet.
Sedangkan web based learning adalah suatu sistem belajar
jarak jauh berbasis teknologi informasi dengan antarmuka
web. Yang lebih ditekankan dalam artikel ini adalah suatu
sistem belajar-jarak jauh berbasiskan teknologi informasi
dengan antar muka web.
Perkembangan teknologi Internet berjalan sangat cepat dan
hampir semua orang yang sudah mengenalnya ingin
beraktifitas dengan fasilitas yang disediakan oleh teknologi
ini. Berbagai Informasi dapat diakses melalui halaman-
halaman di alamat situs web Internet tersebut. Kemudian
apakah perbedaan antara situs web yang hanya
menyampaikan informasi saja, dengan sebuah situs web yang
23. 23
menyampaikan suatu bahan ajar tertentu. Di bawah ini
merupakan beberapa perbedaan pokok antara program atau
situs web yang hanya menyampaikan infromasi dan situs web
yang menyampaikan materi pembelajaran, yaitu:
Suatu situs web yang hanya menampilkan informasi, tidak
akan menyebabkan penerima informasi merasa bertanggung
jawab untuk melakukan suatu perbuatan atau penampilan
yang dapat diukur atau dinilai. Seringkali situs web seperti ini
menyajikan sesuatu yang umum untuk memberikan deskripsi
mengenai gagasan maupun tentang materi tertentu.
Tujuannya mungkin untuk memperkuat minat, memberikan
orientasi (tetapi apabila si penerima melakukan suatu
perbuatan yang dapat diukur dan dipertanggung jawabkan,
maka situs web ini sudah melakukan tugas instruksional).
Sedangkan situs web yang hanya menampilkan suatu
pembelajaran, menyebabkan para penerima program dapat
membuktikan bahwa mereka telah melakukan proses belajar.
Para pengembang konten (content developer), instruktur dan
siswanya bertanggung jawab atas keberhasilan program
instruksional tersebut dan harus dapat menunjukan bukti
keberhasilannya.
Bahkan untuk situs web yang menyampaikan aspek
pembelajaran pun sangat bervariasi, maka klasifikasi sangat
diperlukan agar mudah untuk ditelaah dan dianalisa.
Berdasarkan media dan tingkat interaktifitas web based
24. 24
learning, Web based Learning yang telah diidentifikasikan
terdiri dari:
1. Teks dan Grafik Web based Learning.
Teks dan Grafik adalah bentuk yang paling sederhana
dalam web based training program. Instruktur hanya
menyimpan materi-materi kursus atau pelatihannya d
idalam web, dan murid dapat mengaksesnya dengan
mudah. Karena hanya menampilkan teks dan grafik saja,
level interaktifitas dari model web learning seperti ini
sangat rendah.
2. Interactive Web based Learning.
Model web learning seperti ini memiliki level interaktifitas
yang lebih tinggi dibanding model yang pertama. Biasanya
model ini dilengkapi dengan sarana-sarana latihan atau
self-test, text entry, column matching, dan lain-lain.
3. Interactive Multimedia Web based Learning.
Kebanyakan program pelatihan atau belajar dengan
menggunakan model seperti ini biasanya bisa membuat
interaksi antara guru dan murid secara real-time melalui
audio dan video streaming, interactive web discussion,
bahkan audio/video desktop conference. Level
interaktifitas model ketiga ini paling tinggi diantara yang
lainnya dan paling rumit dalam pelaksanaannya, tetapi
model ini diharapkan dapat mencakup semua kondisi
belajar-mengajar pada kelas tatap muka.
25. 25
Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan
Pengembangan (The American Society for training and
Development/ ASTD) (2009), mengemukakan definisi e-
learning sebagai berikut :
"E-learning is a broad set of applications and processes which
include web-based-learning, computer-based-learning, virtual
and digital classrooms. Much of this delivered via the internet,
intranets, audio and videotape, satellite broadcast, interactive
TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending
on the organization and how it is used but basically it is involves
electronic means communication, education, and training".
Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan
bahwa e-leraning pada dasarnya adalah pengaplikasian
kegiatan komunikasi pendidikan dan pelatihan secara
elektronik. E-learning memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut :
1. Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur
komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung
(synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak
langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau
buku tamu.
2. Independency (Kemandirian); flesibilitas dalam aspek
penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal
26. 26
ini menyebabkan pembelajaran lebih terpusat kepada
siswa (student-centered learning).
3. Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar jadi
lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan
internet dengan akses yang lebih luas daripada
pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran
konvensional.
4. Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran,
presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai
pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat
teknologi informan seperti video streaming, simulasi dan
animasi.
Dalam e-learning, daya tangkap siswa terhadap materi
pembelajaran tidak lagi tergantung pada instruktur/ guru,
karena siswa mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuannya
melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui
interfaces situs web. Dalam e-learning pula, sumber ilmu
pengetahuan tersebar dimana-mana serta dapat diakses
dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat
media internet yang mengglobal dan bisa diakses oleh
siapapun yang terkoneksi didalamnya. Terakhir, dalam e-
learning pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai
salah satu sumber ilmu pengetahuan.
27. 27
E-learning adalah segala aktivitas belajar yang menggunakan
bantuan teknologi elektronik. E-learning juga dapat
diaplikasikan dalam pendidikan konvensional dan pendidikan
jarak jauh. Web-based learning, merupakan salah satu bentuk
e-learning yang materi maupun cara penyampaiannya
(delivery method) melalui internet (web).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran berbasis web adalah sebuah pengalaman
belajar dengan memanfaatkan jaringan internet untuk
berkomunikasi dan menyampaikan informasi pembelajaran.
Web dapat menciptakan sebuah lingkungan belajar maya
(Virtual Learning Environment). Lingkungan belajar yang
disediakan oleh web dilengkapi dengan beberapa fasilitas
yang dapat kita kombinasikan penggunaannya untuk
mendukung proses pembelajaran, antara lain forum diskusi,
chat, penilaian online, dan sistem administrasi. Lingkungan
belajar maya yang disediakan oleh web berfungsi
sebagaimana lingkungan belajar konvensional yang dapat
menyampaikan informasi kepada pembelajar.
Salah satu nilai penting dari penggunaan web sebagai media
web dilengkapi dengan hyperlink yang memungkinkan untuk
mengakses informasi secara acak (non linear) yang
berdampak pada kecepatan kita untuk memperoleh informasi
yang ada di dalam web.
28. 28
B. Manfaat dan Fungsi Pembelajaran berbasis Web
Bagi siswa pembelajaran yang menarik adalah dimana
mereka diikutsertakaan secara aktif didalam kelas. Terjadinya
interaksi yang saling menguntungkan dalam pembelajaran
dan siswa serta guru dapat saling memotivasi. Sehingga siswa
yang awalnya media pembelajaran yang diberikan oleh guru
disekolah monoton atau terpaku pada satu media atau buku
pembelajaran saja mereka akan merasa cepat bosan dan
kurang ketertarikan dalam belajar. Untuk itu Fungsi Media
Pembelajaran seperti Internet sangat dibutuhkan pada saat ini.
salah satu fungsi Internet sebagai media pembelajaran oleh
siswa di sekolah yang dapat diberikan oleh guru adalah:
Pemanfaatan internet dalam kegiatan pembelajaran
selain sebagai salah satu inovasi di bidang pendidikan
yang menyesuaikan dengan kemajuan zaman, juga
karena melalui internet makin terbuka lebar wawasan
pengetahuan dan keilmuan yang tanpa batas. Dikatakan
demikian karena dengan internet sudah tidak ada lagi
jarak ruang dan waktu bagi penggunanya untuk
menjelajah segala hal yang ingin diketahuinya. Sekolah
(lebih khusus lagi guru), sudah tidak ada istilah lagi
sebagai sumber ilmu, tidak bisa lagi menutup diri dan
puas terhadap apa yang telah dimiliki atau diketahuinya.
Manfaat teknologi komunikasi (internet) dalam kegiatan
pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan berikut:
29. 29
1. Mengembangkan dan memperkaya materi pelajaran.
Dengan memanfaatkan media internet, muatan materi
pelajaran yang disampaikan guru tidak hanya terpaku pada
buku sumber/buku pegangan yang ada, bahkan terhadap
tuntutan kurikulum yang mungkin memasung kreativitas
guru dalam mengembangkan materi pelajaran untuk
memperkaya wawasan pengetahuan siswanya. Hal ini
dimungkinkan karena kurikulum dibuat sebagai standar
pencapaian yang disesuaikan dengan kemampuan rata-rata
peserta didik serta jangkauan sasarannya yang lebih
berorientasi pada kebutuhan peserta didik secara nasional
sehingga perlu ditetapkannya kurikulum yang berisi materi
yang berstandar nasional. Melalui internet, guru bisa
mencari materi pelajaran dalam bentuk tulisan, gambar,
audio, maupun audio visual untuk memperkaya
kompetensi siswanya jika mereka telah mencapai
kompetensi dasar yang ditargetkan pada kurikulum.
Bahkan melalui situs tertentu guru dapat melakukan
kegiatan berbagi file/dokumen materi pelajaran. Melalui
kegiatan tersebut guru dapat mendownload file materi
pelajaran yang telah dibuat orang lain, di satu sisi guru pun
dapat mempublikasikan hasil karyanya.
30. 30
2. Sarana belajar online.
Dengan fungsinya ini guru bisa memanfaatkan sarana
internet untuk kegiatan berikut:
a. Membuat bahan presentasi materi pelajaran atau soal
latihan yang diharapkan dipelajari siswa. Kemudian
materi soal latihan tersebut diupload di blog guru atau
website sekolah. Dengan demikian siswa dapat
mempelajari materi pelajaran atau soal latihan tersebut
di tempat terpisah (di rumah); sehingga memungkinkan
terjadinya kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka.
Dengan ini maka kegiatan belajar mengajar siswa dan
guru tidak terbatas oleh tempat dan waktu, karena siswa
dapat mempelajari materi tersebut kapan dan dimana
saja.
b. Mengarahkan siswa untuk mengunjungi situs tertentu
yang menurut guru situs tersebut layak dikunjungi oleh
siswa karena terdapat materi yang berkaitan dengan
materi yang sedang diajarkan guru di kelas. Tapi tentu
sebelumnya guru harus mengetahui dan memahami
lebih dalam mengenai situs tersebut, terutama kaitannya
dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh
siswa. Selanjutnya, pada blog guru atau website sekolah
guru tinggal membuat link terhadap situs yang
dimaksud.
31. 31
c. Memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR). Dengan
memanfaatkan internet sebagai sarana untuk
memberikan tugas kepada siswa, maka terjadi
fleksibilitas bagi guru untuk mengoreksi sekaligus
memberikan feed back pada hasil pekerjaan siswa dan
fleksibilitas bagi siswa sendiri dalam mengerjakan
tugas-tugas tersebut.
d. Melaksanakan pembelajaran proyek yang berbasis
internet. Sebagaimana dimaklumi bahwa Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL)
adalah salah satu metode pembelajaran yang menggali
potensi siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
konsep-konsep materi pelajaran; sehingga diharapkan
dengan PBL tersebut pemahaman siswa akan materi
pelajaran lebih mendalam dan optimal. Kegiatan belajar
proyek (PBL) terutama dilakukan untuk materi
pelajaran yang baru dan cakupannya cukup luas,
sehingga dituntut adanya kerjasama siswa dalam
kelompok untuk melaksanakannya. Jika kegiatan PBL
ini dapat dilaksanakan dengan baik maka tidak hanya
penguasaan konsep materi yang didapat oleh siswa,
tetapi berbagai keterampilan lain dapat dioptimalkan;
seperti kerjasama team (teamwork), berfikir kritis
(critical thinking), kemampuan berkomunikasi
(communication), kreativitas (creativity), dll.
32. 32
Keterampilan-keterampilan tersebut tidak diajarkan
sebagai bagian dari materi yang ada pada kurikulum
sekolah, tetapi dengan melakukan kegiatan PBL maka
secara otomatis siswa akan menguasainya.
3. Sarana komunikasi antara sekolah dengan orang tua.
Dengan memanfaatkan internet; sekolah bisa
menyampaikan berbagai informasi yang perlu diketahui
oleh orang tua atau bahkan khalayak yang lebih luas.
Informasi yang disampaikan lewat media internet tentunya
memiliki berbagai kelebihan dibandingkan informasi yang
disampaikan secara konvensional melalui surat tertulis.
Selanjutnya, sarana internet juga bisa digunakan oleh
orang tua untuk memberikan informasi atau kontribusi
pemikiran bagi sekolah.
Di zaman modern yang memungkinkan orang melakukan
komunikasi tanpa batas ini, sepertinya sesuatu hal yang
naïf sekali jika sekolah menutup diri terhadap segala
masukan yang datangnya dari orang tua siswa. Bagaimana
tidak; orang tua siswa adalah sebagai mitra sekolah dalam
memajukan pendidikan siswa. Orang tua siswa yang kalau
dilihat dari segi latar belakang pendidikannya memiliki
disiplin ilmu yang beraneka ragam; tentunya punya sudut
pandang dan wawasan keilmuan berbeda sehingga dapat
33. 33
dimanfaatkan berbagai masukannya dalam kontribusinya
terhadap kemajuan pendidikan khususnya sekolah sebagai
lembaga pendidikan.
Uraian di atas menunjukkan betapa internet bisa kita
manfaatkan untuk hal-hal yang positif, khususnya
kemanfaatannya di lingkungan pendidikan. Selain itu
internet juda dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran sebagai berikut :
1. Pengembangan Profesional
Meningkatkan pengetahuan
Berbagi sumber informasi diantara rekan sejawat/
sedepartemen
Berkomunikasi keseluruh belahan dunia
Kesempatan untuk menerbitkan /mengumumkan
secara langsung
Mengatur komunikasi secara teratur
Berpatisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik
local maupun internasional.
2. Sumber Belajar/Pusat Informasi
Informasi media dan metodologi pembelajaran
Bahan baku & bahan ajar untuk segala bidang
pelajaran
Akses informasi IPTEK
Bahan Pustaka/referensi
34. 34
3. Belajar sendiri secara cepat :
Meningkatkan pengetahuan
Belajar berinteraktif
Mengembangkan kemampuan di bidang penelitian
4. Menambah wawasan, pergaulan, pengetahuan,
pengembangan karier
Meningkatkan komunikasi dengan seluruh
masyarakat lain
Meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang
ada diseluruh dunia
Informasi beasiswa, lowongan pekerjaan, pelatihan.
Hiburan, dsb
C. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Berbasis Web
Kelebihan Pembelajaran Berbasis WEB
1. Memungkinkan setiap orang dimanapun, kapanpun,
untuk mempelajari apapun.
2. Pebelajar dapat belajar sesuai dengan karaktristik dan
langkahnya dirinya sendiri karen apembelajaran
berbasis web membuat pembela-jaran menjadi
bersifat individual.
3. Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga
pebelajar dapat mengakses informasi dari berbagai
35. 35
sumber, baik di dalam maupun luar lingkungan
belajar.
4. Sangat potensial sebagai sumber belajar bagi
pebelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk
belajar.
5. Dapat mendorong pebelajar lebih aktif dan mandiri
di dalam belajar.
6. Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat
digunakan untuk memperkaya materi pemeblajaran.
7. Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan
untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
8. Isi materi pelajaran dapat di-update dengan mudah.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis WEB
1. Keberhasilan pembelajaran berbasis web tergantung
paa kemandirian dan motivasi pembelajar.
2. Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan web seringkali menjadi masalah bagi
pembelajar.
3. Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika
mereka tidak dapat mengakses informasi,
dikarenakan tidak terdapat peralatan yang memadai
dan yang cukup.
36. 36
4. Dibutuhkannya panduan bagi pembelajar untuk
mencari informasi yang elevan, karena informasi
yang terdapat di dalam web sangat beragam.
5. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web,
pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika
terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.
37. 37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
o Dalam proses pembelajaran media sangat diperlukan untuk
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.Oleh sebab itu,
Pengajar (guru) harus cermat dalam memilih media yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar. Media juga dapat
membantu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
tidak harus media yang bersifat elektronik, seperti Laptop dll.
Media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
bisa berupa buku atau alat peraga lainnya yang dapat
membantu pemahaman peserta didik. Dalam proses belajar
mengajar, media yang harus digunakan harus sesuai dengan
materi, strategi yang digunakan, dan karakteristik siswa.
o Semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet
dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang
mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai
pembelajaran berbasis web. Untuk dapat menghasilkan e-
learning yang menarik dan diminati dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, ada tiga syarat hal yang wajib dipenuhi
dalam merancang e-learning, yaitu:
1. Sederhana, sistem yang sederhana akan memudahkan
peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu
38. 38
yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan,
waktu belajar peserta akan lebih efisien.
2. Personal, pengajar/dosen dapat berinteraksi dengan baik
dengan mahasiswanya, seperti layaknya berkomunikasi di
depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih
personal, peserta didik diperhatikan kemajuanya, serta
dibantu segala persoalan yang dihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, respon
yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik,
sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat
mungkin oleh pengajar atau pengelola. Meskipun
pembelajaran berbasis web ini dapat menjawab kebutuhan
pembelajaran global, tapi harus tetap disadari bahwa
pembelajaran berbasis web atau e-learning tidak dapat
sepenuhnya menggantikan pembelajaran tradisional.
B. Saran
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dari pembaca yang budiman, demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan memberikan
manfaat bagi pembaca dan pembuatnya. Pada akhirnya selamat
membaca, memahami dan mampu mengamalkannya. Amin.
39. 39
DAFTAR PUSTAKA
Machmud, Hadi . Media Pembelajaran. Kendari : Istana Profesional.
2006.
Ghazali, Nurseha dkk. Media Pembelajaran. Makassar : Membumi
Publishing. 2009
http://ketrin-manullang.blogspot.com/2012/05/pengembangan-
pembelajaran-berbasis-web_11.html
http://www.solopos.com/2014/10/16/pendidikan-di-karanganyar
karanganyar-kekurangan-guru-agama-islam-544855
http://desicahyani.wordpress.com/2013/06/07/fungsi-internet-sebagai-
media-pembelajaran-oleh-siswa-di-sekolah/
http://muh-arsyad92.blogspot.com/2013/06/manfaat-internet-dalam-
pembelajaran.html
http://spelanta-tik.blogspot.com/2008/01/konsep-pembelajaran-
berbasis-web.html