SlideShare a Scribd company logo
1 of 72
RONI KHOERONI
     REGI SEPTIAN
MARULI OLOAN TUA
   Kidneys lie along the
    borders of the psoas muscle
   Adult kidney : ±150 gr
   The kidney : Cortex and
    medulla.
   The medullary areas are
    pyramidal, more centrally
    located, and separated by
    sections    of   cortex     
    columns of Bertin.
   Each kidney is capped by an
    adrenal gland, and both
    organs are enclosed within
    Gerota’s (perirenal) fascia;
    except inferior of kidneys.
 From  anterior  posterior, the renal hilar
  structures are the renal vein, renal
  artery, and collecting system.
 The progression of arterial supply to the
  kidney is as follows: renal artery
  ➙segmental artery ➙interlobar artery
 ➙arcuate artery ➙interlobular artery
   .

  ➙afferent artery.
 The venous system anastomoses freely
  throughout the kidney. The arterial supply
  does not. Thus, occlusion of a segmental
  artery leads to parenchymal infarction but
  occlusion of a segmental vein is not
  problematic because there are many
  alternate drainage routes.
   Cortical nephron:
     Originates in outer 2/3 of
      cortex.
     Involved in solute
      reabsorption.
   Juxtamedullary nephron:
       Originates in inner 1/3
        cortex.
       Important in the ability to
        produce a concentrated urine.
 CALICES : minor
 calices (8-12 in
 number) unite to
 form 2 or 3 major
 calices which join
 to form renal
 pelvis
RENAL PELVIS
URETER : adult is 30
cm long, narrowing :
(1) ureteropelvic
junction, (2) ureter
crosses over the
iliac vessels, (3)
courses through the
bladder wall
 Mengatur   ketersediaan kalsium dalam
  serum
 Kadar Kalsium serum
  menurunMerangsang PTH1.
  Meningkatkan absorpsi kalsium di usus
  halus, 2.Resorpsi kalsium
  tulang, 3.aktivasi vit D di renal
 Telah  lama diderita umat
  manusiaDitemukan pada otopsi mumi oleh
  Shattock pada tahun 19054400SM (Stoller
  dan M. V. Meng)
 Merupakan kasus urologi ke-3 terbanyak
  setelah ISK dan Gangguan prostat
 Lifetime Prevalence 1-15% (Pearle MS &
  Lotan Y; Campbell Walsh Urology 2007 )
 Angka kejadian: Asia(1-5%), Eropa(5-
  9%), Amerika (10-15%), Saudi (20%) (Johnson
  et al, 1979&Ramello A et al; J Nephrol 2000 )
Terbentuknya batu dihubungkan
dengan beberapa faktor:
Aliran Urine
Metabolik
Infeksi Saluran Kemih
Dehidrasi
Idiopatik
Intrinsik:
 Genetik, Usia, jenis Kelamin
Ekstrinsik :
 Geografis, Iklim dan temperatur,
Asupan Air, Diet, Pekerjaan dan
gaya hidup dsb.
   Peningkatan insidensi Batu nefrolithiasi ( Stamatelou et al. Kidney Int 2003)
Jenis KelaminPengaruh?
 Anatomi Saluran kemih
 Komposisi urine (Pria, tinggi kalsium dan
  oksalat, serta rendah sitrat) (Sarada B &
  Satyanarayana U; Clin Biochem 1991)
  Perbedaan Hormon (Lee YH, et al; J Urol.
  1996)
 UsiaPuncak   di usia 30-an (puncak dekade 4
  dan 6)
 RasKulit putih dan latin serta keturunan
  amerika afrika
 Pekerjaanpaparan tinggi panas
 Geografis&wilayah
 Pengaruh   lainnya..
 Banyak   teori, salah satunya:
  Ketidakseimbangan proses solubilitas dan
  presipitasi
 Merupakan Proses kaskade kompleks
 AwalnyaKeadaan
  ‘Supersaturasi’keadaan dimana zat
  mineral terlarut pembentuk kristal batu
  berada dalam konsentrasi tinggi sehingga
  kristal-kristal akan terbentuk di dalam
  urintidak serta merta terbentuk batu
  saluran kemih
Unstable
Supersaturation




  Metastable
Supersaturation




Undersaturated
 Keadaan   dengan kecepatan arus urin normal
  akan mencegah keadaan
  supersaturasimencegah pembentukan inti
  batu
 Formasi kristal dapat terjadi jika: waktu
  yang adekuat dalam keadaan konsentrasi
  tinggi zat pembentuk kristal terlarut, adanya
  stasis atau obstruksi dari sal kemih, terdapat
  zat-zat kostituen lain yang menyebabkan
  urine dapat membentuk kristal
Tahap Pembentukan Batu




                                 Agregasi
                Growth

     Nukleasi
                Ion-ion seperti Kalsium, fosfat, oksalat
                dsb dapat spontan bergabung
                Membentuk nidus, inti dari batu
 Magnesium
 Sitrat
 Protein Glikosaminoglikan (GAG)
 Protein Tamm Horsfall
 Sulfat
 Nefrokalsin
 Osteopontin
1. Berdasarkan Ukuran: 5, > 5-10,> 10-20, and
> 20 mm
2. Berdasarkan lokasi: Upper, middle atau
lower calyx; renal pelvis; upper,middle atau
distal ureter; dan urinary bladder.
3. Karakteristik batu dari x-ray
4. Etiologi pembentukan batu




5.Komposisi batu
6. Berdasarkan Faktor Risiko




*EAU Guideliness 2013
 Klasifikasi   dan defek metabolik/lingkungan
 Hiperkalsiuria Kelainan yang paling umum
  pada penderita batu saluran kemih jenis
  kalsium 80-85%
 Kadar tinggi [Ca++] di urin  Meningkatkan
  saturasi urin dan menurunkan aktifitas
  inhibitor
 Dapat disebabkan juga karena peningkatan
  oksalat dan rendahnya kadar sitrat urin
 Peningkatan absorpsi kalsium di usus halus
  (khususnya jejenum)kadar kalsium tinggi di
  serumpeningkatan filtrasi glomerulussupresi
  parathiroid hormonpenurunan resorpsi di
  tubularekskresi kalsium > 4mg/kg/day (Parks
  and Coe, 1986)
 Hiperkalsiuria : Kadar kalsium urin> 150-200 mg
  /day (Menon, 1986)
 Tipe I :kadar kalsium urin tetap tinggi walaupun
  dengan pembatasan (restriksi) kalsium
 Fosfat selulose 10-15 gram po dalam 3 dosis
  scr efektif mengikat kalsium dalam penyerapan
  di usus↓serapan kalsium
 Type  II : Dietary dependenartinya dapat
  dinormalkan dengan pembatasan asupan
  kalsium400-600mg/hari
 Underlying abnormality /Tipe III: Kebocoran
  fosfat renalserum fosfat
  rendahpeningkatan sintesis 1,25-
  dihidroxyvitamin Dpeningkatan absorpsi
  fosfat dan Ca++ ↑Serum Ca++ekskresi
  kalsium meningkatterapi fosfatorthophosfat
  250gr(3-4x/hari)menghambat pembentukan
  sintesis vit D
TERAPI PENCEGAHAN BATU KALSIUM
1. Menaikkan asupan cairan
2. Pengaturan asupan kalsium
3. Serat
4. Restriksi oksalat
5. Mengurangi asupan protein
6. Thiazide
7. Allopurinol
 Gangguan    reapsorpsi Ca++ karena renal
  tubular defek ekskresi kalsium
  berlebihan ↑kadar kalsium di urin ↓kadar
  kalsium serumdikompensasi oleh
  hyperparathyroidism sekunderabsorpsi
  ditingkatkan di lumen usus dan mengambil
  kalsium dari tulang
 Karakteristik : kadar kalsium darah tetap normal,
  peningkatan kadar kalsium urine (walaupun saat
  puasa), dan peningkatan kadar PTH
 Terapi dengan HCTmeningkatkan absorpsi
  kalsium di tubular proximal di nefron
 Jarangkurang   dari 5-10%
 Berhubungan dengan hiperparatiroid primer
 Sekresi PTH meningkatmeningkatkan
  resorpsi kalsium tulang dan memperbaiki
  absorpsi kalsium di instestinal
  meningkatkan sintesis 1,25-dihidroxyvitamin
  D di renal terdapat peningkatan kadar
  kalsium urinenefrokalsinosisnefrolithiasis
  berulangsurgical removal adenoma
  parathyroid
 Disebabkan   karena asupan purin yang
  berlebihan atau peningkatan produksi asam
  urat endogenmonosodium urat ↑
  Menyebabkan terbentuknya nukleasi inti
  yang heterogenous
 Memiliki kadar asam urat yang tinggi
  (>600mg/24jam pada wanita, dan 750mg/dl
  pada pria)pH urin >5.5
 Dapat diterapi dengan pembatasan asupan
  purin, atau allopurinol(xantine oksidase
  inhibitor) yang menurunkan sintesis asam
  urat endogen
 Kadar oksalat urin > 40 mg/day  ↑ saturasi urin
  dari Ca Oxalate
 Sering ditemukan pada pasien infalamatory bowel
  disease atau keadaan diare kronis yang menyebabkan
  keadaan dehidrasi beratmalabsorpsi karena
  tingginya kadar lemak intralumen, mengikat kalsium
  saponifikasiterdapat banyak oksalat bebas yang
  diabsorpsi
 Terapi  suplemen kalsium &magnesium per oral
 Pembatasan asupan lemak dan trigliserida
 Dikenal juga hiperoksalouria primer: gangguan pada
  biosintesis oksalatkelainan herediter yang langka
STRUVITE
 Terbentuk dari magnesium, amonium dan fosfat
  (MAP) (MgNH4PO4 • 6H2O)
 Berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh
  urea-splitting bacteria (proteus, paseudominas,
  klebsiella, staphilococci dsb)
 Umumnya ditemukan pada wanita dan terjadi
  berulang
 Seringkali muncul sebagai batu staghorn
 Umumnya kadar pH>7.2 (urine normal 5.85)
 Berhubungan dengan adanya infeksi dan keadaan
  seperti neurogenik bladder sebagai predisposisi
•Proteus, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stapilokokus
 Urea
Splitter



           •Suasana urine menjadi basa

PH >7.2




           •Terbentuk batu kompleks MAP(Magnesium Amonium Phosfat)

 Batu
 Pemberian  anti bakterial agent sesuai hasil
  kulturdapat menurunkan kadar urease
  pada urin hingga 99%
 Penghilangan batu infeksi
 Menyingkirkan benda asing dalam saluran
  kemih yang dapat menjadi sumber infeksi,
  cth:kateter suprapubik maupun jenis lainnya
 Determinan   utama: pH rendah
  (PH<6.0), volume urine (Vol <2 Liter/hari)
  yang rendah dan hiperurikosuria
 PurineHipoxantinexantineuric acid
 Pada : Pasien penyakit gout, Terapi
  mieloproliferatif, terapi kanker, obat
  urikosurik (sulfiperazone, thiazide, salisilat)
 Alkalinisasisodium bikarbonat, potassium
  bikarbonat, potassium sitratpH 6.5-7
 Xantine oksidase inhibitor
Lainnya
 Cystinegangguan kongenital absorbsi di usus
  halus
 Xantinekongenital defisiensi dari xantine
  oksidase
 IndinavirProtease inhibitorterapi pada
  pasien sindrom imunodefisiensi
  imunradiolusen
 Silikatjarang
 Terbentuk ditubuli ginjal  kaliks
  infundibulum  Pelvis ginjal
 Staghorn  batu di pielum dan lebih dari
  dua kaliks ginjal
 Batu di pielum  Hidronefrosis
 Batu di ureter  Hidroureter, hidronefrosis
 Batu di kaliks  kaliekstasis
 Gejala :
     Nyeri pada pinggang (kolik/non kolik)
     Hematuria
     Nyeri ketok kosto-vertebra
     Teraba ginjal pada hidronefrosis
     Demam bila ada infeksi (curiga urosepsis)
   Batu yang terdorong oleh peristaltik otot- otot sistem
    pelvikalises dan turun ke ureter
   Batu < 5 mm dapat keluar spontan
   Batu > 5mmperiureteritisobstruksi
    kronis/hydroureter/Hydronefrosis
   Tergantung pada posisi,besar batu dan penyulit yang timbul
   Nyeri pada pinggang (kolik/non kolik)
   Nyeri ketok kosto-vertebra
   Teraba ginjal pada hidronefrosis
   Demam bila ada infeksi
   Batu di distal ureter  nyeri pada saat kencing atau sering
    kencing
   hematuria
 Sering terjadi pada pasien yang menderita
  gangguan miksi ( Hiperplasia prostat,striktur
  urethra,divertikel buli-buli,buli-buli
  neurogenik)
 terdapat benda asing di buli-buli
 Berasal dari batu ginjal/batu ureter
 Gejala iritasi :
     Nyeri kencing/disuria / (refered pain)
     Perasaan tidak enak saat kencing
     Kencing tiba-tiba terhenti dan lancar kembali
      dengan perubahan posisi tubuh
 Angka  kejadian 1%
 Berasal dari batu ginjal/batu ureter yang turun
  ke buli kemudian masuk ke urethra
 Jarang batu primer (kecuali pada divertikel
  uretra)
 Batu uretra anterior
     Benjolan keras di pars bulbosa/pendularis
     Tampak di MUE
     Nyeri pada glans penis
 Batu uretra posterior
     Nyeri didaerah perineum atau rektum
     Miksi tiba-tiba berhenti
 Diagnosis  ditegakkan berdasarkan :
 Anamnesis
 Nyeri, tergantung lokasi batu. Batu ginjal:
  bisa kolik atau tidak.
 Mikro atau makro hematuria.
 Infeksi, misalnya pada batu Amonium
  fosfat (Struvite).
 Demam merupakan tanda urosepsis
  (emergensi).
 Mual dan muntah
Penjalaran nyeri pada
berbagai lokasi batu dalam
 sepanjang saluran kemih
 Pemeriksaan   Fisik
 Keadaan umum, tanda vital.
 Singkirkan nyeri abdomen karena:
  tumor, aneurisma aorta, HNP, kehamilan
 Status urologikus (regio CVA, suprapubik
  dan genitalia eksterna).
 Pemeriksaan    Laboratorium
  Pemeriksaan darah perifer lengkap.
  Urinalisa
  Fungsi ginjal
  Pemeriksaan lain untuk toleransi operasi.
 Pemeriksaan Radiologis
 Pemeriksaan BNO dan IVP bila ureum dan
  kreatinin normal.
 Retrorgad Pyelografi (RPG)
 USG ginjal.
 CT Scan.
 MRI.
 Nuclear Scintigraphy.
   JENIS TERAPI
       Konservatif observasi bila ukuran batu kecil, bentuk dan
        lokasi: bisa keluar spontanTerapi nyeri
       Dissolution agents.
       Relief of Obstruction: terutama disertai dengan infeksi,
        dilakukan RPG dengan pemasangan Double J stent.
       ESWL (diameter batu 2-2,5cm).
       Ureteroscopic Stone Extraction.
       Percutaneous Nephrolithotomy.
       Pyelolitotomi.
       Anathrophic Nephrolithotomy.
       Radial Nephrotomy,
       Nefrektomi parsial.
       Ureterolititomi.
Terapi Nyeri
1. Pemberian NSAID (Na Diclofenak 100-150mg
   3-4x/hari)
2. Alfa bloker
3. Dapat dipakai juga hydromorphine atau
   tramadol
   Digunakan secara peroral maupun sebagai kombinasi terapi
    untuk membersihkan sisa pecahan batu
TERAPI CHEMOLYSIS
    1. Batu infeksi
    Batu magnesium ammonium posphate&
     carbonate apatite dilarutkan dengan :
         Larutan 10% Hemiacridin (pH 3.5-4)
         Larutan Suby
         Selama tx antibiotika, larutan dialirkan lewat 2
          kateter nefrostomi: masuk & keluar selama
          beberapa hari atau minggu
         Untuk memperluas permukaan, dilakukan ESWL
       Berguna untuk pasien risiko tinggi untuk
        operasi atau tindakan lain


                          DMS 2002
TERAPI CHEMOLYSIS
    2. Batu brushite
    Dipakai larutan asam
    Dp dipakai untuk sisa batu
    Terutama bila sering kambuh




                    DMS 2002
TERAPI CHEMOLYSIS
    3. Batu cystine
       Dipakai larutan basa pH 8.5 – 9:
         Lar. THAM (0.3/0.6 mol/L trihydroxymethyl
          aminomethan)
         Lar. Acetylcysteine (atau kombinasi dg
          THAM)
       Cara dg percutaneous chemolysis




                       DMS 2002
TERAPI CHEMOLYSIS
    4. Batu asam urat
       Dipakai larutan basa pH 8.5 – 9:
         Lar. THAM (0.3/0.6 mol/L trihydroxymethyl
          aminomethan)
       Cara dg percutaneous chemolysis
       Dapat dg cara oral chemolysis:
         As.urat darah: tx allopurinol & minum
          banyak
         pH dinaikkan dengan alkali

                       DMS 2002
 Invasive      :
    Operasi terbuka, dapat untuk semua lokasi
 Semi      Invasive :
    Lithotripsy :
        Mekanikal
        Elektrohidrolik
        Ultrasonik
        Pneumatic
        Laser
    URS (Ureterorenoscopy)
    PCNL (Percutaneous Nephrolithotripsy)
 Non      Invasive :
    ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
 Indikasi   tindakan

                      ESWL                           Ureteroskopi                             PCNL


             Batu ginjal <2cm dan batu   Batu ureter >1cdm atau < 1 cm dengan   Batu ginjal ureter dan >2cm; batu
Indikasi
                    ureter<1cm                   gangguan fungsi ginjal                       struvit
 Dalam pengangkatan/ pembuangan batu,
 dapat dipakai salah satu cara atau dapat pula
 lebih dari satu cara, tergantung dari
 penyakitnya (letak, ukuran, dan jumlah
 batu), kondisi pasien, sarana dan prasarana
 rumah sakit.
 Pengobatan  batu secara keseluruhan bukan
 hanya mengangkat/ membuang batu
 saja, tetapi harus memperhatikan dan
 mengobati faktor faktor penyebab terjadinya
 batu.
1.   Minum cukup 2-3 liter/hari
2.   Diet untuk mengurangi kadar zat-zat
     komponen pembentuk batu
3.   Aktivitas harian yang cukup
4.   Pemberian medikamentosa jika diperlukan
Pembentukan batu kemih 2013

More Related Content

What's hot

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 

What's hot (20)

Pemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.pptPemeriksaan Neurologis_1.ppt
Pemeriksaan Neurologis_1.ppt
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Fimosis dan Parafimosis
Fimosis dan ParafimosisFimosis dan Parafimosis
Fimosis dan Parafimosis
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
Stroke Perdarahan (Hemorhagik)
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 

Viewers also liked (9)

darah
darahdarah
darah
 
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
 
Ppt urine
Ppt urinePpt urine
Ppt urine
 
Fisiologi ginjal
Fisiologi ginjalFisiologi ginjal
Fisiologi ginjal
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urine
 
Power Point Ginjal
Power Point GinjalPower Point Ginjal
Power Point Ginjal
 
Renin angiotensin-aldosterone system
Renin angiotensin-aldosterone systemRenin angiotensin-aldosterone system
Renin angiotensin-aldosterone system
 
PPT Biologi SMA Kelas XI-Sistem Ekskresi Pada Manusia Dan Hewan(Ikan)
PPT Biologi SMA Kelas XI-Sistem Ekskresi Pada Manusia Dan Hewan(Ikan)PPT Biologi SMA Kelas XI-Sistem Ekskresi Pada Manusia Dan Hewan(Ikan)
PPT Biologi SMA Kelas XI-Sistem Ekskresi Pada Manusia Dan Hewan(Ikan)
 

Similar to Pembentukan batu kemih 2013

Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
f' yagami
 
Ureterolithiasis asli
Ureterolithiasis asliUreterolithiasis asli
Ureterolithiasis asli
Mus Lem
 

Similar to Pembentukan batu kemih 2013 (20)

Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginjaAsuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
 
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdfMANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Urolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnexUrolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnex
 
Ureterolithiasis asli
Ureterolithiasis asliUreterolithiasis asli
Ureterolithiasis asli
 
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
 
Renal kalkuli
Renal kalkuliRenal kalkuli
Renal kalkuli
 
Batu saluran kemih
Batu saluran kemihBatu saluran kemih
Batu saluran kemih
 
289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis
 
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
Mineral Makro Materi 150625065144-lva1-app6892-converted (1)
 
Askep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemihAskep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemih
 
Askep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemihAskep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemih
 
Danger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptxDanger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptx
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
 
Urolithiasis
UrolithiasisUrolithiasis
Urolithiasis
 
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptxBATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
 
Patologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjalPatologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjal
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Batu ginjal
Batu ginjalBatu ginjal
Batu ginjal
 

More from Regi Septian (9)

Basic technique of circumcision by regi septian
Basic technique of circumcision by regi septianBasic technique of circumcision by regi septian
Basic technique of circumcision by regi septian
 
Cystocele physical examination
Cystocele physical examinationCystocele physical examination
Cystocele physical examination
 
Hormonal therapy of prostate cancer
Hormonal therapy of prostate cancerHormonal therapy of prostate cancer
Hormonal therapy of prostate cancer
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Management of Epispadia
Management of EpispadiaManagement of Epispadia
Management of Epispadia
 
Pathogenesis of bacterial infection and nosocomial infection
Pathogenesis of bacterial infection and nosocomial infectionPathogenesis of bacterial infection and nosocomial infection
Pathogenesis of bacterial infection and nosocomial infection
 
Pneumonia regi
Pneumonia regiPneumonia regi
Pneumonia regi
 
Teknik operasi ctt regi
Teknik operasi ctt regiTeknik operasi ctt regi
Teknik operasi ctt regi
 
Early goal direct treatment (egdt) regi septian
Early goal direct treatment (egdt) regi septianEarly goal direct treatment (egdt) regi septian
Early goal direct treatment (egdt) regi septian
 

Pembentukan batu kemih 2013

  • 1. RONI KHOERONI REGI SEPTIAN MARULI OLOAN TUA
  • 2. Kidneys lie along the borders of the psoas muscle  Adult kidney : ±150 gr  The kidney : Cortex and medulla.  The medullary areas are pyramidal, more centrally located, and separated by sections of cortex  columns of Bertin.  Each kidney is capped by an adrenal gland, and both organs are enclosed within Gerota’s (perirenal) fascia; except inferior of kidneys.
  • 3.  From anterior  posterior, the renal hilar structures are the renal vein, renal artery, and collecting system.  The progression of arterial supply to the kidney is as follows: renal artery ➙segmental artery ➙interlobar artery  ➙arcuate artery ➙interlobular artery . ➙afferent artery.  The venous system anastomoses freely throughout the kidney. The arterial supply does not. Thus, occlusion of a segmental artery leads to parenchymal infarction but occlusion of a segmental vein is not problematic because there are many alternate drainage routes.
  • 4.
  • 5. Cortical nephron:  Originates in outer 2/3 of cortex.  Involved in solute reabsorption.  Juxtamedullary nephron:  Originates in inner 1/3 cortex.  Important in the ability to produce a concentrated urine.
  • 6.
  • 7.  CALICES : minor calices (8-12 in number) unite to form 2 or 3 major calices which join to form renal pelvis
  • 8. RENAL PELVIS URETER : adult is 30 cm long, narrowing : (1) ureteropelvic junction, (2) ureter crosses over the iliac vessels, (3) courses through the bladder wall
  • 9.  Mengatur ketersediaan kalsium dalam serum  Kadar Kalsium serum menurunMerangsang PTH1. Meningkatkan absorpsi kalsium di usus halus, 2.Resorpsi kalsium tulang, 3.aktivasi vit D di renal
  • 10.
  • 11.
  • 12.  Telah lama diderita umat manusiaDitemukan pada otopsi mumi oleh Shattock pada tahun 19054400SM (Stoller dan M. V. Meng)  Merupakan kasus urologi ke-3 terbanyak setelah ISK dan Gangguan prostat  Lifetime Prevalence 1-15% (Pearle MS & Lotan Y; Campbell Walsh Urology 2007 )  Angka kejadian: Asia(1-5%), Eropa(5- 9%), Amerika (10-15%), Saudi (20%) (Johnson et al, 1979&Ramello A et al; J Nephrol 2000 )
  • 13. Terbentuknya batu dihubungkan dengan beberapa faktor: Aliran Urine Metabolik Infeksi Saluran Kemih Dehidrasi Idiopatik
  • 14. Intrinsik: Genetik, Usia, jenis Kelamin Ekstrinsik : Geografis, Iklim dan temperatur, Asupan Air, Diet, Pekerjaan dan gaya hidup dsb.
  • 15. Peningkatan insidensi Batu nefrolithiasi ( Stamatelou et al. Kidney Int 2003)
  • 16. Jenis KelaminPengaruh?  Anatomi Saluran kemih  Komposisi urine (Pria, tinggi kalsium dan oksalat, serta rendah sitrat) (Sarada B & Satyanarayana U; Clin Biochem 1991) Perbedaan Hormon (Lee YH, et al; J Urol. 1996)
  • 17.  UsiaPuncak di usia 30-an (puncak dekade 4 dan 6)  RasKulit putih dan latin serta keturunan amerika afrika  Pekerjaanpaparan tinggi panas  Geografis&wilayah
  • 18.  Pengaruh lainnya..
  • 19.  Banyak teori, salah satunya: Ketidakseimbangan proses solubilitas dan presipitasi  Merupakan Proses kaskade kompleks  AwalnyaKeadaan ‘Supersaturasi’keadaan dimana zat mineral terlarut pembentuk kristal batu berada dalam konsentrasi tinggi sehingga kristal-kristal akan terbentuk di dalam urintidak serta merta terbentuk batu saluran kemih
  • 21.  Keadaan dengan kecepatan arus urin normal akan mencegah keadaan supersaturasimencegah pembentukan inti batu  Formasi kristal dapat terjadi jika: waktu yang adekuat dalam keadaan konsentrasi tinggi zat pembentuk kristal terlarut, adanya stasis atau obstruksi dari sal kemih, terdapat zat-zat kostituen lain yang menyebabkan urine dapat membentuk kristal
  • 22. Tahap Pembentukan Batu Agregasi Growth Nukleasi Ion-ion seperti Kalsium, fosfat, oksalat dsb dapat spontan bergabung Membentuk nidus, inti dari batu
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.  Magnesium  Sitrat  Protein Glikosaminoglikan (GAG)  Protein Tamm Horsfall  Sulfat  Nefrokalsin  Osteopontin
  • 27. 1. Berdasarkan Ukuran: 5, > 5-10,> 10-20, and > 20 mm 2. Berdasarkan lokasi: Upper, middle atau lower calyx; renal pelvis; upper,middle atau distal ureter; dan urinary bladder. 3. Karakteristik batu dari x-ray
  • 28. 4. Etiologi pembentukan batu 5.Komposisi batu
  • 29. 6. Berdasarkan Faktor Risiko *EAU Guideliness 2013
  • 30.  Klasifikasi dan defek metabolik/lingkungan
  • 31.  Hiperkalsiuria Kelainan yang paling umum pada penderita batu saluran kemih jenis kalsium 80-85%  Kadar tinggi [Ca++] di urin  Meningkatkan saturasi urin dan menurunkan aktifitas inhibitor  Dapat disebabkan juga karena peningkatan oksalat dan rendahnya kadar sitrat urin
  • 32.  Peningkatan absorpsi kalsium di usus halus (khususnya jejenum)kadar kalsium tinggi di serumpeningkatan filtrasi glomerulussupresi parathiroid hormonpenurunan resorpsi di tubularekskresi kalsium > 4mg/kg/day (Parks and Coe, 1986)  Hiperkalsiuria : Kadar kalsium urin> 150-200 mg /day (Menon, 1986)  Tipe I :kadar kalsium urin tetap tinggi walaupun dengan pembatasan (restriksi) kalsium  Fosfat selulose 10-15 gram po dalam 3 dosis scr efektif mengikat kalsium dalam penyerapan di usus↓serapan kalsium
  • 33.  Type II : Dietary dependenartinya dapat dinormalkan dengan pembatasan asupan kalsium400-600mg/hari  Underlying abnormality /Tipe III: Kebocoran fosfat renalserum fosfat rendahpeningkatan sintesis 1,25- dihidroxyvitamin Dpeningkatan absorpsi fosfat dan Ca++ ↑Serum Ca++ekskresi kalsium meningkatterapi fosfatorthophosfat 250gr(3-4x/hari)menghambat pembentukan sintesis vit D
  • 34. TERAPI PENCEGAHAN BATU KALSIUM 1. Menaikkan asupan cairan 2. Pengaturan asupan kalsium 3. Serat 4. Restriksi oksalat 5. Mengurangi asupan protein 6. Thiazide 7. Allopurinol
  • 35.  Gangguan reapsorpsi Ca++ karena renal tubular defek ekskresi kalsium berlebihan ↑kadar kalsium di urin ↓kadar kalsium serumdikompensasi oleh hyperparathyroidism sekunderabsorpsi ditingkatkan di lumen usus dan mengambil kalsium dari tulang  Karakteristik : kadar kalsium darah tetap normal, peningkatan kadar kalsium urine (walaupun saat puasa), dan peningkatan kadar PTH  Terapi dengan HCTmeningkatkan absorpsi kalsium di tubular proximal di nefron
  • 36.  Jarangkurang dari 5-10%  Berhubungan dengan hiperparatiroid primer  Sekresi PTH meningkatmeningkatkan resorpsi kalsium tulang dan memperbaiki absorpsi kalsium di instestinal meningkatkan sintesis 1,25-dihidroxyvitamin D di renal terdapat peningkatan kadar kalsium urinenefrokalsinosisnefrolithiasis berulangsurgical removal adenoma parathyroid
  • 37.  Disebabkan karena asupan purin yang berlebihan atau peningkatan produksi asam urat endogenmonosodium urat ↑ Menyebabkan terbentuknya nukleasi inti yang heterogenous  Memiliki kadar asam urat yang tinggi (>600mg/24jam pada wanita, dan 750mg/dl pada pria)pH urin >5.5  Dapat diterapi dengan pembatasan asupan purin, atau allopurinol(xantine oksidase inhibitor) yang menurunkan sintesis asam urat endogen
  • 38.  Kadar oksalat urin > 40 mg/day  ↑ saturasi urin dari Ca Oxalate  Sering ditemukan pada pasien infalamatory bowel disease atau keadaan diare kronis yang menyebabkan keadaan dehidrasi beratmalabsorpsi karena tingginya kadar lemak intralumen, mengikat kalsium saponifikasiterdapat banyak oksalat bebas yang diabsorpsi  Terapi  suplemen kalsium &magnesium per oral  Pembatasan asupan lemak dan trigliserida  Dikenal juga hiperoksalouria primer: gangguan pada biosintesis oksalatkelainan herediter yang langka
  • 39. STRUVITE  Terbentuk dari magnesium, amonium dan fosfat (MAP) (MgNH4PO4 • 6H2O)  Berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh urea-splitting bacteria (proteus, paseudominas, klebsiella, staphilococci dsb)  Umumnya ditemukan pada wanita dan terjadi berulang  Seringkali muncul sebagai batu staghorn  Umumnya kadar pH>7.2 (urine normal 5.85)  Berhubungan dengan adanya infeksi dan keadaan seperti neurogenik bladder sebagai predisposisi
  • 40.
  • 41. •Proteus, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stapilokokus Urea Splitter •Suasana urine menjadi basa PH >7.2 •Terbentuk batu kompleks MAP(Magnesium Amonium Phosfat) Batu
  • 42.  Pemberian anti bakterial agent sesuai hasil kulturdapat menurunkan kadar urease pada urin hingga 99%  Penghilangan batu infeksi  Menyingkirkan benda asing dalam saluran kemih yang dapat menjadi sumber infeksi, cth:kateter suprapubik maupun jenis lainnya
  • 43.  Determinan utama: pH rendah (PH<6.0), volume urine (Vol <2 Liter/hari) yang rendah dan hiperurikosuria  PurineHipoxantinexantineuric acid  Pada : Pasien penyakit gout, Terapi mieloproliferatif, terapi kanker, obat urikosurik (sulfiperazone, thiazide, salisilat)  Alkalinisasisodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium sitratpH 6.5-7  Xantine oksidase inhibitor
  • 44.
  • 45. Lainnya  Cystinegangguan kongenital absorbsi di usus halus  Xantinekongenital defisiensi dari xantine oksidase  IndinavirProtease inhibitorterapi pada pasien sindrom imunodefisiensi imunradiolusen  Silikatjarang
  • 46.  Terbentuk ditubuli ginjal  kaliks infundibulum  Pelvis ginjal  Staghorn  batu di pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal  Batu di pielum  Hidronefrosis  Batu di ureter  Hidroureter, hidronefrosis  Batu di kaliks  kaliekstasis  Gejala :  Nyeri pada pinggang (kolik/non kolik)  Hematuria  Nyeri ketok kosto-vertebra  Teraba ginjal pada hidronefrosis  Demam bila ada infeksi (curiga urosepsis)
  • 47. Batu yang terdorong oleh peristaltik otot- otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter  Batu < 5 mm dapat keluar spontan  Batu > 5mmperiureteritisobstruksi kronis/hydroureter/Hydronefrosis  Tergantung pada posisi,besar batu dan penyulit yang timbul  Nyeri pada pinggang (kolik/non kolik)  Nyeri ketok kosto-vertebra  Teraba ginjal pada hidronefrosis  Demam bila ada infeksi  Batu di distal ureter  nyeri pada saat kencing atau sering kencing  hematuria
  • 48.  Sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi ( Hiperplasia prostat,striktur urethra,divertikel buli-buli,buli-buli neurogenik)  terdapat benda asing di buli-buli  Berasal dari batu ginjal/batu ureter  Gejala iritasi :  Nyeri kencing/disuria / (refered pain)  Perasaan tidak enak saat kencing  Kencing tiba-tiba terhenti dan lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh
  • 49.  Angka kejadian 1%  Berasal dari batu ginjal/batu ureter yang turun ke buli kemudian masuk ke urethra  Jarang batu primer (kecuali pada divertikel uretra)  Batu uretra anterior  Benjolan keras di pars bulbosa/pendularis  Tampak di MUE  Nyeri pada glans penis  Batu uretra posterior  Nyeri didaerah perineum atau rektum  Miksi tiba-tiba berhenti
  • 50.  Diagnosis ditegakkan berdasarkan :  Anamnesis  Nyeri, tergantung lokasi batu. Batu ginjal: bisa kolik atau tidak.  Mikro atau makro hematuria.  Infeksi, misalnya pada batu Amonium fosfat (Struvite).  Demam merupakan tanda urosepsis (emergensi).  Mual dan muntah
  • 51. Penjalaran nyeri pada berbagai lokasi batu dalam sepanjang saluran kemih
  • 52.  Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum, tanda vital.  Singkirkan nyeri abdomen karena: tumor, aneurisma aorta, HNP, kehamilan  Status urologikus (regio CVA, suprapubik dan genitalia eksterna).
  • 53.  Pemeriksaan Laboratorium  Pemeriksaan darah perifer lengkap.  Urinalisa  Fungsi ginjal  Pemeriksaan lain untuk toleransi operasi.
  • 54.  Pemeriksaan Radiologis  Pemeriksaan BNO dan IVP bila ureum dan kreatinin normal.  Retrorgad Pyelografi (RPG)  USG ginjal.  CT Scan.  MRI.  Nuclear Scintigraphy.
  • 55. JENIS TERAPI  Konservatif observasi bila ukuran batu kecil, bentuk dan lokasi: bisa keluar spontanTerapi nyeri  Dissolution agents.  Relief of Obstruction: terutama disertai dengan infeksi, dilakukan RPG dengan pemasangan Double J stent.  ESWL (diameter batu 2-2,5cm).  Ureteroscopic Stone Extraction.  Percutaneous Nephrolithotomy.  Pyelolitotomi.  Anathrophic Nephrolithotomy.  Radial Nephrotomy,  Nefrektomi parsial.  Ureterolititomi.
  • 56. Terapi Nyeri 1. Pemberian NSAID (Na Diclofenak 100-150mg 3-4x/hari) 2. Alfa bloker 3. Dapat dipakai juga hydromorphine atau tramadol
  • 57. Digunakan secara peroral maupun sebagai kombinasi terapi untuk membersihkan sisa pecahan batu
  • 58. TERAPI CHEMOLYSIS 1. Batu infeksi  Batu magnesium ammonium posphate& carbonate apatite dilarutkan dengan :  Larutan 10% Hemiacridin (pH 3.5-4)  Larutan Suby  Selama tx antibiotika, larutan dialirkan lewat 2 kateter nefrostomi: masuk & keluar selama beberapa hari atau minggu  Untuk memperluas permukaan, dilakukan ESWL  Berguna untuk pasien risiko tinggi untuk operasi atau tindakan lain DMS 2002
  • 59. TERAPI CHEMOLYSIS 2. Batu brushite  Dipakai larutan asam  Dp dipakai untuk sisa batu  Terutama bila sering kambuh DMS 2002
  • 60. TERAPI CHEMOLYSIS 3. Batu cystine  Dipakai larutan basa pH 8.5 – 9:  Lar. THAM (0.3/0.6 mol/L trihydroxymethyl aminomethan)  Lar. Acetylcysteine (atau kombinasi dg THAM)  Cara dg percutaneous chemolysis DMS 2002
  • 61. TERAPI CHEMOLYSIS 4. Batu asam urat  Dipakai larutan basa pH 8.5 – 9:  Lar. THAM (0.3/0.6 mol/L trihydroxymethyl aminomethan)  Cara dg percutaneous chemolysis  Dapat dg cara oral chemolysis:  As.urat darah: tx allopurinol & minum banyak  pH dinaikkan dengan alkali DMS 2002
  • 62.  Invasive :  Operasi terbuka, dapat untuk semua lokasi  Semi Invasive :  Lithotripsy :  Mekanikal  Elektrohidrolik  Ultrasonik  Pneumatic  Laser  URS (Ureterorenoscopy)  PCNL (Percutaneous Nephrolithotripsy)  Non Invasive :  ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
  • 63.  Indikasi tindakan ESWL Ureteroskopi PCNL Batu ginjal <2cm dan batu Batu ureter >1cdm atau < 1 cm dengan Batu ginjal ureter dan >2cm; batu Indikasi ureter<1cm gangguan fungsi ginjal struvit
  • 64.
  • 65.
  • 66.
  • 67.
  • 68.
  • 69.  Dalam pengangkatan/ pembuangan batu, dapat dipakai salah satu cara atau dapat pula lebih dari satu cara, tergantung dari penyakitnya (letak, ukuran, dan jumlah batu), kondisi pasien, sarana dan prasarana rumah sakit.
  • 70.  Pengobatan batu secara keseluruhan bukan hanya mengangkat/ membuang batu saja, tetapi harus memperhatikan dan mengobati faktor faktor penyebab terjadinya batu.
  • 71. 1. Minum cukup 2-3 liter/hari 2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu 3. Aktivitas harian yang cukup 4. Pemberian medikamentosa jika diperlukan