SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
PEMBUKTIAN DALAM HUKUM
ACARA PERADILAN AGAMA
Pengertian Pembuktian
• Dalam memeriksa suatu perkara, hakim bertugas
mengkonstatir, mengkualifikasir, dan kemudian
mengkonstituir.
• Mengkostituir artinya hakim harus menilai
apakah peristiwa atau fakta-fakta yang
dikemukakan oleh para pihak itu benar-benar
terjadi.
• Membuktikan artinya mempertimbangkan secara
logis kebenaran suatu fakta/peristiwa
berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut
hukum pembuktian yang berlaku.
Tujuan Pembuktian
Untuk memperoleh kepastian bahwa suatu
peristiwa/ fakta yang diajukan itu benar
terjadi, yang dibuktikan kebenarannya, sehingga
nampak adanya hubungan hukum antara para
pihak
Teori Pembuktian
1. Teori Pembuktian Bebas
Teori ini tidak menghendaki adanya ketentuan-
ketentuan yang mengikat hakim.
2. Teori Pembuktian negatif
dimana hakim terikat dengan ketentuan-ketentuan
yang bersifat negatif sehingga membatasi hakim
untuk melakukan sesuatu.
3. Teori Pembuktian Positif
dimana hakim diwajibkan untuk melakukan segala
tindakan dalam pembuktian, kecuali yang dilarang
dalam Undang-Undang.
Hukum Pembuktian
1. Bersifat mencari kebenaran formil
2. Tidak disyaratkan adanya keyakinan hakim
3. Alat bukti harus memenuhi syarat formil dan
materil
4. Hakim wajib menerapkan hukum pembuktian
Pasal 163 HIR/pasal 283 R.Bg dan pasal 1856
BW, menyatakan bahwa barang-siapa yang :
- Mengaku mempunyai suatu hak, atau
- Mengemukakan suatu peristiwa (keadaan)
untuk menguatkan haknya, atau
- Membantah hak orang lain, maka ia harus
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu.
Alat – alat bukti
• Alat bukti surat
• Alat bukti saksi
• Alat bukti persangkaan Pasal 164 HIR
• Alat bukti pengakuan
• Alat bukti sumpah
• Pemeriksaaan ditempat (pasal 153 HIR)
• Saksi ahli (pasal 154 HIR)
• Pembukuan (pasal 167 HIR)
• Pengetahuan Hakim (pasal 178 (1) HIR, UU-MA
No.14/1985)
Macam – macam kekuatan alat bukti
1. Bukti mengikat dan menentukan
• Meskipun hanya ada satu alat bukti, telah cukup bagi Hakim untuk
memutuskan perkara berdasarkan alat bukti tersebut tanpa
membutuhkan alat bukti lainnya.
• Hakim terikat dengan alat bukti tersebut, sehingga tidak dapat
memutus lain dari pada yang telah terbukti dengan satu alat bukti
itu.
• Alat bukti ini tidak dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan/bukti
sebaliknya.
• Alat bukti ini adalah:
• Sumpah decisoir (pasal 156 HIR/pasal 183 R.Bg)
• Sumpah pihak (dilator) = (pasal 177 HIR/pasal 183 R.Bg)
• Pengakuan (pasal 174 HIR/pasal 311 R.Bg)
2. Bukti sempurna, artinya :
• Meskipun hanya ada satu alat bukti, telah cukup bagi Hakim untuk
memutuskan perkara berdasarkan alat bukti itu dan tidak
memerlukan adanya alat bukti lain.
• Hakim terikat dengan alat bukti tersebut, kecuali jika dapat
dibuktikan sebaliknya.
• Bukti tersebut dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan/sebaliknya.
• Alat bukti ini adalah :
• Akta otentik (pasal 165 HIR/pasal 285 R.Bg)
• Pasal 1394 KUH Perdata: Apabila tergugat dapat menunjukkan tiga
kwitansi pembayaran 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka angsuran
yang sebelumnya harus dianggap lunas.
• Pasal 1965 KUH Perdata: Itikad baik selamanya harus dianggap
ada, sedangkan siapa yang menunjukkan kepada suatu itikad buruk
diwajibkan membuktikannya.
3. Bukti bebas, artinya:
Hakim bebas untuk menilai sesuai dengan pertimbangan yang
logis.
Hakim tidak terikat dengan alat bukti tersebut.
Terserah kepada keyakinan hakim yang menilai.
Hakim dapat mengesampingkan alat bukti ini dengan
pertimbangan yang logis.
Bukti ini dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
Alat bukti ini adalah:
Saksi yang disumpah (pasal 172 HIR/pasal 307 R.Bg). meskipun
ada 10 oranng saksi, kalau hakim ragu-ragu maka hakim tidak
terkait atau wajib mempercayai saksi-saksi itu.
Saksi ahli (pasal 154 HIR/pasal 181 R.Bg)
Pengakuan diluar sidang (pasal 175 HIR/pasal 312 R.Bg)
4.Bukti permulaan, artinya:
• Meskipun alat bukti itu sah dan dapat dipercaya
kebenarannya, tetapi belum mencukupi syarat formil
sebagai alat bukti yang cukup.
• Bukti ini masih perlu (harus) ditambah dengan alat bukti
lain agar menjadi sempurna.
• Hakim bebas dan tidak terikat dengan alat bukti ini.
• Bukti ini dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
• Alat bukti ini adalah:
• Alat bukti saksi tetapi hanya seorang diri (pasal 136
HIR/pasal 306 R.Bg) sehingga harus ditambah dengan
alat bukti lain, misalnya sumpah suppletoir.
• Akta dibawah tangan yang dipungkiri tanda tangannya
dan isinya oleh yang bersangkutan (pasal 165 HIR/pasal
289 R.Bg).
5. Bukti bukan bukti, artinya:
• Meskipun nampaknya memberikan keterangan yang
mendukung kebenaran suatu peristiwa tetapi ia tidak
memenuhi syarat formal sebagai alat bukti sah.
• Ia tidak mempunyai kekuatan pembuktian.
• Ia seperti bukti tetapi bukan bukti.
• Hal ini adalah:
• Saksi yang tidak disumpah (pasal 145 (4) HIR/pasal 172 R.Bg)
• Saksi yang belum cukup umur15 tahun
• Foto-foto, rekaman casset/video dan sebagainya
• Kesaksian tak langsung (pasal 717 HIR/pasal 308 R.Bg )
Bukti Surat
Alat bukti tertulis atau surat ialah segala
yang memuat tanda-tanda bacaan yang
dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau
menyampaikan buah pikiran seseorang dan
digunakan sebagai pembuktian (alat bukti).
Fungsi Akta
1. Fungsi formal. Yaitu adanya akta merupakan
syarat sah suatu perbuatan hukum. Misalnya:
• Pasal 1610 BW tentang perjanjian
pemborongan
• Pasal 1767 BW tentang perjanjian hutang
piutang dengan bunga
• Pasal 1851 tentang perdamaian, yang untuk itu
semuanya disyaratkan adanya akta di bawah
tangan
• Pasal 1171 BW tentang pemberian hipotik
2. Fungsi materiil, yaitu fungsi akta sebagai alat
bukti, meskipun bukan merupakan syarat sahnya
suatu perbuatan hukum.
Fungsi Akta Sebagai Alat Bukti
Sebagai alat bukti, maka ketentuan pembuktian akta
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kekuatan secara
fungsional, yaitu:
1. Kekuatan pembuktian lahir
Yaitu bahwa surat secara lahiriyah tampil sebagai akta yang
sah, sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
2. Kekuatan pembuktian formil
Yaitu membuktian tentang adanya sesuatu
perbuatan/keadaan menurut hukum atau adanya suatu
pernyatan.
3. Kekuatan pembuktian formil
Yaitu membuktian tentang kebenaran isi dari suatu
perbuatan/keadaan atau pernyataan yang dimuat di dalam
akta.
Bukti Saksi
Saksi ialah orang yang memberikan
keterangan di muka sidang, dengan memenuhi
syarat-syarat tertentu, tentang suatu peristiwa
atau keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami
sendiri sebagai bukti terjadinya peristiwa atau
keadaan tersebut.
Bukti saksi diatur dalam pasal 168-172 HIR.
Bukti Persangkaan
Persangkaan adalah kesimpulan yang
ditarik dari suatu peristiwa yang telah dikenal
atau dianggap terbukti ke arah suatu peristiwa
yang tidak dikenal atau belum terbukti, baik
yang berdasarkan undang-undang atau
kesimpulan yang ditarik oleh hakim.
Persangkaan diatur dalam pasal 173
HIR, 1916 BW.
Persangkaan menurut Undang – Undang
(Pasal 1916 BW)
Persangkaan – persangkaan yang oleh Undang-undang
dihubungkan dengan perbuatan tertentu antara lain:
- Perbuatan yang oleh Undang-Undang dinyatakan
batal.
- Peristiwa – peristiwa yang menurut Undang- Undang
dapat dijadikan kesimpulan guna menetapkan hak
pemilik atau pembebasan dari hutang.
- Kekuatan yang diberikan oleh Undang-Undang
kepada putusan hakim.
- Kekuatan yang diberikan Undang-Undang kepada
pengakuan atau sumpah salah satu publik.
Bukti Sumpah
Sumpah ialah suatu pernyataan yang hidmat
yang diberikan atau diucapkan pada waktu
memberi janji atau keterangan dengan
mengingat sifat Maha Kuasa Tuhan dan percaya
bahwa siapa yang memberi keterangan atau
janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
Macam Sumpah
1. Sumpah / janji untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, yang disebut sumpah
promissoir. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
A. sumpah diucapkan sebelum mereka
memberikan keterangan/ melakukan sesuatu.
B. Sumpah berfungsi sebagai syarat formil
sahnya suatu keterangan atau tindakan.
C. Sumpah ini bukan merupakan alat bukti;
dan
D. Sumpah ini tidak mengakhiri sengketa.
Termasuk sumpah promissoir :
1. Sumpah Jabatan
2. Sumpah Pegawai Negeri Sipil
3. Sumpah Saksi
4. Sumpah Ahli
5. Sumpah Tolk (Juru Bahasa)
6. Sumpah Hakim
2. Sumpah assertoir (confirmatoir) dilakukan
para pihak dalam perkara, dengan ciri-ciri :
A. Sumpah diucapkan sesudah mereka memberi
keterangan atau melakukakan sesuatu
B. Sumpah berfungsi untuk meneguhkan suatu
peristiwa atau hak
C. Sumpah ini termasuk alat bukti
D. Sumpah mengakhiri sengketa
Pemeriksaan di tempat (Descente)
Pemeriksaan setempat (descente) ialah
pemeriksaan mengenai perkara, oleh hakim
karena jabatannya, yang dilakukan di luar
gedung atau tempat kedudukan
Pengadilan, agar hakim melihat sendiri
gambaran atau keterangan yang memberi
kepastian tentang peristiwa yang menjadi
sengketa.
Keterangan Saksi Ahli
Keterangan pihak ketiga yang obyektif yang
bertujuan untuk membantu hakim dalam
pemeriksaan guna meambah pengetahuan
Hakim sendiri.
Alat bukti pembukuan
- Pasal 167 HIR pasal 296 R.Bg menyatakan
bahwa Hakim bebas memberikan kekuatan
pembuktian untuk keuntungan seorang
kepada pembukuannya yang dalam hal khusus
dipandang patut.
- Alat bukti pembukuan ini dalam bidang
keperdataan dan hukum dagang.
Contoh :
Seorang penggugat menggugat kepada lawan
(tergugat) untuk melunasi hutangnya, kemudian
tergugat menyatakan bahwa hutangnya sudah
lunas, lalu peggugat menunjukkan pembukuan
debit-kredit terhadap tergugat di mana ada
pengeluaran pinjaman.
Pengetahuan Hakim
Hakim sebagai organ Pengadilan dianggap
mengetahui hukum. Pencari keadilan datang datang
padanya untuk memohon keadilan. Andaikata ia
tidak menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali
hukum tidak tertulis untuk memutuskan
berdasarkan hukum sebagai orang yang bijaksana
dan bertanggung-jawab penuh kepada Tuhan Yang
Maha Esa. diri sendiri, masyarakat Bangsa dan
Negara (Pasal 14 UU No. 14/1970 dan
penjelasannya)
Pasal 178 ayat (1) HIR mewajibkan hakim
karena jabatannya waktu bermusyawarah
mencukupkan segala alasan hukum, yang tidak
dikemukakan oleh kedua belah pihak.

More Related Content

What's hot

Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hapGradeAlfonso
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpidRonalto_Tan
 
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Idik Saeful Bahri
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaIca Diennissa
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAPEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAsurrenderyourthrone
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Idik Saeful Bahri
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
5 surat-dakwaan
5 surat-dakwaan5 surat-dakwaan
5 surat-dakwaan
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
 
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
Hukum acara perdata - Pembuatan gugatan dan cara pengujian gugatan (Idik Saef...
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAPEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA
 
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Upaya hukum (Idik Saeful Bahri)
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar tuntutan hak (Idik Saeful Bahri)
 

Viewers also liked

Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Marhamah Saleh
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaSiddiki Syadzily
 
Fiqh jinayah
Fiqh jinayahFiqh jinayah
Fiqh jinayahSof Wan
 
10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbuktiRonalto_Tan
 

Viewers also liked (8)

Pelaksanaan putusan
Pelaksanaan putusanPelaksanaan putusan
Pelaksanaan putusan
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan Agama
 
Fiqh jinayah
Fiqh jinayahFiqh jinayah
Fiqh jinayah
 
10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti
 

Similar to PEMBUKTIAN HUKUM

Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktianepylian
 
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptxAlat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptxZakaria739762
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingTri Pamungkas
 
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.ppt
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.pptHukum Pembuktian dan Daluwarsa.ppt
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.pptRizalNotarius
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptasifsardari
 
Critical notes akta otentik
Critical notes akta otentikCritical notes akta otentik
Critical notes akta otentikYefta Tandi
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxKuswidiyantoAriefWic
 
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).pptYyny123
 
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdf
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdfHAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdf
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdfAchmadHasanBasri
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxhikpknlgto
 
uas hukum acara perdata
 uas hukum acara perdata uas hukum acara perdata
uas hukum acara perdataAdiSusilo27
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxFHUGJ
 

Similar to PEMBUKTIAN HUKUM (20)

Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptxAlat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx
Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.ppt
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.pptHukum Pembuktian dan Daluwarsa.ppt
Hukum Pembuktian dan Daluwarsa.ppt
 
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptxHAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Putusan Gugur Fenti
Putusan Gugur FentiPutusan Gugur Fenti
Putusan Gugur Fenti
 
Critical notes akta otentik
Critical notes akta otentikCritical notes akta otentik
Critical notes akta otentik
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
 
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdf
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdfHAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdf
HAPTUN UPAYA_HUKUM (1).pdf
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
uas hukum acara perdata
 uas hukum acara perdata uas hukum acara perdata
uas hukum acara perdata
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
 

PEMBUKTIAN HUKUM

  • 2. Pengertian Pembuktian • Dalam memeriksa suatu perkara, hakim bertugas mengkonstatir, mengkualifikasir, dan kemudian mengkonstituir. • Mengkostituir artinya hakim harus menilai apakah peristiwa atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh para pihak itu benar-benar terjadi. • Membuktikan artinya mempertimbangkan secara logis kebenaran suatu fakta/peristiwa berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut hukum pembuktian yang berlaku.
  • 3. Tujuan Pembuktian Untuk memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa/ fakta yang diajukan itu benar terjadi, yang dibuktikan kebenarannya, sehingga nampak adanya hubungan hukum antara para pihak
  • 4. Teori Pembuktian 1. Teori Pembuktian Bebas Teori ini tidak menghendaki adanya ketentuan- ketentuan yang mengikat hakim. 2. Teori Pembuktian negatif dimana hakim terikat dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat negatif sehingga membatasi hakim untuk melakukan sesuatu. 3. Teori Pembuktian Positif dimana hakim diwajibkan untuk melakukan segala tindakan dalam pembuktian, kecuali yang dilarang dalam Undang-Undang.
  • 5. Hukum Pembuktian 1. Bersifat mencari kebenaran formil 2. Tidak disyaratkan adanya keyakinan hakim 3. Alat bukti harus memenuhi syarat formil dan materil 4. Hakim wajib menerapkan hukum pembuktian
  • 6. Pasal 163 HIR/pasal 283 R.Bg dan pasal 1856 BW, menyatakan bahwa barang-siapa yang : - Mengaku mempunyai suatu hak, atau - Mengemukakan suatu peristiwa (keadaan) untuk menguatkan haknya, atau - Membantah hak orang lain, maka ia harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu.
  • 7. Alat – alat bukti • Alat bukti surat • Alat bukti saksi • Alat bukti persangkaan Pasal 164 HIR • Alat bukti pengakuan • Alat bukti sumpah • Pemeriksaaan ditempat (pasal 153 HIR) • Saksi ahli (pasal 154 HIR) • Pembukuan (pasal 167 HIR) • Pengetahuan Hakim (pasal 178 (1) HIR, UU-MA No.14/1985)
  • 8. Macam – macam kekuatan alat bukti 1. Bukti mengikat dan menentukan • Meskipun hanya ada satu alat bukti, telah cukup bagi Hakim untuk memutuskan perkara berdasarkan alat bukti tersebut tanpa membutuhkan alat bukti lainnya. • Hakim terikat dengan alat bukti tersebut, sehingga tidak dapat memutus lain dari pada yang telah terbukti dengan satu alat bukti itu. • Alat bukti ini tidak dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan/bukti sebaliknya. • Alat bukti ini adalah: • Sumpah decisoir (pasal 156 HIR/pasal 183 R.Bg) • Sumpah pihak (dilator) = (pasal 177 HIR/pasal 183 R.Bg) • Pengakuan (pasal 174 HIR/pasal 311 R.Bg)
  • 9. 2. Bukti sempurna, artinya : • Meskipun hanya ada satu alat bukti, telah cukup bagi Hakim untuk memutuskan perkara berdasarkan alat bukti itu dan tidak memerlukan adanya alat bukti lain. • Hakim terikat dengan alat bukti tersebut, kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya. • Bukti tersebut dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan/sebaliknya. • Alat bukti ini adalah : • Akta otentik (pasal 165 HIR/pasal 285 R.Bg) • Pasal 1394 KUH Perdata: Apabila tergugat dapat menunjukkan tiga kwitansi pembayaran 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka angsuran yang sebelumnya harus dianggap lunas. • Pasal 1965 KUH Perdata: Itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapa yang menunjukkan kepada suatu itikad buruk diwajibkan membuktikannya.
  • 10. 3. Bukti bebas, artinya: Hakim bebas untuk menilai sesuai dengan pertimbangan yang logis. Hakim tidak terikat dengan alat bukti tersebut. Terserah kepada keyakinan hakim yang menilai. Hakim dapat mengesampingkan alat bukti ini dengan pertimbangan yang logis. Bukti ini dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan. Alat bukti ini adalah: Saksi yang disumpah (pasal 172 HIR/pasal 307 R.Bg). meskipun ada 10 oranng saksi, kalau hakim ragu-ragu maka hakim tidak terkait atau wajib mempercayai saksi-saksi itu. Saksi ahli (pasal 154 HIR/pasal 181 R.Bg) Pengakuan diluar sidang (pasal 175 HIR/pasal 312 R.Bg)
  • 11. 4.Bukti permulaan, artinya: • Meskipun alat bukti itu sah dan dapat dipercaya kebenarannya, tetapi belum mencukupi syarat formil sebagai alat bukti yang cukup. • Bukti ini masih perlu (harus) ditambah dengan alat bukti lain agar menjadi sempurna. • Hakim bebas dan tidak terikat dengan alat bukti ini. • Bukti ini dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan. • Alat bukti ini adalah: • Alat bukti saksi tetapi hanya seorang diri (pasal 136 HIR/pasal 306 R.Bg) sehingga harus ditambah dengan alat bukti lain, misalnya sumpah suppletoir. • Akta dibawah tangan yang dipungkiri tanda tangannya dan isinya oleh yang bersangkutan (pasal 165 HIR/pasal 289 R.Bg).
  • 12. 5. Bukti bukan bukti, artinya: • Meskipun nampaknya memberikan keterangan yang mendukung kebenaran suatu peristiwa tetapi ia tidak memenuhi syarat formal sebagai alat bukti sah. • Ia tidak mempunyai kekuatan pembuktian. • Ia seperti bukti tetapi bukan bukti. • Hal ini adalah: • Saksi yang tidak disumpah (pasal 145 (4) HIR/pasal 172 R.Bg) • Saksi yang belum cukup umur15 tahun • Foto-foto, rekaman casset/video dan sebagainya • Kesaksian tak langsung (pasal 717 HIR/pasal 308 R.Bg )
  • 13. Bukti Surat Alat bukti tertulis atau surat ialah segala yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang dan digunakan sebagai pembuktian (alat bukti).
  • 14. Fungsi Akta 1. Fungsi formal. Yaitu adanya akta merupakan syarat sah suatu perbuatan hukum. Misalnya: • Pasal 1610 BW tentang perjanjian pemborongan • Pasal 1767 BW tentang perjanjian hutang piutang dengan bunga • Pasal 1851 tentang perdamaian, yang untuk itu semuanya disyaratkan adanya akta di bawah tangan • Pasal 1171 BW tentang pemberian hipotik 2. Fungsi materiil, yaitu fungsi akta sebagai alat bukti, meskipun bukan merupakan syarat sahnya suatu perbuatan hukum.
  • 15. Fungsi Akta Sebagai Alat Bukti Sebagai alat bukti, maka ketentuan pembuktian akta dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kekuatan secara fungsional, yaitu: 1. Kekuatan pembuktian lahir Yaitu bahwa surat secara lahiriyah tampil sebagai akta yang sah, sepanjang tidak terbukti sebaliknya. 2. Kekuatan pembuktian formil Yaitu membuktian tentang adanya sesuatu perbuatan/keadaan menurut hukum atau adanya suatu pernyatan. 3. Kekuatan pembuktian formil Yaitu membuktian tentang kebenaran isi dari suatu perbuatan/keadaan atau pernyataan yang dimuat di dalam akta.
  • 16. Bukti Saksi Saksi ialah orang yang memberikan keterangan di muka sidang, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri sebagai bukti terjadinya peristiwa atau keadaan tersebut. Bukti saksi diatur dalam pasal 168-172 HIR.
  • 17. Bukti Persangkaan Persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah dikenal atau dianggap terbukti ke arah suatu peristiwa yang tidak dikenal atau belum terbukti, baik yang berdasarkan undang-undang atau kesimpulan yang ditarik oleh hakim. Persangkaan diatur dalam pasal 173 HIR, 1916 BW.
  • 18. Persangkaan menurut Undang – Undang (Pasal 1916 BW) Persangkaan – persangkaan yang oleh Undang-undang dihubungkan dengan perbuatan tertentu antara lain: - Perbuatan yang oleh Undang-Undang dinyatakan batal. - Peristiwa – peristiwa yang menurut Undang- Undang dapat dijadikan kesimpulan guna menetapkan hak pemilik atau pembebasan dari hutang. - Kekuatan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada putusan hakim. - Kekuatan yang diberikan Undang-Undang kepada pengakuan atau sumpah salah satu publik.
  • 19. Bukti Sumpah Sumpah ialah suatu pernyataan yang hidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat sifat Maha Kuasa Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
  • 20. Macam Sumpah 1. Sumpah / janji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang disebut sumpah promissoir. Dengan ciri-ciri sebagai berikut : A. sumpah diucapkan sebelum mereka memberikan keterangan/ melakukan sesuatu. B. Sumpah berfungsi sebagai syarat formil sahnya suatu keterangan atau tindakan. C. Sumpah ini bukan merupakan alat bukti; dan D. Sumpah ini tidak mengakhiri sengketa.
  • 21. Termasuk sumpah promissoir : 1. Sumpah Jabatan 2. Sumpah Pegawai Negeri Sipil 3. Sumpah Saksi 4. Sumpah Ahli 5. Sumpah Tolk (Juru Bahasa) 6. Sumpah Hakim
  • 22. 2. Sumpah assertoir (confirmatoir) dilakukan para pihak dalam perkara, dengan ciri-ciri : A. Sumpah diucapkan sesudah mereka memberi keterangan atau melakukakan sesuatu B. Sumpah berfungsi untuk meneguhkan suatu peristiwa atau hak C. Sumpah ini termasuk alat bukti D. Sumpah mengakhiri sengketa
  • 23. Pemeriksaan di tempat (Descente) Pemeriksaan setempat (descente) ialah pemeriksaan mengenai perkara, oleh hakim karena jabatannya, yang dilakukan di luar gedung atau tempat kedudukan Pengadilan, agar hakim melihat sendiri gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa yang menjadi sengketa.
  • 24. Keterangan Saksi Ahli Keterangan pihak ketiga yang obyektif yang bertujuan untuk membantu hakim dalam pemeriksaan guna meambah pengetahuan Hakim sendiri.
  • 25. Alat bukti pembukuan - Pasal 167 HIR pasal 296 R.Bg menyatakan bahwa Hakim bebas memberikan kekuatan pembuktian untuk keuntungan seorang kepada pembukuannya yang dalam hal khusus dipandang patut. - Alat bukti pembukuan ini dalam bidang keperdataan dan hukum dagang.
  • 26. Contoh : Seorang penggugat menggugat kepada lawan (tergugat) untuk melunasi hutangnya, kemudian tergugat menyatakan bahwa hutangnya sudah lunas, lalu peggugat menunjukkan pembukuan debit-kredit terhadap tergugat di mana ada pengeluaran pinjaman.
  • 27. Pengetahuan Hakim Hakim sebagai organ Pengadilan dianggap mengetahui hukum. Pencari keadilan datang datang padanya untuk memohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutuskan berdasarkan hukum sebagai orang yang bijaksana dan bertanggung-jawab penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa. diri sendiri, masyarakat Bangsa dan Negara (Pasal 14 UU No. 14/1970 dan penjelasannya)
  • 28. Pasal 178 ayat (1) HIR mewajibkan hakim karena jabatannya waktu bermusyawarah mencukupkan segala alasan hukum, yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak.