Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan lintas agama dalam perspektif hukum Islam, termasuk definisi ahli kitab, pandangan ulama tentang pernikahan dengan wanita ahli kitab, syarat yang ditetapkan, dan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mengharamkannya.
Dokumen tersebut membahas mengenai gerakan liberalisasi agama (Islam) dan implikasinya terhadap ajaran Islam. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa gerakan liberalisasi agama memandang agama sebagai dinamika sejarah dan menolak klaim Islam sebagai agama yang benar dan final, serta menolak beberapa hukum Islam seperti larangan nikah beda agama dan homoseksualitas. Dokumen ini menganjurkan agar umat Islam kembali m
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Fiqh merupakan hasil penalaran para ahli tentang hukum Allah berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
2. Nabi Muhammad memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat hukum melalui perbuatan dan ucapannya (Sunnah).
3. Setelah wafatnya Nabi, para sahabat merumuskan fiqh melalui ijtihad, qiyas, dan ijma untuk menjawab masalah baru.
Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan lintas agama dalam perspektif hukum Islam, termasuk definisi ahli kitab, pandangan ulama tentang pernikahan dengan wanita ahli kitab, syarat yang ditetapkan, dan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mengharamkannya.
Dokumen tersebut membahas mengenai gerakan liberalisasi agama (Islam) dan implikasinya terhadap ajaran Islam. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa gerakan liberalisasi agama memandang agama sebagai dinamika sejarah dan menolak klaim Islam sebagai agama yang benar dan final, serta menolak beberapa hukum Islam seperti larangan nikah beda agama dan homoseksualitas. Dokumen ini menganjurkan agar umat Islam kembali m
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Fiqh merupakan hasil penalaran para ahli tentang hukum Allah berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
2. Nabi Muhammad memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat hukum melalui perbuatan dan ucapannya (Sunnah).
3. Setelah wafatnya Nabi, para sahabat merumuskan fiqh melalui ijtihad, qiyas, dan ijma untuk menjawab masalah baru.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menata hati sebagai kunci kehidupan manusia. Ada beberapa cara untuk menata hati yaitu dengan membaca Al-Quran, menghadiri pengajian agama, berdzikir, dan berdoa. Hati yang baik akan menjadikan manusia baik, sebaliknya hati yang jahat akan menjadikan manusia jahat. Perlu adanya muhasabah diri, menjauhi sifat buruk, dan menanamkan sifat-s
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Kaum Mu'tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri dari Ahlus Sunnah pada abad ke-2 Hijriyah di Bashrah, Irak. Mereka menolak konsep taqdir Allah dan mengklaim bahwa akal adalah hukum tertinggi. Beberapa khalifah Islam seperti Ma'mun mendukung pandangan Mu'tazilah namun ajaran ini kemudian ditolak oleh ulama.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...AZA Zulfi
Makalah ini membahas tentang hukum pencatatan perkawinan, perjanjian perkawinan, dan larangan perkawinan dalam hukum perdata Islam di Indonesia. Pencatatan perkawinan dipandang penting untuk menjamin ketertiban rumah tangga dan memberikan bukti perkawinan yang sah, meskipun tidak diatur secara rinci dalam hukum Islam klasik. Perjanjian perkawinan meliputi perjanjian-perjanjian sebelum dan sesudah pernikahan. Larangan
[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
makalah yang menjelaskan tentang 'AM dan KHASH, guna memenuhi tugas mata kuliah ULUMUL QUR'AN 2.
untuk lebih lengkapnya kunjungi blog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/
Dokumen tersebut membahas pandangan Islam tentang nikah beda agama. Islam memperbolehkan pria Muslim menikahi wanita Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) namun tidak sebaliknya. Ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang menikahi wanita non-Muslim selain Ahli Kitab. Secara umum, pria Muslim boleh menikahi wanita Ahli Kitab sedangkan wanita Muslim dilarang menikahi pria non-Muslim.
Dokumen tersebut membahas tentang fiqih jinayah (hukum pidana Islam) dan jenis-jenis sanksi hukuman untuk berbagai tindak pidana seperti pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berzina, minum khamar, pembunuhan, dan lainnya. Sanksi hukuman tersebut meliputi hukuman hudud (batas Allah) seperti potong tangan, rajam, cambuk, hukuman qishash (membalas tindak
Makalah ini membahas tentang istihsan sebagai salah satu metode berijtihad. Istihsan didefinisikan sebagai berpaling dari kehendak qiyas kepada qiyas yang lebih kuat atau pengkhususan qiyas berdasarkan dalil yang lebih kuat. Makalah ini juga membahas macam-macam istihsan, dasar hukum istihsan menurut al-Qur'an dan hadis, serta pendapat ulama tentang kehujjahan istihs
Makalah ini membahas tentang hikmah pernikahan dalam perspektif Islam. Pernikahan memiliki tujuan untuk memenuhi tuntutan alamiah manusia, membentengi akhlaq yang luhur, dan menegakkan rumah tangga berdasarkan syariat Islam. Pernikahan juga bertujuan meningkatkan ibadah, mencari keturunan yang shaleh, dan membangun keluarga sakinah."
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menata hati sebagai kunci kehidupan manusia. Ada beberapa cara untuk menata hati yaitu dengan membaca Al-Quran, menghadiri pengajian agama, berdzikir, dan berdoa. Hati yang baik akan menjadikan manusia baik, sebaliknya hati yang jahat akan menjadikan manusia jahat. Perlu adanya muhasabah diri, menjauhi sifat buruk, dan menanamkan sifat-s
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Kaum Mu'tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri dari Ahlus Sunnah pada abad ke-2 Hijriyah di Bashrah, Irak. Mereka menolak konsep taqdir Allah dan mengklaim bahwa akal adalah hukum tertinggi. Beberapa khalifah Islam seperti Ma'mun mendukung pandangan Mu'tazilah namun ajaran ini kemudian ditolak oleh ulama.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...AZA Zulfi
Makalah ini membahas tentang hukum pencatatan perkawinan, perjanjian perkawinan, dan larangan perkawinan dalam hukum perdata Islam di Indonesia. Pencatatan perkawinan dipandang penting untuk menjamin ketertiban rumah tangga dan memberikan bukti perkawinan yang sah, meskipun tidak diatur secara rinci dalam hukum Islam klasik. Perjanjian perkawinan meliputi perjanjian-perjanjian sebelum dan sesudah pernikahan. Larangan
[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
makalah yang menjelaskan tentang 'AM dan KHASH, guna memenuhi tugas mata kuliah ULUMUL QUR'AN 2.
untuk lebih lengkapnya kunjungi blog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/
Dokumen tersebut membahas pandangan Islam tentang nikah beda agama. Islam memperbolehkan pria Muslim menikahi wanita Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) namun tidak sebaliknya. Ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang menikahi wanita non-Muslim selain Ahli Kitab. Secara umum, pria Muslim boleh menikahi wanita Ahli Kitab sedangkan wanita Muslim dilarang menikahi pria non-Muslim.
Dokumen tersebut membahas tentang fiqih jinayah (hukum pidana Islam) dan jenis-jenis sanksi hukuman untuk berbagai tindak pidana seperti pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berzina, minum khamar, pembunuhan, dan lainnya. Sanksi hukuman tersebut meliputi hukuman hudud (batas Allah) seperti potong tangan, rajam, cambuk, hukuman qishash (membalas tindak
Makalah ini membahas tentang istihsan sebagai salah satu metode berijtihad. Istihsan didefinisikan sebagai berpaling dari kehendak qiyas kepada qiyas yang lebih kuat atau pengkhususan qiyas berdasarkan dalil yang lebih kuat. Makalah ini juga membahas macam-macam istihsan, dasar hukum istihsan menurut al-Qur'an dan hadis, serta pendapat ulama tentang kehujjahan istihs
Makalah ini membahas tentang hikmah pernikahan dalam perspektif Islam. Pernikahan memiliki tujuan untuk memenuhi tuntutan alamiah manusia, membentengi akhlaq yang luhur, dan menegakkan rumah tangga berdasarkan syariat Islam. Pernikahan juga bertujuan meningkatkan ibadah, mencari keturunan yang shaleh, dan membangun keluarga sakinah."
Makalah ini membahas tentang nikah syighar menurut Islam. Nikah syighar atau tukar menukar pasangan pernikahan antara dua keluarga tanpa mahar dianggap terlarang dalam Islam berdasarkan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW. Islam hanya mengijinkan pernikahan yang sah antara laki-laki dan perempuan dengan akad nikah yang sah dan dilakukan atas dasar cinta dan kesepakatan bersama. Tujuan pernikahan menurut Islam adalah mendap
Dokumen tersebut membahasikan topik perkahwinan dalam Islam, meliputi tujuan perkahwinan menurut pandangan al-Ghazali, konsep dan hukum perkahwinan Islam, hikmah perkahwinan, dan praktik pra-perkahwinan. Ia juga membincangkan pembahagian harta pusaka menurut hukum faraid dalam Islam.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang topik pernikahan dalam Islam. Terdiri dari pengertian pernikahan, tujuan, hikmah, akad, syarat-syarat ijab dan qabul serta peranan wali dalam pernikahan menurut mazhab Syafi'i.
Makalah ini membahas tentang munakahat atau pernikahan menurut hukum Islam. Terdiri dari pengertian munakahat, hukum, tujuan, rukun dan syarat pernikahan, kewajiban suami istri, talak dan iddah. Memberikan gambaran mengenai aturan-aturan dasar pernikahan sesuai ajaran agama Islam.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian munakahat atau pernikahan dalam Islam, rukun-rukun munakahat, hukum munakahat, tujuan menikah, dan hikmah munakahat.
2. Islam memperbolehkan poligami dengan ketentuan tertentu dan menganjurkan pernikahan karena itu adalah fitrah manusia.
3. Islam melarang membujang dan menganjurkan umatnya untuk menikah.
Dokumen membahas tiga bentuk pernikahan dalam Islam yaitu monogami, poligami, dan nikah mut'ah. Pernikahan monogami merupakan bentuk pernikahan yang sah dalam Islam dimana seorang pria hanya boleh menikahi satu wanita sekaligus. Poligami membolehkan pria menikahi lebih dari satu wanita dengan memenuhi syarat dan ketentuan. Nikah mut'ah merupakan pernikahan sementara yang dilarang dalam ajaran Islam.
Teks tersebut merupakan bagian dari makalah tentang Islam dalam membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah. Teks tersebut membahas tentang hukum pernikahan menurut Islam, termasuk tujuan, rukun dan hukum pernikahan menurut agama Islam. Teks tersebut juga membahas tentang pernikahan beda agama menurut hukum positif Indonesia.
Makalah ini membahas tentang pemahaman hukum Islam, syariat dan fiqh serta hubungan antara ketiganya. Syariat Islam merujuk kepada hukum agama yang ditetapkan Allah melalui al-Quran dan sunnah nabi. Fikih Islam adalah hasil ijtihad ulama dalam menjelaskan hukum-hukum syariat. Sedangkan hukum Islam merujuk pada ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan para fuqaha berdasarkan interpretasi terhadap syariat.
Makalah ini membahas tentang pemahaman hukum Islam, syariat dan fiqh serta hubungan antara ketiganya. Syariat Islam merujuk kepada hukum agama yang ditetapkan Allah melalui al-Quran dan sunnah nabi. Fikih Islam adalah hasil ijtihad ulama dalam menjelaskan hukum-hukum syariat. Sedangkan hukum Islam merujuk pada ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan para fuqaha berdasarkan interpretasi terhadap syariat.
Makalah ini membahas tentang pemahaman hukum Islam, syariat dan fiqh serta hubungan antara ketiganya. Syariat Islam merujuk kepada hukum agama yang ditetapkan Allah melalui al-Quran dan sunnah, sedangkan fiqh Islam adalah hasil ijtihad ulama dalam menjabarkan syariat. Hukum Islam merujuk pada ketentuan-ketentuan yang dihasilkan dari ijtihad tersebut. Ketiga konsep ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain
Similar to Makalah hukum pernikahan beda agama (20)
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
1. 1
HUKUM PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
13.1D.11
KARYA TULIS & PEMIKIRAN
Diselesaikan untuk memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Pendidikan Agama
Jurusan Teknik computer, Bina Saran Informatika (BSI)
2015
2. 2
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI...…………………………………………………………………………………2
KATA PENGHANTAR.……………………………………………………………………...3
BAB I..………………………………………………………………………………………….4
1.1 Pendahuluan………………………………………………………………………………4-5
BAB II…………………………………………………………………………………………..6
2.1 Landasan Teori…...……………………………………………………………………….6-8
BAB III...……………….…………………………………………………………………….....9
Pembahasan
3.1 Hukum Perkawinan dalam Islam....………………………………………………………10-11
3.2 Pengertian Non-Muslim di dalam Islam...………………………………………………..12-14
3.3 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum di Indonesia..……………………………….14-15
BAB IV……………………………………………………………………………………….16
Penutup
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….17
3. 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, semoga Rahmat, Taufiq Hidayah dan Nimatnya
kepada kita semua yg tak terhitung berapa Nikmat yg kita rasakan. Dan Shalawat serta Salam
tercurahkan kepada Sang Baginda Alam Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Bahagia rasanya kami
dapat mendapatkan Judul tentang PERNIKAHAN BEDA AGAMA karna di Zaman sekarang ini
Pernikahan beda Agama banyak sekali Pro dan kontranya. Harapan kami semoga apa yang telah
kami kerjakan dengan Penulisan Makalah ini, Semoga Makalah ini juga bermanfaat bagi para
pembaca sekalian khususnya warga Muslim yang masih awam untuk digunakan sebagai
Pedoman dalam menjalankan Syari’at Islam yang lebih mendalam. Akhirnya atas segala
bantuan, bimbingan serta arahan dari semua Pihak kami sampaikan terima kasih.
4. 4
BAB I
1.1 Pendahuluan
Banyak sekali diberitakan adanya Pernikahan antar dua pasangan berbeda Agama (Islam
dan Non-Islam). Mungkin juga ada kita saksikan di lingkungan kita, teman-teman, tetangga, atau
bahkan dikalangan sanak Famili ada yang melakukannya. Semakin sering itu terjadi, maka
terlihatlah itu sebagai sesuatu yang dianggap biasa, hingga pemuda-pemudi Muslim yang awam
Ilmu Agama bisa menganggapnya itu bukan masalah alias sah-sah saja, Naudzubillahi Min
Dzalik.
Pernikahan beda Agama yang dicatatkan di Kantor Catatan Sipil hanyalah sebagai sebuah
perjanjian yang bersifat Administratif belaka. ''Cinta itu buta,'' begitu kata William
Shakespeare. Ungkapan yang sangat Masyhur itu memang kerap terbukti dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan, terkadang sampai melupakan aturan Agama. Saat ini tak sedikit Umat
Muslim yang karena ''Cinta'' berupaya sebisa mungkin untuk Menikah dengan orang yang
berbeda Agama. ''Tolong dibantu, saya benar-benar serius untuk melakukan Nikah beda Agama.
Saya benar-benar pusing harus bagaimana lagi, tulis seorang wanita Muslim pada sebuah laman.
Lalu bolehkah menurut Hukum Islam seorang Muslim, baik pria maupun wanita Menikah
dengan orang yang berbeda Agama?
Dalam Islam Perkawinan dimaksudkan adalah untuk memenuhi kebutuhan Seksual
seseorang secara Halal serta untuk melangsungkan keturunan, dalam suasana yang Mawaddah
(saling mencintai) Rahmah (saling berkasih sayang) antara suami dan isteri, hal ini
sebagaimana maksud dari makna Q.S. Al-Rum : 21. Dan Perkawinan yang baik adalah
Perkawinan yang dilakukan oleh seorang Suami dan Isteri yang Seakidah, Seakhlak dan satu
tujuan, disamping cinta dan ketulusan hati. Sehingga dibawah naungan keterpaduan inilah
kehidupan suami isteri akan tentram, penuh cinta dan kasih sayang, keluarga akan bahagia anak-
anak akan sejahtera, hingga akhirnya terwujud tujuan Perkawinan yaitu untuk mewujudkan
kehidupan Rumah tangga yang Sakinah Wawaddah dan Rahmah.
Menurut pandangan Islam, tujuan Perkawinan tidak akan terwujud secara sempurna
kecuali jika suami dan isteri tersebut berpegang pada satu keyakinan yang sama dan mereka
Teguh dalam melaksanakan ajaran Agamanya. Jika Agama keduanya berbeda, makan akan
timbul berbagai permasalahan dalam keluarga itu, misalnya saja dalam masalah pelaksanaan
5. 5
Ibadah, Pendidikan Anak, pengaturan makanan, Pembinaan Tradisi keagamaan, dan lain
sebagainya yang pasti akan timbul dalam Keluarga tersebut. Islam dengan Tegas melarang
wanita Islam Menikah dengan Pria Non-Muslim, baik Musrik maupun Ahlul Kitab, demikian
pula halnya seorang Pria Islam dilarang Menikahi Wanita Musyrik, kedua bentuk Perkawinan ini
Mutlak diharamkan.
6. 6
BAB II
2.1 Landasan Teori
Kata Nikah berasal dari Bahasa Arab yang didalam Bahasa Indonesia sering
diterjemahkan dengan Perkawinan. Nikah menurut istilah Syariat Islam adalah Akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki – laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram
sehingga dengan Akad tersebut terjadi Hak dan Kewjiban antara kedua Insan.
Hubungan antara seorang laki – laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan yang
telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini maka disyariatkanlah
Akad Nikah. Pergaulan antara laki – laki dn perempuan yang diatur dengan Pernikahan ini akan
membawa Keharmonisan, Keberkahan dan Kesejahteraan baik bagi laki – laki maupun
perempuan, bagi keturunan diantara keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling
kedua Insan tersebut.
Berbeda dengan pergaulan antara laki – laki dan perempuan yang tidak dibina dengan
sarana Pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua Insan itu, keturunannya dan
Masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat dengan Tali Pernikahan akan membawa
mereka menjadi satu dalam urusan kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi
hubungan saling tolong menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga
kejahatan yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan seseorang
juga akan terpelihara dari kebinasaan Hawa Nafsunya.
Banyak Ulama yg Menafsirkan bahwa Al Kitab di sini adalah Injil dan Taurat.
dikarenakan Agama Islam, Nasrani dan Yahudi berasal dari sumber yg sama, Agama Samawi,
maka para Ulama memperbolehkan Pernikahan jenis ini. Untuk kasus ini, yang dimaksud dengan
Musyrik adalah Penyembah Berhala, Api, dan sejenisnya. Untuk Poin 2, Menikah dengan
Perempuan yang bukan Ahli Kitab, para Ulama sepakat melarang.
Dari sebuah Literature dapatkan keterangan bahwa Hindu, Budha atau Konghuchu tidak
termasuk Agama Samawi (langit) tapi termasuk Agama Ardhiy (bumi). Karena benda yang
mereka katakan sebagai Kitab Suci itu bukanlah Kitab yang turun dari Allah SWT. Benda itu
adalah hasil pemikiran para Tokoh mereka dan Filosof mereka. Sehingga kita bisa bedakan
bahwa kebanyakan isinya lebih merupakan Petuah, Hikmah, Sejarah dan Filsafat para Tokohnya.
7. 7
Kita tidak akan menemukan Hukum dan Syariat di dalamnya yang mengatur masalah
kehidupan. Tidak ada Hukum Jual Beli, Zakat, Zina, Minuman Keras, Judi dan Pencurian.
Sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran Al-Karim, Injil atau Taurat. Yang ada hanya Etika,
Moral dan Nasehat. Benda itu tidak bisa dikatakan sebagai kalam Suci dari Allah yang
diturunkan melalui Malaikat Jibril dan berisi Hukum Syariat. Sedangkan Taurat, Zabur dan Injil,
jelas-jelas Kitab Samawi yang secara kompak diakui sebagai Kitabullah.
Sementara itu, Imam Syafi’i dalam Kitab Klasiknya Al-Umm, Mendefinisikan Kitabiyah
dan Non Kitabiyah sebagai berikut, “Yang dimaksud dengan Ahlul Kitab adalah orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan Bangsa Israel asli. Adapun Umat-umat lain
yang menganut Agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka tidak termasuk dalam kata Ahlul
Kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus kecuali untuk Israil dan Dakwah
mereka juga bukan ditujukan bagi Umat-umat setelah Bani israil.”
Sementara itu, para Jumhur Shahabat membolehkan laki-laki Muslim Menikahi Wanita
Kitabiyah, diantaranya adalah Umar bin Al-Khattab, Ustman bin Affan, Jabir, Thalhah,
Huzaifah. Bersama dengan para Shahabat Nabi juga ada para Tabi`Insya Allah seperti Atho`,
Ibnul Musayib, Al-Hasan, Thawus, Ibnu Jabir Az-Zuhri. Pada generasi berikutnya ada Imam
Asy-Syafi`i, juga ahli Madinah dan Kufah.
Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal,
dimana mereka berdua tidak melarang hanya memakaruhkan Menikahi Wanita Kitabiyah selama
ada Wanita Muslimah.
Pendapat yang mengatakan bahwa Nasrani itu Musyrik adalah pendapat Ibnu Umar.
Beliau mengatakan bahwa Nasrani itu Musyrik. Selain itu ada Ibnu Hazm yang mengatakan
bahwa tidak ada yang lebih Musyrik dari orang yang mengatakan bahwa Tuhan nya adalah Isa.
Sehingga menurut mereka Menikahi Wanita Ahli Kitab itu Haram Hukumnya karena mereka
adalah Musyrik.
Namun Jumhur Ulama tetap mengatakan bahwa Wanita Kitabiyah itu boleh dinikahi,
meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya. Namun demikian, wanita Muslimah yang
komitmen dan bersungguh-sungguh dengan Agamanya tentu lebih utama dan lebih layak bagi
seorang Muslim dibanding wanita Ahlul Kitab. Juga apabila ia khawatir terhadap Akidah anak-
anak yang lahir nanti, serta apabila jumlah Pria Muslim sedikit sementara Wanita Muslimah
banyak, maka dalam kondisi demikian ada yang berpendapat Haram Hukum nya pria muslim
Menikah dengan wanita Non Muslim.
8. 8
Secara Ringkas Hukum Nikah beda Agama bisa kita bagi menjadi demikian :
1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh
2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram
3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram
4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram
Dibolehkannya laki-laki Muslim Menikah dengan Wanita Ahlul Kitab namun tidak
sebaliknya karena laki-laki adalah pemimpin Rumah Tangga, berkuasa atas isterinya, dan
bertanggung jawab terhadap dirinya. Islam menjamin kebebasan Aqidah bagi isterinya, serta
mlindungi hak-hak dan kehormatannnya dengan Syariat dan bimbingannya. Akan tetapi, Agama
lain seperti Nasrani dan Yahudi tidak pernah memberikan jaminan kepada isteri yang berlainan
Agam
9. 9
BAB III
Pembahasan
Dalam Bahasa Indonesia Perkawinan berasal dari kata “Kawin” yang menurut bahasa artinya
membentuk Keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan Kelamin. Perkawinan disebut juga
“Pernikahan” yang berasal dari kata Nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling
memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh.
Berikut ada beberapa pendapat tentang pengertian Perkawinan, yaitu: menurut UU Perkawinan
No.1 Tahun 1974 Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan Lahir Batin antara seorang Pria dengan seorang Wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk Keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa.
Disamping Definisi yang diutarakan oleh UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 diatas, Kompalasi
Hukum Islam di Indonesia memberikan Definisi lain yang tidak mengurangi arti-arti Definisi UU
tersebut, namun bersifat menambah penjelasan dengan rumusan sebagai berikut:
Perkawinan menurut Islam adalah Pernikahan, yaitu Akad yang sangat kuat atau atau
Mitsaqan Ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan Ibadah (pasal
2).
Ungkapan “Akad” yang sangat kuat atau Mitsaqan Ghalizhan merupakan penjelasan dari
ungkapan “ikatan lahir batin” yang terdapat dalam Rumusan UU yang mengandung arti bahwa Akad
Perkawinan itu bukanlah semata Perjanjian yang bersifat Keperdataan. Ungkapan untuk menaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan Ibadah, merupakan penjelasan dari ungkapan “berdasarkan Ke
Tuhanan Yang Maha Esa” dalam UU. Hal ini lebih menjelaskan bahwa Perkawinan bagi Umat Islam
merupakan peristiwa Agama dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan perbuatan
ibadah.
Dari Definisi diatas dapat disimpulkan Perkawinan merupakan suatu ikatan Lahir Batin dari
seorang Pria dan Wanita untuk membentuk suatu Keluarga dalam menaati Perintah Allah dan merupakan
suatu perbuatan ibadah. Berikut adalah suruhan Allah dalam Al-quran untuk melaksanakan perkawinan,
firman-Nya dalam surat an-Nur ayat 32
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
10. 10
3.1 Hukum Perkawinan dalam Islam
Menurut sebagian besar Ulama, Hukum asal Menikah adalah Mubah, yang artinya
boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapat Pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapat Dosa. Namun menurut Agama Islam yang menyatakan bahwa
Nabiullah Muhammad SAW melakukan pernikahan ini dapat diartikan juga bahwa
pernikahan itu Sunnah adanya berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan Beliau. Akan
tetapi Hukum Pernikahan dapat berubah menjadi Sunnah, Wajib, Makruh bahkan Haram
tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
A. Perkawinan yang Hukumnya Wajib
Hukum yang bersifat Wajib adalah Hukum yang harus dijalani, apabila dijalankan
maka orang itu akan mendapatkan Pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat Dosa. Jika
seseorang dianggap mampu (usia, ekonomi, biologis, psikis) untuk menikah dan ia sangat
beresiko terjebak Perzinaan, maka orang tersebut wajib Hukumnya untuk Menikah karena kita
tahu bahwa Zina merupakan Dosa besar, dan kita wajib menghindari Zina yang buruk
tersebut. Jika jalan satu-satunya untuk menghindari Zina adalah menikah, maka Nikah
menjadi wajib Hukumnya dimata Islam.
B. Perkawinan yang Hukumnya Sunnah
Sunnah adalah Hukum yang menganjurkan untuk melakukan Amal tersebut jika
dikerjakan maka memperoleh Pahala .Namun jika tidak dikerjakan pun tidak akan mendapat
Dosa. Perkawinan dalam Islam menjadi Sunnah kepada kondisi seseorang yang meskipun
telah mampu untuk menikah, tetapi ia masih bisa menjaga dirinya. Orang tersebut berada jauh
dari resiko berzina mungkin karena ia seorang yang soleh, yang bisa mengendalikan Hawa
Nafsu, mungkin juga karena ia orang yang sibuk mengurusi Umat sehingga tidak sempat
Menikah.
Meskipun Hukumnya Sunnah, Menikah tetap dianjurkan bagi siapa saja yang sudah
mampu,seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW pada dua Sabda yaitu :
Nabi Muhammad SAW Bersabda, ”Menikah adalah Sunnahku. Siapa yang tidak
mengamalkan Sunnahku, ia bukan termasuk Umatku. Menikahlah sebab Aku akan
senang dengan jumlah besar kalian dihadapan umat umat yang lain.Siapa yang telah
memiliki kesanggupan, maka Menikahlah, Jika tidak maka berpuasalah karena Puasa
adalah benteng.” (H.R.Ibn Majah)
11. 11
Nabi Muhammad SAW Bersabda, ”Wahai para Pemuda, jika diantara kalian sudah
memiliki kemampuan untuk Menikah, maka hendaklah dia Menikah karena pernikahan
itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan) dan
barang siapa tidak mampu Menikah hendaklah ia berpuasa, karena Puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (H.R Bukhari Muslim)
C. Perkawinan yang Hukumnya Makruh
Makruh artinya dianjurkan untuk tidak melakukan Amal tersebut. Kondisi yang
menyebabkan Perkawinan dalam Islam menjadi Makruh misalnya, jika laki-laki tidak bisa
memberika Nafkah kepada istri sehingga biaya-biaya hidup ditanggung istri atau bisa juga
karena tidak adanya kemampuan seksual.
D. Perkawinan yang Hukumnya Mubah
Hukum Perkawinan dalam Islam yang Mubah atau boleh jatuh Kepada orang yang
berada dalam kondisi tengah-tengah. Ada alasan yang mendorong dia untuk Menikah dan
juga ada hal-hal yang mencegahnya untuk Menikah. Orang tersebut dianjurkan untuk
Menikah, akan tetapi tidak ada alasan yang melarangnya untuk Menikah.
E. Perkawinan yang Hukumnya Haram
Hukum Menikah akan berubah menjadi Haram biasanya karena beberapa hal
misalnya, apabila orang yang Yang ingin Menikah tersebut bermaksud untuk menyakiti salah
satu Pihak dalam Pernikahan tersebut. Ada pula misalnya saja ada seorang wanita yang
Menikah dengan laki-laki bukan Agama Islam, maka Haram hokum nya. Kondisi lain
misalnya Menikahi orang yang Muhrim (haram untuk dinikahi) seperti Ayah, Ibu, Adik,
Sepup atau yang masih mempunyai ikatan kekeluargaan dengan salah satu pihak.
Atau bisa karena disebabnya tidak sempurnanya Rukun dan Syarat dari Perkawinan
seperti ada tidaknya Wali dan Saksi, dan sebagainya. Bagi laki-laki juga Haram Hukumnya
Menikahi seorang Wanita yang sedang dalam masa Iddah dan Wanita yang telah ditalak tiga,
sebelum ia Menikah dan Bercerai dengan laki-laki lain. Selain itu Pernikahan Kontrak yang
sekarang ini sering menjadi tren di Masyarakat juga, dikatagorikan sebagai Perkawinan yang
apabila dilakukan Hukumnya Haram.
Dewasa ini, didalam kehidupan kita. Pernikahan antara dua orang yang se-agama
merupakan hal yang bias, dan memang itu yang dianjurkan di dalam Agama Islam. Tetapi
pada saat sekarang masyarakat sering mengatasnamakan kepentingan lainnya agar dapat
melakukan Pernikahan beda Agma atau Nikah campur karena mereka kebanyakan
mengatasnamakan cinta untuk mengusahakan apa yang mereka inginkan. Hal ini sebenarnya
sudah diatur dengan secara baik di dalam Agam Islam.
12. 12
3.2 Pengertian Non-Muslim di dalam Islam
Sebelum kita membahas tentang Pernikahan beda Agama, sebaiknya kita perlu
mengetahui tentang perngertian non-muslim di dalam Agama Islam. Golongan non-muslim
sendiri dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Golongan Orang Musyrik
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1 halaman 282 karya
As Syech Muhammad Ali S Shobuni, Orang Musrik ialah orang-orang yang telah
berani menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya (penyembahan patung
,berhala dsb).
b. Golongan Ahli Kitab
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1 halaman As Syech
Muhammad Ali As Shobuni, Ahli Kitab adalah mereka yang berpegang Teguh
pada Kitab Taurat yaitu Agama Nabi Musa As, atau mereka yang berpegang
Teguh pada Kitab Injil Agama Nabi Isa As. Atau banyak pula yang menyebut
sebagai Agama Samawi atau Agama yang diturunkan langsung dari langit yaitu
Yahudi dan Nasrani.
Mengenai istilah Ahli Kitab ini, terdapat perbedaan pendapat diantara kalangan
Ulama berpendapat bahwa, mereka semua Kaum Nasrani termasuk yang tinggal di
Indonesia ialah termasuk Ahli Kitab. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
Ahli Kitab ialah mereka yang Nasabnya (menurut silsilah sejak nenek moyangnya
terdahulu) ketika diturunkan sudah memeluk Agama Nasrani di Indonesia
berdasarkan pendapat sebagian Ulama tidak termasuk Ahli Kitab.
Secara umum pernikahan Lintas Agama atau beda Agama dalam Islam
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
A. Perkawinan antar pria Muslim dengan wanita Non-Muslim
Dalam Islam, Pernikahan antara Pria Muslim dengan Wanita Non-
Muslim Ahli Kitab itu, menurut pendapat sebagian Ulama diperbolehkan. Hal
ini didasarkan pada Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat
5 :
13. 13
ْمُهَل ٌّل ِح ْمُكُماَعَط َو ْمُكَل ٌّل ِح َابَتِكْال واُتوُأ َِينذَّلا ُماَعَط َو ُاتَبِِّيَّطال ُمُكَل َّل ِحُأ َم ْوَيْال
ْحُمْال َواَذِإ ْمُكِلْبَق ْنِم َابَتِكْال واُتوُأ َِينذَّلا َنِم َُاتنَصْحُمْال َو َِاتنِمْؤُمْال َنِم َُاتنَص
ٍانَدْخَأ ِيذ ِخَّتُم ََل َو َين ِحِفاَسُم َْريَغ َينِن ِصْحُم َّنُهَورُجُأ َّنُهوُمُتْيَتآ
“Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang
diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan
Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang yang diberi kitab
sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya,
tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.” (QS. Al-
Maidah: 5).
Namun ada beberapa syarat yang diajukan apabila akan melaksanakan
hal tersebut yaitu :
1. Jelas Nasabnya
Menurut silsilah atau menurut garis keturunannya sejak nenek
moyang adalah Ahli Kitab. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian
besar Kaum Nasrani di Indonesia bukan merupakan golongan Ahli
Kitab.
2. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga Anaknya
kelak dari bahaya Fitnah.
Ada beberapa Hadits Riwayat Umar bin Khatabb, Usman bin Affan
pernah berkata “Pria Muslim diperbolehkan Menikah dengan
Wanita Ahli Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli Kitab
Menikah dengan Wanita Muslimah”. Bahkan Sahabat Hudzaifah
pernah Menikah dengan Wanita Ahli Kitab tetapi pada akhirnya
wanita tersebut masuk Islam. Dengan demikian keputusan untuk
memperbolehkan Menikah dengan wanita Ahli Kitab sudah
merupakan Ijma (artinya yakni kesepakatan para Ulama dalam
menetapkan suatu Hukum dalam Agama berdasarkan Al-Quran dan
Hadits dalam suatu perkara yang terjadi). para Sahabat tetapi dalam
Kialtab Al-Mughni juz 9 halaman 545 karya Imam Ibnu
Qudamah Ibnu Abbas pernah menyatakan, Hukum Pernikahan
dalam Qs.Al Baqarah ayat 221 dan Qs.Al Mumtahanah ayat 10
diatas telah dihapus (mansukh) oleh Qs.Al-Maidah ayat 5.
Karena yang berlaku adalah Hukum dibolehkannya Pernikahan Pria
Muslim dengan Wanita Ahli Kitab. Sedangkan diharamkan
Pernikahan antara Pria Muslim dengan Wanita Musrik menurut
kesepakatan para Ulama tetap diharamkan, apapun alasannya
karena dikhawatirkan dapat menimbulkan Fitnah.
14. 14
B. Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita Muslimah
Pernikahan antara Wanita Muslimah dengan Pria non Muslim, menurut
kalangan Ulama tetap diharamkan, baik Menikah dengan Pria Ahli Kitab
maupun dengan seorang Pria Musrik. Hal ini dikhawatirkan wanita yang telah
Menikah dengan pria non-muslim tidak dapat menahan godaan yang akan
datang kepadanya, Seperti halnya wanita tersebut tidak dapat menolak
permintaan sang suami yang mungkin bertentangan dengan Syariat Islam, atau
wanita itu tidak dapat menahan godaan yang datang dari lingkungan suami
yang tidak seiman yang mungkin cenderung lebih dominan.
Dalil Naqli pernyataan tentang Haramnya Pernikahan seorang wanita
Muslimah dengan pria non-muslim adalah Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 5
yang menyatakan bahwa Allah SWT hanya memperbolehkan Pernikahan
seorang Pria Muslim dengan Wanita Ahli Kitab tidak sebaliknya. Seandainya
pernikahan ini diperbolehkan, maka Allah SWT pasti akan menegaskannya di
dalam Al-Quran. Karenanya, berdasarkan Mahfum Al-Mukhalafah, secara
Implicit Allah SWT melarang Pernikahan tersebut.
3.3 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum di Indonesia
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 dan
Keputusan Menteri Agama Nomor 154 tahun 1991 keluarlah KOMPILASI HUKUM
ISLAM (KHI) yang menjadi Hukum Positif Unikatif bagi seluruh Umat Islam di Indonesia dan
menjadi Pedoman para Hakim di Lembaga Peradilan Agama dan menjalankan tugas mengadili
perkara – perkara dalam Bidang Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan.
Apabila dilihat berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 ayat (c) yang bunyinya
“Dilarang Perkawinan antara seorang Wanita beragama Islam dengan seorang Pria tidak
beragama Islam”. Larangan Perkawinan tersebut memiliki alasan yang cukup kuat yaitu apabila
ditinjau dari segi UU perkawinan pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1/1974 sudah jelas diterangkan
bahwa “tidak ada Perkawinan di luar Hukum Agamanya dan kepercayaannya” sehingga
antara KHI dan Hukum Perkawinan di Indonesia memiliki kaitan dalam urusan Perkawinan beda
Agama ini. Alasan yang kedua yaitu, apabila dihubungkan dengan dalil – dalil Hukum Islam
diantaranya larangan tersebut sebagai tindakan Preventif untuk mencegah terjadinya Kemurtadan
dan kehancuran Rumah Tangga akibat Perkawinan beda Agama tersebut.
Pada prinsipnya Agama Islam melarang (Haram) Perkawinan antara seorang beragama
Islam dengan seorang yang tidak beragama Islam dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 221
yang berbunyi :
15. 15
ْوَل َو ٍةَك ِرْشُم ْنِم ٌْريَخ ٌةَنِمْؤُم ٌةَمَ ََل َو َّنِمْؤُي ىَّتَح ِاتَك ِرْشُمْال واُحِكْنَت ََل َو
واُنِمْؤُي ىَّتَح َينِك ِرْشُمْال واُحِكْنُت ََل َو ْمُكْتَبَْجعَأْوَل َو ٍك ِرْشُم ْنِم ٌْريَخ ٌنِمْؤُمٌدْبَعَل َو
ِهِنْذِإِب ِة َرِفْغَمْال َو ِةَّنَجْال ىَلِإ وُعْدَي ُ َّاَّلل َو ِارَّنال ىَلِإ َونُعْدَي َكِئَلوُأ ْمُكَبَْجعَأ
“Janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya.” (QS. al-Baqarah: 221).
Sedangkan Izin Kawin seorang Pria Muslim dengan seorang Wanita dari Ahli Kitab
(Nasrani/Yahudi) ada pada Surat Al-Maidah ayat 5, hanyalah Dispensasi bersyarat yakni
Kualitas Iman dan Islam pria Muslim tersebut haruslah cukup baik. Karena Perkawinan tersebut
mengandung Resiko yang sangat Tinggi bagi Rumah Tangga nya nanti. Karena itu, Pemerintah
berhak membuat peraturan yang melarang Perkawinan antara seorang yang beragama Muslim
(Pria/Wanita) dengan seorang yang tidak beragama Islam (Pria/Wanita) apapun Agamanya yang
juga didukung oleh Kompilasi Hukum Islam pasal 50 ayat (c) dan pasal 4
16. 16
BAB IV
Penutup
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pernikahan antara pria
Muslim dengan wanita Ahli Kitab diperbolehkan dalam Islam, tetapi tidak berlaku sebaliknya.
karena Perkawinan antara Pria non muslim dan wanita Muslim apapun alasannya tetap
diharamkan oleh Islam. Akan tetapi Perkawinan beda Agama antara Pria Muslim dan wanita
Ahli Kitab saat ini tidak dapat dikatakan Sah karena hampir tidak ada wanita Ahli Kitab yang
berpegang teguh kepada Kitab Taurat dan Injil. Sedangkan apabila ditinjau dari segi Hukum
Indonesia bahwa dalam Hukum Perkawinan pada pasal 2 ayat 1 UU nomor 1/1974 tentang
Perkawinan tidak dibenarkan dan dilarang adanya perkawinan beda agama, karena memiliki
alasan - alasan tertentu yang berkaitan dengan rumah tangga perkawinan tersebut. Sedangkan
bila dilihat dari segi Hukum yang berada dalam Al-Quran bahwa segala hal yang mengatur
tentang perkawinan dan Izin Perkawinan beda Agama dapat ditinjau dari Surat Al-Baqarah dan
Surat Al-Maidah dan disesuaikan dengan Iman dan pemikiran masing masing.
Sebagaimana kita adalah Umat beragama seharusnya kita perlu benar-benar dapat
mengerti dan memahami segala aturan yang bersifat Fundamental dan yang bersifat norma yang
ada dalam Agama kita masing masing. Seperti halnya dalam masalah Perkawinan beda Agama
yang penulis bahas pada kesempatan ini, perlu diadakan suatu Pembelajaran lanjutan dan kajian
mengenai bagaimana sebenarnya Perkawinan beda Agama apabila ditinjau dari segi Agama
Islam (perbandingan dari Surat Al-Baqarah dan Maidah) dengan hukum yang ada di Indonesia,
sehingga pembaca dapat-benar benar memahami perihal Perkawinan beda Agama secara
mendetail lagi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan pada kesempatan Makalah UTS kali ini,
dengan penuh harapan semoga kita semua dapat mengambil intisari dari pembahasan tersebut.
Kurang lebihnya kami mohon maaf apa bila ada kekurangan dalam penulisan, pemikiran, kata-
kata, dan kurangan pemahaman pada materi tersebut. Akhirul Kalam, Wassalamu’alaikum
warahmatullahi Wabarakaatuh.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Siddik, Mr. Haji Abdullah, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: 1983.
2. Syarifuddin Amir, 2007. Hukum Perkawinan di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang Undang Perkawinan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group
3. Ustz. Zaenal dari Pimpinan Majelis Masjid Al-Ikhlas, Perum. Pondok Gede Housing I &
II Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi. 2015
4. https://www.academia.educations.com/MAKALAH
5. Mohamad Azwar 13150432
6. Muhamad Rizki 13150886
7. Rachman Budi Prasetyo 13150365
8. Fatwa Aulia Rahman 13150365
9. Ramdani 13150666
10. Muhamad Reza Whyudin 13150520