SlideShare a Scribd company logo
Prodi Hati Nurani
Fakultas Keikhlasan
Universitas Kehidupan
Juni 2021
Pengertian Pembuktian
Perbedaan
Tujuan Pembuktian
Fungsi Pembuktian
Masalah Pembuktian dalam KUHAP
Sistem Teori Pembuktian
Alat-Alat Bukti : * SAKSI
* KETERANGAN AHLI
* KETERANGAN BUKTI SURAT
* ALAT BUKTI PETUNJUK
* KETERANGAN SAKSI
Pembuktian adalah seperangkat kaidah
hukum yang mengatur tentang segala
proses pemeriksaan yang dilakukan hakim
terhadap suatu perkara dengan
menggunakan alat-alat bukti yang sah dan
dilakukan tindakan-tindakan dengan
prosedur khusus guna mengetahui fakta-
fakta yuridis di persidangan
Menurut J.C.T. Simorangkir, Pembuktian adalah
”Usaha dari yang berwenang untuk
mengemukakan kepada hakim sebanyak
mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu
perkara yang bertujuan agar supaya dapat
dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk
memberikan keputusan seperti perkara
tersebut”.
PERBEDAAN
Pembuktian dalam perkara Pidana berbeda
dengan pembuktian dalam perkara Perdata.,
sebab di dalam pembuktian hukum acara pidana
tujuannya untuk mencari Kebenaran Material,
yaitu kebenaran sejati atau yang sesungguhnya,
sedangkan pembuktian dalam hukum acara
perdata bertujuan untuk mencari Kebenaran
Formil, artinya hakim tidak boleh melampaui
batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang
berperkara.
Hakim dalam perkara pidana adalah Aktif,
artinya hakim berkewajiban untuk
mendapatkan bukti yang cukup untuk
membuktikan tuduhan kepada tertuduh,
sedangkan dalam perkara perdata,
hakimnya Passif artinya hakim tidak
menentukan luas dari pada pokok sengketa
dan tidak menambah dan mengurangi
selain apa yang disengketakan oleh para
pihak.
TUJUAN PEMBUKTIAN
Tujuan pembuktian adalah untuk
dijadikan dasar dalam menjatuhkan
putusan hakim kepada terdakwa
tentang bersalah atau tidaknya
sebagaimana yang telah didakwakan
oleh Penuntut Umum
a. Bagi Penuntut umum, Pembuktian adalah
merupakan usaha untuk meyakinkan Hakim
yakni berdasarkan alat bukti yang ada,agar
menyatakan seseorang terdakwa bersalah sesuai
surat atau cacatan dakwaan
b. Bagi Hakim atas dasar pembuktian tersebut
yakni dengan adanya alat-alat bukti yang ada
dalam persidangan baik yang berasal dari
penuntut umum atau penasehat
hukum/terdakwa dibuat dasar untuk membuat
keputusan
c. Bagi terdakwa atau penasehat hukum,
pembuktian merupakan usaha sebaliknya untuk
meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti
yang ada, agar menyatakan terdakwa
dibebaskan atau dilepas dari tuntutan hukum
atau meringankan pidananya.Untuk itu
terdakwa atau penasehat hukum jika mungkin
harus mengajukan alat alat bukti yang
menguntungkan atau meringankan pihaknya,
Biasanya bukti tersebut disebut kebalikannya.
FUNGSI PEMBUKTIAN
Fungsi Pembuktian untuk menjawab pertanyaan
tentang :
1. Apakah betul suatu peristiwa itu telah terjadi ?
2. Apakah betul peristiwa tersebut adalah
merupakan suatu tindak pidana ?
3. Apakah sebab-sebabnya peristiwa itu terjadi ?
4. Siapakah orangnya yang telah bersalah
berbuat peristiwa itu ?
Masalah Pembuktian dalam KUHAP
1. Alat-alat bukti, artinya alat-alat bukti apa yang dapat
dipergunakan untuk menetapkan kebenaran dalam
penuntutan pidana (keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa).
2. Peraturan pembuktian, yakni cara bagaimana hakim
boleh mempergunakan alata-alat bukti itu
(cara penyumpahan saksi-saksi, cara pemeriksaan saksi
dan terdakwa, pemberian alasan-alasan pengetahuan
pada kesaksian dan lain-lain).
3. Kekuatan alat-alat bukti, artinya
ketentuan banyaknya alat- alat bukti yang
harus ada untuk dapat menjatuhkan
pidana (misalnya keterangan terdakwa itu
hanya merupakan alat bukti yang syah
apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam pasal 189 KUHP)
SISTEM TEORI PEMBUKTIAN
1. Berdasar undang-undang secara positif (positif
wettelijke bewijs theorie)
Teori ini dikatakan ”secara positif”, karena hanya
didasarkan kepada undang-undang melulu, artinya
jika sesuatu perbuatan telah terbukti sesuai dengan
alat-alat bukti yang disebutkan dalam undang-
undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan
lagi. Jadi sistem pembuktian inidisebut juga teori
pembuktian formal (formele bewijstheori)
2. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar
Keyakinan Hakim Melulu (conviction intivie)
Hal yang perlu disadari bahwa alat bukti pengakuan
seorang terdakwa tidak harus membuktikan
kebenaran kesalahan terdakwa, sehingga pengaku-
an itu pun kadang- kadang tidak menjamin
terdakwa benar-benar telah melakukan perbuatan
yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan bagai-
manapun juga adanya keyakinan hakim sendiri
untuk memutuskan kesalahan atau tidaknya
terdakwa.
3. Sistem atau Teori Pembuktian bebas
Menurut teori ini, bahwa alat-alat dan cara
pembuktian tidak ditenttukan atau terikat dalam
undang-undang, namun demikian teori ini
mengakui adanya alat-alat bukti dan cara
pembuktian, tetapi hakim dapat menentukan
alat-alat-alat bukti dan cara pembuktian yang
tidak diatur dalam undang-undang. Jadi dasar
putusan hakim bergantung atas keyakinan dan
pendapatnya sendiri (subjektif).
4.Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar
Keyakinan Hakim Atas Alasan yang Logis (La
Conviction Rais onnee)
Menurut teori ini, bahwa hakim dapat
memutuskan seseorang bersalah berdasar
keyakinannya, keyakinan mana didasarkan
kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan
suatu kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan
kepada peraturan-peraturan pembuktian
tertentu. Jadi putusan hakim dijatuhkan dengan
suatu motivasi.
Sistem atau teori pembuktian ini jalan tengah
atau yang berdasar keyakinan hakim sampai
batas tertentu ini terpecah menjadi dua arah,
yaitu:
(1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas
alasan yang logis (conviction raisionnee); dan
(2) Pembuktian yang berdasar undang-undang
secara negatif (negatief wettelike
bewijstheorie).
(1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas
alasan yang logis: berpangkal pada keyakinan
hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan
kepada suatu kesimpulan (conclusie) yang logis
dan tidak didasarkan kepada undang-undang,
tetapi menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri
menurut pilihannya sendiri tentang pembuktian
mana yang ia akan pergunakan. Jadi pangkal
tolaknya pada keyakinan hakim, dan dasarnya
ialah suatu konklusi yang tidak didasarkan
undang-undang;
(2) pembuktian yang berdasar undang-
undang secara negatif: berpangkal tolak
pada aturan-aturan pembuktian yang
ditetapkan secara limitatif oleh undang-
undang, tetapi hal itu harus diikuti dengan
keyakinan hakim. Jadi pangkal tolaknya
pada ketentuan undang-undang, dan
dasarnya pada ketentuan undang-undang
yang disebut secara limitatif.
ALAT-ALAT BUKTI
Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa
yang termasuk alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa
SAKSI
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. (Pasal 1
angka 26 KUHAP).
Seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama
mengenai suatu kejahatan atau kejadian dramatis
melalui indera mereka dan dapat menolong memastikan
pertimbangan-pertimbangan penting dalam suatu
kejahatan atau kejadian.
Saksi adalah seseorang yang
menyampaikan laporan dan atau orang
yang dapat memberikan keterangan
dalam proses penyelesaian tindak
pidana berkenaan dengan peristiwa
hukum yang ia dengar, lihat dan alami
sendiri dan atau orang yang memiliki
keahlian khusus tentang pengetahuan
tertentu guna kepentingan penyelesaian
tindak pidana
KESAKSIAN
Menurut R. Soesilo, adalah ”suatu keterangan di muka
hakim dengan sumpah, tentang hal-hal mengenai
kejadian tertentu, yang ia dengar, lihat dan alami
sendiri”.
Menurut Sudikono Mertokusumo, adalah kepastian yang
diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa
dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh
orang yang bukan dilarang atau tidak diperbolehkan oleh
undang-undang, yang dipanggil di pengadilan.
KETERANGAN SAKSI
Yang dimaksud dengan keterangan saksi menurut
Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah ”salah satu
alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.
Syarat dan Penilaian Keterangan Saksi
a. Syarat formil
Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap
sah, apabila diberikan memenuhi syarat formil,
yaitu saksi memberikan keterangan di bawah
sumpah, sehingga keterangan saksi yang tidak
disumpah hanya boleh dipergunakan sebagai
penambahan penyaksian yang sah lainnya.
b. Syarat materiel
Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja
tidak dapat dianggap sah sebagai alat
pembuktian (unus testis nulus testis) karena
tidak memenuhi syarat materiel, akan tetapi
keterangan seorang atau satu orang saksi,
adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu
unsur kejahatan yang dituduhkan.
Pasal 185 KUHAP menyatakan bahwa ;
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa
yang saksi nyatakan di sidang pengadilan
(testimony).
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan
suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri
sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat
bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain sedemikian
rupa, sehingga dapat membenarkan adanya
suatu kejadian atau keadaan tertentu.
Jenis-jenis Saksi
a) Saksi A Charge (saksi yang memberatkan
terdakwa)
Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP saksi
ini adalah saksi yang telah dipilih dan diajukan
oleh penuntut umum, dengan keterangan atau
kesaksian yang diberikan di depan pengadilan
akan memberatkan posisi terdakwa.
b. Saksi A De Charge
Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP
menyatakan bahwa :
Saksi ini dipilih atau diajukan oleh penuntut
umum/ terdakwa atau penasihat hukum, yang
mana keterangan atau kesaksian yang diberikan
akan meringankan/ menguntungkan terdakwa.
Sanksi Terhadap Saksi
Menurut Pasal 224 KUHPidana, bahwa
”Apabila diperlukan kesaksiannya oleh penyidik atau
pengadilan dengan sengaja tidak menjalankan suatu
kewajiban menurut undang-undang yang harus ia
penuhi, misalnya kewajiban untuk datang pada
sidang dan memberikan keterangan keahliannya,
dapat dikenakan perkara pidana dengan ancaman
pidana penjara selama-lamanya 9 bulan atau
dikenakan perkara lain dengan ancaman pidana
penjara selama-lamanya 6 bulan.
Keterangan Ahli
1. Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP, bahwa
”Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
2. Menurut Pasal 186 KUHAP, bahwa Keterangan
ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan.
Keterangan Bukti Surat
Pasal 187 KUHAP ;
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk
resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang
jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain.
Alat Bukti Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP
(1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya.
(2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat diperoleh dari :
a. Keterangan saksi;
b. Surat;
c. Keterangan terdakwa
(3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu
petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan
oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah ia
mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan & kesaksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Alat Bukti Keterangan Terdakwa
Menurut Pasal 189 KUHAP
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahuisendiri atau alami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapatdigunakan untuk membantu menemukan bukti di
sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat
bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang
didakwakan kepadanya
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat
digunakan terhadap dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa ia bersalah
melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai
dengan alat bukti yang lain.
Tahapan Proses Pembuktian
• Penyelidikan
• Penyidikan
• Prapenuntutan
• Penuntutan
• Pemeriksaan perkara di Pengadilan
• Putusan Pengadilan
• Upaya Hukum
• Pelaksanaan Putusan Pengadilan
• Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan
Bersyarat
Putusan dan Pembuktian
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali minimal
ada Dua Alat Bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Kesalahan Terdakwa melakukan tindak pidana
ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan
tersebut harus didasarkan minimal dua bukti yang
sah. Dan dari sekurang-kurangnya dua alat bukti tadi
harus ada persesuaian antara alat bukti yang satu
dengan yang lain, barulah keyakinan hakim terbentuk
Berdasarkan alat bukti di sidang pengadilan, hakim
akhirnya menjatuhkan putusan:
a. Putusan Pemidanaan, dijatuhkan apabila
pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya.
b. Putusan Bebas, dijatuhkan apabila pengadilan
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di
sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan
c. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum,
apabila pengadilan berpendapat bahwa
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa
terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindak pidana atau terbukti
akan tetapi terdakwa tidak dapat
dipenanggungjawabkan terhadap
perbuatannya
SELESAI

More Related Content

What's hot

5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
Ronalto_Tan
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Rudi Sudirdja
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Hansel Kalama
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Farah Ramafitri
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
yudikrismen1
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
Vira_savira
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
Lilissumiyati
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilanDawat Christian
 
Pengumpulan bukti
Pengumpulan buktiPengumpulan bukti
Pengumpulan bukti
rizky_ulva
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
Septian Muna Barakati
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
Qomaruz Zaman
 
Surat dakwaan
Surat dakwaanSurat dakwaan
Surat dakwaan
Aprinsya Panjaitan
 
Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1
Imam Sarwo Edi
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
uas hukum acara perdata
 uas hukum acara perdata uas hukum acara perdata
uas hukum acara perdata
AdiSusilo27
 
10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti
Ronalto_Tan
 

What's hot (19)

5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilan
 
Pengumpulan bukti
Pengumpulan buktiPengumpulan bukti
Pengumpulan bukti
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
Surat dakwaan
Surat dakwaanSurat dakwaan
Surat dakwaan
 
Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
uas hukum acara perdata
 uas hukum acara perdata uas hukum acara perdata
uas hukum acara perdata
 
10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti10 penyitaan barangbukti
10 penyitaan barangbukti
 

Similar to 13 teori pembuktian dalam hap

Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
ntii_meiian
 
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptxMateri Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
sinomjaya50
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
FHUGJ
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
Tri Pamungkas
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
epylian
 
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaInvestigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Vahid Asyrofian
 
162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt
SuryoHilal4
 
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptxALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
MencosKlasikal
 
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAPEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
AchmadHasanBasri
 
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptxPPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
NinaRahayuBelia
 
Acara pidana
Acara pidanaAcara pidana
Acara pidana
Zainal Arifin
 
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptxHAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
AchmadHasanBasri
 
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptxMATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
sinomjaya50
 
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWAHAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
NurulFalahMedia
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Andhika Pratama
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
SneekPeak
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
MuhamadRifkiRamadhan
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
IchaRastamaniaKediri
 
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
padlah1984
 
NOTA PLEDOI.docx
NOTA PLEDOI.docxNOTA PLEDOI.docx
NOTA PLEDOI.docx
7EvickyRiski
 

Similar to 13 teori pembuktian dalam hap (20)

Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptxMateri Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
Materi Alat Bukti dalam Hukum Perdata.pptx
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaInvestigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -Tuanakotta
 
162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt162430228-Strategi-Pidana.ppt
162430228-Strategi-Pidana.ppt
 
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptxALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
ALAT BUKTI HUKUM ACARA PIDANA.pptx
 
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAPEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptxPPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
PPT PROSES PERADILAN PIDANA .BY NINA RAHAYU BELIApptx
 
Acara pidana
Acara pidanaAcara pidana
Acara pidana
 
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptxHAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
HAPTUN PEMBUKTIAN.pptx
 
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptxMATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
 
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWAHAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
 
NOTA PLEDOI.docx
NOTA PLEDOI.docxNOTA PLEDOI.docx
NOTA PLEDOI.docx
 

More from GradeAlfonso

11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
GradeAlfonso
 
10 surat dakwaan
10 surat dakwaan10 surat dakwaan
10 surat dakwaan
GradeAlfonso
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
GradeAlfonso
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
GradeAlfonso
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
GradeAlfonso
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapid
GradeAlfonso
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidana
GradeAlfonso
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
GradeAlfonso
 
Qaidah Fiqhiyyah
Qaidah FiqhiyyahQaidah Fiqhiyyah
Qaidah Fiqhiyyah
GradeAlfonso
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
GradeAlfonso
 

More from GradeAlfonso (10)

11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
 
10 surat dakwaan
10 surat dakwaan10 surat dakwaan
10 surat dakwaan
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapid
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidana
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
 
Qaidah Fiqhiyyah
Qaidah FiqhiyyahQaidah Fiqhiyyah
Qaidah Fiqhiyyah
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
 

13 teori pembuktian dalam hap

  • 1. Prodi Hati Nurani Fakultas Keikhlasan Universitas Kehidupan Juni 2021
  • 2. Pengertian Pembuktian Perbedaan Tujuan Pembuktian Fungsi Pembuktian Masalah Pembuktian dalam KUHAP Sistem Teori Pembuktian Alat-Alat Bukti : * SAKSI * KETERANGAN AHLI * KETERANGAN BUKTI SURAT * ALAT BUKTI PETUNJUK * KETERANGAN SAKSI
  • 3. Pembuktian adalah seperangkat kaidah hukum yang mengatur tentang segala proses pemeriksaan yang dilakukan hakim terhadap suatu perkara dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah dan dilakukan tindakan-tindakan dengan prosedur khusus guna mengetahui fakta- fakta yuridis di persidangan
  • 4. Menurut J.C.T. Simorangkir, Pembuktian adalah ”Usaha dari yang berwenang untuk mengemukakan kepada hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan keputusan seperti perkara tersebut”.
  • 5. PERBEDAAN Pembuktian dalam perkara Pidana berbeda dengan pembuktian dalam perkara Perdata., sebab di dalam pembuktian hukum acara pidana tujuannya untuk mencari Kebenaran Material, yaitu kebenaran sejati atau yang sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam hukum acara perdata bertujuan untuk mencari Kebenaran Formil, artinya hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara.
  • 6. Hakim dalam perkara pidana adalah Aktif, artinya hakim berkewajiban untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk membuktikan tuduhan kepada tertuduh, sedangkan dalam perkara perdata, hakimnya Passif artinya hakim tidak menentukan luas dari pada pokok sengketa dan tidak menambah dan mengurangi selain apa yang disengketakan oleh para pihak.
  • 7. TUJUAN PEMBUKTIAN Tujuan pembuktian adalah untuk dijadikan dasar dalam menjatuhkan putusan hakim kepada terdakwa tentang bersalah atau tidaknya sebagaimana yang telah didakwakan oleh Penuntut Umum
  • 8. a. Bagi Penuntut umum, Pembuktian adalah merupakan usaha untuk meyakinkan Hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada,agar menyatakan seseorang terdakwa bersalah sesuai surat atau cacatan dakwaan b. Bagi Hakim atas dasar pembuktian tersebut yakni dengan adanya alat-alat bukti yang ada dalam persidangan baik yang berasal dari penuntut umum atau penasehat hukum/terdakwa dibuat dasar untuk membuat keputusan
  • 9. c. Bagi terdakwa atau penasehat hukum, pembuktian merupakan usaha sebaliknya untuk meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada, agar menyatakan terdakwa dibebaskan atau dilepas dari tuntutan hukum atau meringankan pidananya.Untuk itu terdakwa atau penasehat hukum jika mungkin harus mengajukan alat alat bukti yang menguntungkan atau meringankan pihaknya, Biasanya bukti tersebut disebut kebalikannya.
  • 10. FUNGSI PEMBUKTIAN Fungsi Pembuktian untuk menjawab pertanyaan tentang : 1. Apakah betul suatu peristiwa itu telah terjadi ? 2. Apakah betul peristiwa tersebut adalah merupakan suatu tindak pidana ? 3. Apakah sebab-sebabnya peristiwa itu terjadi ? 4. Siapakah orangnya yang telah bersalah berbuat peristiwa itu ?
  • 11. Masalah Pembuktian dalam KUHAP 1. Alat-alat bukti, artinya alat-alat bukti apa yang dapat dipergunakan untuk menetapkan kebenaran dalam penuntutan pidana (keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa). 2. Peraturan pembuktian, yakni cara bagaimana hakim boleh mempergunakan alata-alat bukti itu (cara penyumpahan saksi-saksi, cara pemeriksaan saksi dan terdakwa, pemberian alasan-alasan pengetahuan pada kesaksian dan lain-lain).
  • 12. 3. Kekuatan alat-alat bukti, artinya ketentuan banyaknya alat- alat bukti yang harus ada untuk dapat menjatuhkan pidana (misalnya keterangan terdakwa itu hanya merupakan alat bukti yang syah apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 189 KUHP)
  • 13. SISTEM TEORI PEMBUKTIAN 1. Berdasar undang-undang secara positif (positif wettelijke bewijs theorie) Teori ini dikatakan ”secara positif”, karena hanya didasarkan kepada undang-undang melulu, artinya jika sesuatu perbuatan telah terbukti sesuai dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam undang- undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan lagi. Jadi sistem pembuktian inidisebut juga teori pembuktian formal (formele bewijstheori)
  • 14. 2. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Melulu (conviction intivie) Hal yang perlu disadari bahwa alat bukti pengakuan seorang terdakwa tidak harus membuktikan kebenaran kesalahan terdakwa, sehingga pengaku- an itu pun kadang- kadang tidak menjamin terdakwa benar-benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan bagai- manapun juga adanya keyakinan hakim sendiri untuk memutuskan kesalahan atau tidaknya terdakwa.
  • 15. 3. Sistem atau Teori Pembuktian bebas Menurut teori ini, bahwa alat-alat dan cara pembuktian tidak ditenttukan atau terikat dalam undang-undang, namun demikian teori ini mengakui adanya alat-alat bukti dan cara pembuktian, tetapi hakim dapat menentukan alat-alat-alat bukti dan cara pembuktian yang tidak diatur dalam undang-undang. Jadi dasar putusan hakim bergantung atas keyakinan dan pendapatnya sendiri (subjektif).
  • 16. 4.Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Atas Alasan yang Logis (La Conviction Rais onnee) Menurut teori ini, bahwa hakim dapat memutuskan seseorang bersalah berdasar keyakinannya, keyakinan mana didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu. Jadi putusan hakim dijatuhkan dengan suatu motivasi.
  • 17. Sistem atau teori pembuktian ini jalan tengah atau yang berdasar keyakinan hakim sampai batas tertentu ini terpecah menjadi dua arah, yaitu: (1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan yang logis (conviction raisionnee); dan (2) Pembuktian yang berdasar undang-undang secara negatif (negatief wettelike bewijstheorie).
  • 18. (1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan yang logis: berpangkal pada keyakinan hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu kesimpulan (conclusie) yang logis dan tidak didasarkan kepada undang-undang, tetapi menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri menurut pilihannya sendiri tentang pembuktian mana yang ia akan pergunakan. Jadi pangkal tolaknya pada keyakinan hakim, dan dasarnya ialah suatu konklusi yang tidak didasarkan undang-undang;
  • 19. (2) pembuktian yang berdasar undang- undang secara negatif: berpangkal tolak pada aturan-aturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh undang- undang, tetapi hal itu harus diikuti dengan keyakinan hakim. Jadi pangkal tolaknya pada ketentuan undang-undang, dan dasarnya pada ketentuan undang-undang yang disebut secara limitatif.
  • 20. ALAT-ALAT BUKTI Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang sah adalah: a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan terdakwa
  • 21. SAKSI Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. (Pasal 1 angka 26 KUHAP). Seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama mengenai suatu kejahatan atau kejadian dramatis melalui indera mereka dan dapat menolong memastikan pertimbangan-pertimbangan penting dalam suatu kejahatan atau kejadian.
  • 22. Saksi adalah seseorang yang menyampaikan laporan dan atau orang yang dapat memberikan keterangan dalam proses penyelesaian tindak pidana berkenaan dengan peristiwa hukum yang ia dengar, lihat dan alami sendiri dan atau orang yang memiliki keahlian khusus tentang pengetahuan tertentu guna kepentingan penyelesaian tindak pidana
  • 23. KESAKSIAN Menurut R. Soesilo, adalah ”suatu keterangan di muka hakim dengan sumpah, tentang hal-hal mengenai kejadian tertentu, yang ia dengar, lihat dan alami sendiri”. Menurut Sudikono Mertokusumo, adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan dilarang atau tidak diperbolehkan oleh undang-undang, yang dipanggil di pengadilan.
  • 24. KETERANGAN SAKSI Yang dimaksud dengan keterangan saksi menurut Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah ”salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
  • 25. Syarat dan Penilaian Keterangan Saksi a. Syarat formil Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap sah, apabila diberikan memenuhi syarat formil, yaitu saksi memberikan keterangan di bawah sumpah, sehingga keterangan saksi yang tidak disumpah hanya boleh dipergunakan sebagai penambahan penyaksian yang sah lainnya.
  • 26. b. Syarat materiel Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alat pembuktian (unus testis nulus testis) karena tidak memenuhi syarat materiel, akan tetapi keterangan seorang atau satu orang saksi, adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu unsur kejahatan yang dituduhkan.
  • 27. Pasal 185 KUHAP menyatakan bahwa ; (1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan (testimony). (2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
  • 28. (4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
  • 29. Jenis-jenis Saksi a) Saksi A Charge (saksi yang memberatkan terdakwa) Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP saksi ini adalah saksi yang telah dipilih dan diajukan oleh penuntut umum, dengan keterangan atau kesaksian yang diberikan di depan pengadilan akan memberatkan posisi terdakwa.
  • 30. b. Saksi A De Charge Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP menyatakan bahwa : Saksi ini dipilih atau diajukan oleh penuntut umum/ terdakwa atau penasihat hukum, yang mana keterangan atau kesaksian yang diberikan akan meringankan/ menguntungkan terdakwa.
  • 31. Sanksi Terhadap Saksi Menurut Pasal 224 KUHPidana, bahwa ”Apabila diperlukan kesaksiannya oleh penyidik atau pengadilan dengan sengaja tidak menjalankan suatu kewajiban menurut undang-undang yang harus ia penuhi, misalnya kewajiban untuk datang pada sidang dan memberikan keterangan keahliannya, dapat dikenakan perkara pidana dengan ancaman pidana penjara selama-lamanya 9 bulan atau dikenakan perkara lain dengan ancaman pidana penjara selama-lamanya 6 bulan.
  • 32. Keterangan Ahli 1. Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP, bahwa ”Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. 2. Menurut Pasal 186 KUHAP, bahwa Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
  • 33. Keterangan Bukti Surat Pasal 187 KUHAP ; a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
  • 34. b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang- undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan; c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya; d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
  • 35. Alat Bukti Petunjuk Menurut Pasal 188 KUHAP (1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
  • 36. (2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari : a. Keterangan saksi; b. Surat; c. Keterangan terdakwa (3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan & kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya.
  • 37. Alat Bukti Keterangan Terdakwa Menurut Pasal 189 KUHAP (1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahuisendiri atau alami sendiri. (2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapatdigunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya
  • 38. (3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. (4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.
  • 39. Tahapan Proses Pembuktian • Penyelidikan • Penyidikan • Prapenuntutan • Penuntutan • Pemeriksaan perkara di Pengadilan • Putusan Pengadilan • Upaya Hukum
  • 40. • Pelaksanaan Putusan Pengadilan • Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Bersyarat
  • 41. Putusan dan Pembuktian Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali minimal ada Dua Alat Bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Kesalahan Terdakwa melakukan tindak pidana ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan tersebut harus didasarkan minimal dua bukti yang sah. Dan dari sekurang-kurangnya dua alat bukti tadi harus ada persesuaian antara alat bukti yang satu dengan yang lain, barulah keyakinan hakim terbentuk
  • 42. Berdasarkan alat bukti di sidang pengadilan, hakim akhirnya menjatuhkan putusan: a. Putusan Pemidanaan, dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. b. Putusan Bebas, dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
  • 43. c. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana atau terbukti akan tetapi terdakwa tidak dapat dipenanggungjawabkan terhadap perbuatannya