Pertemuan ke-13 membahas tentang Teori Pembuktian dalam sistem Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAsurrenderyourthrone
Pembuktian dalam kes harta sepencarian di Mahkamah Syariah di Malaysia membutuhkan pihak yang mengklaim kontribusi mereka dalam memperoleh harta yang dipersengketakan untuk membuktikan klaim tersebut. Bukti utama yang harus dibuktikan adalah keberadaan harta tersebut, kontribusi langsung/tidak langsung, dan jumlah kontribusi. Kontribusi langsung atau tidak langsung harus dibuktikan melalui keterangan lisan, bu
Dokumen tersebut menjelaskan tentang berbagai aspek upaya paksa dalam hukum pidana Indonesia, termasuk pengertian, jenis (penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat), syarat pelaksanaan, dan batas waktu pelaksanaan untuk masing-masing upaya paksa.
PEMBUKTIAN DALAM KES HARTA SEPENCARIAN DI MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIAsurrenderyourthrone
Pembuktian dalam kes harta sepencarian di Mahkamah Syariah di Malaysia membutuhkan pihak yang mengklaim kontribusi mereka dalam memperoleh harta yang dipersengketakan untuk membuktikan klaim tersebut. Bukti utama yang harus dibuktikan adalah keberadaan harta tersebut, kontribusi langsung/tidak langsung, dan jumlah kontribusi. Kontribusi langsung atau tidak langsung harus dibuktikan melalui keterangan lisan, bu
Dokumen tersebut menjelaskan tentang berbagai aspek upaya paksa dalam hukum pidana Indonesia, termasuk pengertian, jenis (penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat), syarat pelaksanaan, dan batas waktu pelaksanaan untuk masing-masing upaya paksa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian pembuktian menurut beberapa ahli hukum. Terdapat beberapa poin penting pembuktian yaitu alat pembuktian, penguraian pembuktian, kekuatan pembuktian, dasar pembuktian, dan beban pembuktian. Alat pembuktian dalam pidana dan perdata berbeda, namun sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran dan meyakinkan hakim dalam memutus perkara.
Hukum acara pidana merupakan aturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara pidana mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan hingga pelaksanaan putusan. Tujuan utamanya adalah mencari kebenaran, melakukan penuntutan yang tepat, dan memberikan putusan yang adil berdasarkan hasil pemeriksaan. Dalam prosesnya, dipandu oleh asas-asas seperti praduga tak bersalah,
Dokumen tersebut membahas tentang teori hukum pembuktian dalam hukum pidana di Indonesia. Teori yang dianut adalah negative wettelijk stelsel bewisjtheory di mana diperlukan minimal dua alat bukti ditambah keyakinan hakim. Alat bukti yang sah menurut KUHAP adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
Hukum acara pidana mengatur tata cara penegakan hukum pidana. Mencakup proses penyelidikan oleh polisi, penyidikan oleh penyidik, penuntutan oleh jaksa, dan persidangan di pengadilan. Tujuannya mencari kebenaran dan memberikan putusan terhadap tersangka.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam hukum acara peradilan Indonesia. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian mengenai suatu peristiwa atau fakta yang diajukan di persidangan. Ada beberapa alat bukti yang dapat digunakan seperti saksi, surat, pengakuan, sumpah, dan persangkaan hakim. Piha yang menuntut kewajiban untuk membuktikan, sementara tergugat dapat membukt
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana di Indonesia mulai dari penyelidikan, penyidikan, pra peradilan, peradilan hingga peran advokat. Secara garis besar dokumen menjelaskan tahapan-tahapan proses hukum pidana berdasarkan ketentuan KUHAP dan hak-hak tersangka/terdakwa untuk didampingi advokat.
1. Dokumen tersebut menjelaskan alasan penghentian penyidikan, penangkapan, dan penahanan menurut hukum acara pidana Indonesia. Alasan penghentian penyidikan meliputi tidak diperoleh bukti, peristiwa bukan tindak pidana, demi hukum, nebis in idem, tersangka meninggal, dan kadaluarsa.
2. Dokumen juga menjelaskan syarat penangkapan berdasarkan dugaan keras dan bukti permulaan, s
Surat dakwaan adalah surat yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan hasil penyidikan. Surat dakwaan harus memenuhi syarat formal dan materiil, dan hakim berwenang menyatakan surat dakwaan batal jika tidak memenuhi syarat.
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana korupsi mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga persidangan yang dilakukan oleh KPK sesuai dengan ketentuan UU No. 30 Tahun 2002 dan UU No. 46 Tahun 2009.
Dokumen tersebut berisi ringkasan jawaban mahasiswa bernama Lanjar tentang ujian akhir mata kuliah Hukum Acara Perdata. Ringkasan jawaban mahasiswa tersebut mencakup penjelasan tentang kewenangan pengadilan, isi pokok gugatan, jenis sita jaminan, intervensi, isi jawaban tergugat, pembuktian, dan alat bukti dalam peradilan perdata.
Penyidik berwenang melakukan penyitaan terhadap barang-barang tertentu untuk kepentingan penyidikan, seperti barang bukti, alat untuk melakukan tindak pidana, atau barang yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana. Penyidik harus mendapat izin pengadilan untuk melakukan penyitaan, kecuali dalam keadaan tertentu.
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam hukum peradilan agama yang mencakup pengertian pembuktian, tujuan pembuktian, teori pembuktian, hukum pembuktian, macam-macam alat bukti seperti saksi, surat, pengakuan, sumpah, pemeriksaan di tempat, saksi ahli, dan pengetahuan hakim.
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxFHUGJ
Dokumen tersebut membahas peran dokter forensik dalam pembuktian perkara pidana. Dokter forensik bertugas memeriksa barang bukti secara ilmiah dan membuat visum et repertum untuk membantu pengadilan mendapatkan kebenaran materil. Keterangan dokter forensik sebagai saksi ahli juga merupakan alat bukti yang sah dalam persidangan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian pembuktian menurut beberapa ahli hukum. Terdapat beberapa poin penting pembuktian yaitu alat pembuktian, penguraian pembuktian, kekuatan pembuktian, dasar pembuktian, dan beban pembuktian. Alat pembuktian dalam pidana dan perdata berbeda, namun sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran dan meyakinkan hakim dalam memutus perkara.
Hukum acara pidana merupakan aturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara pidana mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan hingga pelaksanaan putusan. Tujuan utamanya adalah mencari kebenaran, melakukan penuntutan yang tepat, dan memberikan putusan yang adil berdasarkan hasil pemeriksaan. Dalam prosesnya, dipandu oleh asas-asas seperti praduga tak bersalah,
Dokumen tersebut membahas tentang teori hukum pembuktian dalam hukum pidana di Indonesia. Teori yang dianut adalah negative wettelijk stelsel bewisjtheory di mana diperlukan minimal dua alat bukti ditambah keyakinan hakim. Alat bukti yang sah menurut KUHAP adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
Hukum acara pidana mengatur tata cara penegakan hukum pidana. Mencakup proses penyelidikan oleh polisi, penyidikan oleh penyidik, penuntutan oleh jaksa, dan persidangan di pengadilan. Tujuannya mencari kebenaran dan memberikan putusan terhadap tersangka.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam hukum acara peradilan Indonesia. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian mengenai suatu peristiwa atau fakta yang diajukan di persidangan. Ada beberapa alat bukti yang dapat digunakan seperti saksi, surat, pengakuan, sumpah, dan persangkaan hakim. Piha yang menuntut kewajiban untuk membuktikan, sementara tergugat dapat membukt
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana di Indonesia mulai dari penyelidikan, penyidikan, pra peradilan, peradilan hingga peran advokat. Secara garis besar dokumen menjelaskan tahapan-tahapan proses hukum pidana berdasarkan ketentuan KUHAP dan hak-hak tersangka/terdakwa untuk didampingi advokat.
1. Dokumen tersebut menjelaskan alasan penghentian penyidikan, penangkapan, dan penahanan menurut hukum acara pidana Indonesia. Alasan penghentian penyidikan meliputi tidak diperoleh bukti, peristiwa bukan tindak pidana, demi hukum, nebis in idem, tersangka meninggal, dan kadaluarsa.
2. Dokumen juga menjelaskan syarat penangkapan berdasarkan dugaan keras dan bukti permulaan, s
Surat dakwaan adalah surat yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan hasil penyidikan. Surat dakwaan harus memenuhi syarat formal dan materiil, dan hakim berwenang menyatakan surat dakwaan batal jika tidak memenuhi syarat.
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana korupsi mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga persidangan yang dilakukan oleh KPK sesuai dengan ketentuan UU No. 30 Tahun 2002 dan UU No. 46 Tahun 2009.
Dokumen tersebut berisi ringkasan jawaban mahasiswa bernama Lanjar tentang ujian akhir mata kuliah Hukum Acara Perdata. Ringkasan jawaban mahasiswa tersebut mencakup penjelasan tentang kewenangan pengadilan, isi pokok gugatan, jenis sita jaminan, intervensi, isi jawaban tergugat, pembuktian, dan alat bukti dalam peradilan perdata.
Penyidik berwenang melakukan penyitaan terhadap barang-barang tertentu untuk kepentingan penyidikan, seperti barang bukti, alat untuk melakukan tindak pidana, atau barang yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana. Penyidik harus mendapat izin pengadilan untuk melakukan penyitaan, kecuali dalam keadaan tertentu.
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam hukum peradilan agama yang mencakup pengertian pembuktian, tujuan pembuktian, teori pembuktian, hukum pembuktian, macam-macam alat bukti seperti saksi, surat, pengakuan, sumpah, pemeriksaan di tempat, saksi ahli, dan pengetahuan hakim.
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxFHUGJ
Dokumen tersebut membahas peran dokter forensik dalam pembuktian perkara pidana. Dokter forensik bertugas memeriksa barang bukti secara ilmiah dan membuat visum et repertum untuk membantu pengadilan mendapatkan kebenaran materil. Keterangan dokter forensik sebagai saksi ahli juga merupakan alat bukti yang sah dalam persidangan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam hukum acara peradilan Indonesia. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan benar-benar terjadi agar hakim dapat memberikan putusan yang adil. Terdapat berbagai alat bukti seperti saksi, surat, pengakuan, dan sumpah yang dapat digunakan oleh para pihak untuk membuktikan dalil mereka di
Investigasi dan Audit Investigatif 11&12 -TuanakottaVahid Asyrofian
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tujuan audit investigatif dan contoh tujuan investigasi kejahatan keuangan, (2) Ia juga membahas aksioma fraud, prediksi fraud, dan langkah-langkah investigasi dengan pendekatan teori fraud, (3) Selain itu, dokumen tersebut menjelaskan proses hukum acara pidana terkait penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengad
Strategi Penanganan Perkara Pidana memberikan informasi mengenai strategi yang dapat digunakan dalam menangani perkara pidana, mulai dari mempelajari ketentuan hukum pidana materiil dan formil, memahami hak dan kewajiban para pihak, menganalisis tahapan proses pemidanaan, serta menyusun rencana pembelaan sesuai dengan kondisi kasus. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai eksepsi dan pleidoi yang dapat diajuk
Alat bukti hukum acara pidana terdiri atas keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Keterangan saksi adalah keterangan dari orang yang menyaksikan peristiwa langsung. Keterangan ahli didapat dari ahli untuk membantu penjelasan suatu perkara. Surat merupakan alat bukti tertulis. Petunjuk dapat menunjukkan terjadinya suatu tindak pidana. Keterangan terdak
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian dalam peradilan tata usaha negara di Indonesia. Pembuktian didasarkan pada prinsip pencarian kebenaran materiil oleh hakim dengan menggunakan berbagai alat bukti seperti surat, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak, dan pengetahuan hakim. Hakim diberi keleluasaan untuk menentukan pembebanan pembuktian dan penilaian terhadap alat bu
Dokumen tersebut membahas mengenai hukum acara perdata di Indonesia, mencakup pengertian dan sumber-sumber hukum acara perdata, asas-asas yang diterapkan dalam hukum acara perdata seperti asas sidang terbuka untuk umum dan asas mendengar kedua belah pihak, serta tata cara pengajuan tuntutan hak, proses pemeriksaan perkara di pengadilan, dan putusan hakim beserta pelaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum acara pidana di Indonesia, termasuk pengertian, asas-asas, pihak yang terlibat, hak-hak tersangka dan terdakwa, serta tahapan penyelidikan dan penyidikan.
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilanGradeAlfonso
Pertemuan ke-11 membahas tentang konsep PRA-PERADILAN dalam sistem Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
Pertemuan ke-10 membahas tentang Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, perbedaan istilah, kedudukan, tugas dan wewenang Jaksa/Penuntut Umum. Secara garis besar, Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum, melakukan penuntutan, dan melaksanakan putusan pengadilan. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang untuk melakukan penuntutan dan penetapan hakim. Ke
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);GradeAlfonso
Pertemuan ke-7 membahas tentang Upaya Paksa Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
Pertemuan ke-6 membahas tentang Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
Pertemuan ke-2 membahas tentang ilmubantu dalam Hukum Acara Pidana di pengadilan
Note = Saran dan perbaikan sangat diharapkan untuk masa depan generasi Indonesia, terimakasih
Proses hukum pidana dapat dimulai melalui tiga cara yaitu tertangkap tangan, laporan, atau pengaduan. Tertangkap tangan terjadi ketika seseorang tertangkap sedang melakukan kejahatan. Laporan adalah pemberitahuan kejadian kejahatan kepada pihak berwenang. Pengaduan dilakukan oleh korban dan meminta pihak berwenang menindak pelaku.
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidanaGradeAlfonso
Dokumen tersebut membahas definisi hukum acara pidana menurut para ahli hukum dan unsur-unsur pentingnya seperti fungsi, tujuan, pihak-pihak yang diatur, serta asas-asas hukum acara pidana seperti legalitas, keseimbangan, praduga tak bersalah, dan bantuan hukum."
2. Pengertian Pembuktian
Perbedaan
Tujuan Pembuktian
Fungsi Pembuktian
Masalah Pembuktian dalam KUHAP
Sistem Teori Pembuktian
Alat-Alat Bukti : * SAKSI
* KETERANGAN AHLI
* KETERANGAN BUKTI SURAT
* ALAT BUKTI PETUNJUK
* KETERANGAN SAKSI
3. Pembuktian adalah seperangkat kaidah
hukum yang mengatur tentang segala
proses pemeriksaan yang dilakukan hakim
terhadap suatu perkara dengan
menggunakan alat-alat bukti yang sah dan
dilakukan tindakan-tindakan dengan
prosedur khusus guna mengetahui fakta-
fakta yuridis di persidangan
4. Menurut J.C.T. Simorangkir, Pembuktian adalah
”Usaha dari yang berwenang untuk
mengemukakan kepada hakim sebanyak
mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu
perkara yang bertujuan agar supaya dapat
dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk
memberikan keputusan seperti perkara
tersebut”.
5. PERBEDAAN
Pembuktian dalam perkara Pidana berbeda
dengan pembuktian dalam perkara Perdata.,
sebab di dalam pembuktian hukum acara pidana
tujuannya untuk mencari Kebenaran Material,
yaitu kebenaran sejati atau yang sesungguhnya,
sedangkan pembuktian dalam hukum acara
perdata bertujuan untuk mencari Kebenaran
Formil, artinya hakim tidak boleh melampaui
batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang
berperkara.
6. Hakim dalam perkara pidana adalah Aktif,
artinya hakim berkewajiban untuk
mendapatkan bukti yang cukup untuk
membuktikan tuduhan kepada tertuduh,
sedangkan dalam perkara perdata,
hakimnya Passif artinya hakim tidak
menentukan luas dari pada pokok sengketa
dan tidak menambah dan mengurangi
selain apa yang disengketakan oleh para
pihak.
7. TUJUAN PEMBUKTIAN
Tujuan pembuktian adalah untuk
dijadikan dasar dalam menjatuhkan
putusan hakim kepada terdakwa
tentang bersalah atau tidaknya
sebagaimana yang telah didakwakan
oleh Penuntut Umum
8. a. Bagi Penuntut umum, Pembuktian adalah
merupakan usaha untuk meyakinkan Hakim
yakni berdasarkan alat bukti yang ada,agar
menyatakan seseorang terdakwa bersalah sesuai
surat atau cacatan dakwaan
b. Bagi Hakim atas dasar pembuktian tersebut
yakni dengan adanya alat-alat bukti yang ada
dalam persidangan baik yang berasal dari
penuntut umum atau penasehat
hukum/terdakwa dibuat dasar untuk membuat
keputusan
9. c. Bagi terdakwa atau penasehat hukum,
pembuktian merupakan usaha sebaliknya untuk
meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti
yang ada, agar menyatakan terdakwa
dibebaskan atau dilepas dari tuntutan hukum
atau meringankan pidananya.Untuk itu
terdakwa atau penasehat hukum jika mungkin
harus mengajukan alat alat bukti yang
menguntungkan atau meringankan pihaknya,
Biasanya bukti tersebut disebut kebalikannya.
10. FUNGSI PEMBUKTIAN
Fungsi Pembuktian untuk menjawab pertanyaan
tentang :
1. Apakah betul suatu peristiwa itu telah terjadi ?
2. Apakah betul peristiwa tersebut adalah
merupakan suatu tindak pidana ?
3. Apakah sebab-sebabnya peristiwa itu terjadi ?
4. Siapakah orangnya yang telah bersalah
berbuat peristiwa itu ?
11. Masalah Pembuktian dalam KUHAP
1. Alat-alat bukti, artinya alat-alat bukti apa yang dapat
dipergunakan untuk menetapkan kebenaran dalam
penuntutan pidana (keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa).
2. Peraturan pembuktian, yakni cara bagaimana hakim
boleh mempergunakan alata-alat bukti itu
(cara penyumpahan saksi-saksi, cara pemeriksaan saksi
dan terdakwa, pemberian alasan-alasan pengetahuan
pada kesaksian dan lain-lain).
12. 3. Kekuatan alat-alat bukti, artinya
ketentuan banyaknya alat- alat bukti yang
harus ada untuk dapat menjatuhkan
pidana (misalnya keterangan terdakwa itu
hanya merupakan alat bukti yang syah
apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam pasal 189 KUHP)
13. SISTEM TEORI PEMBUKTIAN
1. Berdasar undang-undang secara positif (positif
wettelijke bewijs theorie)
Teori ini dikatakan ”secara positif”, karena hanya
didasarkan kepada undang-undang melulu, artinya
jika sesuatu perbuatan telah terbukti sesuai dengan
alat-alat bukti yang disebutkan dalam undang-
undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan
lagi. Jadi sistem pembuktian inidisebut juga teori
pembuktian formal (formele bewijstheori)
14. 2. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar
Keyakinan Hakim Melulu (conviction intivie)
Hal yang perlu disadari bahwa alat bukti pengakuan
seorang terdakwa tidak harus membuktikan
kebenaran kesalahan terdakwa, sehingga pengaku-
an itu pun kadang- kadang tidak menjamin
terdakwa benar-benar telah melakukan perbuatan
yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan bagai-
manapun juga adanya keyakinan hakim sendiri
untuk memutuskan kesalahan atau tidaknya
terdakwa.
15. 3. Sistem atau Teori Pembuktian bebas
Menurut teori ini, bahwa alat-alat dan cara
pembuktian tidak ditenttukan atau terikat dalam
undang-undang, namun demikian teori ini
mengakui adanya alat-alat bukti dan cara
pembuktian, tetapi hakim dapat menentukan
alat-alat-alat bukti dan cara pembuktian yang
tidak diatur dalam undang-undang. Jadi dasar
putusan hakim bergantung atas keyakinan dan
pendapatnya sendiri (subjektif).
16. 4.Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar
Keyakinan Hakim Atas Alasan yang Logis (La
Conviction Rais onnee)
Menurut teori ini, bahwa hakim dapat
memutuskan seseorang bersalah berdasar
keyakinannya, keyakinan mana didasarkan
kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan
suatu kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan
kepada peraturan-peraturan pembuktian
tertentu. Jadi putusan hakim dijatuhkan dengan
suatu motivasi.
17. Sistem atau teori pembuktian ini jalan tengah
atau yang berdasar keyakinan hakim sampai
batas tertentu ini terpecah menjadi dua arah,
yaitu:
(1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas
alasan yang logis (conviction raisionnee); dan
(2) Pembuktian yang berdasar undang-undang
secara negatif (negatief wettelike
bewijstheorie).
18. (1) Pembuktian berdasar keyakinan hakim atas
alasan yang logis: berpangkal pada keyakinan
hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan
kepada suatu kesimpulan (conclusie) yang logis
dan tidak didasarkan kepada undang-undang,
tetapi menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri
menurut pilihannya sendiri tentang pembuktian
mana yang ia akan pergunakan. Jadi pangkal
tolaknya pada keyakinan hakim, dan dasarnya
ialah suatu konklusi yang tidak didasarkan
undang-undang;
19. (2) pembuktian yang berdasar undang-
undang secara negatif: berpangkal tolak
pada aturan-aturan pembuktian yang
ditetapkan secara limitatif oleh undang-
undang, tetapi hal itu harus diikuti dengan
keyakinan hakim. Jadi pangkal tolaknya
pada ketentuan undang-undang, dan
dasarnya pada ketentuan undang-undang
yang disebut secara limitatif.
20. ALAT-ALAT BUKTI
Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa
yang termasuk alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa
21. SAKSI
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. (Pasal 1
angka 26 KUHAP).
Seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama
mengenai suatu kejahatan atau kejadian dramatis
melalui indera mereka dan dapat menolong memastikan
pertimbangan-pertimbangan penting dalam suatu
kejahatan atau kejadian.
22. Saksi adalah seseorang yang
menyampaikan laporan dan atau orang
yang dapat memberikan keterangan
dalam proses penyelesaian tindak
pidana berkenaan dengan peristiwa
hukum yang ia dengar, lihat dan alami
sendiri dan atau orang yang memiliki
keahlian khusus tentang pengetahuan
tertentu guna kepentingan penyelesaian
tindak pidana
23. KESAKSIAN
Menurut R. Soesilo, adalah ”suatu keterangan di muka
hakim dengan sumpah, tentang hal-hal mengenai
kejadian tertentu, yang ia dengar, lihat dan alami
sendiri”.
Menurut Sudikono Mertokusumo, adalah kepastian yang
diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa
dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh
orang yang bukan dilarang atau tidak diperbolehkan oleh
undang-undang, yang dipanggil di pengadilan.
24. KETERANGAN SAKSI
Yang dimaksud dengan keterangan saksi menurut
Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah ”salah satu
alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.
25. Syarat dan Penilaian Keterangan Saksi
a. Syarat formil
Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap
sah, apabila diberikan memenuhi syarat formil,
yaitu saksi memberikan keterangan di bawah
sumpah, sehingga keterangan saksi yang tidak
disumpah hanya boleh dipergunakan sebagai
penambahan penyaksian yang sah lainnya.
26. b. Syarat materiel
Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja
tidak dapat dianggap sah sebagai alat
pembuktian (unus testis nulus testis) karena
tidak memenuhi syarat materiel, akan tetapi
keterangan seorang atau satu orang saksi,
adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu
unsur kejahatan yang dituduhkan.
27. Pasal 185 KUHAP menyatakan bahwa ;
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa
yang saksi nyatakan di sidang pengadilan
(testimony).
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan
suatu alat bukti yang sah lainnya.
28. (4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri
sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat
bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain sedemikian
rupa, sehingga dapat membenarkan adanya
suatu kejadian atau keadaan tertentu.
29. Jenis-jenis Saksi
a) Saksi A Charge (saksi yang memberatkan
terdakwa)
Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP saksi
ini adalah saksi yang telah dipilih dan diajukan
oleh penuntut umum, dengan keterangan atau
kesaksian yang diberikan di depan pengadilan
akan memberatkan posisi terdakwa.
30. b. Saksi A De Charge
Menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP
menyatakan bahwa :
Saksi ini dipilih atau diajukan oleh penuntut
umum/ terdakwa atau penasihat hukum, yang
mana keterangan atau kesaksian yang diberikan
akan meringankan/ menguntungkan terdakwa.
31. Sanksi Terhadap Saksi
Menurut Pasal 224 KUHPidana, bahwa
”Apabila diperlukan kesaksiannya oleh penyidik atau
pengadilan dengan sengaja tidak menjalankan suatu
kewajiban menurut undang-undang yang harus ia
penuhi, misalnya kewajiban untuk datang pada
sidang dan memberikan keterangan keahliannya,
dapat dikenakan perkara pidana dengan ancaman
pidana penjara selama-lamanya 9 bulan atau
dikenakan perkara lain dengan ancaman pidana
penjara selama-lamanya 6 bulan.
32. Keterangan Ahli
1. Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP, bahwa
”Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
2. Menurut Pasal 186 KUHAP, bahwa Keterangan
ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan.
33. Keterangan Bukti Surat
Pasal 187 KUHAP ;
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk
resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang
jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
34. b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain.
35. Alat Bukti Petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP
(1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya.
36. (2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat diperoleh dari :
a. Keterangan saksi;
b. Surat;
c. Keterangan terdakwa
(3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu
petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan
oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah ia
mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan & kesaksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
37. Alat Bukti Keterangan Terdakwa
Menurut Pasal 189 KUHAP
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahuisendiri atau alami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapatdigunakan untuk membantu menemukan bukti di
sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat
bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang
didakwakan kepadanya
38. (3) Keterangan terdakwa hanya dapat
digunakan terhadap dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa ia bersalah
melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai
dengan alat bukti yang lain.
39. Tahapan Proses Pembuktian
• Penyelidikan
• Penyidikan
• Prapenuntutan
• Penuntutan
• Pemeriksaan perkara di Pengadilan
• Putusan Pengadilan
• Upaya Hukum
41. Putusan dan Pembuktian
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali minimal
ada Dua Alat Bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Kesalahan Terdakwa melakukan tindak pidana
ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan
tersebut harus didasarkan minimal dua bukti yang
sah. Dan dari sekurang-kurangnya dua alat bukti tadi
harus ada persesuaian antara alat bukti yang satu
dengan yang lain, barulah keyakinan hakim terbentuk
42. Berdasarkan alat bukti di sidang pengadilan, hakim
akhirnya menjatuhkan putusan:
a. Putusan Pemidanaan, dijatuhkan apabila
pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya.
b. Putusan Bebas, dijatuhkan apabila pengadilan
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di
sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan
43. c. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum,
apabila pengadilan berpendapat bahwa
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa
terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindak pidana atau terbukti
akan tetapi terdakwa tidak dapat
dipenanggungjawabkan terhadap
perbuatannya