2. Pengertian Penilaian Status Gizi
Secara Biokimia
01.
Kelebihan dan Kekurangan
Pemeriksaan Biokimia untuk
Menilai Status Gizi
02.
Pengukuran Biokimia
Darah pada Atlet
03.
Pemantauan Gizi Atlet secara
Biokimia
4. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status Kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Penentuan status gizi dengan metode biokimia adalah salah satu metode yang
dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian status gizi ini
adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari
asupan gizi dari makanan. Uji biokimia mengukur status gizi dengan menggunakan peralatan
laboratorium kimia deengan mengukur zat gizi dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh atau
ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium dengan memeriksa urin, mengukur status
hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan lainnya. Penilaian status gizi dengan biokimia
adalah pemeriksaa n spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
5. Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi
adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan
dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di
jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji kimia status. Cara lain
adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur
besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik. Untuk pemeriksaan
biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan
fungsional (Baliwati, 2004).
7. 1. Kelebihan Pemeriksaan Biokimia Untuk Menilai Status Gizi
Metode biokimia untuk menilai status gizi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan metode yang lain. Beberapa kelebihan adalah sebagai berikut :
a) Metode biokimia dapat mengukur tingkat gizi pada jaringan tubuh secara tepat,
sehingga dapat dipastikan apakah seseorang mempunyai kadar zat gizi yang cukup
atau kurang. Bahkan dalam jumlah kecil sekalipun dapat terdeteksi, seperti kekurangan
iodium dalam darah.
b) Dengan mengetahui tingkat gizi dalam tubuh, maka kemungkinan kejadian yang akan
datang dapat diprediksi. Dengan demikian dapat segera dilakukan upaya intervensi
untuk mencegah kekurangan gizi yang lebih parah.
c) Data yang diperoleh pemeriksaan laboratorium hasilnya cukup valid dan dapat
dipercaya ketepatannya.
8. 2. Kekurangan Pemeriksaan Biokimia untuk Menilai Status Gizi
Beberapa kekurangan pemeriksaan biokimia adalah sebagai berikut :
a) Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium memerlukan peralatan yang
harganya cukup mahal. Semakin canggih alat, maka harga akan semakin mahal, akibatnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan relatif mahal.
b) Peralatan laboratorium umumnya sangat sensitif dan mudah pecah, sehingga alat
laboratorium sulit untuk dibawa ke tempat yang jauh.
c) Pada waktu melakukan pemeriksaan dengan metode laboratorium, umumnya memerlukan
tempat dan kondisi yang khusus agar pemeriksaan berjalan dengan baik dan aman.
d) Batasan kecukupan zat gizi setiap individu tidak mutlak, tetapi berdasarkan kisaran.
Misalnya batasan anemi bagi wanita adalah kadar hemoglobinya 12 mg/dl, tetapi ada wanita
dengan kadar hemoglobin 11 mg/dl tidak menunjukkan gejala anemi.
e) Untuk beberapa indicator zat gizi yang lebih sensitive dibutuhkan waktu yang cukup lama
sebelum dapat keluar hasil dan disimpulkan status gizi berdasarkan penilaian biokimia.
10. Pengukuran status biokimia darah pada atlet dapat dijadikan sebagai penentuan status
gizi. Profil lipid, fungsi organ, dan asupan diet sehari-hari dapat digambarkan dari
pemeriksaan biokimia darah. Hasil pengukuran biokimia darah akan menentukan intervensi
gizi yang sesuai untuk atlet Masalah gizi, seperti defisiensi zat gizi, profil lipid yang buruk,
dan diet dengan sumber lemak yang berlebih dapat diatasi dengan adanya monitoring pada
status biokimia darah atlet
Gizi olahraga memiliki fokus pada penyelenggaraan asuhan gizi untuk mempertahankan
status gizi atlet yang baik dan performa yang optimal sehingga ahli gizi perlu menyoroti
pengukuran biokimia darah yang paling berpengaruh pada performa atlet. Pengukuran
hematologi secara lengkap memiliki banyak komponen yang diukur. Pada atlet,
pengukuran profil darah lengkap baik untuk dilakukan. Pemeriksaan darah atlet secara
rutin dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan atlet. Data hasil
pemeriksaan dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi atlet untuk meningkatkan kualitas
kesehatannya dan merencanakan program latihan serta pengaturan diet yang sesuai.
11. a. Glukosa Darah
Sebuah penelitian dilakukan pada tujuh college athlete dengan memberikan minuman
glukosa sebelum latihan maraton. Serum glukosa diukur pada menit ke-0, 30, 60, dan 150.
Peningkatan kadar yang signifikan ditunjukkan oleh serum glukosa dan trigliserida (p<0,01)
pada subjek yang diberikan minuman glukosa sebelum latihan. Dilihat dari segi performanya,
sebagian besar atlet (lebih dari 80%) dapat menempuh jarak yang lebih jauh dengan asupan
minuman glukosa. Asupan karbohidrat yang sesuai dengan kebutuhan akan menjaga
simpanan glikogen sehingga performa atlet meningkat. Konsumsi karbohidrat secara reguler
saat latihan ataupun kompetisi juga terbukti meningkatkan performa. Atlet lebih menyukai
karbohidrat dalam bentuk cairan karena mudah diserap oleh tubuh. Sebanyak 30-60 g
karbohidrat yang ditambahkan pada minuman dapat mengurangi kelelahan pada atlet atletik.
Atlet endurance seperti maraton dapat mencapai performa maksimal jika dapat
mempertahankan kecepatan oksidasi glukosa per satuan waktu (pengambilan oksigen).
Penurunan cadangan karbohidrat akan menurunkan kapasitas kerja setelah 2 jam sebesar
50%. Penurunan ini berhubungan dengan produksi dan pelepasan energi oleh oksidasi lemak
yang menggantikan peran penting produksi energi pada periode ini. Peningkatan performa
ditunjukkan oleh atlet triatlon setelah mengonsumsi glukosa 10% pada 5 menit (G5) sebelum
berenang dan 35 menit sebelum konsumsi G5. Performa yang dihasilkan lebih baik daripada
plasebo."
12. Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan dengan pengukuran laboratorium ataupun
alat portable. Pengukuran kadar glukosa saat ini dipermudah dengan adanya alat yang
bersifat self-monitoring yang menggunakan finger-stick blood samples, test strips, dan
portable meter," Selain untuk mengukur kadar glukosa, portable meter juga dapat
digunakan untuk mengukur kadar asam urat dan kolesterol total hanya dengan mengganti
chip yang sesuai. Konsentrasi glukosa tertinggi terdapat pada pembuluh darah arteri. Pada
pengukuran di laboratorium biasanya menggunakan sampel darah dari pembuluh darah
vena. Jenis sampel darah yang akan diperiksa perlu. diperhatikan. Jika sampel berupa
darah lengkap (whole blood), konsentrasi glukosa yang terukur lebih rendah 15% dari
serum atau plasma karena memiliki kandungan air yang lebih tinggi.
13. b. Lipid Darah
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh. Olahraga yang rutin dilakukan dapat menjaga sirkulasi darah, mencegah risiko
penyakit kardiovaskular, diabetes, dan menjaga kadar lipid darah dengan meningkatkan
kadar high density lipoprotein (HDL) serta menurunkan low density lipoprotein (LDL),
Peningkatan kadar HDL utamanya ditemukan pada atlet endurance sebagai efek dari latihan
jangka panjang. Namun, dewasa ini banyak pula ditemukan kasus dislipidemia pada
populasi atlet.
Aktivitas fisik memiliki pengaruh pada metabolisme lipid. Meningkatnya durasi aktivitas
fisik akan meningkatkan penggunaan lipid sebagai sumber energi yang digunakan otot.
Aktivitas simpatetik dan penurunan sekresi insulin saat olahraga endurance merangsang
lipolisis untuk menghasilkan energi. Ketika latihan melebihi kapasitas aerobiknya, kadar
laktat darah meningkat. Kondisi tersebut akan memudahkan konversi asam lemak dan
gliserol menjadi trigliserida sehingga asam lemak yang digunakan sebagai sumber energi
berkurang, Karbohidrat akan digunakan sebagai sumber energi utama ketika intensitas
tinggi. Untuk menghasilkan efek positif pada profil lipid, latihan harus dikontrol, baik dari segi
frekuensi, intensitas, maupun durasi.
14. Lipid dan sistem kardiovaskuler memiliki peran penting pada performa atlet. Oleh karena
itu, atlet perlu memperhatikan profil lipid darahnya untuk menghindari adanya risiko penyakit
kardiovaskuler. Profil lipid darah yang perlu diperhatikan adalah kolesterol total, HDL, LDL,
dan trigliserid.
Proses screening yang direkomendasikan oleh NCEP dimulai dari atlet yang memiliki
lingkar pinggang lebih dari 40 inci atau persen lemak tubuh lebih dari 25%, Pemeriksaan
darah dianjurkan setelah 8-12 jam berpuasa. Pemeriksaan di laboratorium biasanya
menggunakan serum sebagai bahan analisisnya dan jumlah darah yang dibutuhkan lebih
banyak daripada menggunakan alat finger stick.
Penentuan intervensi gizi pada atlet dengan dislipidemia direkomendasikan untuk
mengacu pada level LDL dan diterapkan sesuai dengan level LDL yang dimiliki. Intervensi
pada individu dengan kadar LDL tidak terlalu tinggi dapat berupa peningkatan aktivitas fisik,
penurunan berat badan, dan pemilihan diet rendah lemak dan kolesterol. Pada atlet dengan
kadar kolesterol tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan latihan aerobik, program menurunkan
persen lemak nubuh, dan mengurangi asupan tinggi lemak serta kolesterol. Asupan fitosterol
dan asam lemak omega-3 juga dapat membantu menjaga kadar lipid darah.
15. Ada berbagai cara untuk mengukur kadar hemoglobin, di antaranya adalah dengan
menggunakan skala warna, teknik Lovibond-Drabkin, Tallqvist, metode copper-sulfat,
Hemocue, dan automated haematology analyzer. Teknik Lovibond-Drabkin menggunakan
cyanmethehemoglobin dan perubahan warna sebagai indikator pengukurannya. Biaya yang
mahal dan kecenderungan adanya kesalahan interpretasi perubahan warna menjadikan
metode Lovibond-Drabkin tidak digunakan saat ini. Metode copper-sulfat (CuSO)
memanfaatkan berat jenis darah untuk mengukur hemoglobin.