2. Nama penyakit yang
timbul tergantung dari
bahan debu berbahaya
yang terhirup oleh
pekerja ditempat
bekerja / lingkungan
secara berulang dan
terpapar dalam waktu
lama.
PENDAHULUAN
Pneumokoniosis
merupakan salah satu
penyakit paru kerja
akibat kerusakan paru
yang disebabkan oleh
partikel debu/uap/gas
berbahaya yang
terhirup pekerja di
tempat pekerjaan
mereka.
3. Zaman industri pertambahan jumlah
kendaraan bermotor
Polusi dapat menimbulkan kecacatan
sehingga produktivitas kerja menurun
Dapat dicegah dgn penurunan paparan di
tempat kerja
Bersifat irreversible ataupun fatal
Sulit atau tidak dapat sembuh
PENDAHULUAN
4. *
*
3
3
3
MEKANISME PERTAHANAN PARU
Garis pertahanan pertama
Adalah filtrasi mekanik udara inspirasi yang melalui saluran
napas dan keefektivan filtrasi menentukan deposit partikel
pada jalan napas.
Reseptor saluarn napas berperan dalam
menimbulkan :
Kontriksi otot polos bronkus terhadap iritasi kimia
dan fisik.
Menurunkan penetrasi partikel dan gas
berbahaya.
Mencetuskan bersin dan batuk.
5. *
*
Garis pertahanan ke dua
Yaitu cairan yang melapisi saluran napas dan
alveoli serta mekanisme bersihan silia. Cairan
tersebut berfungsi sebagai barrier fisik dan kimia
berisi bahan yang mempunyai sifat bakterisidal
dan detoksifikasi.
Garis pertahanan ke tiga
Adalah pertahanan spesifik paru yang terbagi
atas 2 sistem utama yaitu imuniti humoral
(antibody) & imuniti seluler (limfosit T).
MEKANISME PERTAHANAN PARU
7. 3
3
3
Sifat fisika
a. Keadaan fisik seperti bentuk partikel uap atau gas
b. Ukuran dan densiti partikel
Partikel debu diameter > 15 um difiltrasi di saluran napas
atas
Partikel 5 – 15 um dapat mencapai saluran napas bawah
Partikel 0,5 – 5 um (debu respirabel) dapat mencapai
saluran napas terminal dan alveoli → pneumokoniosis.
AGEN
10. 3
3
Sifat asam/basa, mempunyai. Efek toksik pada silia, sel-sel dan
enzim
Ada kecenderungan zat berkombinasi dengan sustansi dalam paru
dan jaringan, CO2 & asam sianida → efek sistemik.
Fibrogenisiti (sifat menimbulkan fibrosis jaringan)
Debu nonfibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan kerusakan
jaringan, contoh besi, kapur, karbon dan timah → tapi dosis besar
menimbulkan kerusakan jaringan. →pneumokoniosis non kolagen.
Debu fibrogenik → Paru ( fibrosis) → pneumokoniosis
kolagen seperti batubara, silica bebas dan asbes.
Sifat antigenisiti dapat merangsang antibodi, spora jamur bila
terinhalasi → respons imunologi.
Sifat Kimia
*
*
*
*
11. A.1
A.2
B
C
Pertahanan paru : Genetic menentukan pengaruh aksi
silia, kecepatan bersihan dan fungsi makrofag
Keadaan didapat : Obat-obatan, asap rokok, temperature
dan alkohol mempengaruhi fungsi silia dan makrofag.
Faktor anatomi & fisiologi mempengaruhi pola
pernapasan
Keadaan imunologi : Respons terhadap suatu agent
dipengaruhi oleh alergi, atopi dan jenis jaringan
FAKTOR HOST
16. • Pneumokoniosis adalah merupakan segolongan penyakit yang
disebabkan oleh penimbunan debu dalam paru-paru.
• Hal ini tergantung terhadap jenis debu yang tertimbun, hingga
penyakit yang ditimbulkannya juga berlainan. Beberapa
Pneumokoinosis yang dikenal dan sering di temukan :
1. Silikosis disebabkan debu SiO2 bebas.
2. Asbestosis disebabkan debu asbes.
3. Berryliosis disebabkan debu Be.
4. Siderosis disebabkan debu yang mengandung Fe2O2.
5. Stanosis disebabkan debu biji timah putih (SnO2).
6. Byssinosis disebabkan debu kapas.
7. Coal worker’s Pneumokoniosis disebabkan debu batu bara.
17. Silikosis merupakan penyakit fibrosis parenkim
paru yang disebabkan oleh debu silica ataupun
kristalin silicon dioksida. Penyakit ini terjadi pada :
• Pekerja tambang logam dan batubara.
• Penggali terowongan pada pembuatan jalan.
• Pemotong batu, misalnya pembuat patung batu, nisan,
keramik.
• Penuangan besi dan baja.
• Industri gelas, dan pabrik amplas.
• Pembuat gigi enamnel.
• Pabrik semen
18. • Dasarnya belum jelas, hanya saja dengan adanya interaksi deposit
debu dengan makrofag alveoli hingga dianggap perjalanan
penyakit ini sebagai berikut :
– Debu - alveoli - dimakan makrofag, efek toksik silica
menyebabkan lisis makrofag dan timbulnya makrofag baru --
lisis lagi demikian berulang-ulang.
– Akibat lisis makrofag bebas enzym-enzym toksik merangsang
timbulnya faktor fibrigenik sehingga terjadi poliferasi fibrosis
dan jaringan ikat kolagen yang kemudian mengalami hialinasi.
– Pada awal fibrosis terlihat adanya nodul-nodul. Akibat fibrosis
dinding alveoli dengan jaringan intertial menjadi kaku,
elastisitas jaringan paru menurun hingga mengakibat kelainan
faal paru type restriktif.
19.
20. Bila terjadi simple silikosis sedapat mungkin dihindarkan dari
debu silika. Sampai saat ini pengobatan yang khusus belum
ada, pengobatan hanya untuk mengatasi gejala :
1. Pemberian Oksigen
2. Pemberian antibiotika
Belakangan ini dicoba dengan pemberian inhalasi serbuk
aluminium dan pengobatan dengan zat D-penisilamin dan
polivenil piridin N-oksida. Kortikosteroid juga pernah dicoba
tetapi hanya dapat mencegah percepatan perburukan saja.
21. Pneumokoniosis yang disebabkan inhalasi serat
abses secara khas ditandai dengan fibrosis intertial
disfus parenkhim paru. Kelainan sering disertai
dengan penebalan pleura viseralis dan kadang-
kadang klasifikasi pleura.
Penyakit ini diderita oleh para pekerja pada :
Pabrik pembuatbahan kabel
Pembuat cat
Pembuat ban mobil atau motor
Pembuatan atap asbes
Pada setiap pabrik atau penambangan yang terdapat zat
asbes.
22. Secara umum asbes dapat menimbulkan 3 penyakit pada paru:
Asbestosis
Kanker Paru
Kanker Pleura atau Mesotelioma
• GEJALA KLINIS
• Gejala awal asbesitosis
– Sesak nafas pada waktu bekerja yang disertai batuk tanpa dahak.
– Gejala ini setelah beberapa tahun berkembang menjadi fibrosis paru yang
progressif.
– Sesak nafas terus semakin memburuk walaupun penderita telah dijauhkan dari
paparan
• Komplikasi yang timbul adalah korpulmonal, keganasan pleura,
gangguan gastrointestinal dan kematian terjadi setelah 15 tahun.
23.
24. Salah satu yang terpenting adalah keselamatan
kesehatan pekerja :
ф Menurunkan ambang paparan debu asbes ditempat kerja.
ф Pembersihan mesin yang mengandung debu asbes
dilakukan dengan penghisapan hampa udara.
ф Perlindungan dengan masker.
ф Para pekerja harus menjalani pemeriksaan rutin mulai
dari masuk kerja secara periodik dengan foto thoraks,
spirometri.
25. • Adalah pneumokoniosis yang timbul akibat menghirup debu
yang mengandung berrylium berupa logam, oksida,
sulfat,klorida dan flourida menyebabkan bronkitis dan
pneumonitis.
• Penyakit ini umumnya didapat pada pekerja :
– Pekerja membuat alliage berrylium-tembaga.
– Pekerja pabrik pembuat tabung radio.
– Pekerja pembuat tabung-tabung fluoresent.
– Pekerja di sumber tenaga atom.
26. • Pada tahap awal dimulai dengan:
–Nasofaringitis dan traheobronkitis
–Demam ringan, batuk kering dan sesak nafas.
–Berlanjut dengan pneumonitis dimulai dengan
demam semakin berat, batuk berdahak, sakit
dada, sesak nafas, penurunan berat badan
–Bila keadaan bertambah berat disertai kelelahan
pada waktu bekerja ringan.
27. • Pengobatan seperti pneumokoniosis lainnya belum ada yang
pasti, hanya simptomatis saja.
• Pencegahan merupakan hal yang penting :
– Menurunkan kadar ambang paparan dengan ventilasi yang
baik.
– Pemakaian alat perlindungan tubuh: masker, baju
– khusus.
– kebersihan pekerja sebelum pulang dianjurkan untuk mandi
dan cuci tangan yang bersih sebelum makan.
28. Ω Adalah pneumokoniosis yang diakibat inhalasi
debu yang mengandung persenyawaan besi.
Ω Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak
progressif.
Ω Siderosis terdapat pada pekerja yang menghirup debu
dari pengelolaan biji besi.
Ω Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau
emphysema sehingga tidak ada pula cacat paru.
Ω Siderosis semakin berat hanya bila bersamaan dengan
silikosis.
29. Adalah pneumokoniosis akibat terinhalasi debu timah putih dan
tidak begitu berbahaya.
Penyakit ini dijumpai pada:
Pekerja pengelolahan biji timah
Penambang biji timah putih
Pada stanosis tidak terdapat fibrosif massif, tidak ada tanda-tanda
cacat paru dan jarang menimbulkan komplikasi.
Pada tahap awal foto toraks menunjukan penambahan corakan paru
yang disertai pelebaran hilus. Kemudian menampakan bentuk noduli
didaerah sela iga ke tiga, mula-mula diparu kanan lalu paru kiri.
Lebih lanjut penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin
jelas dan opak.
30. PNEUMOKONIO
SIS PEKERJA
TAMBANG
BATUBARA
(PPTB)
Penyakit ini disebabkan oleh
paparan debu batubara dalam
jangka waktu lama. Ada faktor
kerentanan individual dan debu
tertentu lebih berbahaya dari yang
lainnya. Penyakit ini bisa
didapatkan pada pekerja setelah
mereka bekerja lebih dari 10 tahun
31. Secara klinis hampir tidak
ada gejala
Kelainan ini terjadi karena
inhalasi debu batubara
saja.
Simple CWP akan memburuk
apabila ada paparan lebih
lanjut. dapatberkembang
menjadi complicated CWP
GAMBARAN
KLINIS
33. 1. Kualitas foto dalam 4 tingkatan
Baik
(good)
Dapat
diterima
(acceptable),
tanpa adanya
kelainan
teknis yang
mungkin
dapat
mengganggu
klasifikasi
radiografi
terhadap
pneumokoni
osis
Dapat
diterima
(acceptabl
e), dengan
sedikit
kelainan
teknis
tetapi
masih
adekuat
Tidak
dapat
diterim
a
(unacce
ptable).
Foto Toraks
35. 2. Kelainan parenkim paru
Perselubungan halus
Kerapatan (profusion)
Daerah paru yang terkena (affected zones)
Bentuknya lingkar (rounded), atau ireguler serta
besar ukurannya.
36. A.1. Kerapatan (profusion)
Kerapatan
petunjuk
penting
menentuka
n beratnya
penyakit
Kerapatan
didasarkan
pada
konsentrasi
atau jumlah
perselubun
gan halus
per satuan
area.
Penilaian
perselubunga
n halus dibagi
4 kategori: 0,
1, 2, 3 dan
menjadi 12
sub kategori/
skala, yaitu
0/-, 0/0, 0/1,
1/0, 1/1, 1/2,
2/1, 2/2, 2/3,
3/2, 3/3 dan
3/+ (tabel 1).
Penilaian
kategori
kerapatan
(profusion)
dilakukan
dengan
membandingk
an
perselubunga
n yang ada
dengan foto
ronsen
standar yang
tersedia.
37. A.2 Daerah yang terkena (affected zones)
Daerah dimana terlihat perselubungan
tersebut juga dicatat.
Untuk itu maka paru dibagi menjadi enam
lapangan, yaitu: atas, tengah dan bawah
masing-masing untuk kiri dan kanan.
38.
39. Small irregular opacities (sio)
bercak kecil tak beraturan (bkt)
s
t
u
Hingga 1.5 mm
1.5 – 3 mm
3 – 10 mm
p
q
r
Small rounded opacities (sro)
bercak kecil bulat (bkb)
DUA BENTUK DAN UKURAN BERCAK HALUS
Menuliskan ukuran dan bentuk digunakan 2 huruf yang dipisahkan dengan
garis miring. Huruf pertama menunjukkan kelainan yang lebih dominan.
40. Diameter >10 mm – 50 mm atau beberapa bercak
berdiameter 10 mm tetapi hasil penjumlahan < 50 mm
Satu atau beberapa bercak > kategori A, tetapi luas
bercaknya tidak melebihi luas lapangan atas paru
kanan
Satu atau beberapa bercak yang luas daerahnya
melebihi lapangan atas paru kanan
PERSELUBUNGAN KASAR
A
B
C
KATEGORI UKURAN BERCAK
41.
42. faal paru
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
dan kapasitas vital paksa (KVP) , sederhana, dapat diulang
dan digunakan secara luas
Pemeriksaan ini sensitif untuk mendeteksi kelainan dan
mengidentifikasi penyakit yang progresif.
Pemeriksaan sebelum bekerja dan pemeriksaan
berkala setelah bekerja dapat mengidentifikasi
penyakit dan perkembangan kelainan paru
secara dini
43. A
A
A
A
A
A
Jumlah dan lama pajanan
Ukuran debu/partikel
Toksisitas
Kelembaban udara
Pola respirasi :
Pernapasan mulut/hidung , Besarnya volume tidal
Kebiasaan lain, misal, merokok
F A K T O R B E R P E N G A R U H T E R H A D A P
T E R J A D I N Y A G A N G G U A N P A R U
46. PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini,
selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung
kanan, sesak nafas dan lain lain).
Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan
terapi suportif dan simtomatis seperti : bronkodilator
dan ekspektoran.
Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih
lanjut.
47. PENCEGAHAN
Pencegahan
Primer
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
Tertier
Mengurangi faktor risiko sebelum timbul penyakit
Mengganti / substitute dengan bahan kurang berbahaya
Memodifikasi proses untuk mengurangi pajanan ke kadar yang
aman
Alat pelindung diri
Deteksi dini untuk menentukan kasus
Medical surveillance
Identifikasi faktor risiko
Pengobatan
Mencegah progesivitas dan antisipasi
komplikasi seperti : berhenti merokok,
profilaksis TB pada pekerja silika.
48. PENUTUP
Berbagai penyakit dan gangguan pernapasan dapat
terjadi akibat paparan berbagai zat di tempat kerja
Diagnosis penyakit paru kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis
yang teliti meliputi riwayat pekerjaan, gejala klinis, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan foto toraks, pemeriksaan faal paru dan
pemeriksaan laboratorium
Kadang-kadang sulit menentukan hubungan antara penyakit
dengan jenis pekerjaan, karena pada penyakit tertentu perlu
waktu yang lama antara terjadinya paparan dan timbulnya
penyakit.