1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, manusia selalu memerlukan udara untuk bernapas dan
melaksanakan metabolisme dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang
digunakan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya bersih. Kadang kala udara
tersebut mengandung partikel pencemar yang disebut polutan. Salah satu polutan
tersebut ialah berupa butiran debu yang bayak ditemukan pada industri.
Sekarang ini, kebedaraan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dari
tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi
Negara. Dengan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat
masyarakat, daerah di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana
transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup,
tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu
dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar
daerah perindustrian misalnya saja penyakit asma dan penyakit lainnya yang
kerap dipandang sebelah mata oleh semua orang, terutama pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh debu. Tergantung dari jenis paparan yang
terhisap berbagai paru dapat timbul pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup
tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan
yang terjadi dan melakukan usaha pencegahan.
Pengertian Dasar Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan – bahan atau zat – zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam
jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan binatang. Bila keadaan seperti
2. tersebut terjadi, maka udara telah dikatakan tercemar, kenyamanan hidup
terganggu.
Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.
Udara adalah juga atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat
penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk
bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintetis oleh khlorofil daun dan ozon
(O3) untuk menahan sinar ultra violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan
kering, kira-kira tersusun oleh:
Nitrogen
(N2)
= 78,09% volume
Oksigen
(O2)
= 21,94%
Argon
(Ar)
= 0,93%
Karbon dioksida
(CO2) = 0,032%
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen
oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, ammonia dan lain-lain. Apabila
susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal seperti tersebut
diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, maka
berarti udara telah tercemar.
Pengertian Debu
Secara alamiah pertikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang
terbawa oleh angin tau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran
yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan
murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin
diesel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikel debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara
yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir – butiran tar.
Dibandingan dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak dan gas pada
umumnya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat
menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
3. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa
merupakan sumber SPM yang cukup penting.
Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan,
dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh
emisi kendaraan bermotor.
1. Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
2. Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami
atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakandan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik, misalnya
batu, kayu, arangbatu, bijih logam dan sebagainya
3. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang
diudara (Suspended Particulate Matter / SPM ) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan
500 mikron.
B. Tujuan Penyusunan Makalah
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah penyehatan udara
dengan materi pencemaran udara partikel debu agar para mahasiwa dapat
mengetahui :
1. Sumber partikel debu
2. Dampak partikel debu bagi kehidupan manusia
3. Cara pengendalian dan penanggulangan debu
4. Kasus-kasus yang terjadi akibat pencemaran tersebut
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumber Partikel Debu
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang
terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon akan murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara
yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar.
Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada
umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat
menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa
merupakan sumber SPM yang cukup penting.
Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan,
dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh
emisi kendaraan bermotor.
B. Dampak Partikel Debu bagi Kehidupan
Partikel debu selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat
menyebabkan gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan
pelunturan warna bangunan dan pengotoran.
2. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori pori
tumbuhan sehingga mengganggu jalannya photo sintesis.
3. Merubah iklim global regional maupun internasional.
5. 4. Menganggu perhubungan/ penerbangan yang akhirnya menganggu kegiatan
sosial ekonomi di masyarakat.
5. Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi,
gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru. Efek debu terhadap
kesehatan sangat tergantung pada: Solubity (mudah larut), Komposisi Kimia,
Konsentrasi Debu, dan Ukuran partikel debu
C. Cara Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran Partikel Debu
Pengendalian debu dapat berdasarkan empat simpul yaitu:
1.
Simpul I
Yaitu pencegahan terhadap sumbernya antara lain:
Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja dengan ‘Local
Exhauster’ atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.
Substitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan
debu
2.
Simpul II
Yaitu pencegahan dilakukan terhadap media Transmisi dan udara ambient
memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet
Drilling). Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi
Umum. Penanaman pohon atau reboisasi
3.
Simpul III
Yaitu Pencegahan Terhadap Tenaga Kerja yang terpapar. Antara lain
dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker.
4.
Simpul IV
Yaitu pencegahan terhadap penderita atau orang sakit akibat terpapar partikel
debu antara lain melalui pemeriksaan dan pengobatan serta rehabilitasi
terhadap korban atau orang sakit. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui
pemeriksaan laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kelainan akibat
debu. Rehabilitasi dilakukan terhadap korban yang mengalami cacat organ
akibat terpapar partikel debu dalam jangka waktu lama.
6. BAB III
KASUS-KASUS
A. Permasalahan Kesehatan Saat Erupsi Gunung Berapi
Berbagai permasalahan akan timbul pasca
bencana erupsi gunung berapi. Kadangkala
masalah tersebut dapat lebih serius bila tidak
direncanakan dan ditangani dengan baik. Bencana
tersebut selain mengakibatkan ancaman awan
panas juga menimbulkan berbagai permasalahan
menyebabkan lingkungan yang tidak sehat.
Dampak
lingkungan
yang
terjadi
adalah
kekurangan air, debu vulkanik, bangkai manusia, bangkai binatang, sarana higiena
sanitasi yang buruk lainnya.
Lingkungan demikian akan berpotensi menimbulkan berbagai masalah
kesehatan. Penyediaan air bersih seringkali terganggu, demikian pula masyarakat
akan kesulitan mencari sarana kamar mandi dan WC. Buang air besar dan air kecil
yang sembarangan dapat mempermudah penularan penyakit. Bila hal ini terjadi
maka kebutuhan untuk pola hidup bersih jauh dari sempurna. Keadaan lingkungan
akan semakin buruk bila terjadi pada daerah pengungsian. Jumlah manusia yang
sangat banyak dan berjejal dalam satu ruangan memudahkan penyebaran penyakit
baik lewat penularan melalui udara atau kontak langsung.
Justru penyebab utama infeksi saluran napas yang utama bukan karena debu
vulkanik, tetapi karena daya tahan tubuh menurun karena kurang istirahat, stres,
dan asupan nustrisi yang kurang. Karena daya tahan tubuh sangat buruk dan
padatnya orang di penampungan pengungsi maka sangat mudah sekali terinfeksi
penyakit infeksi menular apapun. Terutama yang paling mudah menyebar adalah
infeksi Saluran napas Akut, Diare karena virus, campak, cacar air dan berbagai
infeksi menular lainnya.
7. 1. Analisa Data Kasus
Dampak dan kandungan pada erupsi gunung berapi diantaranya adalah:
a. Gas Sulfatara
Waktu gunung meletus terdapat gas sulfatara atau belerang yang ikut
keluar. Sebenarnya belerang dalam skala yang pas diperlukan tanaman
juga. Kalau (sulfatara) banyak lalu menjadi hujan. Akan jadi hujan
asam. Kalau hujan asam, tanahnya jadi asam. Tanaman yang tumbuh
di tanah yang pH (derajat keasamannya)-nya sekitar 3 atau 4 bisa
membuat tanaman tidak tumbuh dengan baik. Tanaman akan
keracunan, juga bisa tumbuh kerdil. Tapi kalau tanahnya basa, kena
hujan asam bisa mendekati netral. Tanah netral itu mengarah ke pH 7,
itu tanah yang bagus. Kalau tanah pH-nya rendah maka unsur
aluminium dan besi mudah larut sehingga tanaman akan keracunan
atau kerdil. Sebaliknya di tanah yang basa, tanaman juga tidak bisa
tumbuh baik karena unsur-unsurnya tidak mudah diserap tanaman.
b. Awan Panas
Awan panas dari erupsi gunung berapi inilah yang paling bahaya
dalam ancaman penyakit jiwa. Serangan awan panas yang sangat
tinggi suhunya hingga mencapai 600 derajat celcius dan kecepatannya
yang tinggi hingga 100 km per jam ini sangat sulit dihindari bila tidak
mengungsi ke saerah aman. Bahkan lokasi yang berdekatan dengan
lokasi awan panas saja dapat mengakibatkan luka bakar parah. Apalagi
langsung terkena awan panas secara langsung. Luka luka bakar inilah
yang paling sering terjadi.
c. Debu Vulkanik
Debu vulkanik adalah masalah kesehatan lain dalam erupsi gunung
berapi. Biasanya diameter butiran debu-debu yang bertebaran di udara
ukurannya sangat kecil atau kurang dari 2 mikron, bisa terhirup oleh
manusia dan masuk ke dalam saluran nafas dan paru, dapat
menimbulkan
gangguan
pernafasan.Menurut
The
International
Volcanic Health Hazard Network, secara umum, abu vulkanik
8. menyebabkan masalah kesehatan. Namun selain kesehatan, ada juga
dampak yang yang ditimbulkan oleh abu dari gunung itu. Abu
vulkanik yang baru saja jatuh memiliki kandungan lapisan asam yang
dapat
menyebabkan
iritasi
pada
paru-paru,
kulit
dan
mata. Debu vulkanik runcing dan keras karena bahan dasarnya adalah
silika. Hal itu hampir sama dengan bahan kaca. Dipecah dari magma.
Jadi magma merah dipecah jadi debu dan sifatnya menggerus. Debu
vulkanik ini pembentukannya langsung karena ada tekanan gas
magmatik. Fragmentasinya berbentuk material sejenis kaca (glass).
Ketika gunung berapi meluncurkan debu vulkanik, unsur-unsur yang
keluar tidak hanya silika, tetapi juga besi, aluminium, serta berbagai
macam gas. Debu yang dikeluarkan oleh gunung meletus ini juga
mengandung mineral kwarsa, kristobalit atau tridimit. Mineral ini
adalah kristal silika bebas yang diketahui dapat menyebabkan silicosis
atau kerusakan saluran nafas kecil di paru sehingga terjadi gangguan
pertukaran gas di alveolus paru. Orang-orang yang terpapar oleh debu
vulkanik ini biasanya mengalami keluhan pada mata, hidung, kulit dan
gejala sakit pada tenggorokannya.Gejala pernapasan akut yang sering
dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung mengeluarkan abu atau
debu adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan bersin, pilek dan
beringus, iritasi dan sakit tenggorokan (kadang disertai batuk kering),
batuk dahak, mengi, sesak napas, iritasi pada jalur pernapasan dan juga
napas menjadi tidak nyaman. Gangguan ini akan lebih berat bila
terkena pada orang atau anak yang sebelumnya mempunyai riwayat
alergi saluran napas bronkitis kronis, emfisema, atau asma. Potensi
gangguan pernafasan yang mungkin timbul dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti konsentrasi partikel di udara, ukuran partikel tersebut
dalam debu, frekuensi dan lamanya paparan, kondisi meteorologi,
kondisi kesehatan dari setiap warga, ada atau tidaknya gas-gas
vulkanik yang bercampur dengan abu serta penggunaan alat
9. perlindungan pernafasan. Tidak hanya mata dan paru-paru kulit juga
dapat teriritasi oleh debu vulkanik
2. Upaya pencegahan :
a. Gunakanlah pakaian pelindung dan juga masker debu, alat
perlindungan ini sebaiknya mudah diakses oleh masyarakat khususnya
selama kondisi darurat. Jika ada masker, warga bisa menggunakan
sapu tangan, kain atau baju untuk melindungi diri dari debu atau gas.
b. Anak, orang lanjut usia atau seseorang yang memiliki alergi atau
saluran napas sensitif bronkhitis, sinusitis, emfisema dan asma
disarankan untuk tetap tinggal di rumah atau mengungsi ke daerah lain
untuk menghindari paparan debu. Jika ingin keluar rumah, sebaiknya
gunakan masker, pakaian pelindung dan juga kacamata untuk
menghindari iritasi. Bila sehabis keluar rumah sebaiknya mandi atau
mencuci segera seluruh anggota tubuh termasuk seluruh bagian kulit,
mata dan rambut.
c. Usahakan untuk meminimalkan paparan debu dengan membersihkan
debu sesering mungkin di dalam rumah. Semua lubang ventilasi atau
pintu harus sering ditutup.
d. Untuk membersihkan abu, berilah sedikit air pada abu vulkanik
sebelum diangkat menggunakan sekop. Jangan di sapu. Penyapuan abu
vulkanik kering akan menyebabkan abu terbang ke udara.
B. Polusi Kereta Batubara Ancam Kesehatan Warga Newcastle
Pemerintah Negara Bagian New South Wales didesak untuk menunda
penilaiannya terhadap usulan pembangunan terminal batubara keempat di
Newcastle, karena polusi di kota sudah melebihi standar nasional.
Desakan ini disampaikan oleh Kelompok Aksi Terminal Batubara (CTAG),
berdasarkan temuan mereka dari hasil pengawasan tingkat polusi di kota itu
selama 3 hari berturut-turut pada bulan lalu, terhadap 70 kereta batubara kosong
10. dan bermuatan yang melewati pinggiran Newcastle Beresfield, Sandgate dan
Mayfield.
Studi itu menemukan tingkat polusi partikel dari gerobak batubara jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan polusi yang berasal dari penumpang dan angkutan
kereta api.
Juru bicara CTAG, James Whelan mengatakan tingkat polusi dari kereta
batubara juga bertahan lebih lama, hingga empat menit setelah setiap kereta
berlalu.
"Dalam beberapa kasus, tingkat polusi partikel naik 120 persen. Itu artinya
meningkat 13 kali lipat. Secara signifikan, kami menemukan bahwa kereta api
batubara yang kosong menyebabkan polusi yang lebih besar dari kereta batubara
berisi muatan,” papar Dr. Whelan. Dr. Whelan menambahkan temuan ini
membuktikan pentingnya gerbong kereta batubara baik yang kosong maupun
bermuatan untuk diberi penutup. Karenanya kelompok ini mendesak pemerintah
negara bagian untuk menerbitkan aturan yang mewajibkan perusahaan batubara
menutup kereta mereka.
Pekan lalu, parlemen membahas dampak polusi partikel batubara di udara
terhadap kesehatan dan juga merekomendasikan agar kereta batubara diberi
penutup. CTAG juga menginginkan pemerintah negara bagian menunda penilaian
mereka terhadap rencana pembangunan terminal batubara keempat di Newcastle
dan memastikan dilakukan penilaian independen terhadap dampak kesehatan dari
polusi partikel batubara ini.
Studi pertama mereka menemukan kalau standar nasional yang berlaku untuk
polusi partikel batubara sudah terlampau di 7 lokasi. Di beberapa lokasi bahkan
kadarnya 50% lebih tinggi dari standar nasional. Hasil terakhir dari kelompok ini
bahkan lebih mengkhawatirkan. Dampak debu kereta barubara terhadap kesehatan
sudah lama diperdebatkan di Hunter Valley.
Profesor Nick Higginbothom, pakar kesehatan masyarakat di Universitas
Newcastle yang ikut terlibat dalam mempersiapkan laporan studi ini menilai tidak
ada kadar aman bagi polusi debu batubara. Ia mengingatkan sejumlah masalah
11. kesehatan utama bagi semua masyarakat yang terpapar polusi debu batubara ini,
seperti penyakit jantung, kerusakan fungsi hati dan stroke.
"Yang sangat kami khawatirkan adalah ini terjadi saat ini tetapi ke depan
jumlah kereta batubara yang akan hilir mudik dikawasan ini akan terus meningkat
dua bahkan tiga kali lipat,” tuturnya.
Industri tolak temuan CTAG
Meski demikian pihak industri menolak temuan ini dan menyebut tidak ada
yang baru dari hasil studi CTAG ini.
"Ini merupakan langkah yang patut diapresiasi sebagai upaya untuk
menangani debat yang terjadi di masyarakat tapi studi ini hanya mengkonfirmasi
apa-apa yang sudah kita ketahui,” kata Katie Brassil dari Centennial Coal.
"Kita sudah melakukan banyak monitoring dan riset di daerah ini, dan kita
tahu 86 persen partikel di udara sebenarnya tidak terkait batubara,” bantahnya.
Brassil mengatakan studi itu tidak menyarankan agar standar kesehatan
nasional terlampau selama studi dilakukan.
"Laporan ini tidak menyebut jumlah dan kualitas dari debu, dan tidak ada
bukti kalau menutup kereta bisa menjamin," katanya.
Sementara itu otoritas perlindungan lingkungan menyambut baik hasil studi
CTAG ini dan berjanji akan mempelajari lebih detail temuan mereka. Khususnya
mengenai isu debu kereta dan emisi dari kereta yang mengangkut batubara.
1. Analisa data kasus:
Pada kasus kedua ini mengenai debu halus yang mematikan juga
diproduksi dalam pembakaran batu bara buruk bagi kesehatan. Menurut penelitian
yang ditugaskan oleh Greenpeace, ada ancaman mematikan dari pembangkit
listrik tenaga batu bara. Debu halus menyebabkan bronkhitis kronis, asma,
gangguan sirkulasi dan kanker. Tidak hanya pada industri batu bara pada proses
industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi juga dapat
menimbulkan debu halus yang mengganggu kesehatan.
Akibat aktivitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya.
Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat
12. kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan
salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal
sebagai pencemaran udara.
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang
berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat.
Partikel debu dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu :
•
Debu organik
•
Debu mineral
•
Debu metal
Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu
dipengaruhi oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di
permukaan bumi. Partikel debu juga dapat membentuk “flok” sehingga ukurannya
menjadi lebih besar permukaannya cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini
membuat ukurannya menjadi lebih besar sehingga memudahkan proses
pengendapannya di permukaan bumi dengan bantuan gaya tarik bumi.
Ukuran partikel dapat menggambarkan seberapa jauh partikel dapat
terbawa angin, efek yang ditimbulkannya, sumber pencemarannya dan lamanya
masa tinggal partikel di udara.Berdasarkan lamanya partikel tersuspensi di udara
dan rentang ukurannya, partikel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall
(setteable particulate) dan suspended particulate matter (SPM). Dust fall adalah
partikel berbentuk lebih besar dari 10 µm. SPM adalah partikel yang ukurannya
lebih kecil dari 10µm dan keberadaannya terutama berasal dari proses industri dan
pembakaran.
Efek Negatif Akibat Debu Yang Diemisikan Oleh Suatu Industri
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit
pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk
atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang
13. banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi,
yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
Tabel Dampak Pencemaran Udara Berupa Partikel
No. Bahan Pencemar
Sumber
Akibat Pada Individu & Masyarakat
1. Debu - Partikel • Debu domestik • Menimbulkan
maupun
dari
industri
• Gas
iritasi
mukosa,
Bronchitis, menimbulkan fibrosis
paru.
buang • Dampak yang di timbulkan amat
kendaraan
membahayakan,
bermotor
meracuni sistem pembentukan darah
• Peleburan timah
hitam.
karena
merah.
• Menimbulkan
• Pabrik Baterai
dapat
gangguan
pembentukan sel darah merahPada
anak kecil menimbulkan penurunan
kemampuan otakPada orang dewasa
menimbulkan anemia dan gangguan
tekanan darah tinggi.
2 Benzen
• Kendaraan
• Menimbulkan
gangguan
syaraf
pusat.
bermotor.
• Daerah industri.
3 Partikel polutan • Daerah
yang • Pada pencemaran udara ruangan
bersifat biologis
kurang
berupa : Bakteri,
lingkungannya
jamur,
virus,
telur cacing.
bersih
yang ber AC dijumpai beberapa
jenis bakteri yang mengakibatkan
penyakit pernapasan.
14. Penanggulangan Pencemaran Udara
Penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara
mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan
mendispersikan polutan.
Tabel Penanggulangan Pencemaran Udara Berbentuk Partikel
Bahan Pencemar
1. Debu – partikel
2. Timah hitam (Pb)
3. Benzen
4. Partikel
Penanggulangan
1. Membersihkan
(Scrubbing)
2. Menggunakan filter
Keterangan
Mempergunakan
cairan
untuk memisahkan polutan,
dalam
keadaan
alamiah
polutan 3. Mempergunakan Kolektor (turun hujan) maka polutan
bersifat biologis
Mekanis Program Langit partikel dapat turut dibawa
(bakteri,
Biru
virus,
cacing)
jamur,
telur 4. Menggalakkan
Penanaman Tumbuhan
bersama
scrubbing
air hujan.
ada
Alat
berbagai
jenis, yaitu berbentuk plat,
masif, fibrous dan spray.
Dengan filtrasi dimaksudkan
menangkap polutan partikel
pada permukaan flter. Filter
yang digunakan berukuran
sekecil mungkin.
Dengan
menggunakan
tenaga gravitasi dan tenaga
kinetis atau kombinasi untuk
mengendapkan
polutan
partikel. Sebagai kolektor
dipergunakan
gaya
sentripetal yang memakai
silikon.
partikel
Semakin
secepat
proses pembersihan
besar
mungkin
15. Program langit biru yang
dikumandangkan
oleh
pemerintah Indonesia adalah
mengurangi
pencemaran
udara, khususnya dari akibat
transportasi. Ada 3 tindakan
yang
dilakukan
pencemaran
terhadap
udara
akibat
transportasi yaitu mengganti
bahan
bakar,
mengubah
mesin kendaraan, memasang
alat-alat pembersih polutan
pada kendaraan.
Mempertahankan
paru”
kota
“parudengan
memperluas pertamanan dan
penanaman berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan
penangkal
udara.
sebagai
pencemaran
16. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran makalah di atas, kita telah mengetahui pengertian dasar
pencemaran udara, pengertian debu, sumber partikel debu, dampak partikel debu
bagi kehidupan manusia, cara pengendalian dan penanggulangan debu, kasuskasus yang terjadi akibat pencemaran tersebut dan analisanya.
Pencemaran udara yaitu adanya bahan – bahan atau zat – zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya.
Debu adalah partikel padat yang dapat disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau
mekanis yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses
pemecahan suatu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang diudara
(Suspended Particulate Matter / SPM ) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500mikron.
Dampak dari partikel debu diantaranya bagi kesehatan manusia yaitu dapat
menimbulkan iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada
paru-paru. Selain itu, partikel debu dapat mempengaruhi perubahan iklim serta
merusak kehidupan tumbuhan.
Adapun cara pengendalian dan penanggulangan debu yang dapat kita lakukan
yaitu berdasarkan dengan empat simpul. Empat simpul tersebut terdiri dari Simpul
I (pencegahan terhadap sumber), Simpul II (pencegahan dilakukan terhadap
media), Simpul III (pencegahan dengan memakai APD), dan Simpul IV
(pencegahan terhadap penderita).
B. Saran
Partikel debu merupakan salah satu penyebab pencemaran udara yang bisa
membahayakan bagi manusia, sehingga untuk meminimalisir terjadinya
pencemaran udara akibat partikel debu kita perlu melakukan pencegahan.
Pencegahan yang dapat kita lakukan diantaranya:
17. 1. Menggunakan pakaian pelindung dan juga masker debu.
2. Anak, orang lanjut usia, dan seseorang yang mengalami alergi atau
penyakit
yang
berhubungan
dengan
pernapasan disarankan
untuk
mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menghindari alergi maupun
iritasi.
3. Untuk menghindari pemaparan yang berlebihan, apabila sehabis bepergian
sebaiknya membersihkan diri (mencuci muka, tangan, dan kaki, mengganti
pakaian dan lain sebagainya).
4. Usahakan untuk meminimalkan paparan debu dengan membersihkan debu
sesering mungkin di dalam rumah. Semua lubang ventilasi atau pintu
harus sering ditutup.
5. Untuk membersihkan abu, berilah sedikit air pada abu vulkanik sebelum
diangkat menggunakan sekop. Jangan di sapu. Penyapuan abu vulkanik
kering akan menyebabkan abu terbang ke udara.
19. MAKALAH
“PENCEMARAN OLEH PARTIKEL DEBU”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Udara
Disusun Oleh :
Amar Ma’ruf
(P07133112001)
Anisa Rinawaningrum
(P07133112002)
Debora Sakti Aquilla
(P07133112010)
Dewanto Suwardi
(P07133112011)
Junaidi
(P07133112027)
Lukas Tri Kurniawan
(P07133112030)
Nunki Eka Artura Sari
(P07133112039)
Sri Ayu Wahyuni
(P07133112004)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
2013