3. Latar Belakang
● Menurut WHO (2021), Gangguan penglihatan merupakan salah satu masalah
kesehatan di dunia yang masih perlu diperhatikan dan diperkirakan sebanyak 2,2 milyar orang
mengalami gangguan penglihatan.
● Gangguan penglihatan dapat terjadi akibat adanya kelainan atau disfungsi pada
bagian/komponen yang menyusun sistem visual, termasuk nervus optik, dimana adanya
kelainan pada saraf optik dapat menyebabkan penurunan penglihatan secara mendadak.
● Diagnosis neuritis optik yang cepat dan akurat penting untuk membatasi terjadinya gangguan
kehilangan penglihatan dan kecacatan neurologis di masa depan.
5. Definisi
● Neuritis optik merupakan peradangan atau inflamasi yang terjadi pada saraf optik ditandai dengan
penurunan penglihatan secara mendadak
● Klasifikasi berdasarkan lokasi : neuritis optik retrobulbar, papilitis, neuroretinitis
6. Epidemiologi
● Secara global berkisar 1-5:100.000 populasi
● Lebih dari 70% pasien berjenis kelamin perempuan
● Lebih sering mengenai pasien dewasa muda dengan
rentang usia 20 - 40 tahun. Jarang terjadi pada usia <18
tahun atau >50 tahun
● Angka kejadian lebih banyak terjadi pada populasi di
belahan bumi utara daripada di daerah garis khatulistiwa
7. Etiologi
Lesi demielinasi multipel sklerosis, neuromyelitis optika, schilder’s disease, encephalitis periaxialis concentrica
Infeksi
herpes zoster, penyakit lyme, sifilis, infeksi meningokokus, penyakit cakaran kucing,
toksoplasmosis, dll
Parainfeksi
terkait sinusitis, post vaksinasi tuberkulosis, hepatitis B, rabies, tetanus, meningitis, anthrax,
measles, rubella, dan influenza
Non infeksi
sarkoidosis dan penyakit sistemik autoimun seperti lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa dan vaskulitis lainnya
Herediter
● Penyebab neuritis optik secara umum seringkali idiopatik dan banyak yang belum dapat
diidentifikasi secara pasti.
● Penyebab terbanyak yang diketahui adalah sebagai akibat dari adanya gangguan demielinasi
pada serabut saraf optik dan paling sering dikaitkan dengan penyakit multipel sklerosis
8. Patofisiologi
● Patofisiologi dari neuritis optik belum sepenuhnya diketahui,
namun proses patologi secara umum dari neuritis optik adalah
adanya inflamasi dan demielinasi dari saraf optik.
autoimun / infeksi
inflamasi
Pelepasan sel sitokin dan
mediator inflamasi
demielinasi penurunan konduksi saraf
9. Gejala Klinis
● Penurunan penglihatan secara akut/subakut (beberapa jam hingga hari),
unilateral
● Nyeri orbita diperberat dengan gerakan/penekanan pada mata
● Gangguan lapang pandang
● Penurunan penglihatan warna
● Fenomena uhthoff
10. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tajam penglihatan:
Penurunan visus 6/18 hingga 0
(no light perception)
2. Pemeriksaan pupil : relative afferent pupillary
defect atau RAPD)
15. Tatalaksana
● Terapi sesuai etiologi
● Pemberian kortikosteroid :
- Visus ≥ 20/40: observasi 2-3 minggu
- Visus ≤ 20/50: metilprednisolon 1 gram/hari secara iv selama 3 hari dilanjut
prednison oral 1 mg/kgBB/hari selama 11 hari lalu di-tapering off
● Modulasi imun
16.
17. Daftar Pustaka
Allen, R. dan Harper, R. (2016). Basic Ophthalmology. Edisi Ke-10. San Francisco: American Academy of Ophthalmology.
Amel, B., Al-Zubidi, N., Bhatti, T., dan Mortensen, P. (2022). ‘Diagnostic Approach to Atypical Optic Neuritis’. Eyewiki. [online] Tersedia:
https://eyewiki.aao.org/Diagnostic_Approach_to_Atypical_Optic_Neuritis [Diakses 26 Oktober 2022].
Bowling, B. dan Kanski, J. (2020). Kanski's Clinical Ophthalmology. Edisi Ke-9. United Kingdom: Elsevier.
Guier, C. dan Stokkermans, T., (2022). ‘Optic Neuritis’. StatPearls. [online] Tersedia: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557853/
[Diakses 26 Oktober 2022]
Hoorbakht, H., Bagherkashi, F. (2012) ‘Optic Neuritis, its Differential Diagnosis and Management’. The Open Opthalmology Journal. [online]
Tersedia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3414716/ [Diakses 26 Oktober 2022]
Ilyas, S. dan Yulianti, S. (2012) Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ke-4. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Khurana, A., Khurana, A., dan Khurana, B. (2019) Comprehensive Ophtalmology. Edisi Ke-7. London: The Health Sciences Publisher.
Osborne, B. dan Balcer, L. (2021) ‘Optic Neuritis’, [online] UpToDate. Tersedia
https://www.uptodate.com/contents/optic-neuritis-pathophysiology-clinical-featuresanddiagnosis#! [Diakses 24 Oktober 2022].
Panginikkod, S., Rayi, A., Cabrero, F., dan Rukmangadachar, L. (2022) ‘Uhthoff Phenomenon’, [online] NCBI. Tersedia
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470244/#_ncbi_dlg_citbx_NBK470244 [Diakses 25 Oktober 2022].
Riordan-Eva. (2018) ‘Neuro-ophthalmology’, dalam Riordan-Eva dan Augsburger (editor) Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. Edisi
Ke-19. New York: McGraw Hill Education.
Wilhem, H. dan Schabet, M. (2015) ‘The Diagnosis and Treatment of Optic Neuritis’, Deutsches Ärzteblatt International, 112, hal. 616-626.
Yogiantoro, M., Soehartono, G., dan Agustini, L. (2013) ‘Neuro-oftalmologi’, dalam Budiono, S., Saleh, T., Moestidjab, dan Eddyanto (editor)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press.