Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri anaerob dan proporsi gas metana pada proses pembentukan biogas dari feses sapi perah.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media RGCA menghasilkan proporsi gas metana lebih tinggi dibandingkan media NA karena kandungan nutrisi dan pH yang mendukung pertumbuhan bakteri metanogenik.
3. Analisis kualitas
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program yang mutlak harus diterapkan dalam setiap perusahaan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kerugian akibat kecelakaan, kerusakan sarana perusahaan, serta kerusakan lingkungan. Penerapan K3 di lingkungan PT. Petrokimia Gresik sebagai usaha penjabaran Undang – undang No. 1 tahun 1970 dan peraturan mengenai K3 yang lainnya dalam rangka perlindungan terhadap seluruh aset perusahaan, baik sumber daya manusia (SDM) maupun faktor produksi yang lainnya.
Laporan Akhir KKN UNUSIDA Berdaya di desa Bluru Kidul afia deifitita
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo merupakan salah satu implikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. KKN bagi mahasiswa diharapkan dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang baru untuk menambah pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran hidup bermasyarakat. Apalagi pada saat pandemi COVID- 19 ini mahasiswa diharapkan dapat membantu memutus tali rantai COVID- 19
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1. RESUME JURNAL
BY :
AFIA DEIFTITA
JUDUL JURNAL
“ ANALISIS JUMLAH BAKTERI
ANAEROB DAN PROPORSI GAS
METANA PADA PROSES
PEMBENTUKAN BIOGAS DARI
FESES SAPI PERAH DALAM
TABUNG HUNTGATE TUBE“
Disusun Oleh :
E. Selvia Lestarie : Alumni fakultas
Peternakan
Yuli Astuti Hidayati : Staff Pengajar fakultas
Peternakan
Wowon Juanda : Staff Pengajar fakultas
Peternakan
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JUDUL DAN NAMA
2. Biogas merupakan gas yang dihasilkan
oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi
anaerob dari bahan organik.
Pemanfaatan feses sapi perah segar
untuk pembuatan biogas memiliki beberapa
keuntungan salah satunya yaitu mengurangi
pencemaran lingkungan akibat limbah
peternakan sapi perah. Didalam proses
pembentukan biogas terdapat tiga tahapan
yaitu :
• Tahapan hidrolisis
• Tahapan pengasaman (asidogenik)
• Tahapan metanogenik
PENDAHULUAN TUJUAN
Mengetahui jumlah bakteri
anaerob dan proporsi gas
metana pada proses
pembentukan biogas dari
feses sapi perah dalam
tabung hungate
TUJUAN
3. Penelitian eksploratif dengan penjabaran secara
deskriptif dengan menggunakan pengenceran 10-
2 untuk penanaman bakteri pada dua media yang
berbeda (media NA dan RGCA)
METODE
METODE
4. A. Sterilisasi media dan alat
Sterilisasi Bahan media dengan menggunakan autoclave dan mengatur suhunya sampai 1210 Celcius
dengan tekanan 1 atm dan mengatur timer 15 menit. Sedangkan untuk alat strerilisasi dengan
menggunakan oven 150o Celcius selama 30 menit
B. Persiapan dan prosedur pembuatan media (pengenceran sampel dan pembuatan media penanaman bakteri
anaerob)
Media minimalis (nutrient agar )
1. memasukkan nutrien agar (NA) 2 gram, lactose broth 0,78 gram, aquades 60 mililiter, resazurin 0,1
mililiter dan cairan isi rumen 40 mililiter, ke dalam labu erlenmayer
2. Memanaskan diatas Hot Plate Stirer, dan mengaduknya sampai homogen atau hampir mendidih.
3. Memasukkannya kedalam Tabung Hungate masing-masing 10 miliiter untuk media tegak
4. Mensterilkan dengan autoclave dengan temperatur 121o Celcius dengan tekanan 1 Atmospher (atm)
selama 15-30 menit dan biarkan tabung dalam keadaan berdiri
5. Media didinginkan 45o C – 60o C pada water bath
6. Membebaskan media dari oksigen dengan cara mengalirkan mix gas H2 dan CO2
TAHAPAN
Persiapan dan prosedur pembuatan media (pengenceran sampel dan pembuatan media
penanaman bakteri anaerob)
5. Media diperkaya (rumen fluid-glucose-celobiose-agar (RGCA))
1. Memasukkan 7,5 mililiter larutan mineral I (K2HPO4 0,6 gram dan aquades 100 mililiter), 7,5
mililiter larutan mineral II (NaCl 1,2 gram (NH4)2SO4 1,2 gram, KH2PO4 0,6 gram,
MgSO4.7H2O 0,25 gram, aquades 100 mililiter) glukosa 0,05 gram, sellobios 0,05 gram,
resazurin 0,1 mililiter, bacto agar 2 gram, cairan isi rumen 40 mililiter dan aquades 50 mililiter
ditempatkan dalam labu erlenmayer
2. Memanaskan di atas Hot Plate stirrer. Setelah panas masukkan sistein HCl.H2O 0,05 gram dan
larutan natrium karbonat (Na2CO3) 5 mililiter
3. aduk sampai homogen. Memasukkan ke dalam tabung hungate masing-masing 10 mililiter
4. Disterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121°C tekanan 1 atm selama 20 menit
5. Media didinginkan 45°C - 60°C pada water bath
6. Membebaskan media dari oksigen dengan cara mengalirkan mix gas H2 dan CO2
Peosedur pembuatan larutan pengencer
1. Mencampurkan 7,5 mililiter larutan mineral I, 7,5 larutan mineral II, resazurin 0,1 mililiter dan
aquades 100 mililiter dalam labu erlenmayer
2. panaskan di atas Hot Plate stirrer
3. aduk hingga homogen
4. masukkan ke dalam tabung reaksi masing masing 4,5 mililiter
5. sterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121C tekanan 1 atm selama 20 menit
6. 7. Pengencer didinginkan 45C - 60C pada water bath
8. Membebaskan pengencer dari oksigen dengan cara memasukkan gas CO2 dan H2O
C. Pengambilan sampel
Pengambilan feses dilakukan tiap minggu di ulang sebanyak 3 kali. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling karena cara pengambilan sampel dari feses sapi perah dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut serta
populasi dianggap homogen
7. Penghilangan
oksigen dari
kandungan gas
Penghilangan o2
dari media dan
larutan pengencer
Inokulasi
(kondidi stiril
dan tanpa o2)
Specimen (sampel
yang diencerkan
10-1 dan 10-2)
Pemutaran pada
tabung hungate
5-10 m
Prosedur penelitian
o Persiapan cairan rumen
o Pengenceran perhitungan kultur sampel
o Metode kulturasi pada bakteri anaerob pada feses sapi
Metode anaerobik
(HUNGATE 1950)
Metode roll tube
(HUNGATE 1956)
Inkubasi
(2,5,10,14)
suhu 37o C
Perhitungan
koloni
Analisis kualitas
dan kuatitas
menggunakan Gas
Crhomatography
10. Menunjukan rataan jumlah bakteri anaerob yang tumbuh pada dua media yang berbeda, yaitu
media NA dan RGCA
Pertumbuhan bakteri yang tertinggi pada hari ke dua, 338x102 Cfu/ml pada media NA dan
247x102 Cfu/ml pada media RGCA
Rataan jumlah bakteri terendah yaitu pada hari terakhir yaitu 143x102 Cfu/ml pada media NA
dan 113x102 Cfu/ml media RGCA
Bahwa rataan jumlah bakteri anaerob mengalami penurunan dari hari kedua sampai hari ke
empat belas
Penurunan jumlah bakteri dapat terjadi karena kondisi lingkungan dan ketersediaan nutrisi
yang semakin berkurang pada media (sesuai dengan Koumanova (2008), yang menyatakan
bahwa nutrisi dianggap sebagai faktor utama yang memengaruhi mikoorganisme dalam
produksi biogas )
11.
12. a) hasil analisis biogas untuk mengetahui proporsi gas metana pada media NA dan RGCA dengan
menggunakan alat Gas Chromatoghrafy (GC)
b) Proporsi gas metana mulai mengalami peningkatan pada hari kelima yaitu 2,39% (media NA)
dan 7,90 % (media RGCA). Kemudian gas metana terus mengalami peningkatan sampai hari ke
empat belas pada media RGCA yaitu 10,47% sedangkan pada media NA mengalami penurunan
pada hari ke empat belas yaitu 1,06%
c) Hal ini berkaitan erat dengan nutrisi dan ketersediaan bahan organik yang terdapat dalam
media, dan juga berkaitan dengan biomassa bakteri metanogenik yang terdapat didalamnya
d) Jumlah bakteri metanogenik akan berbanding lurus dengan produksi gas yang dihasilkan.
Bakteri tersebut adalah bakteri metanogenik penghasil gas metana
e) Rataan jumlah bakteri anaerob pada media RGCA lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri
pada media NA, namun persentase gas metana pada media RGCA lebih tinggi (10,47%)
dibandingkan media NA (2,39%)
f) Hal ini diduga, karena jumlah bakteri anaerob yang terdapat pada media NA lebih banyak
bakteri non-metanogen, sedangkan pada media RGCA lebih banyak terdapat bakteri
metanogennya (pendapat Milono (1981) yang menyatakan bahwa terdapat empat jenis bakteri
anaerob yang berperan dalam memproduksi gas metana yaitu, Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina)
g) Lebih banyaknya bakteri metanogenik yang terdapat didalam media RGCA disebabkan oleh
terakumulasinya bakteri metana (awal) dan gas metana yang berasal dari feses dengan bakteri
metanogenik yang tumbuh setelah masa inkubasi berlangsung (Christy P. Merlin, dkk., (2014)
yang menjelaskan bahwa bakteri metanogenik yang terbawa oleh feses yang dikeluarkan oleh
hewan ternak masih dapat menghasilkan gas metana yang dihasilkan dari proses anaerob dari
dalam rumen )
13.
14. Menunjukan tingkatan persentase gas metana dari masing-masing media
Persentase gas metana yang tertinggi berada pada media RGCA, hal ini dikarenakan adanya penambahan
Na2CO3 (buffer) dalam komposisi media tersebut, yang dapat mempercepat laju pembentukan biogas dan
mampu untuk mempertahankan pH agar berada pada range yang tepat untuk pertumbuhan bakteri
metanogenik, sehingga produksi gas metana lebih tinggi. (Milono (1981) yang menyatakan bahwa kegagalan
proses pencernaan anaerobik dalam digester biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri
metanogenik terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7)
yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik)
Kondisi keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8 sampai 8 (Merkel (1981) yang
berpendapat bahwa bakteri metanogenik membutuhkan lingkungan pH netral sampai dengan agak basa (6,8-
8,5) untuk menghasilkan gas metana)
Penambahan buffer mengakibatkan pH medium berada pada range tumbuh bakteri metanogenik tersebut,
sehingga produksi biogas dapat berjalan terus menerus. Sebab bakteri pembentuk gas metana secara signifikan
terhambat aktivitasnya pada pH dibawah 6,6 (Merkel, 1981).
15. PENELITI
PENDAHULU
• Hungate 1950 : Metode Anaerobik
• Hungate 1969 : Metode roll tube
• Koumanova 2008 : yang menyatakan bahwa nutrisi dianggap sebagai faktor utama yang memengaruhi mikoorganisme
dalam produksi biogas
• puspitasari dkk : yang berpendapat bahwa terdapat selang waktu yang dibutuhkan bagi sel bakteri untuk membelah diri,
selang waktu tersebut dikenal sebagai waktu generasi
• Milono 1981 :yang menyatakan bahwa kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester biogas bisa dikarenakan
tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam
(pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik
• Markel 1981 :yang berpendapat bahwa bakteri metanogenik membutuhkan lingkungan pH netral sampai dengan agak basa
(6,8-8,5) untuk menghasilkan gas metana.
• Christy P. Merlin, dkk., (2014) yang menjelaskan bahwa bakteri metanogenik yang terbawa oleh feses yang dikeluarkan
oleh hewan ternak masih dapat menghasilkan gas metana yang dihasilkan dari proses anaerob dari dalam rumen. Hal ini
terbukti dari penelitian yang telah dilakukan
• Christy P. Merlin, dkk (2014) mengenai dinamika pertumbuhan bakteri, bahwa pada hari ke nol (pertama) dilakukannya
inkubasi telah terdapat bakteri Methanobacterium, spp. dan Methanosarcina, spp. yaitu golongan bakteri yang termasuk
kedalam bakteri metanogen
16. Deistrelisasi di
Autoclave
Media di
dinginkan
Membebaskan
media dari o2
Memanaskan di
hot plate stirer
innert Aduk hingga
Homogen
Media diperkaya (rumen fluid-glucose-celobiose-agar (RGCA))
Peosedur pembuatan larutan pengencer
Deistrelisasi di
Autoclave
Media di
dinginkan
Membebaskan
media dari o2
Memanaskan di
hot plate stirer
innert Aduk hingga
Homogen
17. Pembentukan biogas meliputi 4tahap, tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap pembentukkan
gas metan (CH4). Pada tahap pengasaman, hanya bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan
asam yang mampu bertahan hidup
18. GCMS = Spektrometri massa adalah suatu
metode untuk mendapatkan berat molekul
dengancara mencari perbandingan massa
terhadap muatan dari ion yang muatannya
diketahui denganmengukur jari-jari orbit
melingkarnya dalam medan magnetik
seragam
19.
20. Mekanisme Kerja
Sampel diuapkan di bawah vakum dan dionkan denganmenggunakan berkas elektron
Ion sampel dipercepat denganmenggunakan medan listrik memasuki tabung
penganalisis di mana mereka dilalukandalam suatu medan magnet
Medan magnet akan merubah jalan/lintasan dari ion-ion
Dalam kekuatan medan magnet yang diberikan, hanya ion-ion dengan
ratiomassa/muatan tertentu akan difokuskan ke detector, sedang ion-ion yang lain
akandibelokkan ke dinding tabung
Dengan memvariasi kekuatan medan magnet yangdigunakan, maka ion dengan m/z
lebih besar akan mencapai detektor lebih duludiikuti m/z yang lebih kecil
Arus listrik yang diterima detektor akan diperkuat danspektrum massa dari sampel
akan direkam
21. Kromatografi gas (GC) merupakan jenis
kromatografi yang digunakan dalam kimia
organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat
digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan
tertentu, atau memisahkan berbagai komponen
dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat
membantu dalam mengidentifikasi sebuah
senyawa kompleks.