SlideShare a Scribd company logo
Institut Pertanian Boger'
Fakultas Matematika dan
IImu PengetahuanAlam
ISBN: 978-979-95093-8-3
Seminar Nasional Sains V
10 November 2012
Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam 

Bidang Energi, Lingkungan dan Pertanian 

Berkelanjutan 

Prosiding 

Dewan Editor
Dr. Kiagus Dahlan 

Dr. Sri Mulijani 

Dr. Endar Hasafah Nugrahani 

Dr. Suryani 

Dr. Anang Kurnia 

Dr. Tania June 

Dr. Miftahudin 

Dr. Charlena 

Dr. Paian Sianturi 

Sony Hartono Wijaya, M Kom 

Dr. Tony Ibnu Sumaryada 

Waras Nurcholis, M Si. 

Dr. Indahwati 

Drs. Ali Kusnanto, M Si. 

Fakultas Matematika dan 

IImu Pengetahuan Alam 

Institut Pertanian Bogor
2012
II
Copyright© 2012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pel1anian Bogor
Prosiding Seminar Nasional Sains V " Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam Bidang Energi.
Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan" di Bogor pada tanggal 10 November 2012
Penerbit: FMIPA-IPB, lalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp/Fax: 0251-862548118625708
http://fmipa.ipb.ac.id
Terbit 10 November 2012
xi + 866 halaman
ISBN: 978-979-95093-8-3.
111
Kimia 

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 541
'I.,
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH 

TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERAT MENGGUNAKAN TEKNIK 

LANDFARMING
Charlenal), Zainal Alim), Abdul Haris21, Fajar Kurniawan)
I)Oepartemen Kimia FMIPA IPB
karlena22Cwyahoo.com
2) PPPTMGB LEMIGAS
ABSTRAK
Bioremediasi merupakan salah satu alternatif pengolahan tanah tercemari minyak.
Dalam penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan teknik lamlfarming terhadap
tanah yang tercemari limbah minyak bumi fraksi bera!. Sampel tanah tersebut
dicampur dengan tanah liat dan alau pupuk kompos dengan tambahan bakteri
(bioaugmentasi) dan tanpa tambahan bakteri (biostimulasi). Bakteri yang digunakan
merupakan konsorsium bakteri dari kotoran sapi dan kuda. Pengamatan dilakukan
terhadap pH, kadar air, suhu, dan hidrokarbon minyak bumi total (TPH) untuk
melihat terjadinya biodegradasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel yang
dicampur dengan pupuk kompos (1: 1) secara bioaugmentasi memberikan ni lai pH.
kadar air, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuh3n bakteri (berturut-turut 6.5, 25%,
d3n 35°C) sehingga mampu menurunkan nilai TPH sebesar 48%. Penurunan tersebut
menunjukk3n bahwa perlakuan tersebut merupakan y3ng terbaik untuk bioremediasi
dalam pekerjaan ini. Analisis hidrokarbon dari campuran tanah-kompos tersebut
setelah 16 minggu menggunakan kromatogafi gas-spektroskopi massa menunjukkan
penurunanjumlah hidrokarbon berbobot molekul besar.
Kata kunci: bioremediasi, senyawa hidrokarbon. lalld/arming, limbah minyak berat
PENDAHULUAN
Pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi
kesehatan. Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon yang
sangat rendah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan [10). Berbagai kegiatan
eksplorasi, eksploitasi, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak
mentah maupun minyak olahan berpotensi untuk teIjadinya kebocoran dan tumpahan
minyak ke lingkungan (Pertamina 2005 yang diacu dalam Budianto [3]). Tanah yang
terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta menurunkan estetika.
Limbah minyak bumi dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 128 Tahun 2003 [8]. 01eh karena
itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan terhadap tanah yang terkontaminasi
Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor. 10 November 20J2 673
minyak. Hal ini dilakukan untuk meneegah penyebaran dan penyerapan minyak ke dalam
lanah.
Pengolahan limbah minyak bumi dapal dilakukan dengan eara fisika, kimia dan
biologi. Salah satu alternalif yang dikembangkan saal ini adalah proses bioremediasi yang
merupakan metode ramah lingkungan, cukup efeklif dan efisien serta ekonomis [9].
Penanganan lahan tercemar minyak bumi menggunakan bioremediasi dilakukan dengan
cara memanfalkan mikroorganisme untuk menurunkan kOllsentrasi alau daya racun bahan
peneemar. Kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi hidrokarbon telah
digunakan sejak lahun 70-an dan 80-an pada lahan pertanian lempal pembuangan minyak
[2].
Penelitian dilakukan pada tanah tercemar Iimbah minyak bumi yang berasal dan
ladang minyak daerah Duri, Riau. Limbah lersebul diolah dengan bioremediasi dan
dianalisis kandungan tolal petroleliin hydrocarbon (TPH). Hem)' oil waste (HOW) ini
yang akan diberi perlakuan menggunakan melode land(arming. Hasil pengolahan limbah
tersebut menghasilkan perubahan senyawa hidrokarbon dan ranlai karbon panjang
menjadi pendek. Keberhasilan proses degradasi dicirikan menggunakan instrumen
kromatografi gas spektroskopi massa (GC-MS). Proses degradasi yang baik akan
menghasilkan kandungan TPH di bawah 1% dellgan jumlah C pada ranlai hidrokarbon
tidak lebih dari sepuluh [8].
Penelitian ini menentukan persen TPH pada tallah tercemar limbah minyak bera!
dan membandingkan perubahan senyawa hidrokarbon anlara sebelum dan sesudah proses
bioremediasi menggunakan GC-MS.
2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini terbagi dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah preparasi sampel.
Tahap kedua adalah perlakuan sampeJ dan lahap ketiga adalah analisis pH, suhu, kadar
air, TPH, dan pengukuran GC-MS.
2.1 Preparasi Sampel
Preparasi sampel, yaitu pengumpulan bahan baku berupa tanah yang tereemar
Iimbah minyak bumi, tanah liat, pupuk kompos, dan kOllsorsium bakten. Limbah lanah
digiling sehingga bentuknya menjadi kecil-kecil. Setela~ itu tanah liat dikeringkan
terlebih dahulu supaya mudah untuk dihaluskan. Sampel diberi perlakuan yang berbeda,
yang terdiri atas limbah minyak (HOW) kode A, limbah minyak (HOW) ditambah
674 Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012
kompos kode B, limbah minyak (HOW) ditambah tanah liat kode C, dan limbah minyak
(HOW) ditambah tanah liat dan kompos kode D dengan perbandingan yang berbeda-beda
dengan bobot keseluruhan 10 kg dan dimasukkan ke dalam wadah seperti Gambar l.
Komposisi perlakuan sampel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masing
perlakuan ada yang diperlakukan secara bioaugmentasi dengal1 dua kali pel1gulangan, dan
sebagai kontrol yang diperlakukan secara biostimulasi.
Gambar 1 Bioreaktor untuk bioremediasi tcknik lam((arming
Tabel 1 Komposisi perbandingan perlakuan sampel
Komposisi (kg)
Kode Tanah Keterangan
HOW Kompos
Liat
Al 10 0 0 Bioaugmentasi
AO 10 0 0 Biostimulasi
Bl 5 0 5 Bioaugmentasi
BO 5 0 5 Biostimulasi
Cl 5 5 0 Bioaugmentasi
CO 5 5 0 Biostimulasi
Dl 5 2.5 2.5 Bioaugmentasi
DO 5 2.5 2.5 Biostimulasi
Keterangan:
Bioaugmentasi adanya penambahan bakteri
Biostimulasi = tanpa penambahan bakteri
Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 20]2 675
2.2 AnaJisis TPH padat (US EPA [11])
Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 2.5 gram sampel
ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut
dimasukkan dalam radas Soxhlet dan diekstrak dengan pelarut n-heksana selama 4 jam.
Ekstrak yang diperoleh dihilangkan aimya menggunakan Na2S04 anhidrat sebanyak 10
gram kemudian dihilangkan lemaknya dengan silika gel sebanyak 10 h'fam. Ekstrak yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga kering. Labu yang tclah
kering dipanaskan dalam oven pada suhu 70 "C selama 10 menit kemudian didinginkan
dalam desikator dan ditimbang.
2.3 Pengukuran Struktur dengan GC-MS (US EPA [11])
Penentuan struktur dengan GC-MS dilakukan pada ml11ggu ke-O, dan ke-16.
Sebanyak 2.5 gram sampel ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Timbel
yang telah dibuat tersebut dimasukkan dalam soxhlet dan diekstrak dengan pelarut /1­
heksana selama 4 jam. Ekstrak yang diperoleh dihilangkan aimya menggunakan Na}S04
anhidrat sebanyak 10 gram kemudian dihilangkan lemaknya dengan silika gel sebanyak
10 gram. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga
kering. Ekstrak dan labu dicuci kembali dengan pelarut awal kemudian dimasukkan
dalam tabung kecil. Ekstrak tersebut kemudian diinjeksi ke dalam alat GC-MS.
3 IIASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis pH
Nilai pH mempengaruhi kemampuan mikroorganismc dalam menjaga
kelangsungan aktivitas-aktivitas seluler, transpor membran sel, dan kesetimbangan reaksi
yang dikatalis enzim-enzimnya. Berdasarkan pengukuran pH yang dilakukan setiap
minggu, pH yang terukur berkisar antara 4.00-7.00. Menurut Cookson (4) pH yang
optimum bagi pertumbuhan bakteri adalah 7 dan memiliki rentang pH antara 4 dan 10,
sedangkan untuk oksidasi nitrogen dan fennentasi metana berkisar antara 6 sampai 8.
Degradasi hidrokarbon lebih cepat bila dilakukan pada kondisi pH di atas 7 dibandingkan
dengan pH di bawah 5. Perlakuan pada sampel A dan C mengalami penurunan pH di
bawah 5 yang menghambat proses degradasi, sedangkan pada perlakuan sampel B dan D
kondisi pH tidak berada di atas 7 tetapi tidak sampai pada pH di bawah 5. Hal ini
disebabkan adanya penambahan pupuk kompos yang bersifat netral. Pada semua sampel
676 Prosiding Seminar Nasional Saills V, Bogor, 10 November 2012
berkisar antara 30-90%.
3.3 Analisis Suhu
untuk degradasi
tetjadi peningkatan konsentrasi bahan organik yang akan menurunkan alkalinitas larutan,
sehingga perlu ditambahkan CaC03 untuk mengembalikan pH larutan kembali nonna!.
Kecenderungan penurunan pH teramati pada setiap sampel dengan nilai
penurunan yang hampir sama. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa akumulasi asam­
asam organik sebagai hasil akhir metabolisme meningkat seiling dengan bertambahnya
waktu inkubasi.
3.2 Analisis Kadar Air
Kelembaban sangat penting untuk hidup, tumbuh dan aktivitas metabolik
mikroorganisme. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan setiap minggu, rerata kadar air
yang terukur pada sampel A, B, C, dan D bioaugmentasi berturut-turut sebesar 9[%, 27%,
10%, dan 16%, sedangkan untuk sampel A, B, C, dan D biostimulasi berturut-turut
sebesar 10%, 24%, 8%, dan 16%. Nilai yang bervariasi ini diakibatkan karena perbedaan
perIakuan pada tiap sampe!. Setiap minggunya dilakukan penambahan air pada sampcl
secara teratur. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada sampel A yang hanya berupa
tanah liat yang tercemar Jimbah memiliki kapasitas menyimpan kadar air berkisar 10'%,
untuk sampe B yang menggunakan campuran kompos paling baik daJam menyimpan
kadar air, karena kompos memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah
liat. Namun, kadar air sampel C lebih rendah dibandingkan dengan sampe A. Hal ini
disebabkan campuran tanah Iiat memberikan penambahan bobot kering sehingga kadar
airnya menurun. Untuk sampel D kadar aimya lebih kecil dibandingkan dengan sampel B,
tetapi lebih besar jika dibandingkan dengan sampel A dan C. Hal ini dikarenakan pada
sampel D adanya penambahan kompos.
Menurut Fletcher [7] selama bioremediasi, jib kandungan air terJalu tinggi akan
berakibat sulitnya oksigen untuk masuk ke dalam tanah, sedangkan tanpa air
mikroorganisme tidak dapal hidup daJam limbah minyak. Menurut Dibble dan Bartha [6]
kadar air yang dibutuhkan bakteri ul1luk metabolisme dalam mendegradasi hidrokarbon
Pada proses degradasi, suhu akan mempengaruhi terhadap sifat fisik dan kimia
komponen-komponen minyak, kecepatan degradasi oleh mikroorganisme, dan komposisi
komunitas mikroorganisme. Berdasarkan pengukuran suhu yang dilakukan setiap minggu,
suhu yang tcrukur berkisar antara 27-51 0c. Menurut Leahiy dan Colwell (1990) suhu
hidrokarbon yang optimal adalah 30-40 dc. Pada suhu rendah.
Prosiding Seminar Nasional Saills V. Bogor, 10 November 2012 677
2000
viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang 

bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses 

biodegradasi akan terhal11bat. Begitu juga pada suhu tinggi akan menghambat proses 

degradasi, karena dapat menyebabkan bakteri mati. Efek penghal11batan tersebut juga 

disebabkan oleh penurunan aktivitas enzim l11ikrobial. 

2000 ­
l :::[1~~__-..:r 1000
......
00
ooo+-------~----~------~------_, ooo+i-------r------~------~----__.
o 10 15 20 o 10 15 20
minggu minggu
-+- bloaugmentasi ' biostimulas! ....... bioaugmentasi biostlmulasi
(a) (b)
o 10 15
minggu
2000
15001500 1 :f'.
;; 1000 •
:: ~.'*- >" .• '''. "
500 1 ---.--''-.r-" "--..,.
000 +-i--------------~------~.---~
20 o 10 15 20
minggu
-+- bioaugmentasl biostimuiasl
...- b·caugmentasl
(c) (d)
Gambar 2 Perbandingan nilai TPH bioaugmentasi dan biostimulasi sclama 16 minggu
sampel A(a), sampel B (b), sampel C (c),dan sampel 0 (d)
3.4 Analisis TPH
TPH l11erupakan faktor penting untuk melihat keberhasilan degradasi
hidrokarbon minyak bumi. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu. Pada sampel AO yang
terdiri atas HOW saja tanpa ada penambahan bakteri TPH awal yang terukur
menunjukkan 11ilai 15.84% dan di akhir pengukuran sebesar 13.43%. Penurunan TPH ini
tennasuk rendah karena pada AO hanya HOW saja yang mengandalkan bakteri
indigenous yang berasal dari HOW itu selldiri.
Sampel Al yang terdiri atas HOW dengan penambahan konsorsium bakteri nilai
TPH awal yang terukur sebesar 15.32% dan akhir pengukuran 12.61% (Gambar 2a).
678 Prosiding Semillar Nasiollal Sallls V, Bogor, LO November 2012
Penurunan TPH pada A I lebih baik daripada AO. Hal ini disebabkan adanya penambahan
bakteri pada Al sehingga proses degradasi lebih baik.
Pada sampel B menggunakan campuran kompos. Kompos ini bisa dijadikan
media yang baik untuk kehidupan bakteri karena terdapat nutrien yang bisa digunakan
sebagai bahan makanan. Selain itu. di dalam kompos juga terdapat bakteri.
Sampe BO yang terdiri atas HOW dengan pellcampuran kompos tanpa adanya
penambahan bakteri TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 12.84% dan diakhir
pengukuran sebesar 7.82%, sedangkan pada sampel B I yang terdiri atas HOW dengan
pencampuran kompos dan penambahan konsorsium bakteri nilai TPH awal yang terukur
sebesar 11.96% dan akhir pengukuran 6.22% (Gambar 2b). Penurunan TPH pada Bl
paling baik dibandingkan dengan perlakuan lain, karena adanya nutrien dan penambahan
bakteri.
Sampel CO yang terdiri atas HOW dengan pencampuran tanah liat taupa aeIanya
penambahan bakteri TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 6.69% dan diakhir
pengukuran sebesar 6.54%. Adanya perlakuan deugan penambahan tanah liat ini untuk
mengkondisikan dengan suasana asalnya di daerah Ouri Riau, sedangkan pada sampel C I
yang tcrdiri atas HOW dengan pencampuran tanah liat dan penambahan konsorsium
bakteri nilai TPH awal yang terukur sebesar 8.73%) dan akhir pengukuran 5.78% (Gambar
2e). Penurunan TPH yang tidak terlalu tinggi pada perlakuan C bisa dimungkinkan karena
tanah liat tingkat porositasnya lebih keeil daripada kompos, sehingga penyebaran nutrien
tidak mudah teIjadi.
Sampel DO yang terdiri atas HOW dengan pencampuran tallah liat dan kompos,
tanpa adanya penambahan bakteri. TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 6.69% dan
diakhir pengukuran sebesar 5.53%, sedangkan padasampel 0 I yang terdiri alas HOW
dengan pencampuran tanah Iiat, kompos dan penambahan konsorsium bakteri, nilai TPH
awal yang terukur sebesar 6.52% dan akhir pengukuran 4.87% (Gambar 2eI). Hasil
penurunan TPH pada sampel 0 lebih baik dibandingkan dengan sampel C. Hal ini
disebabkan pada sampel 0 ada penambahan kompos yang kaya akan nutrien dan bakteri.
Hasil pengukuran TPH secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penurunan TPH pada sampel A paling rendah, untuk bioaugmentasi sebesar 17.69% dan
biostimulasinya 15.21 %. Hal ini disebabkan pada sampel A hanya terdiri limbah saja.
Penurunan TPH terbesar teIjadi pada sampel B, untuk sampel bioaugmentasi B1 sebesar
48% dan biostimulasi BO sebesar 39.10%. Hal ini disebabkan adanya penambahan
kompos yang didalamnya kaya akan unsur hara dan bakteri dapat beketja lebih baik
Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 679
karena kondisi lingkungan pada sampel B yang lebih baik danpada sampel lainnya, yaitu
rerata pH, kadar air dan suhu berturut-turut 6.5, 25%, dan 35° C. Pada sampel B 1
penurunan lebih baik karena adanya penambahan bakteri. TPH yang terukur pada semua
sampel menunjukkan grafik naik turun. Hal ini disebabkan ketja mikroorganisme yang
berbeda-beda. Biodegradasi minyak bumi oleh mikroorganisme bisa tetjadi di bawah
kondisi aerobik maupun anaerobik, dan aktivitas degradasi tersebut merupakan reaksi
yang umum tetjadi di alam. Kondisi lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi
perbedaan aktivitas mikroorganismenya dalam mende/:,rradasi senyawa polutan. Menurut
Daubaras dan Chakrabarty [5], perubahan kondisi lingkungan juga akan mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme di dalamnya. Aktivitas tersebut meningkat karena adanya
ekspresi gen-gen tertentu untuk memproduksi enzim-enzim yang sesuai.
Terdapat perbedaan pada semua sampel antara hasil bioaugmentasi dengan
biostimulasi. Untuk mengetahui hasil perlakuan dilakukan uji ragam (anova).
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, secara keseluruhan perbedaan bioau!:,'1nentasi
dengan biostimulasi tidak signifikan, tapi terbukti pada hasil akhir TPH pada
bioaugmentasi lebih rendah dibandingkan dengan biostimulasi.
3.5 Perubahan Senyawa Hidrokarbon
Berdasarkan data kromatogram hasil GC-MS dapat dilihat perubahan senyawa
hidrokarbon dari luas puncak yang terukur. Penentuan senyawa hidrokarbon berdasarkan
data yang terdapa! pada librw}' menggunakan CAS Number. Hasil identifikasi sampel
senyawa dari libmry dipilih yang memiliki kemiripan lebih dari 90.
Perubahan senyawa hidrokarbon pada keseluruhan sampel dapa! dilihat pada
Lampiran 7. Pada semua sampel proses biodegradasinya cukup beragam. Pada
pengukuran awal teridentifikasi senyawa hirdrokarbon dari C-6 sampai C-35. Setelah
pengukuran pada minggu ke-16 atau akhir banyak senyawa berubah. Pada data
kromato!:,rram dapat dilihat penurunan kelimpahan atau abundallce. Hal ini menunjukkan
tetjadinya proses degradasi senyawa hidrokarbon.
Pada degradasi n-alkana penyisipan molekul oksigen ke dalam struktur
hidrokarbon tetjadi pada gugus metil tenninal maupun subtenl1inal. n-alkana dioksigenasi
menjadi alkohol kemudian menjadi asam karboksilat, yang selanjutnya akan dilakukan
pemisahan dua unit karbon secara berkesinambungan dan dikenal dengan sekuen p­
oksidasi [4].
Prositlillg Semillar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012680
Sampel A
heksametilsiklotrisiloksana
dodekana
Perubahan senyawa hidrokarbon pada sampe A hampir sama dengan sampel C.
Begitu juga dengan sampel B mirip dengan sampel O. Oari semua sampel yang paling
rendah mengalami perubahan, yaitu sampel A. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran
diakhir, masih terdapat hidrokarbon rantai panjang, contohnya docosana (C-22) dengan
luas puncak 0.25%.
Pengukuran pada minggu akhir banyak senyawa yang hilang. Walaupun pada
sampel A dan C teIjadi perubahan luas puncak, tetapi tidak terlalu signifikan, sedangkan
pada sampel B dan 0 teIjadi perubahan luas puncak yang signifikan. Hilangnya senyawa­
senyawa pada akhir pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Senyawa yang hUang pada akhirpengukuran
tetrahidro 2-5 dimelil
furan dimetil furan dimetil furan sikloheksasi!oksana
oktametil siklotetra
siloksana
oktametil siklotetra
siloksana
dekametil
siklopentasiloksana
tetradekana
pentatriakontana tetradekana tetradekana pentadekana
metiJ heksadekal10at pentadekana pCl1tadekana heksadekana
heksadekana heksadekana heptadekana
heptadekana pentatriakontana oktadekana
oktadekana dokosana pentatriakontana
pentatrikontana I-nonadekana nonadekana
nonadekana
meti!
JJekSadekalJoat
metil heksadekanoat eikosana
eikosana heneikosana
heneikosana dokosana
dokosana I-nonadekana
-nonadekana
Tabel3 Senyawa yang muncul pada akhir pengukuran
Sampel D
Sampel B 	 Sampel C
heksametilsiklotrisiloksana heptana
toluena
toluena
oktametilsiklotetrasiloksana 	 benzentiazola
1,3
metiloktadekanoat dimetilbenzena
Hilangnya senyawa tersebut karena teIjadi proses degradasi. Pada sampel A dan
C tidak terlalu banyak senyawa yang hilang. Pada sampel A hanya 4 senyawa yang hilang
Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 20]2 	 681
dan 8 senyawa pada sampel C. Pada sampel B yang merupakan penurunan TPH paling
baik ditemukan banyak senyawa yang hilang (14 senyawa). Hal ini disebabkan bakteri
bekeIja lebih baik dan bakteri yang ada dalam kompos juga ikut mendegradasi
hidrokarboll.
Senyawa-senyawa yang hilang hasil degradasi ini memungkinkan adanya
senyawa baru yang muncul. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil akhir pengukuran.
Senyawa-senyawa tersebut sebagian besar memiliki memiliki panjang rantai C kurang
dari 10 di antaranya heksametil siklotrisiloksana (C-6), toluene (C-7), benzentiazola (C-7)
dan il-heptana (C-7). Senyawa-senyawa tersebut sulit didegradasi karena bersifat toksik
bagi mikroorganisme. Senyawa-senyawa yang muncul dapat dilihat pada Tabel 3.
Senyawa-senyawa yang masih terdapat pada akhir pengukuran dapat dikatakan
sebagai hidrokarbon yang sulit didegradasi oleh bakteri. Sebagai contoh pada sampel B
senyawa hidrokarbon alifatik, yaitu dodekametil sikloheksasiloksana dengan luas puncak
0.20% pada sampel A dengan contoh senyawa yang sama masih memiliki luas puncak
yang cukup besar, yaitu 1.61 (Yo.
4 SIMPlILAN DAN SARAN
PCl1urunan TPH terjadi pada semua sampel dan penurunan tcrbesar teIjadi pada
bioau!:,'lncntasi BI yang mcnggunakan campuran kompos sebesar 48%. Tetapi hasilmasih
jauh dari yang diharapkan karena kandungan TPH pada akhir masih lebih dari 4'%.
Terdapat pcrbedaan pada semua sampel antara hasil bioaub'lnentasi dcngan biostimulasi.
Waiaupun pcrbcdaan tidak teralu signiJikan, tapi. terbukti. pada hasil akhir TPH pada
bioaugmentasi lebih rendah dibandingkan dengan biostimulasi.
ldentifikasi awal menunjukkan bahwa semua sampel memiliki senyawa yang
sama. 	Hasil akhir menunjukan perubahan dengan hilangnya beberapa senyawa serta
perubahan luas puncak. Pada sampel B yang merupakan penurunan TPH paling baik
ditemukan paling banyak senyawa yang hilang.
5 DAFTAR PlISTAKA
[1] [AOAC] Association 	of Official Analytical Chemist. 1999. Official Methods of
Analysis Chemist. Washington: Association ofOffic.ial Analytical Chemist, Inc.
[2] Bossert lD, 	 Kosson DS. 1997. Methods for measuring hidrocarbon biodegradation in
soil. In Mannual ofEnvironmental Microbiology. ASM Pr. Washington. 738-'742.
Prositling Seminar Nasiollal Sains V. Bogor, 10 November 2012682
[3] 	 Budianto H. 2008. Perbaikan Lallan Terkont(lmin([si /vlinyak Bllmi Secara
Bioremediasi. Jakarta: Indonesia Em ironment Consultant.
[4] Cookson J1'. 1995. Bioremediation Engineering: Design and Application. New York:
McGraw-Hill.
[5] 	 Daubaras D, Chakrabarty AM. 1992. The Environment, Microbes and
Bioremediation: Microbial Activities Modulated by the Environment. J
Biodegradation 3: 125-135. K]uwer Academic Pb. Netherland.
[6] Dibble JT, Bartha R. 1979. Effect of environmental parameters on the biodegradation
of oil sludge. Applied Em'iron Microbial, 37:729-739,
[7] Fletcher RD. 1991. Practical Consideration During Bioremediation. di dalam Wise,
DL, DJ Trantolo. Remediation ofHa:!ardoltS Waste contaminated Soils. New York:
Marcel Dekker [ne.
[8] 	 [Kementrian Lingkungan Hidup Rcpublik Indonesia]. 2003. Kcputuslln Menten
Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tcntang Tataeara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi
Limbah Minyak Bumi seeara Biologis. Jakarta: Departemen Lingkungan Hidup.
[9] 	 Morgan P, Watkinson RJ, 1994, Biodegradatio/l (~f Compollellf Pe/roll/em. C
Railedge, editor. Biochemistry of Microbial Degradation. Netherlands: Kluwer
Academic Pb.
[10] Nugroho 	A. 2006. Biodegradasi sludge minyak bumi dalam skala mikrokosmos.
Makara tekJlologi 2: 82-89.
[11] [USEPAj United State Environmental Protection Agency. 1996. 	 A Citizen '5 Guide
to Bioremediatio1l. United State Environmental Protection Agency.
http:www.epa.gov
Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 	 683

More Related Content

What's hot

Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Nurmalina Adhiyanti
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
rramdan383
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukAnggi Dharma Roesadi
 
Kadar COD
Kadar CODKadar COD
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17
Hotma Purba
 
Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2
Nur Chawhytz
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
Muhamad Imam Khairy
 
Karakteristik air limbah
Karakteristik air limbahKarakteristik air limbah
Karakteristik air limbahEchi Chii
 
Tugas kesling
Tugas keslingTugas kesling
Tugas kesling
indosasmi
 
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Da'imatus Sholichah
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
U Lhia Estrada
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
mongolcs
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...diqki
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
UIN Alauddin Makassar
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
Muhamad Imam Khairy
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinmuhlisun_azim
 
Karakteristik limbah
Karakteristik limbahKarakteristik limbah
Karakteristik limbah
Fibrillian Zata Lini
 
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
HaInYoo
 

What's hot (19)

Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busuk
 
Kadar COD
Kadar CODKadar COD
Kadar COD
 
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17
 
Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
 
Karakteristik air limbah
Karakteristik air limbahKarakteristik air limbah
Karakteristik air limbah
 
Tugas kesling
Tugas keslingTugas kesling
Tugas kesling
 
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorin
 
Karakteristik limbah
Karakteristik limbahKarakteristik limbah
Karakteristik limbah
 
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
 

Similar to BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MENGGUNAKAN TEKNIK LANDFARMING

Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
rramdan383
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digesterIffa M.Nisa
 
Sidang Proposal Ta
Sidang Proposal TaSidang Proposal Ta
Sidang Proposal Ta
mah3ndr4
 
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativesuparman unkhair
 
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
afia deifitita
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetrando_suhendra
 
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
raharjo_kusuma
 
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANLAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
Hasanuddin University
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Lailan Ni'mah
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
ananganang17031998
 
Bioremediasi Bio Ling.
Bioremediasi Bio Ling.Bioremediasi Bio Ling.
Bioremediasi Bio Ling.
awarisusanti
 
Review jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industriReview jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industri
Nirmalayaladri
 
Review jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industriReview jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industri
Nirmalayaladri
 
Biogas kimter
Biogas kimterBiogas kimter
Biogas kimter
hutami mawdy
 
Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3
Lechyana Suharto
 
132799771 reaksi-biogas
132799771 reaksi-biogas132799771 reaksi-biogas
132799771 reaksi-biogas
ayubsetyajii
 

Similar to BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MENGGUNAKAN TEKNIK LANDFARMING (20)

Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digester
 
4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)4647 10527-1-pb (1)
4647 10527-1-pb (1)
 
Sidang Proposal Ta
Sidang Proposal TaSidang Proposal Ta
Sidang Proposal Ta
 
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
6563 15871-1-pb
6563 15871-1-pb6563 15871-1-pb
6563 15871-1-pb
 
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
Mypptbioenergi 1 afia_a34170002_
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
 
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
Biogas dengan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi2003
 
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANLAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
 
Bioremediasi Bio Ling.
Bioremediasi Bio Ling.Bioremediasi Bio Ling.
Bioremediasi Bio Ling.
 
Review jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industriReview jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industri
 
Review jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industriReview jurnal kimia industri
Review jurnal kimia industri
 
Biogas kimter
Biogas kimterBiogas kimter
Biogas kimter
 
Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3
 
132799771 reaksi-biogas
132799771 reaksi-biogas132799771 reaksi-biogas
132799771 reaksi-biogas
 
1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
Repository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
Repository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
Repository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Repository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 

Recently uploaded (20)

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 

BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MENGGUNAKAN TEKNIK LANDFARMING

  • 1. Institut Pertanian Boger' Fakultas Matematika dan IImu PengetahuanAlam
  • 2. ISBN: 978-979-95093-8-3 Seminar Nasional Sains V 10 November 2012 Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam Bidang Energi, Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan Prosiding Dewan Editor Dr. Kiagus Dahlan Dr. Sri Mulijani Dr. Endar Hasafah Nugrahani Dr. Suryani Dr. Anang Kurnia Dr. Tania June Dr. Miftahudin Dr. Charlena Dr. Paian Sianturi Sony Hartono Wijaya, M Kom Dr. Tony Ibnu Sumaryada Waras Nurcholis, M Si. Dr. Indahwati Drs. Ali Kusnanto, M Si. Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2012 II
  • 3. Copyright© 2012 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pel1anian Bogor Prosiding Seminar Nasional Sains V " Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam Bidang Energi. Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan" di Bogor pada tanggal 10 November 2012 Penerbit: FMIPA-IPB, lalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Telp/Fax: 0251-862548118625708 http://fmipa.ipb.ac.id Terbit 10 November 2012 xi + 866 halaman ISBN: 978-979-95093-8-3. 111
  • 4. Kimia Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 541 'I.,
  • 5. BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERAT MENGGUNAKAN TEKNIK LANDFARMING Charlenal), Zainal Alim), Abdul Haris21, Fajar Kurniawan) I)Oepartemen Kimia FMIPA IPB karlena22Cwyahoo.com 2) PPPTMGB LEMIGAS ABSTRAK Bioremediasi merupakan salah satu alternatif pengolahan tanah tercemari minyak. Dalam penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan teknik lamlfarming terhadap tanah yang tercemari limbah minyak bumi fraksi bera!. Sampel tanah tersebut dicampur dengan tanah liat dan alau pupuk kompos dengan tambahan bakteri (bioaugmentasi) dan tanpa tambahan bakteri (biostimulasi). Bakteri yang digunakan merupakan konsorsium bakteri dari kotoran sapi dan kuda. Pengamatan dilakukan terhadap pH, kadar air, suhu, dan hidrokarbon minyak bumi total (TPH) untuk melihat terjadinya biodegradasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel yang dicampur dengan pupuk kompos (1: 1) secara bioaugmentasi memberikan ni lai pH. kadar air, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuh3n bakteri (berturut-turut 6.5, 25%, d3n 35°C) sehingga mampu menurunkan nilai TPH sebesar 48%. Penurunan tersebut menunjukk3n bahwa perlakuan tersebut merupakan y3ng terbaik untuk bioremediasi dalam pekerjaan ini. Analisis hidrokarbon dari campuran tanah-kompos tersebut setelah 16 minggu menggunakan kromatogafi gas-spektroskopi massa menunjukkan penurunanjumlah hidrokarbon berbobot molekul besar. Kata kunci: bioremediasi, senyawa hidrokarbon. lalld/arming, limbah minyak berat PENDAHULUAN Pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan. Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon yang sangat rendah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan [10). Berbagai kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak mentah maupun minyak olahan berpotensi untuk teIjadinya kebocoran dan tumpahan minyak ke lingkungan (Pertamina 2005 yang diacu dalam Budianto [3]). Tanah yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta menurunkan estetika. Limbah minyak bumi dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 128 Tahun 2003 [8]. 01eh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan terhadap tanah yang terkontaminasi Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor. 10 November 20J2 673
  • 6. minyak. Hal ini dilakukan untuk meneegah penyebaran dan penyerapan minyak ke dalam lanah. Pengolahan limbah minyak bumi dapal dilakukan dengan eara fisika, kimia dan biologi. Salah satu alternalif yang dikembangkan saal ini adalah proses bioremediasi yang merupakan metode ramah lingkungan, cukup efeklif dan efisien serta ekonomis [9]. Penanganan lahan tercemar minyak bumi menggunakan bioremediasi dilakukan dengan cara memanfalkan mikroorganisme untuk menurunkan kOllsentrasi alau daya racun bahan peneemar. Kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi hidrokarbon telah digunakan sejak lahun 70-an dan 80-an pada lahan pertanian lempal pembuangan minyak [2]. Penelitian dilakukan pada tanah tercemar Iimbah minyak bumi yang berasal dan ladang minyak daerah Duri, Riau. Limbah lersebul diolah dengan bioremediasi dan dianalisis kandungan tolal petroleliin hydrocarbon (TPH). Hem)' oil waste (HOW) ini yang akan diberi perlakuan menggunakan melode land(arming. Hasil pengolahan limbah tersebut menghasilkan perubahan senyawa hidrokarbon dan ranlai karbon panjang menjadi pendek. Keberhasilan proses degradasi dicirikan menggunakan instrumen kromatografi gas spektroskopi massa (GC-MS). Proses degradasi yang baik akan menghasilkan kandungan TPH di bawah 1% dellgan jumlah C pada ranlai hidrokarbon tidak lebih dari sepuluh [8]. Penelitian ini menentukan persen TPH pada tallah tercemar limbah minyak bera! dan membandingkan perubahan senyawa hidrokarbon anlara sebelum dan sesudah proses bioremediasi menggunakan GC-MS. 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terbagi dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah preparasi sampel. Tahap kedua adalah perlakuan sampeJ dan lahap ketiga adalah analisis pH, suhu, kadar air, TPH, dan pengukuran GC-MS. 2.1 Preparasi Sampel Preparasi sampel, yaitu pengumpulan bahan baku berupa tanah yang tereemar Iimbah minyak bumi, tanah liat, pupuk kompos, dan kOllsorsium bakten. Limbah lanah digiling sehingga bentuknya menjadi kecil-kecil. Setela~ itu tanah liat dikeringkan terlebih dahulu supaya mudah untuk dihaluskan. Sampel diberi perlakuan yang berbeda, yang terdiri atas limbah minyak (HOW) kode A, limbah minyak (HOW) ditambah 674 Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012
  • 7. kompos kode B, limbah minyak (HOW) ditambah tanah liat kode C, dan limbah minyak (HOW) ditambah tanah liat dan kompos kode D dengan perbandingan yang berbeda-beda dengan bobot keseluruhan 10 kg dan dimasukkan ke dalam wadah seperti Gambar l. Komposisi perlakuan sampel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masing perlakuan ada yang diperlakukan secara bioaugmentasi dengal1 dua kali pel1gulangan, dan sebagai kontrol yang diperlakukan secara biostimulasi. Gambar 1 Bioreaktor untuk bioremediasi tcknik lam((arming Tabel 1 Komposisi perbandingan perlakuan sampel Komposisi (kg) Kode Tanah Keterangan HOW Kompos Liat Al 10 0 0 Bioaugmentasi AO 10 0 0 Biostimulasi Bl 5 0 5 Bioaugmentasi BO 5 0 5 Biostimulasi Cl 5 5 0 Bioaugmentasi CO 5 5 0 Biostimulasi Dl 5 2.5 2.5 Bioaugmentasi DO 5 2.5 2.5 Biostimulasi Keterangan: Bioaugmentasi adanya penambahan bakteri Biostimulasi = tanpa penambahan bakteri Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 20]2 675
  • 8. 2.2 AnaJisis TPH padat (US EPA [11]) Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 2.5 gram sampel ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukkan dalam radas Soxhlet dan diekstrak dengan pelarut n-heksana selama 4 jam. Ekstrak yang diperoleh dihilangkan aimya menggunakan Na2S04 anhidrat sebanyak 10 gram kemudian dihilangkan lemaknya dengan silika gel sebanyak 10 h'fam. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga kering. Labu yang tclah kering dipanaskan dalam oven pada suhu 70 "C selama 10 menit kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 2.3 Pengukuran Struktur dengan GC-MS (US EPA [11]) Penentuan struktur dengan GC-MS dilakukan pada ml11ggu ke-O, dan ke-16. Sebanyak 2.5 gram sampel ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukkan dalam soxhlet dan diekstrak dengan pelarut /1­ heksana selama 4 jam. Ekstrak yang diperoleh dihilangkan aimya menggunakan Na}S04 anhidrat sebanyak 10 gram kemudian dihilangkan lemaknya dengan silika gel sebanyak 10 gram. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga kering. Ekstrak dan labu dicuci kembali dengan pelarut awal kemudian dimasukkan dalam tabung kecil. Ekstrak tersebut kemudian diinjeksi ke dalam alat GC-MS. 3 IIASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis pH Nilai pH mempengaruhi kemampuan mikroorganismc dalam menjaga kelangsungan aktivitas-aktivitas seluler, transpor membran sel, dan kesetimbangan reaksi yang dikatalis enzim-enzimnya. Berdasarkan pengukuran pH yang dilakukan setiap minggu, pH yang terukur berkisar antara 4.00-7.00. Menurut Cookson (4) pH yang optimum bagi pertumbuhan bakteri adalah 7 dan memiliki rentang pH antara 4 dan 10, sedangkan untuk oksidasi nitrogen dan fennentasi metana berkisar antara 6 sampai 8. Degradasi hidrokarbon lebih cepat bila dilakukan pada kondisi pH di atas 7 dibandingkan dengan pH di bawah 5. Perlakuan pada sampel A dan C mengalami penurunan pH di bawah 5 yang menghambat proses degradasi, sedangkan pada perlakuan sampel B dan D kondisi pH tidak berada di atas 7 tetapi tidak sampai pada pH di bawah 5. Hal ini disebabkan adanya penambahan pupuk kompos yang bersifat netral. Pada semua sampel 676 Prosiding Seminar Nasional Saills V, Bogor, 10 November 2012
  • 9. berkisar antara 30-90%. 3.3 Analisis Suhu untuk degradasi tetjadi peningkatan konsentrasi bahan organik yang akan menurunkan alkalinitas larutan, sehingga perlu ditambahkan CaC03 untuk mengembalikan pH larutan kembali nonna!. Kecenderungan penurunan pH teramati pada setiap sampel dengan nilai penurunan yang hampir sama. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa akumulasi asam­ asam organik sebagai hasil akhir metabolisme meningkat seiling dengan bertambahnya waktu inkubasi. 3.2 Analisis Kadar Air Kelembaban sangat penting untuk hidup, tumbuh dan aktivitas metabolik mikroorganisme. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan setiap minggu, rerata kadar air yang terukur pada sampel A, B, C, dan D bioaugmentasi berturut-turut sebesar 9[%, 27%, 10%, dan 16%, sedangkan untuk sampel A, B, C, dan D biostimulasi berturut-turut sebesar 10%, 24%, 8%, dan 16%. Nilai yang bervariasi ini diakibatkan karena perbedaan perIakuan pada tiap sampe!. Setiap minggunya dilakukan penambahan air pada sampcl secara teratur. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada sampel A yang hanya berupa tanah liat yang tercemar Jimbah memiliki kapasitas menyimpan kadar air berkisar 10'%, untuk sampe B yang menggunakan campuran kompos paling baik daJam menyimpan kadar air, karena kompos memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah liat. Namun, kadar air sampel C lebih rendah dibandingkan dengan sampe A. Hal ini disebabkan campuran tanah Iiat memberikan penambahan bobot kering sehingga kadar airnya menurun. Untuk sampel D kadar aimya lebih kecil dibandingkan dengan sampel B, tetapi lebih besar jika dibandingkan dengan sampel A dan C. Hal ini dikarenakan pada sampel D adanya penambahan kompos. Menurut Fletcher [7] selama bioremediasi, jib kandungan air terJalu tinggi akan berakibat sulitnya oksigen untuk masuk ke dalam tanah, sedangkan tanpa air mikroorganisme tidak dapal hidup daJam limbah minyak. Menurut Dibble dan Bartha [6] kadar air yang dibutuhkan bakteri ul1luk metabolisme dalam mendegradasi hidrokarbon Pada proses degradasi, suhu akan mempengaruhi terhadap sifat fisik dan kimia komponen-komponen minyak, kecepatan degradasi oleh mikroorganisme, dan komposisi komunitas mikroorganisme. Berdasarkan pengukuran suhu yang dilakukan setiap minggu, suhu yang tcrukur berkisar antara 27-51 0c. Menurut Leahiy dan Colwell (1990) suhu hidrokarbon yang optimal adalah 30-40 dc. Pada suhu rendah. Prosiding Seminar Nasional Saills V. Bogor, 10 November 2012 677
  • 10. 2000 viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhal11bat. Begitu juga pada suhu tinggi akan menghambat proses degradasi, karena dapat menyebabkan bakteri mati. Efek penghal11batan tersebut juga disebabkan oleh penurunan aktivitas enzim l11ikrobial. 2000 ­ l :::[1~~__-..:r 1000 ...... 00 ooo+-------~----~------~------_, ooo+i-------r------~------~----__. o 10 15 20 o 10 15 20 minggu minggu -+- bloaugmentasi ' biostimulas! ....... bioaugmentasi biostlmulasi (a) (b) o 10 15 minggu 2000 15001500 1 :f'. ;; 1000 • :: ~.'*- >" .• '''. " 500 1 ---.--''-.r-" "--..,. 000 +-i--------------~------~.---~ 20 o 10 15 20 minggu -+- bioaugmentasl biostimuiasl ...- b·caugmentasl (c) (d) Gambar 2 Perbandingan nilai TPH bioaugmentasi dan biostimulasi sclama 16 minggu sampel A(a), sampel B (b), sampel C (c),dan sampel 0 (d) 3.4 Analisis TPH TPH l11erupakan faktor penting untuk melihat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak bumi. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu. Pada sampel AO yang terdiri atas HOW saja tanpa ada penambahan bakteri TPH awal yang terukur menunjukkan 11ilai 15.84% dan di akhir pengukuran sebesar 13.43%. Penurunan TPH ini tennasuk rendah karena pada AO hanya HOW saja yang mengandalkan bakteri indigenous yang berasal dari HOW itu selldiri. Sampel Al yang terdiri atas HOW dengan penambahan konsorsium bakteri nilai TPH awal yang terukur sebesar 15.32% dan akhir pengukuran 12.61% (Gambar 2a). 678 Prosiding Semillar Nasiollal Sallls V, Bogor, LO November 2012
  • 11. Penurunan TPH pada A I lebih baik daripada AO. Hal ini disebabkan adanya penambahan bakteri pada Al sehingga proses degradasi lebih baik. Pada sampel B menggunakan campuran kompos. Kompos ini bisa dijadikan media yang baik untuk kehidupan bakteri karena terdapat nutrien yang bisa digunakan sebagai bahan makanan. Selain itu. di dalam kompos juga terdapat bakteri. Sampe BO yang terdiri atas HOW dengan pellcampuran kompos tanpa adanya penambahan bakteri TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 12.84% dan diakhir pengukuran sebesar 7.82%, sedangkan pada sampel B I yang terdiri atas HOW dengan pencampuran kompos dan penambahan konsorsium bakteri nilai TPH awal yang terukur sebesar 11.96% dan akhir pengukuran 6.22% (Gambar 2b). Penurunan TPH pada Bl paling baik dibandingkan dengan perlakuan lain, karena adanya nutrien dan penambahan bakteri. Sampel CO yang terdiri atas HOW dengan pencampuran tanah liat taupa aeIanya penambahan bakteri TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 6.69% dan diakhir pengukuran sebesar 6.54%. Adanya perlakuan deugan penambahan tanah liat ini untuk mengkondisikan dengan suasana asalnya di daerah Ouri Riau, sedangkan pada sampel C I yang tcrdiri atas HOW dengan pencampuran tanah liat dan penambahan konsorsium bakteri nilai TPH awal yang terukur sebesar 8.73%) dan akhir pengukuran 5.78% (Gambar 2e). Penurunan TPH yang tidak terlalu tinggi pada perlakuan C bisa dimungkinkan karena tanah liat tingkat porositasnya lebih keeil daripada kompos, sehingga penyebaran nutrien tidak mudah teIjadi. Sampel DO yang terdiri atas HOW dengan pencampuran tallah liat dan kompos, tanpa adanya penambahan bakteri. TPH awal yang terukur menunjukkan nilai 6.69% dan diakhir pengukuran sebesar 5.53%, sedangkan padasampel 0 I yang terdiri alas HOW dengan pencampuran tanah Iiat, kompos dan penambahan konsorsium bakteri, nilai TPH awal yang terukur sebesar 6.52% dan akhir pengukuran 4.87% (Gambar 2eI). Hasil penurunan TPH pada sampel 0 lebih baik dibandingkan dengan sampel C. Hal ini disebabkan pada sampel 0 ada penambahan kompos yang kaya akan nutrien dan bakteri. Hasil pengukuran TPH secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5. Penurunan TPH pada sampel A paling rendah, untuk bioaugmentasi sebesar 17.69% dan biostimulasinya 15.21 %. Hal ini disebabkan pada sampel A hanya terdiri limbah saja. Penurunan TPH terbesar teIjadi pada sampel B, untuk sampel bioaugmentasi B1 sebesar 48% dan biostimulasi BO sebesar 39.10%. Hal ini disebabkan adanya penambahan kompos yang didalamnya kaya akan unsur hara dan bakteri dapat beketja lebih baik Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 679
  • 12. karena kondisi lingkungan pada sampel B yang lebih baik danpada sampel lainnya, yaitu rerata pH, kadar air dan suhu berturut-turut 6.5, 25%, dan 35° C. Pada sampel B 1 penurunan lebih baik karena adanya penambahan bakteri. TPH yang terukur pada semua sampel menunjukkan grafik naik turun. Hal ini disebabkan ketja mikroorganisme yang berbeda-beda. Biodegradasi minyak bumi oleh mikroorganisme bisa tetjadi di bawah kondisi aerobik maupun anaerobik, dan aktivitas degradasi tersebut merupakan reaksi yang umum tetjadi di alam. Kondisi lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi perbedaan aktivitas mikroorganismenya dalam mende/:,rradasi senyawa polutan. Menurut Daubaras dan Chakrabarty [5], perubahan kondisi lingkungan juga akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalamnya. Aktivitas tersebut meningkat karena adanya ekspresi gen-gen tertentu untuk memproduksi enzim-enzim yang sesuai. Terdapat perbedaan pada semua sampel antara hasil bioaugmentasi dengan biostimulasi. Untuk mengetahui hasil perlakuan dilakukan uji ragam (anova). Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, secara keseluruhan perbedaan bioau!:,'1nentasi dengan biostimulasi tidak signifikan, tapi terbukti pada hasil akhir TPH pada bioaugmentasi lebih rendah dibandingkan dengan biostimulasi. 3.5 Perubahan Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan data kromatogram hasil GC-MS dapat dilihat perubahan senyawa hidrokarbon dari luas puncak yang terukur. Penentuan senyawa hidrokarbon berdasarkan data yang terdapa! pada librw}' menggunakan CAS Number. Hasil identifikasi sampel senyawa dari libmry dipilih yang memiliki kemiripan lebih dari 90. Perubahan senyawa hidrokarbon pada keseluruhan sampel dapa! dilihat pada Lampiran 7. Pada semua sampel proses biodegradasinya cukup beragam. Pada pengukuran awal teridentifikasi senyawa hirdrokarbon dari C-6 sampai C-35. Setelah pengukuran pada minggu ke-16 atau akhir banyak senyawa berubah. Pada data kromato!:,rram dapat dilihat penurunan kelimpahan atau abundallce. Hal ini menunjukkan tetjadinya proses degradasi senyawa hidrokarbon. Pada degradasi n-alkana penyisipan molekul oksigen ke dalam struktur hidrokarbon tetjadi pada gugus metil tenninal maupun subtenl1inal. n-alkana dioksigenasi menjadi alkohol kemudian menjadi asam karboksilat, yang selanjutnya akan dilakukan pemisahan dua unit karbon secara berkesinambungan dan dikenal dengan sekuen p­ oksidasi [4]. Prositlillg Semillar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012680
  • 13. Sampel A heksametilsiklotrisiloksana dodekana Perubahan senyawa hidrokarbon pada sampe A hampir sama dengan sampel C. Begitu juga dengan sampel B mirip dengan sampel O. Oari semua sampel yang paling rendah mengalami perubahan, yaitu sampel A. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran diakhir, masih terdapat hidrokarbon rantai panjang, contohnya docosana (C-22) dengan luas puncak 0.25%. Pengukuran pada minggu akhir banyak senyawa yang hilang. Walaupun pada sampel A dan C teIjadi perubahan luas puncak, tetapi tidak terlalu signifikan, sedangkan pada sampel B dan 0 teIjadi perubahan luas puncak yang signifikan. Hilangnya senyawa­ senyawa pada akhir pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Senyawa yang hUang pada akhirpengukuran tetrahidro 2-5 dimelil furan dimetil furan dimetil furan sikloheksasi!oksana oktametil siklotetra siloksana oktametil siklotetra siloksana dekametil siklopentasiloksana tetradekana pentatriakontana tetradekana tetradekana pentadekana metiJ heksadekal10at pentadekana pCl1tadekana heksadekana heksadekana heksadekana heptadekana heptadekana pentatriakontana oktadekana oktadekana dokosana pentatriakontana pentatrikontana I-nonadekana nonadekana nonadekana meti! JJekSadekalJoat metil heksadekanoat eikosana eikosana heneikosana heneikosana dokosana dokosana I-nonadekana -nonadekana Tabel3 Senyawa yang muncul pada akhir pengukuran Sampel D Sampel B Sampel C heksametilsiklotrisiloksana heptana toluena toluena oktametilsiklotetrasiloksana benzentiazola 1,3 metiloktadekanoat dimetilbenzena Hilangnya senyawa tersebut karena teIjadi proses degradasi. Pada sampel A dan C tidak terlalu banyak senyawa yang hilang. Pada sampel A hanya 4 senyawa yang hilang Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 20]2 681
  • 14. dan 8 senyawa pada sampel C. Pada sampel B yang merupakan penurunan TPH paling baik ditemukan banyak senyawa yang hilang (14 senyawa). Hal ini disebabkan bakteri bekeIja lebih baik dan bakteri yang ada dalam kompos juga ikut mendegradasi hidrokarboll. Senyawa-senyawa yang hilang hasil degradasi ini memungkinkan adanya senyawa baru yang muncul. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil akhir pengukuran. Senyawa-senyawa tersebut sebagian besar memiliki memiliki panjang rantai C kurang dari 10 di antaranya heksametil siklotrisiloksana (C-6), toluene (C-7), benzentiazola (C-7) dan il-heptana (C-7). Senyawa-senyawa tersebut sulit didegradasi karena bersifat toksik bagi mikroorganisme. Senyawa-senyawa yang muncul dapat dilihat pada Tabel 3. Senyawa-senyawa yang masih terdapat pada akhir pengukuran dapat dikatakan sebagai hidrokarbon yang sulit didegradasi oleh bakteri. Sebagai contoh pada sampel B senyawa hidrokarbon alifatik, yaitu dodekametil sikloheksasiloksana dengan luas puncak 0.20% pada sampel A dengan contoh senyawa yang sama masih memiliki luas puncak yang cukup besar, yaitu 1.61 (Yo. 4 SIMPlILAN DAN SARAN PCl1urunan TPH terjadi pada semua sampel dan penurunan tcrbesar teIjadi pada bioau!:,'lncntasi BI yang mcnggunakan campuran kompos sebesar 48%. Tetapi hasilmasih jauh dari yang diharapkan karena kandungan TPH pada akhir masih lebih dari 4'%. Terdapat pcrbedaan pada semua sampel antara hasil bioaub'lnentasi dcngan biostimulasi. Waiaupun pcrbcdaan tidak teralu signiJikan, tapi. terbukti. pada hasil akhir TPH pada bioaugmentasi lebih rendah dibandingkan dengan biostimulasi. ldentifikasi awal menunjukkan bahwa semua sampel memiliki senyawa yang sama. Hasil akhir menunjukan perubahan dengan hilangnya beberapa senyawa serta perubahan luas puncak. Pada sampel B yang merupakan penurunan TPH paling baik ditemukan paling banyak senyawa yang hilang. 5 DAFTAR PlISTAKA [1] [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Methods of Analysis Chemist. Washington: Association ofOffic.ial Analytical Chemist, Inc. [2] Bossert lD, Kosson DS. 1997. Methods for measuring hidrocarbon biodegradation in soil. In Mannual ofEnvironmental Microbiology. ASM Pr. Washington. 738-'742. Prositling Seminar Nasiollal Sains V. Bogor, 10 November 2012682
  • 15. [3] Budianto H. 2008. Perbaikan Lallan Terkont(lmin([si /vlinyak Bllmi Secara Bioremediasi. Jakarta: Indonesia Em ironment Consultant. [4] Cookson J1'. 1995. Bioremediation Engineering: Design and Application. New York: McGraw-Hill. [5] Daubaras D, Chakrabarty AM. 1992. The Environment, Microbes and Bioremediation: Microbial Activities Modulated by the Environment. J Biodegradation 3: 125-135. K]uwer Academic Pb. Netherland. [6] Dibble JT, Bartha R. 1979. Effect of environmental parameters on the biodegradation of oil sludge. Applied Em'iron Microbial, 37:729-739, [7] Fletcher RD. 1991. Practical Consideration During Bioremediation. di dalam Wise, DL, DJ Trantolo. Remediation ofHa:!ardoltS Waste contaminated Soils. New York: Marcel Dekker [ne. [8] [Kementrian Lingkungan Hidup Rcpublik Indonesia]. 2003. Kcputuslln Menten Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tcntang Tataeara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi seeara Biologis. Jakarta: Departemen Lingkungan Hidup. [9] Morgan P, Watkinson RJ, 1994, Biodegradatio/l (~f Compollellf Pe/roll/em. C Railedge, editor. Biochemistry of Microbial Degradation. Netherlands: Kluwer Academic Pb. [10] Nugroho A. 2006. Biodegradasi sludge minyak bumi dalam skala mikrokosmos. Makara tekJlologi 2: 82-89. [11] [USEPAj United State Environmental Protection Agency. 1996. A Citizen '5 Guide to Bioremediatio1l. United State Environmental Protection Agency. http:www.epa.gov Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012 683