Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengenceran limbah organik dalam pembuatan biogas dengan menghitung persentase padatan dan air limbah. Hasilnya menunjukkan persentase padatan sebesar 68% yang kemudian diencerkan menjadi 5% dengan penambahan air sebanyak 11,99 liter.
Tugas Biomassa Biogas sebagai energi tabarukantrimopriyanto71
biomassa adalah bahan yang dapat diperoleh dari tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta digunakan sebagai energi atau bahan dalam jumlah besar.
Similar to LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN (20)
1. Laporan Praktikum
Kesuburan Tanah dan Pemupukan
PENGENCERAN
NAMA : ANDI TENRI IKA SARI
NIM : G111 14 503
KELAS : F
ASISTEN : IKA MUDRIKA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
2. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau
fermentasi dari hasil bahan-bahan organik termasuk diantaranya yaitu
kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metanadan karbon dioksida.
sistem biogas sederhana.
Biogas sendiri merupakan jenis bahan bakar gas yang diproduksi dari sampah
dan limbah yang sifatnya organik, sehingga mengalami proses anaerobik yang
kemudian dapat menjadi bentuk gas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi. Limbah dan sampah yang diolah dan diproses pada dasarnya merupakan
jenis limbah yang biodegradable alias bisa terurai dengan mudah, seperti kotoran
hewan dan manusia, sampah daun dan kulit buah – buahan, serta jenis sampah
atau limbah cair yang dibuang oleh pabrik – pabrik industri tertentu.
Pembuatan biogas menggunakan limbah organik merupakan salah satu
langkah go green. Pentingnya teknik pengenceran limbah diketahui agar dapat
mengetahui komposisi yang baik dalam pembuatan biogas. Komposisi limbah
padatan dari limbah organik serta jumlah air yang ditambahkan juga penambahan
inokulum harus diketahui agar pembuatan biogasnya dapat berhasil.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pembuatan
biogas mengenai teknik pengenceran limbah untuk mengetahui komposisi yang
tepat dalam pembuatan biogas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengenceran
dalam pembuatan biogas sehingga kita dapat menentukan komposisi yang baik
dalam pembuatan biogas.
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Farry (2010), ada beberapa yang menjadi faktor keberhasilan biogas
diantaranya yaitu:
1. Nilai pH
Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari campuran
input didalam pencerna berada pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap awal proses
fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk
asam, pH dalam pencerna dapat mencapai dibawah 5. Keadaan ini cenderung
menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Bakteri-bakteri
metanogenik sangat peka terhadap pH dan tidak bertahan hidup dibawah pH 6,6.
Kemudian proses pencernaan berlangsung, konsentrasi NH4 bertambah
pencernaan nitrogen dapat meningkatkan nilai pH diatas 8. Ketika produksi
metana dalam kondisi stabil, kisaran nilai pH adalah 7,2 sampai 8,2.
2. Suhu
Bakteri metanogen dalam keadaan tidak aktif pada kondisi suhu ekstrim tinggi
maupun rendah. Suhu optimum yaitu 35 0C. Ketika suhu udara turun sampai
10 0C produksi gas menjadi berhenti. Produksi gas sangat bagus yaitu pada
kisaran mesofilik, antara suhu 25 0C dan 30 0C. Penggunaan isolasi yang memadai
pada pencerna membantu produksi gas khususnya di daerah dingin.
3. Laju Pengumpanan
Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang diumpankan kedalam pencerna
per unit kapasitas pencerna per hari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m3
volume pencerna adalah direkomendasikan pada suatu jaringan pengolah kotoran
sapi. Apabila terjadi pengumpanan yang berlebihan, terjadi akumulasi asam dan
produksi metana akan terganggu.
4. Waktu tinggal dalam pencerna (digester)
Waktu tinggal dalam pencerna adalah rerata periode waktu saat input masih
berada dalam pencerna dan proses pencernaan oleh bakteri metanogen. Waktu
tinggal dihitung dengan pembagian volume total dari pencerna oleh volume input
yang ditambah setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, dan diatas
35 0C atau suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat.
4. 5. Toxicity
Ion mineral, logam berat dan detergen adalah beberapa material racun yang
mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen didalam reaktor pencerna.
Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan
belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam
konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni.
6. Slurry
Slurry adalah residu dari input yang keluar dari lubang pengeluaran setelah
mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi anaerobik
didalam pencerna. Setelah ekstraksi biogas (energi), slurry keluar dari ruang
pencerna sebagai produk samping dari sistem pencernaan secara aerobik. Kondisi
ini, dapat dikatakan manur dalam keadaan stabil dan bebas pathogen serta dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi
tanaman.
5. III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 Oktober 2016 pukul 16.30
sampai selesai di pelataran Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petridis,
timbangan, oven, gelas ukur dan jerigen. Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah limbah daun yang telah dihaluskan, air dan inokulum.
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang berat awal limbah sampel
3. Mengoven limbah yang disimpan didalam cawan petridis selama 4 jam
dengan suhu 105○C
4. Menghitung kadar air limbah dengan rumus
B. limbah basah− b. limbah kering
berat limbah basah
× 100%
5. Menghitung persentase padatan limbah
6. Memasukkan limbah kedalam jerigen yeng telah disambungkan dengan
reaktor yang telah dibuat
7. Menambahkan air sebanyak 12 liter pada limbah
8. Menambahkan inokulum ke dalam jerigen limbah sebanyak 4 liter
9. Menutup rapat jerigen
6. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dik: Berat limbah basah = 20,0 gr
Berat limbah kering oven = 13,6 gr
Dit: Berat Limbah padatan = … gr
Jumlah Air yang ditambahkan = … Liter
Penyelesaian:
Berat limbah basah − berat limbah kering
Berat limbah basah
x 100%
20 gram− 13,6 gram
20 gram
x 100%
6,4 gram
20 gram
x 100%
32% 100% −32% = 68% (Persen padatan)
2
3
kapasitas jerigen
lama penyimpanan
=
2
3
x 20
30
= 0,43
5% x 0,43
68%
=
0,05 x 0,43
0,68
= 0,031
0,031 + x = 0,43
x = 0,43 – 0,031
= 0,399
0,031 = 0,399
1 : 12,87
13
12,8
= 1,01 Limbah padatan
13–1,01 =11,99 Air yang ditambahkan
7. 4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa persen padatan yang didapatkan
sebesar 68%. Dikarenakan persen padatan yang diinginkan hanya sebesar 5%
maka perlu diberikan air. Limbah padatan dari hasil perhitungan yang didapatkan
adalah sebesar 1,01 dengan jumlah air yang ditambahkan sebesar 11,99 L. Hal ini
didukung oleh Simamora (2006), bahwa bahan baku isian berupa bahan organik
seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur dan sampah organik. Bahan
isian ini harus mengandung berat kering. Keadaan ini dapat dicapai dengan
melakukan pengenceran menggunakan air 1:1-2 (bahan baku: air).
8. V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa persen padatan yang
didapatkan yaitu sebesar 68% dengan limbah padatan 1,01 dan jumlah air yang
ditambahkan sebesar 11,99 L. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan persen
limbahan sebesar 5% dengan penambahan air.
9. DAFTAR PUSTAKA
Farry, B. 2010. Alat Pembuatan biogas. Penebar Swadaya:Jakarta.
Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak Dan
Gas Dari Kotoran Ternak AgroMedia Pustaka: Jakarta.