1. PENURUNAN PERMUKAAN
TANAH DI JAKARTA
FARAH SALSABILA RIZA ANANDA SANTOSO
HILWAH YOSIAFAT
FARIZ BAGUS PRADANA ANGGINA MARINDA P.
2. Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan
suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang
didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka
referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam
variabel penyebabnya
(Marfai, 2006).
5. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh
proses-proses geologi seperti aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi,
adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.
Pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti air tanah atau minyak
bumi.
Adanya beban-beban berat diatasnya seperti struktur bangunan sehingga
lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi.
Penurunan muka tanah ini sering juga disebut dengan settlement.
Pengambilan bahan padat dari tanah (aktifitas penambangan).
7. GPS
GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan
satelit- satelit Global Positioning System
8. GPS
Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu
dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi
yang dipilih, secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan
koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei
GPS.
GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat
presisi sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi
baik secara spasial maupun temporal.
10. Ada 3 jenis bahan material bangunan penting yang memiliki bobot yang ringan yang akan
mengurangi beban struktur bangunan jika menggunakannya
baja ringan,
bata ringan (hebel)
genting metal zincalume.
Ketiga bahan material tersebut merupakan jenis material bangunan yang ringan, dan yang
selama ini banyak digunakan yaitu jenis batu bata merah/batako untuk dinding, kayu
untuk rangka plapond dan rangka atap, dan genting (tanah/beton/keramik) untuk tutup
atap
11. BATA RINGAN
Bata ringan atau hebel memiliki bobot 520
kg/m3. Lebih ringan dari bata biasa atau bata
merah memiliki bobot 1500 kg/m3
Pasangan bata merah menggunakan perekat
adukan semen pasir yang tebalnya antara 2 s/d
2,5 cm, dan hebel menggunakan perekat semen
instan yang tebalnya antara 3 s/d 5 m
12. BAJA RINGAN
Apabila kita menggunakan bahan
tersebut untuk plapond dan atap,
maka bobotnya jauh lebih ringan
bila dibandingkan dengan bahan
yang biasa digunakan yaitu
umumnya kayu.
13. GENTING METAL
Genting jenis ini sangat ringan, jangankan
dibandingkan dengan genting tanah,
genting keramik, atau
genting beton, dibandingkan dengan bahan
yang hampir sejenis saja misalnya dengan
seng gelombang, maka
genting zincalume jauh lebih ringan dari
bobot seng gelombang untuk setiap M2-
nya. Dengan menggunakan genting
metal zincalume jelas sangat ringan.
15. BANJIR ROB
Banjir rob merupakan banjir yang
disebabkan oleh naiknya permukaan air
laut akibat dari air pasang. Selain air
pasang, penurunan permukaan tanah
dan pemanasan global juga
memperparah keadaan. Daerah Jakarta
Utara terdapat 27 titik rawan yang
terkena dampak banjir rob ini.
16.
17. KERUSAKAN INFRASTRUKTUR
Biasanya terjadi pada jembatan, jalan, dan gedung-
gedung bertingkat. Hal ini terjadi karena
ketidaksesuaian ukuran tanah ketika dibangun
hingga setelah terjadi penurunan permukaan tanah
itu sendiri.
Selain itu, banjir rob juga bisa menyebabkan korosi
pada peralatan kerja, kendaraan, maupun bangunan
akibat dari air yang mengandung garam sehingga
mempercepat pengkorosian.
18. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN
Hal ini berhubungan dengan kualitas air,
karena ketika permukaan tanah turun maka
cadangan air dibawahnya akan semakin
sedikit. Daerah Jakarta Utara yang
berdekatan dengan air laut ikut
memperparah kualitas air di daerah tersebut.
Hal ini akibat dari salinitas air yang
mengandung garam sehingga memperparah
keadaan air tanah di darat.
19. KERUGIAN EKONOMI
Kerugian ekonomi bisa terdiri dari kehilangan lahan tambak ataupun
kehilangan lahan kosong itu sendiri. Selain itu kerusakan infrastruktur juga
menjadi alasan kerugian ekonomi karena hal ini akan memperparah
kerugian ekonomi dalam suatu negara maupun daerah itu sendiri.
22. SUMUR RESAPAN AIR
Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan
dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air
tanah pada kawasan perumahan, karena dengan
pertimbangan :
a) pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya
besar
b) tidak memerlukan lahan yang luas
c) bentuk konstruksi SRA sederhana.
23. Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang
berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai
bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah
(Dephut,1994).
24. MANFAAT SUMUR RESAPAN AIR
Menurut (Dephut, 1995)
(1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya banjir dan erosi
(2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah
(3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
wilayah pantai
(4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan
(5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut, 1995).
25. REBOISASI
Melakukan penanaman kembali daerah-daerah yang tidak terdapat tumbuhan dan pohon atau
reboisasi. Kondisi tanah di wilayah yang tidak terdapat pohon tentu menjadi sangat rapuh karena
tidak adanya akar-akar pohon yang memperkuat kondisi tanah. Sehingga hal ini sangat diperlukan
untuk membuat akar-akar tanah dapat menjalar ke seluruh bagian dalam tanah dan mencegah
terjadinya penurunan permukaan tanah.
26. MEMBATASI BANGUNAN BERTINGKAT
Hal ini harus dilakukan pemerintah
untuk mengurangi dampak dari
bangunan yang terlalu padat yang
sering memicu semakin intensnya
penurunan permukaan tanah.
Sehingga, ketika hal ini dilakukan,
tentu akan menjaga kondisi tanah ke
arah yang baik.
27. MEMPERKETAT REGULASI
Regulasi mengenai penyedotan air
bawah tanah, alih fungsi lahan, dan
peningkatan standar infrastruktur.
Sehingga hal ini dapat meminimalisasi
dampak penurunan permukaan tanah.
Pengawasan terhadap pembangunan
infrastruktur, memilihara infrastruktur,
dan memberikan sanksi yang tegas bagi
pelanggar yang bertujuan untuk
mencegah dampak yang lebih parah.