SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
5
2.3.1 Sistem Gerakan Tanah Di Indonesia
Menurut ESDM Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling
menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali
dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan,
punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunungapi, dan sebaran sumber
gempabumi. Gunungapi yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13%
dari jumlah gunungapi aktif dunia.
Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunungapi dan
gempabumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi
gempabumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan
gelombang Tsunami. gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan
kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal
berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan
berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan
dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
Gambar 2.4.2 : Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
2.3.1 Jenis Gerakan Tanah di Indonesia
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
6
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban.
jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Gambar 2.3.1.1: Longsoran translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Gambar 2.3.1.2: Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
7
Gambar 2.3.1.3 : Pergerakan Blok
4. Runtuhan Batu
Gambar 2.3.1.4 : Runtuhan Batuan
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng- gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
5. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
8
Gambar 2.3.1.5: Aliran Bahan Rombakan
6. Rayapan Tanah
Gambar 2.3.1.6 : Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah
waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,
pohon, atau rumah miring ke bawah.
2.4.6 Faktor-faktor Penyebab Gerakan Tanah
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkat nya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
9
1
2
Gambar 2.4.6 .1 : penyebab tanah longsor karna hujan
penguapan air di permukaan tanah dalam. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah
menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah
karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat
tanah.
2. Lereng Terjal
Gambar 2.4.6 .2 : Lereng Terjal
Lereng terjal merupakan salah satu penyebab terjadinya gerakan tanah dikarenakan
dengan model seperti ini akan mempermudah atau mempercepat terjadinya runtuhan
batuan/tanah dari atas menujuh bawah lereng
10
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya
terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Gambar 2.4.6 .3 : Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa
terlalu panas.
4. Jenis Tata Lahan

Gambar 2.4.6 .4 : Jenis Tata Lahan
11
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
5. Getaran
Gambar 2.4.6 .5 : Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan,
lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
6. Adanya Beban Tambahan
Gambar 2.4.6 .6 : adanya benda tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada
daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
12
7. Pengikisan/Erosi
Gambar 2.4.6.7 : Pengikisan/Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
8. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya
Gambar 2.4.6 .8: adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila
hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
13
9. Pengundulan Hutan
Gambar2.4.6 .9: Pengundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan
air tanah sangat kurang.
10. Daerah Pembuangan Sampah
Gambar2.4.6 .10: daerah pembuagan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak
dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
14
2.5 Pengertian Metode Geofisika
Dalam penelitian Gerakan tanah diperlukan suatu metode yang dapat membantu
dalam pengukuran hasil dilapangan salah satu metode yang mudah dan praktis digunakan
yaitu salah satunya metode mikroseismik ini merupakan metode yang berasal dari
metode geofisika dimana metode ini merupakan metode yang banyak berperan dalam
beberapa bidang seperti eksplorasi gas bumi dan minyak bumi, panas bumi, pembelajaran
struktur dalam bumi, studi kegunungapian serta kegempaan. Alat mikroseismik harus
bisa mengidentifikasi adanya peluruhan getaran yang ada pada medium, bersama dengan
broadband seismometer mengukur secara real time pergerakan tanah kemudian direkam
sebagai fungsi waktu. Mikroseismik adalah aktivitas gelombang seismik yang memiliki
ukuran kecil, sama dengan proses gempabumi namun belum pasti dirasakan oleh manusia
terbanyak yaitu diperoleh dari peristiwa kompaksi yang disebabkan oleh adanya
overburden. Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga mampu mendeteksi
adanya peristiwa overburden. Salah satu masalah dalam metode mikroseismik ialah
adanya pemikiran lama yaitu keberadaan geophone harus dekat dengan sumber.
Namun hal ini mampu diatasi dengan memasang ratusan sampai ribuan geophone
untuk menciptakan sejenis mikrofon parabola yang mampu mendeteksi secara bersamaan
beberapa peristiwa mikroseismik. Hal ini dikarenakan mikroseismik dapat menentukan
lokasi sumber, yang berasal banyak dari fracture atau kompaksi, sehingga dapat diketahui
jarak antara lokasi dengan komponen mikroseismik yang penting. Pemanfaat metode
mikroseismik dapat dilakukan diberbagai sektor, diantaranya yaitu mikrotremor panas
bumi dan hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Secara umum, sinyal mikroseismik
terproses dan terekam hampir sama dengan sinyal gempa tektonik. Namun, pada analisa
sinyal gempa tektonik membahas magnitudo diatas 5 Mw, sedangkan analisa gempa
mikro di wilayah geotermal berada pada magnitudo kurang dari 3 Mw (Julian and
Foulger, 2009). Pertama sinyal kontinu yang terekam dianalisa menggunakan deteksi
algoritma gempabumi agar dapat mengetahui kapan sumber energi impulsif muncul.
selanjutnya seismogram akan menyimpan sinyal termasuk beberapa trigger time window
yang digunakan untuk menangkap data dalam bentuk sinyal digital
15
bentuk sinyal digital.
Pada aplikasi borehole, sensor triaxial ini digunakan untuk menjelaskan mengenai
orientasi raypath dari fase insiden. Pada pemodelan kecepatan secara detail dalam industri
minyak dan gas bisa direkontruksi melalui sonic logs dan event location dikalkulasi pada
titik yang sesuai dengan analisa waktu tiba pada beda fase dan orientasi raypath. Atribut
seismik yang dapat didapatkan dari perekaman ini yang didefinisikan melalui frekuensi
dan amplitudo yaitu magnitudo, asumsi dari beberapa patahan dari stress dan energi
potensial, serta zona area patahan dapat bermanfaat untuk interpretasi dari seismik ini dan
bisa langsung terkomputasi.
Menurut Nakamura (2000) gelombang mikroseismik dibagi menjadi dua yaitu
gelombang Rayleigh dan gelombang badan. Gelombang Rayleigh termasuk kedalam
gelombang permukaan yang merambat pada permukaan tanah dan gelombang badan
merambat melalui batuan dasar. Selain itu Nakamura mengasumsikan data mikroseismik
terbentuk dari beberapa jenis gelombang, namun yang paling utama merupakan
gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen diatas batuan dasar.
Pengamatan ini dapat memberi informasi tentang sifat dinamis di suatu lokasi seperti nilai
dominan dari periode dan amplitudo. Selain itu dapat mengetahui lebih detail tentang
kecepaan gelombang geser di suatu daerah.
2.6. Metode Dasar Penelitian
Pulau Jawa termasuk bagian dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif (Jawa
Barat bagian barat) dan Satuan Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Baratbagian barat –
Jawa Tengah – Jawa Timur) sehingga merupakan Daerah Rawan Gempa bumi Indonesia
VI, VII, VIII dan IX (Soehaimi, 2008). Tingginya aktivitas gempa bumi di pulai Jawa
disebabkan karena pulau Jawa terletak pada zona pertemuan dua lempeng tektonik yaitu
lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia (Natawidjaya,1995).
Kondisi ini membuat penilaian resiko bahaya gempa bumi di pulau Jawa berbasis
makrozonasi dan mikrozonasi perlu dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dalam rangka mewaspadai bahaya gempa bumi dimasa mendatang (Soehaimi, 2008).
Penilaian resiko gempa bumi yang pernah dialami suatu daerah dapat dilakukan.
16
Gambar 3.4. Peta sebaran episenter dan magnitudo data gempa bumi pada penelitian.
3.4.1 Percepatan perhitungan getaran tanah maksimum (PGA)
Percepatan getaran tanah maksimum (PGA) pada penelitian ini dihitung
menggunakan persamaan Fukushima dan Tanaka (1990) berikut:
dimana a adalah percepatah getaran tanah, MS adalah magnitudo gelombang permukaan
dan R adalah jarak hiposenter.
Nilai MS diperoleh dari data gempa dan konversi magnitudo gelombang body (MB)
menurut Firmansyah (1991) dalam Aldiamar (2007). Jarak hiposenter diperoleh dari
parameter kedalaman gempabumi (h) dan jarak episenter gempa (∆) yang dihitung
menggunakan persamaan
Jarak episenter gempa bumi dihitung dari grid titik pengukuran PGA yang
ditentukan diKab pemalang dengan jarak spasi 10 km.
3.4.2 klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi
Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi ditentukan berdasarkan nilai PGA
yang diperoleh berdasarkan peraturan Kepala BNPB nomor 2 Tahun 2012 mengenai
Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bancanapada Tabel 1. Hasil klasifikasi selanjutnya
dipetakan menjadi peta potensi resiko bahaya gempabumi di Kab Pemalang.
17
Tabel 3.4.2.1 Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi sesuai Perka BNPB No 2 Tahun
2012
Bencana Kelas tingkatan resiko
Gempabumi
Rendah Sedang Tinggi
PGA
<0,2501g
0,2501g
< PGA <
0,70g
PGA
>
0,701g
Selain itu, tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan nilai PGA juga diklasifikasikan
sesuai kriteria Fauzi (2001) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tingkat Resiko Nilai PGA (gal)
Sangat Kecil 0- 25
Kecil 25 – 50
Sedang I 50 – 75
Sedang II 75 – 100
Sedang III 100 – 125
Besar I 125 – 150
Besar II 150 – 200
Besar III 200 – 300
Sangat Besar I 300 – 600
Sangat Besar II > 600
Hasil sebaran nilai PGA hasil penelitian berdasarkan persamaan Fukushima dan Tanaka
(1990) dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, nilai PGA berkisar antara
13,89-34,44 gal. Nilai PGA terbesar berada di sebelah barat Kab Pemalang yaitu
loga=0,41M-log R+0,03x310 -0,003R4+1,28
Kec Watukumpul dan Kecamatan Moga. NilaiPGA yang tinggi di daerah tersebut
merupakan kontribusi dari gempabumi Tegal yang terjadi pada tanggal 22 Maret 2015.
Gempabumi Tegal terjadi di darat dengan
lokasi episenter pada 6.9858 LS dan 109.056 BT dan magnitudo 4,7 MB yang
diduga akibatdari proses aktivasi sesar lokal. Padapersamaan Fukushima Tanaka
(1990), perhitungan PGA didasarkan pada besar magnitudo dan jarak hiposenter
gempabumi. Sehingga gempa bumi Tegal memberikan kontribusi nilai PGA yang besar
karena karenamemiliki jarak yang sangat dekat dengan lokasi penelitian dan kedalaman
sumber yangdangkal (10 km).
0,41MS
18
Gambar 2. Peta percepatan getaran tanah maksimum kab pemalang berdasarkan
persamaan Fukushima dan Tanaka (1990)
Pada Gambar 3.a menunjukkan tingat resiko bahaya gempa bumi lokasi penelitian
berdasarkan klasifikasi BNPB (2012) termasuk dalam kategori rendah (<0,25g). Pada
Gambar 3.b menunjukkan tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan klasifikasi
Fauzi (2001) ) termasuk kategori sangat kecil dan kecil (Kec Watukumpul dan Kec Moga)
Percepatan getaran tanah maksimum di Kab Pemalang berasal dari aktivitas gempa bumi
tektonik dan aktivitas sesar lokal di luar wilayah Kab Pemalang. Nilai PGA hasil
perhitungan bukan berasal dari aktivitas sesar lokal yang berada di daerah Pemalang.
Gambar 3. Persepsi Masyarakat mengenai Konsep 3R (Sumber: Hasil olah data statistik, 2017)
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah nilai PGA di wilayah Kab Pemalang
berdasarkan persamaan Fukushima-Tanaka(1990) dan data gempabumi tahun 1980 –
April 2018 berkisar antara 13,89-34,44 gal. Klasifikasi tingkat resiko gempabumi daerah
penelitian berdasarkan nilai PGA termasuk dalam kategori rendah.

More Related Content

Similar to Gerakan Tanah di Indonesia

Similar to Gerakan Tanah di Indonesia (20)

Mass wasting
Mass wastingMass wasting
Mass wasting
 
Tanah Longsor oleh BAYYINATUN NABILAH ( A1H009006 )
Tanah Longsor oleh BAYYINATUN NABILAH ( A1H009006 )Tanah Longsor oleh BAYYINATUN NABILAH ( A1H009006 )
Tanah Longsor oleh BAYYINATUN NABILAH ( A1H009006 )
 
Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)
 
Tenaga Eksogen
Tenaga EksogenTenaga Eksogen
Tenaga Eksogen
 
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptxPROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
Tanah lonsor
Tanah lonsorTanah lonsor
Tanah lonsor
 
Tanah lonsor
Tanah lonsorTanah lonsor
Tanah lonsor
 
Makalah plh tanah longsor
Makalah plh tanah longsorMakalah plh tanah longsor
Makalah plh tanah longsor
 
Tanah lonsor
Tanah lonsorTanah lonsor
Tanah lonsor
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
makalah-erosi
makalah-erosimakalah-erosi
makalah-erosi
 
Macam - Macam Erosi
Macam - Macam ErosiMacam - Macam Erosi
Macam - Macam Erosi
 
Menganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasiMenganalisis teks eksplanasi
Menganalisis teks eksplanasi
 
Tugas Geo 2
Tugas Geo 2Tugas Geo 2
Tugas Geo 2
 
Makalah ruliana
Makalah rulianaMakalah ruliana
Makalah ruliana
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdfadoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
 

Recently uploaded

Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 

Recently uploaded (9)

Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 

Gerakan Tanah di Indonesia

  • 1. 5 2.3.1 Sistem Gerakan Tanah Di Indonesia Menurut ESDM Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempabumi. Gunungapi yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunungapi aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunungapi dan gempabumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempabumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami. gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Gambar 2.4.2 : Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan 2.3.1 Jenis Gerakan Tanah di Indonesia Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
  • 2. 6 rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban. jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. 1. Longsoran Translasi Gambar 2.3.1.1: Longsoran translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Gambar 2.3.1.2: Longsoran Rotasi Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. 3. Pergerakan Blok Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
  • 3. 7 Gambar 2.3.1.3 : Pergerakan Blok 4. Runtuhan Batu Gambar 2.3.1.4 : Runtuhan Batuan Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng- gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah. 5. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
  • 4. 8 Gambar 2.3.1.5: Aliran Bahan Rombakan 6. Rayapan Tanah Gambar 2.3.1.6 : Rayapan Tanah Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah. 2.4.6 Faktor-faktor Penyebab Gerakan Tanah 1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkat nya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
  • 5. 9 1 2 Gambar 2.4.6 .1 : penyebab tanah longsor karna hujan penguapan air di permukaan tanah dalam. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah. 2. Lereng Terjal Gambar 2.4.6 .2 : Lereng Terjal Lereng terjal merupakan salah satu penyebab terjadinya gerakan tanah dikarenakan dengan model seperti ini akan mempermudah atau mempercepat terjadinya runtuhan batuan/tanah dari atas menujuh bawah lereng
  • 6. 10 Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar. 3. Tanah yang kurang padat dan tebal Gambar 2.4.6 .3 : Tanah yang kurang padat dan tebal Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas. 4. Jenis Tata Lahan Gambar 2.4.6 .4 : Jenis Tata Lahan
  • 7. 11 penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama. 5. Getaran Gambar 2.4.6 .5 : Getaran Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. 6. Adanya Beban Tambahan Gambar 2.4.6 .6 : adanya benda tambahan Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
  • 8. 12 7. Pengikisan/Erosi Gambar 2.4.6.7 : Pengikisan/Erosi Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal. 8. Adanya material timbunan pada tebing Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya Gambar 2.4.6 .8: adanya material timbunan pada tebing Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
  • 9. 13 9. Pengundulan Hutan Gambar2.4.6 .9: Pengundulan hutan Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang. 10. Daerah Pembuangan Sampah Gambar2.4.6 .10: daerah pembuagan sampah Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
  • 10. 14 2.5 Pengertian Metode Geofisika Dalam penelitian Gerakan tanah diperlukan suatu metode yang dapat membantu dalam pengukuran hasil dilapangan salah satu metode yang mudah dan praktis digunakan yaitu salah satunya metode mikroseismik ini merupakan metode yang berasal dari metode geofisika dimana metode ini merupakan metode yang banyak berperan dalam beberapa bidang seperti eksplorasi gas bumi dan minyak bumi, panas bumi, pembelajaran struktur dalam bumi, studi kegunungapian serta kegempaan. Alat mikroseismik harus bisa mengidentifikasi adanya peluruhan getaran yang ada pada medium, bersama dengan broadband seismometer mengukur secara real time pergerakan tanah kemudian direkam sebagai fungsi waktu. Mikroseismik adalah aktivitas gelombang seismik yang memiliki ukuran kecil, sama dengan proses gempabumi namun belum pasti dirasakan oleh manusia terbanyak yaitu diperoleh dari peristiwa kompaksi yang disebabkan oleh adanya overburden. Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga mampu mendeteksi adanya peristiwa overburden. Salah satu masalah dalam metode mikroseismik ialah adanya pemikiran lama yaitu keberadaan geophone harus dekat dengan sumber. Namun hal ini mampu diatasi dengan memasang ratusan sampai ribuan geophone untuk menciptakan sejenis mikrofon parabola yang mampu mendeteksi secara bersamaan beberapa peristiwa mikroseismik. Hal ini dikarenakan mikroseismik dapat menentukan lokasi sumber, yang berasal banyak dari fracture atau kompaksi, sehingga dapat diketahui jarak antara lokasi dengan komponen mikroseismik yang penting. Pemanfaat metode mikroseismik dapat dilakukan diberbagai sektor, diantaranya yaitu mikrotremor panas bumi dan hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Secara umum, sinyal mikroseismik terproses dan terekam hampir sama dengan sinyal gempa tektonik. Namun, pada analisa sinyal gempa tektonik membahas magnitudo diatas 5 Mw, sedangkan analisa gempa mikro di wilayah geotermal berada pada magnitudo kurang dari 3 Mw (Julian and Foulger, 2009). Pertama sinyal kontinu yang terekam dianalisa menggunakan deteksi algoritma gempabumi agar dapat mengetahui kapan sumber energi impulsif muncul. selanjutnya seismogram akan menyimpan sinyal termasuk beberapa trigger time window yang digunakan untuk menangkap data dalam bentuk sinyal digital
  • 11. 15 bentuk sinyal digital. Pada aplikasi borehole, sensor triaxial ini digunakan untuk menjelaskan mengenai orientasi raypath dari fase insiden. Pada pemodelan kecepatan secara detail dalam industri minyak dan gas bisa direkontruksi melalui sonic logs dan event location dikalkulasi pada titik yang sesuai dengan analisa waktu tiba pada beda fase dan orientasi raypath. Atribut seismik yang dapat didapatkan dari perekaman ini yang didefinisikan melalui frekuensi dan amplitudo yaitu magnitudo, asumsi dari beberapa patahan dari stress dan energi potensial, serta zona area patahan dapat bermanfaat untuk interpretasi dari seismik ini dan bisa langsung terkomputasi. Menurut Nakamura (2000) gelombang mikroseismik dibagi menjadi dua yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang badan. Gelombang Rayleigh termasuk kedalam gelombang permukaan yang merambat pada permukaan tanah dan gelombang badan merambat melalui batuan dasar. Selain itu Nakamura mengasumsikan data mikroseismik terbentuk dari beberapa jenis gelombang, namun yang paling utama merupakan gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen diatas batuan dasar. Pengamatan ini dapat memberi informasi tentang sifat dinamis di suatu lokasi seperti nilai dominan dari periode dan amplitudo. Selain itu dapat mengetahui lebih detail tentang kecepaan gelombang geser di suatu daerah. 2.6. Metode Dasar Penelitian Pulau Jawa termasuk bagian dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif (Jawa Barat bagian barat) dan Satuan Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Baratbagian barat – Jawa Tengah – Jawa Timur) sehingga merupakan Daerah Rawan Gempa bumi Indonesia VI, VII, VIII dan IX (Soehaimi, 2008). Tingginya aktivitas gempa bumi di pulai Jawa disebabkan karena pulau Jawa terletak pada zona pertemuan dua lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia (Natawidjaya,1995). Kondisi ini membuat penilaian resiko bahaya gempa bumi di pulau Jawa berbasis makrozonasi dan mikrozonasi perlu dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka mewaspadai bahaya gempa bumi dimasa mendatang (Soehaimi, 2008). Penilaian resiko gempa bumi yang pernah dialami suatu daerah dapat dilakukan.
  • 12. 16 Gambar 3.4. Peta sebaran episenter dan magnitudo data gempa bumi pada penelitian. 3.4.1 Percepatan perhitungan getaran tanah maksimum (PGA) Percepatan getaran tanah maksimum (PGA) pada penelitian ini dihitung menggunakan persamaan Fukushima dan Tanaka (1990) berikut: dimana a adalah percepatah getaran tanah, MS adalah magnitudo gelombang permukaan dan R adalah jarak hiposenter. Nilai MS diperoleh dari data gempa dan konversi magnitudo gelombang body (MB) menurut Firmansyah (1991) dalam Aldiamar (2007). Jarak hiposenter diperoleh dari parameter kedalaman gempabumi (h) dan jarak episenter gempa (∆) yang dihitung menggunakan persamaan Jarak episenter gempa bumi dihitung dari grid titik pengukuran PGA yang ditentukan diKab pemalang dengan jarak spasi 10 km. 3.4.2 klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi ditentukan berdasarkan nilai PGA yang diperoleh berdasarkan peraturan Kepala BNPB nomor 2 Tahun 2012 mengenai Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bancanapada Tabel 1. Hasil klasifikasi selanjutnya dipetakan menjadi peta potensi resiko bahaya gempabumi di Kab Pemalang.
  • 13. 17 Tabel 3.4.2.1 Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi sesuai Perka BNPB No 2 Tahun 2012 Bencana Kelas tingkatan resiko Gempabumi Rendah Sedang Tinggi PGA <0,2501g 0,2501g < PGA < 0,70g PGA > 0,701g Selain itu, tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan nilai PGA juga diklasifikasikan sesuai kriteria Fauzi (2001) yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat Resiko Nilai PGA (gal) Sangat Kecil 0- 25 Kecil 25 – 50 Sedang I 50 – 75 Sedang II 75 – 100 Sedang III 100 – 125 Besar I 125 – 150 Besar II 150 – 200 Besar III 200 – 300 Sangat Besar I 300 – 600 Sangat Besar II > 600 Hasil sebaran nilai PGA hasil penelitian berdasarkan persamaan Fukushima dan Tanaka (1990) dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, nilai PGA berkisar antara 13,89-34,44 gal. Nilai PGA terbesar berada di sebelah barat Kab Pemalang yaitu loga=0,41M-log R+0,03x310 -0,003R4+1,28 Kec Watukumpul dan Kecamatan Moga. NilaiPGA yang tinggi di daerah tersebut merupakan kontribusi dari gempabumi Tegal yang terjadi pada tanggal 22 Maret 2015. Gempabumi Tegal terjadi di darat dengan lokasi episenter pada 6.9858 LS dan 109.056 BT dan magnitudo 4,7 MB yang diduga akibatdari proses aktivasi sesar lokal. Padapersamaan Fukushima Tanaka (1990), perhitungan PGA didasarkan pada besar magnitudo dan jarak hiposenter gempabumi. Sehingga gempa bumi Tegal memberikan kontribusi nilai PGA yang besar karena karenamemiliki jarak yang sangat dekat dengan lokasi penelitian dan kedalaman sumber yangdangkal (10 km). 0,41MS
  • 14. 18 Gambar 2. Peta percepatan getaran tanah maksimum kab pemalang berdasarkan persamaan Fukushima dan Tanaka (1990) Pada Gambar 3.a menunjukkan tingat resiko bahaya gempa bumi lokasi penelitian berdasarkan klasifikasi BNPB (2012) termasuk dalam kategori rendah (<0,25g). Pada Gambar 3.b menunjukkan tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan klasifikasi Fauzi (2001) ) termasuk kategori sangat kecil dan kecil (Kec Watukumpul dan Kec Moga) Percepatan getaran tanah maksimum di Kab Pemalang berasal dari aktivitas gempa bumi tektonik dan aktivitas sesar lokal di luar wilayah Kab Pemalang. Nilai PGA hasil perhitungan bukan berasal dari aktivitas sesar lokal yang berada di daerah Pemalang. Gambar 3. Persepsi Masyarakat mengenai Konsep 3R (Sumber: Hasil olah data statistik, 2017) Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah nilai PGA di wilayah Kab Pemalang berdasarkan persamaan Fukushima-Tanaka(1990) dan data gempabumi tahun 1980 – April 2018 berkisar antara 13,89-34,44 gal. Klasifikasi tingkat resiko gempabumi daerah penelitian berdasarkan nilai PGA termasuk dalam kategori rendah.