Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik yang bergerak menabrak satu sain lain, menyebabkan terbentuknya gunung berapi, palung, dan patahan di sepanjang pulau-pulau. Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif yang dapat menyebabkan bencana letusan dan gempa bumi. Jenis tanah dan kondisi lereng yang curam juga berperan dalam terjadinya longsor yang berbahaya.
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
Gerakan Tanah di Indonesia
1. 5
2.3.1 Sistem Gerakan Tanah Di Indonesia
Menurut ESDM Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling
menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali
dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan,
punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunungapi, dan sebaran sumber
gempabumi. Gunungapi yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13%
dari jumlah gunungapi aktif dunia.
Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunungapi dan
gempabumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi
gempabumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan
gelombang Tsunami. gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan
kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal
berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan
berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan
dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
Gambar 2.4.2 : Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
2.3.1 Jenis Gerakan Tanah di Indonesia
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
2. 6
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban.
jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Gambar 2.3.1.1: Longsoran translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Gambar 2.3.1.2: Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
3. 7
Gambar 2.3.1.3 : Pergerakan Blok
4. Runtuhan Batu
Gambar 2.3.1.4 : Runtuhan Batuan
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng- gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
5. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
4. 8
Gambar 2.3.1.5: Aliran Bahan Rombakan
6. Rayapan Tanah
Gambar 2.3.1.6 : Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah
waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,
pohon, atau rumah miring ke bawah.
2.4.6 Faktor-faktor Penyebab Gerakan Tanah
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkat nya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
5. 9
1
2
Gambar 2.4.6 .1 : penyebab tanah longsor karna hujan
penguapan air di permukaan tanah dalam. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah
menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah
karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat
tanah.
2. Lereng Terjal
Gambar 2.4.6 .2 : Lereng Terjal
Lereng terjal merupakan salah satu penyebab terjadinya gerakan tanah dikarenakan
dengan model seperti ini akan mempermudah atau mempercepat terjadinya runtuhan
batuan/tanah dari atas menujuh bawah lereng
6. 10
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya
terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Gambar 2.4.6 .3 : Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa
terlalu panas.
4. Jenis Tata Lahan
Gambar 2.4.6 .4 : Jenis Tata Lahan
7. 11
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
5. Getaran
Gambar 2.4.6 .5 : Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan,
lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
6. Adanya Beban Tambahan
Gambar 2.4.6 .6 : adanya benda tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada
daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
8. 12
7. Pengikisan/Erosi
Gambar 2.4.6.7 : Pengikisan/Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
8. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya
Gambar 2.4.6 .8: adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila
hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
9. 13
9. Pengundulan Hutan
Gambar2.4.6 .9: Pengundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan
air tanah sangat kurang.
10. Daerah Pembuangan Sampah
Gambar2.4.6 .10: daerah pembuagan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak
dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
10. 14
2.5 Pengertian Metode Geofisika
Dalam penelitian Gerakan tanah diperlukan suatu metode yang dapat membantu
dalam pengukuran hasil dilapangan salah satu metode yang mudah dan praktis digunakan
yaitu salah satunya metode mikroseismik ini merupakan metode yang berasal dari
metode geofisika dimana metode ini merupakan metode yang banyak berperan dalam
beberapa bidang seperti eksplorasi gas bumi dan minyak bumi, panas bumi, pembelajaran
struktur dalam bumi, studi kegunungapian serta kegempaan. Alat mikroseismik harus
bisa mengidentifikasi adanya peluruhan getaran yang ada pada medium, bersama dengan
broadband seismometer mengukur secara real time pergerakan tanah kemudian direkam
sebagai fungsi waktu. Mikroseismik adalah aktivitas gelombang seismik yang memiliki
ukuran kecil, sama dengan proses gempabumi namun belum pasti dirasakan oleh manusia
terbanyak yaitu diperoleh dari peristiwa kompaksi yang disebabkan oleh adanya
overburden. Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga mampu mendeteksi
adanya peristiwa overburden. Salah satu masalah dalam metode mikroseismik ialah
adanya pemikiran lama yaitu keberadaan geophone harus dekat dengan sumber.
Namun hal ini mampu diatasi dengan memasang ratusan sampai ribuan geophone
untuk menciptakan sejenis mikrofon parabola yang mampu mendeteksi secara bersamaan
beberapa peristiwa mikroseismik. Hal ini dikarenakan mikroseismik dapat menentukan
lokasi sumber, yang berasal banyak dari fracture atau kompaksi, sehingga dapat diketahui
jarak antara lokasi dengan komponen mikroseismik yang penting. Pemanfaat metode
mikroseismik dapat dilakukan diberbagai sektor, diantaranya yaitu mikrotremor panas
bumi dan hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Secara umum, sinyal mikroseismik
terproses dan terekam hampir sama dengan sinyal gempa tektonik. Namun, pada analisa
sinyal gempa tektonik membahas magnitudo diatas 5 Mw, sedangkan analisa gempa
mikro di wilayah geotermal berada pada magnitudo kurang dari 3 Mw (Julian and
Foulger, 2009). Pertama sinyal kontinu yang terekam dianalisa menggunakan deteksi
algoritma gempabumi agar dapat mengetahui kapan sumber energi impulsif muncul.
selanjutnya seismogram akan menyimpan sinyal termasuk beberapa trigger time window
yang digunakan untuk menangkap data dalam bentuk sinyal digital
11. 15
bentuk sinyal digital.
Pada aplikasi borehole, sensor triaxial ini digunakan untuk menjelaskan mengenai
orientasi raypath dari fase insiden. Pada pemodelan kecepatan secara detail dalam industri
minyak dan gas bisa direkontruksi melalui sonic logs dan event location dikalkulasi pada
titik yang sesuai dengan analisa waktu tiba pada beda fase dan orientasi raypath. Atribut
seismik yang dapat didapatkan dari perekaman ini yang didefinisikan melalui frekuensi
dan amplitudo yaitu magnitudo, asumsi dari beberapa patahan dari stress dan energi
potensial, serta zona area patahan dapat bermanfaat untuk interpretasi dari seismik ini dan
bisa langsung terkomputasi.
Menurut Nakamura (2000) gelombang mikroseismik dibagi menjadi dua yaitu
gelombang Rayleigh dan gelombang badan. Gelombang Rayleigh termasuk kedalam
gelombang permukaan yang merambat pada permukaan tanah dan gelombang badan
merambat melalui batuan dasar. Selain itu Nakamura mengasumsikan data mikroseismik
terbentuk dari beberapa jenis gelombang, namun yang paling utama merupakan
gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen diatas batuan dasar.
Pengamatan ini dapat memberi informasi tentang sifat dinamis di suatu lokasi seperti nilai
dominan dari periode dan amplitudo. Selain itu dapat mengetahui lebih detail tentang
kecepaan gelombang geser di suatu daerah.
2.6. Metode Dasar Penelitian
Pulau Jawa termasuk bagian dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif (Jawa
Barat bagian barat) dan Satuan Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Baratbagian barat –
Jawa Tengah – Jawa Timur) sehingga merupakan Daerah Rawan Gempa bumi Indonesia
VI, VII, VIII dan IX (Soehaimi, 2008). Tingginya aktivitas gempa bumi di pulai Jawa
disebabkan karena pulau Jawa terletak pada zona pertemuan dua lempeng tektonik yaitu
lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia (Natawidjaya,1995).
Kondisi ini membuat penilaian resiko bahaya gempa bumi di pulau Jawa berbasis
makrozonasi dan mikrozonasi perlu dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dalam rangka mewaspadai bahaya gempa bumi dimasa mendatang (Soehaimi, 2008).
Penilaian resiko gempa bumi yang pernah dialami suatu daerah dapat dilakukan.
12. 16
Gambar 3.4. Peta sebaran episenter dan magnitudo data gempa bumi pada penelitian.
3.4.1 Percepatan perhitungan getaran tanah maksimum (PGA)
Percepatan getaran tanah maksimum (PGA) pada penelitian ini dihitung
menggunakan persamaan Fukushima dan Tanaka (1990) berikut:
dimana a adalah percepatah getaran tanah, MS adalah magnitudo gelombang permukaan
dan R adalah jarak hiposenter.
Nilai MS diperoleh dari data gempa dan konversi magnitudo gelombang body (MB)
menurut Firmansyah (1991) dalam Aldiamar (2007). Jarak hiposenter diperoleh dari
parameter kedalaman gempabumi (h) dan jarak episenter gempa (∆) yang dihitung
menggunakan persamaan
Jarak episenter gempa bumi dihitung dari grid titik pengukuran PGA yang
ditentukan diKab pemalang dengan jarak spasi 10 km.
3.4.2 klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi
Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi ditentukan berdasarkan nilai PGA
yang diperoleh berdasarkan peraturan Kepala BNPB nomor 2 Tahun 2012 mengenai
Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bancanapada Tabel 1. Hasil klasifikasi selanjutnya
dipetakan menjadi peta potensi resiko bahaya gempabumi di Kab Pemalang.
13. 17
Tabel 3.4.2.1 Klasifikasi tingkat resiko bahaya gempabumi sesuai Perka BNPB No 2 Tahun
2012
Bencana Kelas tingkatan resiko
Gempabumi
Rendah Sedang Tinggi
PGA
<0,2501g
0,2501g
< PGA <
0,70g
PGA
>
0,701g
Selain itu, tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan nilai PGA juga diklasifikasikan
sesuai kriteria Fauzi (2001) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tingkat Resiko Nilai PGA (gal)
Sangat Kecil 0- 25
Kecil 25 – 50
Sedang I 50 – 75
Sedang II 75 – 100
Sedang III 100 – 125
Besar I 125 – 150
Besar II 150 – 200
Besar III 200 – 300
Sangat Besar I 300 – 600
Sangat Besar II > 600
Hasil sebaran nilai PGA hasil penelitian berdasarkan persamaan Fukushima dan Tanaka
(1990) dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, nilai PGA berkisar antara
13,89-34,44 gal. Nilai PGA terbesar berada di sebelah barat Kab Pemalang yaitu
loga=0,41M-log R+0,03x310 -0,003R4+1,28
Kec Watukumpul dan Kecamatan Moga. NilaiPGA yang tinggi di daerah tersebut
merupakan kontribusi dari gempabumi Tegal yang terjadi pada tanggal 22 Maret 2015.
Gempabumi Tegal terjadi di darat dengan
lokasi episenter pada 6.9858 LS dan 109.056 BT dan magnitudo 4,7 MB yang
diduga akibatdari proses aktivasi sesar lokal. Padapersamaan Fukushima Tanaka
(1990), perhitungan PGA didasarkan pada besar magnitudo dan jarak hiposenter
gempabumi. Sehingga gempa bumi Tegal memberikan kontribusi nilai PGA yang besar
karena karenamemiliki jarak yang sangat dekat dengan lokasi penelitian dan kedalaman
sumber yangdangkal (10 km).
0,41MS
14. 18
Gambar 2. Peta percepatan getaran tanah maksimum kab pemalang berdasarkan
persamaan Fukushima dan Tanaka (1990)
Pada Gambar 3.a menunjukkan tingat resiko bahaya gempa bumi lokasi penelitian
berdasarkan klasifikasi BNPB (2012) termasuk dalam kategori rendah (<0,25g). Pada
Gambar 3.b menunjukkan tingkat resiko bahaya gempabumi berdasarkan klasifikasi
Fauzi (2001) ) termasuk kategori sangat kecil dan kecil (Kec Watukumpul dan Kec Moga)
Percepatan getaran tanah maksimum di Kab Pemalang berasal dari aktivitas gempa bumi
tektonik dan aktivitas sesar lokal di luar wilayah Kab Pemalang. Nilai PGA hasil
perhitungan bukan berasal dari aktivitas sesar lokal yang berada di daerah Pemalang.
Gambar 3. Persepsi Masyarakat mengenai Konsep 3R (Sumber: Hasil olah data statistik, 2017)
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah nilai PGA di wilayah Kab Pemalang
berdasarkan persamaan Fukushima-Tanaka(1990) dan data gempabumi tahun 1980 –
April 2018 berkisar antara 13,89-34,44 gal. Klasifikasi tingkat resiko gempabumi daerah
penelitian berdasarkan nilai PGA termasuk dalam kategori rendah.