SlideShare a Scribd company logo
1 of 121
Download to read offline
Dosen Pengampu:
Edi Nursalam
KELOMPOK 1 REGULER A
Perencanaan
Jalan Rel
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
1 Gambaran Perkeretaapian
2 Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel
3 Pembebanan Struktur Jalan Rel
4 Komponan Rel Baru
5 Wesel
6 Penambat Rel
7 Bantalan Rel
8 Balast
9 Pengelasan Rel
10 Drainase
Daftar Materi
Gambaran
Perkeretaapian
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 1
Peran dan Fungsi Transportasi
Transportasi merupakan permintaan turunan (derived demand), transportasi ada
karena adanya kebutuhan.
Fungsi Transportasi:
Penggerak pembangunan (promoting function)
Pembangunan prasarana transportasi dapat membuka isolasi suatu daerah dan
menunjang program perluasan wilayah.
Pelayanan (servicing function)
Prasarana transportasi yang baik dapat menunjang dan mengakselerasi aktivitas
ekonomi di berbagai sektor wilayah.
Transportasi Terdiri dari:
Transportasi Jalan
Transportasi Rel
Transportasi danau dan
penyebragan
Transportasi Laut
Transportasi Udara
Regulasi Terkait
Definisi
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas
operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi
lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta
perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api.
Sejarah Kereta Api
Awalnya menggunakan kereta yang ditarik kuda
Menggunakan rel dan roda dari besi
Penggunaan tenaga uap untuk menarik kereta
Sejarah Kereta Api di Indonesia
Perkeretaapian nasional di Indonesia telah
dimulai pada jaman penjajahan Belanda
sejak abad ke-19 (Tahun 1864), yaitu
dengan dibangunnya jalan kereta api
antara Stasiun Stasiun Kemijen
denganTanggung di daerah Semarang
(JawaTengah) sepanjang 26 Km.
Keunggulan Transportasi Kereta Api
Kapasitas Angkut Besar.
Ramah Lingkungan.
Pelayanan Aktivitas Khusus.
Keselamatan Perjalanan.
Keandalan Waktu Pencapaian (aspek own-track).
Kelemahan Transportasi Kereta Api
Tidak dapat mengangkut door to door
Memerlukan biaya investasi yang besar, jangka panjang
dan pengembalian rendah (highly capital intensive)
Fixed cost tinggi (± 80 %)
Variable cost relatif rendah (± 20 %)
SARANA
PRASARANA
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
Struktur dan
Klasifikasi Jalan Rel
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 2
Sruktur Jalan Rel
Prasarana kereta api lebih terperinci
lagi dapat digolongkan sebagai :
a. Jalur atau jalan rel,
b. Bangunan stasiun,
c. Jembatan,
d. Sinyal dan telekomunikasi
Sruktur Jalan Rel
• Struktur Bagian Atas, bagian atas terdiri atas rel, bantalan dan penambat.
• Struktur Bagian Bawah, yaitu bagian fondasi, terdiri atas balas, sub balas, dan tanah
dasar.
Detail Struktur Rel
Sruktur Jalan Rel
Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk
konstruksi, yaitu :
a. Jalan rel dalam konstruksi timbunan,
b. Jalan rel dalam konstruksi galian. Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya
terdapat pada daerah persawahan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada
konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pergunungan.
Unsur Komponen Jalan Rel
Secara umum komponen-komponen penyusun jalan rel dijelaskan
sebagai berikut :
1. Rel (Rail) Rel
2. Penambat (Fastening System)
3. Bantalan (Sleeper)
4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)
5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)
6. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Kriteria Struktur Jalan Rel
• Kekakuan (stiffness)
• Elastisitas
• Ketahanan terhadap deformasi tetap
• Stabilitas
• Kemudahan pengaturan(adjustability)
Pengelompokan Jalan Rel
Menurut Lebar Jalan Rel
Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada
daerah 0 –14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel.
Menurut Lebar Jalan Rel
Penggolongan menurut Lebar Sepur Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara
kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 – 14 mm di bawah permukaan teratas
kepala rel.
Ukuran lebar sepur pada struktur jalan rel :
• Sepur Standar (standard gauge), lebar sepur 1435 mm, digunakan di negara-negara
Eropa, Turki, Iran, USA dan Jepang.
• Sepur Lebar (broael gauge), lebar sepur > 1435 mm, digunakan pada negara
Finlandia, Rusia (1524 mm), Spanyol, Pakistan, Portugal dan India (1676 mm).
• Sepur Sempit (narrow gauge), lebar sepur < 1435 mm, digunakan di negara
Indonesia, Amerika Latin, Jepang, Afrika Selatan (1067 mm), Malaysia, Birma,
Thailand, dan Kamboja (1000 mm).
Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan Maksimum yang
diijinkan untuk Indonesia:
• Kelas Jalan I : 120 km/jam
• Kelas Jalan II : 110 km/jam
• Kelas Jalan III : 100 km/jam
• Kelas Jalan IV : 90 km/jam
• Kelas Jalan V : 80 km/jam
Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan:
Dikenal ada 4 kecepatan:
• Kecepatan perancangan
• Kecepatan maksimum
• Kecepatan operasi
• Kecepatan komersial
Penggolongan jalan rel menurut Jumlah Jalur:
jalur tunggal, melayani arus kereta api dua arah
jalur ganda, melayani arus kereta api satu arah
Pembebanan
Struktur Jalan Rel
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 3
Beban dan Gaya Pada Rel
Pembebanan dan pergerakan kereta api di atas struktur jalan rel menimbulkan
berbagai gaya pada rel.
Gaya-gaya tersebut adalah; Gaya vertikal, Gaya transversal (lateral) dan
gaya longitudinal.
Beban dan Gaya Pada Rel
1. GAYA VERTIKAL
Merupakan gaya yang paling DOMINAN DEFLEKSI VERTIKAL dalam struktur jalan
rel. Secara global, besarnya gaya vertikal dipengaruhi oleh:
a. GAYA LOKOMOTIF (locomotive)
Jenis lokomotif akan menentukan jumlah bogie dan gandar yang akan mempengaruhi
berat beban gandar di atas rel yang dihasilkannya. Gaya lokomotif di Indonesia
umumnya terdiri dari : lokomotif BB dan lokomotif CC.
Beban dan Gaya Pada Rel
b. GAYA KERETA (car, coach)
Berat Kereta jika dimuati adalah sekitar 40 ton, dan ditumpu dengan 2 bogie (Pb = 20
ton), dengan masing-masing bogie terdiri 2 gandar (Pg = 10 ton), sehingga Ps = 5 ton.
Beban dan Gaya Pada Rel
c. GAYA GERBONG (wagon).
Prinsip pembebanan sama, dan satu gerbong dapat terdiri dari 2 gandar (tanpa bogie)
dan 4 gandar (dengan 2 bogie).
d. FAKTOR DINAMIS
Gaya Lateral Pada Rel
Penyebab Gaya Lateral:
Gaya Sentrifugal
Snake Motion
Ketidakataan Geometri Jalan Rel
Gaya Longitudinal Pada Rel
Penyebab Gaya Longitudinal:
Gaya adhesi (akibat gesekan roda dan kepala rel)
Gaya akibat pengereman roda terhadap rel
Perubahan suhu pada rel (thermal stress)
Faktor Dinamis
Faktor dinamis dipengaruhi oleh:
• faktor aerodinamis (hambatan udara & beban angin)
• kondisi geometrik (ketidak rataan) jalan
• kecepatan rangkaian KA
Beban Dinamis
Pd = Ps x lp
Beban dinamis (Pd) diperoleh dari perkalian faktor dinamis terhadap beban
statis (Ps) yang diperhitungkan.
Dimana,
Ps = Pstatis pada roda
Ip = faktor dinamis
Komponen Rel
Baru
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 4
Komponen Rel
Suatu komponen rel terdiri dari 4 bagian,
yaitu :
• Permukaan Rel untuk Pergerakan K A ,running surface (Rail Thread)
• Kepala Rel (Head)
• Badan Rel (Web)
• Dasar Rel (Base)
Fungsi Rel
Komponen rel berfungsi sebagai :
Penerima beban langsung dari kendaraan sebelum di distribusikan ke
komponen lainnya.
1.
Mengarahkan jalannya kendaraan rel.
2.
Unsur pengikat dalam membentuk struktur jalan rel. Rel merupakan
komponen baja longitudinal yang secara langsung menuntun pergerakan
roda kereta api secara berterusan. Oleh itu, harus memiliki nilai kekakuan
balok tertentu sehingga perpindahan beban titik roda dapat menyebar
secara baik pada tumpuan di bantalan dan tidak menimbulkan defleksi
permanen pada balok rel di antara titik tumpuan.
3.
Jenis-Jenis Rel yang digunakan oleh PT.KAI
Contoh Gambar Rel di Indonesia
Penggunaan Rel Berdasarkan Kelas Jalan Rel
(PD.10, 1986)
Jenis, Komposisi Kimia dan Kekerasan Rel
Rel dipilih dan disusun dari beberapa komposisi bahan kimia sedemikian
sehingga dapat tahan terhadap keausan akibat gesekan akibat roda dan
korositas. Dalam klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel tahan aus (wear
resistance rails – WR), yaitu rel WR-A, WR-B dan WR-C.
Rel yang digunakan di Indonesia (PJKA) saat ini merupakan rel WR-A,
dimana termasuk jenis baja dengan kadar yang tinggi (high steel carbon),
sedangkan WR-B dan WR-C merupakan baja dengan kadar C yang sedang
dan rendah.
Percobaan di laboratorium (Masutomo et al. 1982) menunjukkan bahwa rel
dengan kadar karbon yang tinggi lebih tahan aus daripada baja berkadar
karbon sedang.
Jenis, Komposisi Kimia dan Kekerasan Rel
KONSEP DISAIN DIMENSI REL
PERTIMBANGAN GEOMETRIK REL :
Permukaan harus cukup lebar untuk membuat tegangan kontak sekecil
mungkin.
Kepala rel harus cukup tebal untuk memberikan umur manfaat yang panjang.
Badan rel harus cukup tebal untuk menjaga dari korosi dan tegangan lentur
serta tegangan horisontal.
Dasar rel harus cukup lebar untuk dapat mengecilkan distribusi tegangan ke
bantalan.
Dasar rel juga harus tebal untuk tetap kaku dan menjaga bagian yang hilang
akibat korosi.
KONSEP DISAIN DIMENSI REL
Momen inersia harus cukup tinggi.
Tegangan horisontal direduksi oleh kepala dan dasar rel yangcukup lebar.
Stabilitas horisontal dipengaruhi oleh perbandingan lebar dan tinggi rel yang
cukup
Titik Pusat sebaiknya di tengah rel.
Geometrik badan rel harus sesuai dengan pelat sambung.
Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk mereduksi tegangan kontak.
KONSEP PEMBEBANAN REL
UMUR REL
Umur rel sangat tergantung kepada mutu rel, keadaaan
lingkungan dan beban yang bekerja. Umur rel dapat ditentukan dari :
1. Kerusakan ujung rel
2. Keausan baik di lurus maupun lengkung
3. Lelah
WESEL
(TURN OUT)
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 5
WESEL
Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur kereta api, dapat berupa jalur yang
bercabang atau persilangan antara 2 jalur. Fungsi wesel adalah untuk mengalihkan arah
perjalanan kereta api dari satu jalur ke jalur lainnya
Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang rumit dengan beberapa persyaratan dan ketentuan
pokok yang harus dipatuhi
Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut :
1. Lidah
2. Jarum beserta Sayap
3. Rel Lantak
4. Rel Paksa
5. Penggerak Wesel
LIDAH WESEL
Lidah wesel adalah bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang lidah
dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah tersebut
bersama-sama. Jika lidah menempel pada rel kiri maka pada rel kanan lidah akan
memberi celah untuk roda lewat. Demikian juga sebaliknya
Terdapat dua jenis lidah wesel.
1. Lidah berputar: lidah yang mempunyai engsel di akarnya
2. Lidah berpegas adalah lidah yang akarnya dijepit sehingga dapat melentur.
Ujung lidah dapat digeser sampai menempel rata dan menekan pada rel lantak
sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu
 dari jalur lurus ke jalur lurus atau
 dari jalur lurus ke jalur belok atau
 jalur belok ke jalur lurus
JARUM WESEL
Jarum berfungsi untuk mengarahkan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan rel
dalam wesel. Sudut lancip adalah sudut yang dibentuk jalur lurus dan jalur belok, disebut
sudut simpang arah.
Rel Lantak (stock rail)
Rel lantak berfungsi sebagai
tempat tumpuan lidah wesel sehingga
penambat pada rel lantak harus selalu
dalam keadaan baik.
Bilamana posisi rel lantak pada bantalan
tidak tertambat dengan baik karena
fastening/penambat kendor, maka yang
terjadi lidah wesel tidak akan merapat ke
rel lantak dengan sempurna. Wesel bisa
terlanggar dan roda bisa
anjlog/derailment.
Rel Paksa
Rel paksa berfungsi untuk mencegah
roda kereta api anjlog pada saat
akan melewati daerah Jarum wesel.
Rel paksa dipasang berhadapan
dengan jarum wesel (dan dengan
sayap wesel). Saat roda mendekati
jarum (diatas celah rel) kemungkinan
roda kereta api anjlog, dicegah oleh
rel paksa oleh rel paksa (lihat
gambar skema wesel)
JENIS-JENIS WESEL
Berdasarkan sudut belokan wesel, maka terdapat beberapa jenis wesel
JENIS-JENIS WESEL
JENIS-JENIS WESEL
PENAMBAT REL
(RAIL FASTENING)
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 6
PENGERTIAN UMUM PENAMBAT
Penambat rel merupakan suatu komponen yang menambatkan rel pada
bantalan sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat.
Kedudukan rel dapat bergeser diakibatkan oleh pergerakan dinamis roda
kereta yang bergerak di atas rel.
Pergerakan dinamis roda dapat mengakibatkan gaya lateral yang besar.
Oleh karena itu, kekuatan penambat sangat diperlukan untuk dapat
mengeliminasi gaya ini.
Jenis penambat digolongkan berdasarkan karakteristik perkuatan
yang dihasilkan dari sistem penambat yang digunakan.
FUNGSI PENAMBAT
Menjaga ukuran jarak antar kedua rel atau lebar sepur tetap
Menahan berbagai beban dan getaran yang terjadi pada jalan rel yang
berasal dari gerbong atau kereta (arah vertikal, horisontal dan lateral)
BEBAN TERSEBUT KEMUDIAN DITERUSKAN PADA KONSTRUKSI
YANG ADA DI BAWAHNYA (BANTALAN, TUBUH BADAN DAN BALAS)
FUNGSI PENAMBAT
Awal penggunaan : Paku (Dog-Spike) dengan penambahan alat “Anti-
Creepers”.
Penggunaan Tirpon dan Pelat Andas
Penggunaan Penambat Elastis : meredam getaran, mengatasi gaya
jepit dan memberikan perlawanan rangkak. Penambat elastik terdiri dari
dua macam : penambat elastik tunggal dan ganda.
Faktor-Faktor Penggunaan Penambat
Pengalaman pemakaian
Besarnya gaya jepit
Besarnya nilai rangkak
Kemudahan perawatan
Pemakaian kembali
Umur penambat
Harga penambat
Persyaratan Teknik Penambat
Gaya jepit penambat elastis harus kuat untuk menjamin gaya tahan rel pada bantalan > gaya
tahan rangkak bantalan pada stabilitas dasar balas
Gaya jepit penambat dapat bertahan lama, meskipun ada pelonggaran dan keausan jepitan
Frekuensi getaran alami penambat >> frekuensi getaran alami rel, untuk mengantisipasi
kehilangan kontak penambat-rel selama ada lintasan kereta
Bahan material penambat harus mempunyai kualitas baik agar
kekenyalan penambat dapat bertahan dalam jangka waktu lam
Rel dan pengencangan penambat dilakukan dengan cepat
Penyetelan penambat dapat dilakukan dengan cepat tanpa per tenaga ahli khusus
Penambat sebagai isolator listrik, dan mudah diganti jika adakerusakan
Penambat mempunyai alas karet untuk:
mencegah rangkak rel
a.
meredam tegangan vertikal
b.
melindungi permukaan bantalan
c.
mempunyai tahanan daya tahan listrik yang cukup untuk pemisahan rel dari bantalan
d.
Jenis Penambat
Jenis Penambat yang digunakan di Indonesia (PD.No.10 tahun 1986) :
Penambat Kaku
Penambat Elastis (Tunggal dan Ganda)
KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK TUNGGAL
Tirpon
Pelat Andas
Pelat Jepit Elastik
Mur
Baut
Kekuatan Jepitnya pada
batang jepit elastik
KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK GANDA
Pelat Andas
Pelat Jepit
Alas Rel
Tirpon
Mur
Baut
Alas Karet (bantalan beton)
KEUNTUNGAN PENAMBAT ELASTIK
Penambat elastis, selain mampu menahan getaran, juga dapat
menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi sehingga dapat
memberikan perlawanan terhadap gaya rangkak (creep resistance) yang
baik.
Umur bantalan rel lebih lama, karena pengaruh akibat gaya getaran pada
rel berkurang
Biaya pemasangan dan pemeliharaan lebih ekonomis dibandingkan
dengan menggunakan penambat rel konvensional (penambat kaku)
MODEL PENAMBAT ELASTIK
Daya jepit yang dihasilkan langsung:
Pandrol
DE
Dorken
First BTR.
Daya jepit yang dihasilkan dengan bantalan mur-baut atau
tirpon:
tipe F
Nabla.
BANTALAN REL
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 7
PENGERTIAN UMUM
Bantalan merupakan suatu struktur untuk mengikat rel (dengan
penambat)sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat.
Bantalan juga membentuk sistem pembebanan dari kendaraan rel
terdistribusi secara lebih ringan dan merata kepada struktur fondasi.
Bantalan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk super-
structure (struktur bagian atas) dalam struktur jalan rel.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik mengenai jenis dan
karakteristiknya, inter-koneksi daerah yang akan dilayani oleh jalan rel
(daerah timbunan atau galian) terhadap fungsi drainasi, ukuran bantalan
yang akan digunakan dan berbagai pertimbangan teknis lainnya.
FUNGSI BANTALAN REL
Mengikat rel sehingga lebar sepur tetap terjaga
Menerima beban vertikal dan laeral oleh beban di atasnya dan
mendistribusikannya ke balas sebagai gaya vertikal.
Menjaga stabilitas pergerakan struktur rel ke arah luar dengan
mendistribusikan gaya longitudina dan lateral dari rel ke balas.
menghindari kontak langsung rel dengan air
Jenis struktur bantalan dapat dibagi sesuai dengan bahan dan
karakteristik penyusunnya, yaitu :
Bantalan Kayu (Wooden Sleeper),
Bantalan Besi (Steel Sleeper),
Bantalan Beton (Concrete Sleeper),
Bantalan Slab-Track (Slab Track)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Bantalan Kayu (Wooden Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Elastisitasbaik, peredamgetaran,
sentakan, dan kebisingan
Ringan dan mudah dibentuk
Penggantian mudah
Kelemahan:
Rawan lapuk
Mudah terbakar
Nilai sisa rendah
Bantalan Besi (Steel Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
 Ringan
 Tidak mudah lapuk
 Elastisitas besar
 Umur panjang (30-40 tahun)
 Produksi mudah dan murah
 Nilai sisa tinggi
Kelemahan:
 Rawan korosi
 Konduktor listrik
Bantalan Beton (Concrete Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
 Stabilitas baik
 Umur konstruksi panjang
 Tidak dapat terbakar
 Cocok untuk mass production
 Isolator listrik
Kelemahan:
 Kurang elastis
 Berat
 Kemungkinan kerusakan selama pengangkutan
 Tidak meredam getaran dan kebisingan
 Nilai sisa sangat kecil
Bantalan Slab-Track (Slab Track)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Memiliki kualitas yang sangat tinggi
Lebih nyaman dari pada bantalan yang lain
Perawatannya sangat mudah
Kelemahan:
Membutuhkan tenaga khusus dalam
pengerjaannya
Memiliki tinggkat ketelitian yang sangat tinggi
Membutuhkan dana yang sangat besar
Pemilihan Jenis Bantalan ditentukan oleh:
Umur rencana
Karakteristik beban
Harga bantalan
Kondisi lingkungan dan tanah dasar
PEMILIHAN JENIS BANTALAN
Bentuk bantalan dapat dibagi menurut arah pemasangannya yaitu:
Bantalan Arah Melintang (Bantalan Kayu, Baja dan Beton) yang
dipasang tegak lurus arah rel, dan
Bantalan Arah Membujur (Concrete Slab-Track) yang dipasang
searah rel.
Pemasangan bantalan melintang banyak digunakan di Indonesia
BENTUK BANTALAN
BALAS (BALLAST)
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 8
Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar,
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang
terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentukanya harus sangat terpilih.
BALAS (BALLAST)
BENTUK DAN UKURAN LAPISAN BALAS ATAS
Tebal lapisan balas atas adalah seperti yang tercantum pada klasifikasi jalan rel
Indonesia.
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas adalah:
b> ½ L+x......................................... (3.10)
Dimana : L = panjang bantalan (cm)
X = 50 cm untuk kelas I dan II
= 40 cm untuk kelas III dan IV
= 35 untuk kelas V
Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2.
Bahan balas atas dihampar hingga mencapai elevasi yang sama dengan elevasi
bantalan.
BALLAST
Balas, terdiri dari lapisan atas dan lapisan bawah yang terletak
dibawah bantalan dengan fungsi sebagai berikut :
meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar;
mengokohkan kedudukan bantalan;
meneruskan aliran air sehingga tidak terjadi pengenangan air di
sekitar bantalan dan rel.
LAPISAN BALLAST
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut t 2
– 6 cm. Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik. Ketebalan lapi
saling bergesekan dapat menyerap tekanan kompresi yang cukup besar
tetapi pada arah vertikal sangat besar tetapi untuk arah lateral agak kurang.
Sedangkan lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil s lapisan
penyaring (filter) antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan haru lapisan
balas bawah adalah 15 cm.
Material Ballast
1. Batu pecah
Kelebihan :
Mempertahankan lintasan dalam
posisi
Cocok untuk lalu lintas yang padat
Bisa menahan kendaraan dengan
kecepatan tinggi
Kekurangan :
Harga pengadaan yang tinggi
Material Ballast
2. Batu Kerikil
Kelebihan :
Murah
Tidak mudah pecah/hancur
Drainase yang baik
Kekurangan :
Mudah memadat
Harus sering dilakukan perawatan
Harus dilakukan penyaringan agar
dapat ukuran yang seragam
Harus dibersihkan terlebih dahulu
Menurut Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api
Material pembentuk balas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Balas harus terdiri dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki kapasitas ketahanan yang baik,
ketahanan gesek yang tinggi, dan mudah dipadatkan.
b. Material balas harus bersudut banyak dan tajam, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
material balas merupakan batuan pecah (crushed stone) yang berasal dari pengolahan
pemecah batu.
c. Porositas maksimum sebesar 3 %.
d. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2.
e. Berat jenis (spesific gravity) minimum 2,6.
f. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5 %.
g. Kandungan minyak maksimum 0,2 %.
h. Keausan balas sesuai dengan hasil pengujian Los Angeles tidak boleh lebih dari 25%.
i. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2.
j. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi bantalan.
CIRI CIRI BALLAST YANG BAIK
Rapat
Bersih (tidak bercampur tanah dan lumpur)
Ada di bawah bantalan
Formasi/susunannya yang tidak kaku (elastis) sehingga dapat
bergerak-gerak sedikit
KERUSAKAN PADA LAPISAN BALLAST
Kerusakan yang sering terjadi pada lapisan ballast adalah :
Penurunan lapisan ballast
Penurunan lapisan ballast terjadi karena beban dinamik akibat
pergerakan kereta api yang diterima menyebabkan pergeseran material
lapisan ballast sehingga volume dan ketebalan lapisan ballast akan
berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan lapisan ballast
Terjadinya kantong ballast
Terjadinya kantong ballast disebabkan karena penurunan lapisan ballast
yang tidak teratasi, sehingga menyebabkan bagian badan jalan kereta api
(subgrade) langsung menerima tekanan beban dinamik yang lebih besar dari
kondisi semula.
DAMPAK KERUSAKAN PADA LAPISAN
BALLAST
Akibatnya badan jalan kereta api (subgrade) menjadi longsor dan material
lapisan ballast terdesak masuk ke bagian subgrade dan membuat
cekungan atau kantong ballast.
Apabila pada musim penghujan, terjadinya kantong ballast ini akan dapat
menyebabkan mud-pumping atau pemompaan tanah dasar yang
bercampur air (lumpur) keluar sehingga semakin mempercepat keruntuhan
struktur jalan kereta api.
PENGELASAN REL
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 9
FLASH BUTT
Pada umumnya dilakukan dengan mesin las tetap, tetapi juga ada mesin las
yang dapat dipindah-pindahkan sehingga pengelasan dapat diiakukan
dilokasi penyambungan rel. dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
tahanan listrik
Prosedur pengelasan:
Kedua ujung rel dihaluskan terlebih dahulu
Kedua rel ditempelkan
Diberikan tegangan listrik
Rel memanas sehingga mencapai suhu tempa
Kedua ujung rel saling ditekan dengan tekanan tinggi
Sisa las dipahat dan digerinda
FLASH BUTT
THERMIT
Memudahkan pelaksanaan pengelasan rel dilokasi dengan peralatan yang
sederhana tetapi dengan hasil las yang baik secara metalurgis, menggunakan
campuran bubuk aluminium dengan besi oksida yang pada suhu tinggi berubah
menjadi alumina dan baja, pelaksanaan berlangsung ±15 menit.
Prosedur pelaksanaan:
Kedua ujung rel diluruskan
Cetakan dipasang pada sambungan
Tungku dipasang, campuran dimasukkan
Rel dipanaskan dengan Burner gas propane sampai 900 0C
Campuran dalam tungku dinyalakan
Tungku dan cetakan dilepaskan
Sisa las dipahat dan digerinda
THERMIT
Tahap-tahap pengelasan dengan Las Thermit adalah sebagai berikut:
a.Penyiapan rel
Bersihkan permukaan rel yang akan dilas dengan karat, sisik atau material lainnya.
Jarak antara rel (celah) pada sambungan rel 24 – 26 mm.
Alinyemen vertikal - horizontal maksimum 1 mm untuk mistar ukur 1 m'.
b. Persiapan cetakan (mould) dan tempat peleburan
Pemasangan penjepit cetakan pada rel yang ditambat kaku.
Penyetelan cetakan (mould) yang baik pada sisi-sisi rel maupun bagian bawah rel.
Penutup sambungan antara cetakan dengan rel dipakai bahan pasta (bahan
khusus) sedalam 25 mm dikelilingi sambungan
THERMIT
c. Pemanasan pendahuluan (preheating).
Pemanasan pendahuluan dapat dipakai dengan Oxy Propano, brandernya
ditempatkan pada mould,
Semburan dari pemanasan dilaksanakan semburan warna nyala api biru
Pemanasan pendahuluan dilaksanakan 4 – 5 menit
d. Pelaksanaan pengelasan,
Posisi lubang tempat peleburan tepat pada posisi mould/cetakan dannyalakan
penyulut.
Setelah cairan logam mulai mengalir pada mould/cetakan dan sampai pada cairan
logam membeku (±30 detik) segera disingkirkan curcible.
Pembongkaran cetakan dilaksanakan striping pada kepala rel sesudah di las.
Penggurindaan dilakukan pada permukaan rel sehingga kepala rel bia
diukur dengan rel panjang 1 m tidak terjadi penyimpangan
THERMIT
e. Perapihan kembali.
Tempatkan kembali rel pada bantalan dan tambatkan kembali pengikat- pengikat rel.
Periksa alinyemen rel baik vertikal maupun horisontal. Kereta Api tidak boleh lewat
sebelum rel mendingin sampai 37,5 0C. Sebagai finishing/akhir pekerjaan pengelasan
akan diadakan pengetesan dengan ultrasonic yang akan ditunjuk oleh direksi. Setiap
titik las diberi nomor urut dari awal sampai akhir pada kaki rei kanan dan kiri.
THERMIT
THERMIT
ELEKTRODA
Mengelas kedua ujung rel mulai dari kaki rel ke atas menggunakan elektroda
dalam sebuah cetakan yang terbuat dari tembaga. Pengelasan kurang lebih
terjadi selama ±15 – 20 menit.
Prosedur pengelasan:
a. Pasang cetakan
b. Lakukan pemanasan awal dengan suhu 200 0C – 250 0C menggunakan
burner propane
c. Melakukan pengelasan pada celah sambungan dari bawah ke atas
d. Lepaskan cetakan
ELEKTRODA
PERENCANAAN SUBGRADE
KONSTRUKSI ENS
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 10
PENGERTIAN SUBGRADE
Subgrade/Tanah Dasar adalah merupakan lapisan tanah yang dijadikan Tubuh jalan rel
(Tubuh Bann), baik dalam keadaan tanah asli maupun dalam bentuk yang sudah
diperbaiki (improved subgrade) ataupun dalam bentuk buatan, yang memikul beban dari
lapisan balas dan sub-balas
Struktur akhir (Sub-Structure Jalan Rel)
Fungsinya sebagai Penerima beban akhir sehingga perlu didisain agar tanah mampu
menerima beban tanpa terjadi deformasi tetap.
Perlu tinjauan perilaku tanah dan kapasitas daya dukungnya.
Subgrade/Tanah dasar:
Bahan
Tanah asli
Bahan yang diperbaiki
Bahan buatan
Persyaratan
Memilikinilai CBR min 8%
Tebal min 30 cm
Permasalahan pada Subgrade/Tanah dasar:
Weak ballast restraint
Water pocket
Ballast pocket
Subgrade/Tanah dasar:
Perencanaan Lapisan Subgrade :
Investigasi Awal
pengamatan terhadap informasi di sekitar lokasi rencana
pembangunan yang telah ada dari berbagai sumber
yang telah dipublikasikan,
Investigas Terperinci
informasi terperinci mengenai kondisi tanah, batuan dan
aliran air tanah dengan eksplorasi dan penyempelan
(sampling),
Investigasi Awal :
Adapun beberapa investigasi awal pada perencanaan subgrade
konstruksi ens sebagai berikut:
Informasi Geologi
Indeks peta geologi
Peta batuan
Peta topografi
Peta dan laporan tanah
Laporan teknik atau geologi
Foto udara
Peta penelompokan zona gempa
Investigasi Terperinci :
Adapun beberapa investigasi terperinci pada perencanaan
subgrade konstruksi ens sebagai berikut:
Pertimbangn investigasi berdasarkan konstruksi subgrade
Konstruksi pada fondasi timbunan
Konstruksi pada galian (cuts)
Konstruksi pada tanah asli (roadbed)
Teknik sampling dan pengujian dalam investigasi terperinci
Penyampelan (sampling)
Klasifikasi tanah
Pengujian tanah
Pengujian Tanah di Lapangan :
Pengujian tanah di lapangan meliputi pengujian pengeboran,
vane-shear dan CBR Lapangan (Field-California Bearing
Ratio)
pengujian CBR lapangan dan Pengujian Daya Dukung Pelat
(Plate Bearing Test) juga dilaksanakan untuk mendapatkan
kejelasan sifat daya dukung tanah lapangan sehingga di
dalam perencanaan ataupun perbaikan tanah dapat dilakuan
dengan mudah dan cepat
Nilai CBR - Lapangan dapat diketahui dengan pengujian
Portable atau Dynamic Cone Penetrometer
Struktur subgrade harus mempunyai nilai daya dukung tanah
yang cukup sesuai dengan PD No.10 tahun 1986
Pengujian Tanah di Lapangan :
Pengujian Boring Test
Field Vane Shear Test (Uji Geser Baling-Baling di Lapangan
Pengujian CBR Lapangan
Plate Loading/Plate Bearing
Pengujian Sandcone
DRAINASE
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 11
PENGERTIAN DRAINASE JALAN REL :
Drainase jalan rel adalah sistem pematusan/pembuangan air di
suatu daerah konstruksi jalan rel, baik secara gravitasi maupun
dengan menggunakan pompa, agar tidak sampai terjadi
genangan air.
Yang akan dibahas adalah sistem drainase jalan rel secara
gravitasi, mengingat sistem inilah yang paling banyak
digunakan di Perkeretaapian Indonesia, kecuali di kawasan
bawah tanah MRT Jakarta, menggunakan sistem gravitasi dan
pompa.
TUJUAN KONSTRUKSI DRAINASE :
Agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel, sehingga tidak
terjadi pengembangan tanah dan menghindari terjadinya
pemompaan butir-butir halus (pumping effect)
Mencegah atau mengurangi pengaruh air terhadap
kestabilan tanah, sehingga badan jalan rel tetap kokoh,
Lalu lintas kereta api tidak terganggu
JENIS - JENIS DRAINASE JALAN REL :
Jenis - jenis dari drainase jalan rel dibagi menjadi 3, yaitu:
Drainase permukaan (surface drainage)
Drainase bawah permukaan (sub-surface drainage)
Drainase lereng (slope drainage)
DRAINASE PERMUKAAN :
Drainase permukaan dimaksudkan untuk mengalirkan atau
mematus air yang ada dipermukaan tanah daerah konstruksi
jalan rel. Meskipun demikian pembuangan akhir air dari sistem
drainase permukaan ini tidak boleh mengganggu lingkungan
sesuai dengan maksud dan tujuan dibuatnya drainase.
Perencanaan drainase permukaan dipengaruhi oleh keadaan
topografi.
DRAINASE PERMUKAAN :
Terdapat 2 jenis drainase permukaan, yaitu :
a. Drainase memanjang (side-ditch), yaitu drainase permukaan
yang letaknya di samping dan memanjang arah jalur jalan rel.
Potongan melintang drainase memanjang dapat berupa :
Trapesium
Kotak atau persegi
Segitiga terbalik
Busur lingkaran
Fungsi Subgrade/Tanah dasar:
Mendukung beban yang diteruskan balas
Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan
jalan rel
Memberi landasan yang rata pada
kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat balas akan
diletakkan
DRAINASE PERMUKAAN :
Agar drainase dapat berfungsi dengan baik, pada dasarnya
perencanaan saluran drainase harus memperhatikan hal-hal
berikut:
Karakteristik/kondisi setempat yang dapat mempengaruhi
debit rencana saluran
Gaya-gaya yang akan bekerja pada saluran yang dimaksud
Saluran melintang harus terbuat dari bahan yang kuat, misalnya
dengan perkuatan susunan batu yang diplester, beton, dan
sebagainya, dan harus menggunakan tutup yang kuat,
diantaranya beton bertulang atau baja gelombang.
DRAINASE PERMUKAAN :
Kecepatan aliran juga bergantung pada bahan pembentuk
saluran sebagaimana tabel berikut dapat digunakan sebagai
pedoman.
DRAINASE BAWAH PERMUKAAN :
Tujuan drainase bawah permukaan jalan rel untuk menjaga
elevasi muka air tanah tidak mendekati permukaan tanah badan
jalan rel berada yang harus dilindungi.
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pada badan jalan rel
berupa permukaan asli dangalian, ketebalan bagian badan jalan
rel setebal minimum 75 dari dasar balas harus selalu dalam
keadaan kering.
DRAINASE LERENG :
Drainase lereng dimaksudkan untuk:
Mencegah agar air permukaan yang berasal daripunggung
lerengtidak mengalirsecara derasmenggerus permukaan dan
kaki lereng;
Mencegah terjadinya aliran rembesan (seepage)di dalam
tubuhlereng tanah, di mana ini dapatmenyebabkan
lerengbisa longsor secaramendadak dan ataumemperlemah
tubuhjalan rel.
DRAINASE LERENG :
Drainase lereng jalan rel dibuat dengan maksud dan tujuan
dibawah ini :
Sebagai upaya untuk mencegah agar air permukaan yang
berasal dari punggung lereng tidak mengalir secara deras,
karena aliran yang deras dapatmengakibatkan gerusan
pada permukaan dan kaki lereng.
Mencegah terjadinya rembesanair dari permukaan lereng ke
dalam badan jalan rel, karena rembesan yangterjadi dapat
menyebabkan lereng longsor secara mendadak dan atau
memperlemah badan jalan rel.

More Related Content

What's hot

sni 1729-2015
sni 1729-2015sni 1729-2015
sni 1729-2015WSKT
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan BremaRizky
 
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Haridan Bin Taridi
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalanindra aprian
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesrakesword
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
Power Point Waduk
Power Point WadukPower Point Waduk
Power Point Wadukrantikaput
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1WSKT
 
Presentasi kerja praktek
Presentasi kerja praktekPresentasi kerja praktek
Presentasi kerja praktekAffbarry Ocey
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 

What's hot (20)

sni 1729-2015
sni 1729-2015sni 1729-2015
sni 1729-2015
 
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
 
JALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdfJALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdf
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan
 
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalan
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Bab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatikaBab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatika
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Power Point Waduk
Power Point WadukPower Point Waduk
Power Point Waduk
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Presentasi kerja praktek
Presentasi kerja praktekPresentasi kerja praktek
Presentasi kerja praktek
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Aspal
AspalAspal
Aspal
 

Similar to Perencanaan Jalan Rel

OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...Megadwi14
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenIqlal Suriansyah
 
Kerusakan jalan
Kerusakan jalanKerusakan jalan
Kerusakan jalanancis
 
Jalan kereta api
Jalan kereta apiJalan kereta api
Jalan kereta apiAlvian Pian
 
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru  (Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru Alam F. Kusuma
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2ergi bari
 
Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012ramabhakti123
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfHeriansyahPutra5
 
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdfSyawalSatibi
 
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnya
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnyaJalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnya
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnyaMuslim Muslimin
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relikhwan215
 
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuTugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuSeptina Nurrohmah
 
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdfBasirMedany
 

Similar to Perencanaan Jalan Rel (20)

OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
 
Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010
 
REL.ppt
REL.pptREL.ppt
REL.ppt
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
 
stasiun(1).pptx
stasiun(1).pptxstasiun(1).pptx
stasiun(1).pptx
 
Kerusakan jalan
Kerusakan jalanKerusakan jalan
Kerusakan jalan
 
Jalan kereta api
Jalan kereta apiJalan kereta api
Jalan kereta api
 
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru  (Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
 
Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
 
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf
230729 _ Perawatan Prasarana Jalan Rel.pdf
 
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnya
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnyaJalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnya
Jalan rel, pengelompokan dan dimensi ruangnya
 
Outline ta mardi
Outline ta mardiOutline ta mardi
Outline ta mardi
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
 
37 53-1-pb
37 53-1-pb37 53-1-pb
37 53-1-pb
 
1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan
 
Rangkuman2
Rangkuman2Rangkuman2
Rangkuman2
 
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuTugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
 
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 

Recently uploaded (6)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 

Perencanaan Jalan Rel

  • 1. Dosen Pengampu: Edi Nursalam KELOMPOK 1 REGULER A Perencanaan Jalan Rel UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
  • 2. 1 Gambaran Perkeretaapian 2 Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel 3 Pembebanan Struktur Jalan Rel 4 Komponan Rel Baru 5 Wesel 6 Penambat Rel 7 Bantalan Rel 8 Balast 9 Pengelasan Rel 10 Drainase Daftar Materi
  • 3. Gambaran Perkeretaapian PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 1
  • 4. Peran dan Fungsi Transportasi Transportasi merupakan permintaan turunan (derived demand), transportasi ada karena adanya kebutuhan. Fungsi Transportasi: Penggerak pembangunan (promoting function) Pembangunan prasarana transportasi dapat membuka isolasi suatu daerah dan menunjang program perluasan wilayah. Pelayanan (servicing function) Prasarana transportasi yang baik dapat menunjang dan mengakselerasi aktivitas ekonomi di berbagai sektor wilayah.
  • 5. Transportasi Terdiri dari: Transportasi Jalan Transportasi Rel Transportasi danau dan penyebragan Transportasi Laut Transportasi Udara
  • 7. Definisi Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan. Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api.
  • 8. Sejarah Kereta Api Awalnya menggunakan kereta yang ditarik kuda Menggunakan rel dan roda dari besi Penggunaan tenaga uap untuk menarik kereta
  • 9. Sejarah Kereta Api di Indonesia Perkeretaapian nasional di Indonesia telah dimulai pada jaman penjajahan Belanda sejak abad ke-19 (Tahun 1864), yaitu dengan dibangunnya jalan kereta api antara Stasiun Stasiun Kemijen denganTanggung di daerah Semarang (JawaTengah) sepanjang 26 Km.
  • 10. Keunggulan Transportasi Kereta Api Kapasitas Angkut Besar. Ramah Lingkungan. Pelayanan Aktivitas Khusus. Keselamatan Perjalanan. Keandalan Waktu Pencapaian (aspek own-track).
  • 11. Kelemahan Transportasi Kereta Api Tidak dapat mengangkut door to door Memerlukan biaya investasi yang besar, jangka panjang dan pengembalian rendah (highly capital intensive) Fixed cost tinggi (± 80 %) Variable cost relatif rendah (± 20 %)
  • 13. Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 2
  • 14. Sruktur Jalan Rel Prasarana kereta api lebih terperinci lagi dapat digolongkan sebagai : a. Jalur atau jalan rel, b. Bangunan stasiun, c. Jembatan, d. Sinyal dan telekomunikasi
  • 15. Sruktur Jalan Rel • Struktur Bagian Atas, bagian atas terdiri atas rel, bantalan dan penambat. • Struktur Bagian Bawah, yaitu bagian fondasi, terdiri atas balas, sub balas, dan tanah dasar.
  • 17. Sruktur Jalan Rel Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi, yaitu : a. Jalan rel dalam konstruksi timbunan, b. Jalan rel dalam konstruksi galian. Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah persawahan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pergunungan.
  • 18. Unsur Komponen Jalan Rel Secara umum komponen-komponen penyusun jalan rel dijelaskan sebagai berikut : 1. Rel (Rail) Rel 2. Penambat (Fastening System) 3. Bantalan (Sleeper) 4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast) 5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast) 6. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
  • 19. Kriteria Struktur Jalan Rel • Kekakuan (stiffness) • Elastisitas • Ketahanan terhadap deformasi tetap • Stabilitas • Kemudahan pengaturan(adjustability)
  • 20. Pengelompokan Jalan Rel Menurut Lebar Jalan Rel Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 –14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel.
  • 21. Menurut Lebar Jalan Rel Penggolongan menurut Lebar Sepur Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 – 14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel. Ukuran lebar sepur pada struktur jalan rel : • Sepur Standar (standard gauge), lebar sepur 1435 mm, digunakan di negara-negara Eropa, Turki, Iran, USA dan Jepang. • Sepur Lebar (broael gauge), lebar sepur > 1435 mm, digunakan pada negara Finlandia, Rusia (1524 mm), Spanyol, Pakistan, Portugal dan India (1676 mm). • Sepur Sempit (narrow gauge), lebar sepur < 1435 mm, digunakan di negara Indonesia, Amerika Latin, Jepang, Afrika Selatan (1067 mm), Malaysia, Birma, Thailand, dan Kamboja (1000 mm).
  • 22. Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan Maksimum yang diijinkan untuk Indonesia: • Kelas Jalan I : 120 km/jam • Kelas Jalan II : 110 km/jam • Kelas Jalan III : 100 km/jam • Kelas Jalan IV : 90 km/jam • Kelas Jalan V : 80 km/jam
  • 23. Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan: Dikenal ada 4 kecepatan: • Kecepatan perancangan • Kecepatan maksimum • Kecepatan operasi • Kecepatan komersial
  • 24. Penggolongan jalan rel menurut Jumlah Jalur: jalur tunggal, melayani arus kereta api dua arah jalur ganda, melayani arus kereta api satu arah
  • 25. Pembebanan Struktur Jalan Rel PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 3
  • 26. Beban dan Gaya Pada Rel Pembebanan dan pergerakan kereta api di atas struktur jalan rel menimbulkan berbagai gaya pada rel. Gaya-gaya tersebut adalah; Gaya vertikal, Gaya transversal (lateral) dan gaya longitudinal.
  • 27. Beban dan Gaya Pada Rel 1. GAYA VERTIKAL Merupakan gaya yang paling DOMINAN DEFLEKSI VERTIKAL dalam struktur jalan rel. Secara global, besarnya gaya vertikal dipengaruhi oleh: a. GAYA LOKOMOTIF (locomotive) Jenis lokomotif akan menentukan jumlah bogie dan gandar yang akan mempengaruhi berat beban gandar di atas rel yang dihasilkannya. Gaya lokomotif di Indonesia umumnya terdiri dari : lokomotif BB dan lokomotif CC.
  • 28.
  • 29.
  • 30. Beban dan Gaya Pada Rel b. GAYA KERETA (car, coach) Berat Kereta jika dimuati adalah sekitar 40 ton, dan ditumpu dengan 2 bogie (Pb = 20 ton), dengan masing-masing bogie terdiri 2 gandar (Pg = 10 ton), sehingga Ps = 5 ton.
  • 31. Beban dan Gaya Pada Rel c. GAYA GERBONG (wagon). Prinsip pembebanan sama, dan satu gerbong dapat terdiri dari 2 gandar (tanpa bogie) dan 4 gandar (dengan 2 bogie). d. FAKTOR DINAMIS
  • 32. Gaya Lateral Pada Rel Penyebab Gaya Lateral: Gaya Sentrifugal Snake Motion Ketidakataan Geometri Jalan Rel
  • 33. Gaya Longitudinal Pada Rel Penyebab Gaya Longitudinal: Gaya adhesi (akibat gesekan roda dan kepala rel) Gaya akibat pengereman roda terhadap rel Perubahan suhu pada rel (thermal stress)
  • 34. Faktor Dinamis Faktor dinamis dipengaruhi oleh: • faktor aerodinamis (hambatan udara & beban angin) • kondisi geometrik (ketidak rataan) jalan • kecepatan rangkaian KA
  • 35. Beban Dinamis Pd = Ps x lp Beban dinamis (Pd) diperoleh dari perkalian faktor dinamis terhadap beban statis (Ps) yang diperhitungkan. Dimana, Ps = Pstatis pada roda Ip = faktor dinamis
  • 36. Komponen Rel Baru PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 4
  • 37. Komponen Rel Suatu komponen rel terdiri dari 4 bagian, yaitu : • Permukaan Rel untuk Pergerakan K A ,running surface (Rail Thread) • Kepala Rel (Head) • Badan Rel (Web) • Dasar Rel (Base)
  • 38. Fungsi Rel Komponen rel berfungsi sebagai : Penerima beban langsung dari kendaraan sebelum di distribusikan ke komponen lainnya. 1. Mengarahkan jalannya kendaraan rel. 2. Unsur pengikat dalam membentuk struktur jalan rel. Rel merupakan komponen baja longitudinal yang secara langsung menuntun pergerakan roda kereta api secara berterusan. Oleh itu, harus memiliki nilai kekakuan balok tertentu sehingga perpindahan beban titik roda dapat menyebar secara baik pada tumpuan di bantalan dan tidak menimbulkan defleksi permanen pada balok rel di antara titik tumpuan. 3.
  • 39. Jenis-Jenis Rel yang digunakan oleh PT.KAI
  • 40. Contoh Gambar Rel di Indonesia
  • 41. Penggunaan Rel Berdasarkan Kelas Jalan Rel (PD.10, 1986)
  • 42. Jenis, Komposisi Kimia dan Kekerasan Rel Rel dipilih dan disusun dari beberapa komposisi bahan kimia sedemikian sehingga dapat tahan terhadap keausan akibat gesekan akibat roda dan korositas. Dalam klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel tahan aus (wear resistance rails – WR), yaitu rel WR-A, WR-B dan WR-C. Rel yang digunakan di Indonesia (PJKA) saat ini merupakan rel WR-A, dimana termasuk jenis baja dengan kadar yang tinggi (high steel carbon), sedangkan WR-B dan WR-C merupakan baja dengan kadar C yang sedang dan rendah. Percobaan di laboratorium (Masutomo et al. 1982) menunjukkan bahwa rel dengan kadar karbon yang tinggi lebih tahan aus daripada baja berkadar karbon sedang.
  • 43. Jenis, Komposisi Kimia dan Kekerasan Rel
  • 44. KONSEP DISAIN DIMENSI REL PERTIMBANGAN GEOMETRIK REL : Permukaan harus cukup lebar untuk membuat tegangan kontak sekecil mungkin. Kepala rel harus cukup tebal untuk memberikan umur manfaat yang panjang. Badan rel harus cukup tebal untuk menjaga dari korosi dan tegangan lentur serta tegangan horisontal. Dasar rel harus cukup lebar untuk dapat mengecilkan distribusi tegangan ke bantalan. Dasar rel juga harus tebal untuk tetap kaku dan menjaga bagian yang hilang akibat korosi.
  • 45. KONSEP DISAIN DIMENSI REL Momen inersia harus cukup tinggi. Tegangan horisontal direduksi oleh kepala dan dasar rel yangcukup lebar. Stabilitas horisontal dipengaruhi oleh perbandingan lebar dan tinggi rel yang cukup Titik Pusat sebaiknya di tengah rel. Geometrik badan rel harus sesuai dengan pelat sambung. Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk mereduksi tegangan kontak.
  • 47. UMUR REL Umur rel sangat tergantung kepada mutu rel, keadaaan lingkungan dan beban yang bekerja. Umur rel dapat ditentukan dari : 1. Kerusakan ujung rel 2. Keausan baik di lurus maupun lengkung 3. Lelah
  • 48. WESEL (TURN OUT) PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 5
  • 49. WESEL Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur kereta api, dapat berupa jalur yang bercabang atau persilangan antara 2 jalur. Fungsi wesel adalah untuk mengalihkan arah perjalanan kereta api dari satu jalur ke jalur lainnya Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang rumit dengan beberapa persyaratan dan ketentuan pokok yang harus dipatuhi Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut : 1. Lidah 2. Jarum beserta Sayap 3. Rel Lantak 4. Rel Paksa 5. Penggerak Wesel
  • 50. LIDAH WESEL Lidah wesel adalah bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang lidah dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah tersebut bersama-sama. Jika lidah menempel pada rel kiri maka pada rel kanan lidah akan memberi celah untuk roda lewat. Demikian juga sebaliknya Terdapat dua jenis lidah wesel. 1. Lidah berputar: lidah yang mempunyai engsel di akarnya 2. Lidah berpegas adalah lidah yang akarnya dijepit sehingga dapat melentur. Ujung lidah dapat digeser sampai menempel rata dan menekan pada rel lantak sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu  dari jalur lurus ke jalur lurus atau  dari jalur lurus ke jalur belok atau  jalur belok ke jalur lurus
  • 51. JARUM WESEL Jarum berfungsi untuk mengarahkan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan rel dalam wesel. Sudut lancip adalah sudut yang dibentuk jalur lurus dan jalur belok, disebut sudut simpang arah.
  • 52. Rel Lantak (stock rail) Rel lantak berfungsi sebagai tempat tumpuan lidah wesel sehingga penambat pada rel lantak harus selalu dalam keadaan baik. Bilamana posisi rel lantak pada bantalan tidak tertambat dengan baik karena fastening/penambat kendor, maka yang terjadi lidah wesel tidak akan merapat ke rel lantak dengan sempurna. Wesel bisa terlanggar dan roda bisa anjlog/derailment.
  • 53. Rel Paksa Rel paksa berfungsi untuk mencegah roda kereta api anjlog pada saat akan melewati daerah Jarum wesel. Rel paksa dipasang berhadapan dengan jarum wesel (dan dengan sayap wesel). Saat roda mendekati jarum (diatas celah rel) kemungkinan roda kereta api anjlog, dicegah oleh rel paksa oleh rel paksa (lihat gambar skema wesel)
  • 54. JENIS-JENIS WESEL Berdasarkan sudut belokan wesel, maka terdapat beberapa jenis wesel
  • 57. PENAMBAT REL (RAIL FASTENING) PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 6
  • 58. PENGERTIAN UMUM PENAMBAT Penambat rel merupakan suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat. Kedudukan rel dapat bergeser diakibatkan oleh pergerakan dinamis roda kereta yang bergerak di atas rel. Pergerakan dinamis roda dapat mengakibatkan gaya lateral yang besar. Oleh karena itu, kekuatan penambat sangat diperlukan untuk dapat mengeliminasi gaya ini. Jenis penambat digolongkan berdasarkan karakteristik perkuatan yang dihasilkan dari sistem penambat yang digunakan.
  • 59. FUNGSI PENAMBAT Menjaga ukuran jarak antar kedua rel atau lebar sepur tetap Menahan berbagai beban dan getaran yang terjadi pada jalan rel yang berasal dari gerbong atau kereta (arah vertikal, horisontal dan lateral) BEBAN TERSEBUT KEMUDIAN DITERUSKAN PADA KONSTRUKSI YANG ADA DI BAWAHNYA (BANTALAN, TUBUH BADAN DAN BALAS)
  • 60. FUNGSI PENAMBAT Awal penggunaan : Paku (Dog-Spike) dengan penambahan alat “Anti- Creepers”. Penggunaan Tirpon dan Pelat Andas Penggunaan Penambat Elastis : meredam getaran, mengatasi gaya jepit dan memberikan perlawanan rangkak. Penambat elastik terdiri dari dua macam : penambat elastik tunggal dan ganda.
  • 61. Faktor-Faktor Penggunaan Penambat Pengalaman pemakaian Besarnya gaya jepit Besarnya nilai rangkak Kemudahan perawatan Pemakaian kembali Umur penambat Harga penambat
  • 62. Persyaratan Teknik Penambat Gaya jepit penambat elastis harus kuat untuk menjamin gaya tahan rel pada bantalan > gaya tahan rangkak bantalan pada stabilitas dasar balas Gaya jepit penambat dapat bertahan lama, meskipun ada pelonggaran dan keausan jepitan Frekuensi getaran alami penambat >> frekuensi getaran alami rel, untuk mengantisipasi kehilangan kontak penambat-rel selama ada lintasan kereta Bahan material penambat harus mempunyai kualitas baik agar kekenyalan penambat dapat bertahan dalam jangka waktu lam Rel dan pengencangan penambat dilakukan dengan cepat Penyetelan penambat dapat dilakukan dengan cepat tanpa per tenaga ahli khusus Penambat sebagai isolator listrik, dan mudah diganti jika adakerusakan Penambat mempunyai alas karet untuk: mencegah rangkak rel a. meredam tegangan vertikal b. melindungi permukaan bantalan c. mempunyai tahanan daya tahan listrik yang cukup untuk pemisahan rel dari bantalan d.
  • 63. Jenis Penambat Jenis Penambat yang digunakan di Indonesia (PD.No.10 tahun 1986) : Penambat Kaku Penambat Elastis (Tunggal dan Ganda)
  • 64. KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK TUNGGAL Tirpon Pelat Andas Pelat Jepit Elastik Mur Baut Kekuatan Jepitnya pada batang jepit elastik
  • 65. KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK GANDA Pelat Andas Pelat Jepit Alas Rel Tirpon Mur Baut Alas Karet (bantalan beton)
  • 66. KEUNTUNGAN PENAMBAT ELASTIK Penambat elastis, selain mampu menahan getaran, juga dapat menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi sehingga dapat memberikan perlawanan terhadap gaya rangkak (creep resistance) yang baik. Umur bantalan rel lebih lama, karena pengaruh akibat gaya getaran pada rel berkurang Biaya pemasangan dan pemeliharaan lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan penambat rel konvensional (penambat kaku)
  • 67. MODEL PENAMBAT ELASTIK Daya jepit yang dihasilkan langsung: Pandrol DE Dorken First BTR. Daya jepit yang dihasilkan dengan bantalan mur-baut atau tirpon: tipe F Nabla.
  • 68. BANTALAN REL PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 7
  • 69. PENGERTIAN UMUM Bantalan merupakan suatu struktur untuk mengikat rel (dengan penambat)sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat. Bantalan juga membentuk sistem pembebanan dari kendaraan rel terdistribusi secara lebih ringan dan merata kepada struktur fondasi. Bantalan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk super- structure (struktur bagian atas) dalam struktur jalan rel. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik mengenai jenis dan karakteristiknya, inter-koneksi daerah yang akan dilayani oleh jalan rel (daerah timbunan atau galian) terhadap fungsi drainasi, ukuran bantalan yang akan digunakan dan berbagai pertimbangan teknis lainnya.
  • 70. FUNGSI BANTALAN REL Mengikat rel sehingga lebar sepur tetap terjaga Menerima beban vertikal dan laeral oleh beban di atasnya dan mendistribusikannya ke balas sebagai gaya vertikal. Menjaga stabilitas pergerakan struktur rel ke arah luar dengan mendistribusikan gaya longitudina dan lateral dari rel ke balas. menghindari kontak langsung rel dengan air
  • 71. Jenis struktur bantalan dapat dibagi sesuai dengan bahan dan karakteristik penyusunnya, yaitu : Bantalan Kayu (Wooden Sleeper), Bantalan Besi (Steel Sleeper), Bantalan Beton (Concrete Sleeper), Bantalan Slab-Track (Slab Track) JENIS STRUKTUR BANTALAN
  • 72. Bantalan Kayu (Wooden Sleeper) JENIS STRUKTUR BANTALAN Keunggulan: Elastisitasbaik, peredamgetaran, sentakan, dan kebisingan Ringan dan mudah dibentuk Penggantian mudah Kelemahan: Rawan lapuk Mudah terbakar Nilai sisa rendah
  • 73. Bantalan Besi (Steel Sleeper) JENIS STRUKTUR BANTALAN Keunggulan:  Ringan  Tidak mudah lapuk  Elastisitas besar  Umur panjang (30-40 tahun)  Produksi mudah dan murah  Nilai sisa tinggi Kelemahan:  Rawan korosi  Konduktor listrik
  • 74. Bantalan Beton (Concrete Sleeper) JENIS STRUKTUR BANTALAN Keunggulan:  Stabilitas baik  Umur konstruksi panjang  Tidak dapat terbakar  Cocok untuk mass production  Isolator listrik Kelemahan:  Kurang elastis  Berat  Kemungkinan kerusakan selama pengangkutan  Tidak meredam getaran dan kebisingan  Nilai sisa sangat kecil
  • 75. Bantalan Slab-Track (Slab Track) JENIS STRUKTUR BANTALAN Keunggulan: Memiliki kualitas yang sangat tinggi Lebih nyaman dari pada bantalan yang lain Perawatannya sangat mudah Kelemahan: Membutuhkan tenaga khusus dalam pengerjaannya Memiliki tinggkat ketelitian yang sangat tinggi Membutuhkan dana yang sangat besar
  • 76. Pemilihan Jenis Bantalan ditentukan oleh: Umur rencana Karakteristik beban Harga bantalan Kondisi lingkungan dan tanah dasar PEMILIHAN JENIS BANTALAN
  • 77. Bentuk bantalan dapat dibagi menurut arah pemasangannya yaitu: Bantalan Arah Melintang (Bantalan Kayu, Baja dan Beton) yang dipasang tegak lurus arah rel, dan Bantalan Arah Membujur (Concrete Slab-Track) yang dipasang searah rel. Pemasangan bantalan melintang banyak digunakan di Indonesia BENTUK BANTALAN
  • 78. BALAS (BALLAST) PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 8
  • 79. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus sangat terpilih. BALAS (BALLAST)
  • 80. BENTUK DAN UKURAN LAPISAN BALAS ATAS Tebal lapisan balas atas adalah seperti yang tercantum pada klasifikasi jalan rel Indonesia. Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas adalah: b> ½ L+x......................................... (3.10) Dimana : L = panjang bantalan (cm) X = 50 cm untuk kelas I dan II = 40 cm untuk kelas III dan IV = 35 untuk kelas V Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai elevasi yang sama dengan elevasi bantalan.
  • 81. BALLAST Balas, terdiri dari lapisan atas dan lapisan bawah yang terletak dibawah bantalan dengan fungsi sebagai berikut : meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar; mengokohkan kedudukan bantalan; meneruskan aliran air sehingga tidak terjadi pengenangan air di sekitar bantalan dan rel.
  • 82. LAPISAN BALLAST Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut t 2 – 6 cm. Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik. Ketebalan lapi saling bergesekan dapat menyerap tekanan kompresi yang cukup besar tetapi pada arah vertikal sangat besar tetapi untuk arah lateral agak kurang. Sedangkan lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil s lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan haru lapisan balas bawah adalah 15 cm.
  • 83. Material Ballast 1. Batu pecah Kelebihan : Mempertahankan lintasan dalam posisi Cocok untuk lalu lintas yang padat Bisa menahan kendaraan dengan kecepatan tinggi Kekurangan : Harga pengadaan yang tinggi
  • 84. Material Ballast 2. Batu Kerikil Kelebihan : Murah Tidak mudah pecah/hancur Drainase yang baik Kekurangan : Mudah memadat Harus sering dilakukan perawatan Harus dilakukan penyaringan agar dapat ukuran yang seragam Harus dibersihkan terlebih dahulu
  • 85. Menurut Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api Material pembentuk balas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Balas harus terdiri dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki kapasitas ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi, dan mudah dipadatkan. b. Material balas harus bersudut banyak dan tajam, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa material balas merupakan batuan pecah (crushed stone) yang berasal dari pengolahan pemecah batu. c. Porositas maksimum sebesar 3 %. d. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2. e. Berat jenis (spesific gravity) minimum 2,6. f. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5 %. g. Kandungan minyak maksimum 0,2 %. h. Keausan balas sesuai dengan hasil pengujian Los Angeles tidak boleh lebih dari 25%. i. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2. j. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi bantalan.
  • 86. CIRI CIRI BALLAST YANG BAIK Rapat Bersih (tidak bercampur tanah dan lumpur) Ada di bawah bantalan Formasi/susunannya yang tidak kaku (elastis) sehingga dapat bergerak-gerak sedikit
  • 87. KERUSAKAN PADA LAPISAN BALLAST Kerusakan yang sering terjadi pada lapisan ballast adalah : Penurunan lapisan ballast Penurunan lapisan ballast terjadi karena beban dinamik akibat pergerakan kereta api yang diterima menyebabkan pergeseran material lapisan ballast sehingga volume dan ketebalan lapisan ballast akan berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan lapisan ballast Terjadinya kantong ballast Terjadinya kantong ballast disebabkan karena penurunan lapisan ballast yang tidak teratasi, sehingga menyebabkan bagian badan jalan kereta api (subgrade) langsung menerima tekanan beban dinamik yang lebih besar dari kondisi semula.
  • 88. DAMPAK KERUSAKAN PADA LAPISAN BALLAST Akibatnya badan jalan kereta api (subgrade) menjadi longsor dan material lapisan ballast terdesak masuk ke bagian subgrade dan membuat cekungan atau kantong ballast. Apabila pada musim penghujan, terjadinya kantong ballast ini akan dapat menyebabkan mud-pumping atau pemompaan tanah dasar yang bercampur air (lumpur) keluar sehingga semakin mempercepat keruntuhan struktur jalan kereta api.
  • 89. PENGELASAN REL PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 9
  • 90. FLASH BUTT Pada umumnya dilakukan dengan mesin las tetap, tetapi juga ada mesin las yang dapat dipindah-pindahkan sehingga pengelasan dapat diiakukan dilokasi penyambungan rel. dilaksanakan dengan menggunakan prinsip tahanan listrik Prosedur pengelasan: Kedua ujung rel dihaluskan terlebih dahulu Kedua rel ditempelkan Diberikan tegangan listrik Rel memanas sehingga mencapai suhu tempa Kedua ujung rel saling ditekan dengan tekanan tinggi Sisa las dipahat dan digerinda
  • 92. THERMIT Memudahkan pelaksanaan pengelasan rel dilokasi dengan peralatan yang sederhana tetapi dengan hasil las yang baik secara metalurgis, menggunakan campuran bubuk aluminium dengan besi oksida yang pada suhu tinggi berubah menjadi alumina dan baja, pelaksanaan berlangsung ±15 menit. Prosedur pelaksanaan: Kedua ujung rel diluruskan Cetakan dipasang pada sambungan Tungku dipasang, campuran dimasukkan Rel dipanaskan dengan Burner gas propane sampai 900 0C Campuran dalam tungku dinyalakan Tungku dan cetakan dilepaskan Sisa las dipahat dan digerinda
  • 93. THERMIT Tahap-tahap pengelasan dengan Las Thermit adalah sebagai berikut: a.Penyiapan rel Bersihkan permukaan rel yang akan dilas dengan karat, sisik atau material lainnya. Jarak antara rel (celah) pada sambungan rel 24 – 26 mm. Alinyemen vertikal - horizontal maksimum 1 mm untuk mistar ukur 1 m'. b. Persiapan cetakan (mould) dan tempat peleburan Pemasangan penjepit cetakan pada rel yang ditambat kaku. Penyetelan cetakan (mould) yang baik pada sisi-sisi rel maupun bagian bawah rel. Penutup sambungan antara cetakan dengan rel dipakai bahan pasta (bahan khusus) sedalam 25 mm dikelilingi sambungan
  • 94. THERMIT c. Pemanasan pendahuluan (preheating). Pemanasan pendahuluan dapat dipakai dengan Oxy Propano, brandernya ditempatkan pada mould, Semburan dari pemanasan dilaksanakan semburan warna nyala api biru Pemanasan pendahuluan dilaksanakan 4 – 5 menit d. Pelaksanaan pengelasan, Posisi lubang tempat peleburan tepat pada posisi mould/cetakan dannyalakan penyulut. Setelah cairan logam mulai mengalir pada mould/cetakan dan sampai pada cairan logam membeku (±30 detik) segera disingkirkan curcible. Pembongkaran cetakan dilaksanakan striping pada kepala rel sesudah di las. Penggurindaan dilakukan pada permukaan rel sehingga kepala rel bia diukur dengan rel panjang 1 m tidak terjadi penyimpangan
  • 95. THERMIT e. Perapihan kembali. Tempatkan kembali rel pada bantalan dan tambatkan kembali pengikat- pengikat rel. Periksa alinyemen rel baik vertikal maupun horisontal. Kereta Api tidak boleh lewat sebelum rel mendingin sampai 37,5 0C. Sebagai finishing/akhir pekerjaan pengelasan akan diadakan pengetesan dengan ultrasonic yang akan ditunjuk oleh direksi. Setiap titik las diberi nomor urut dari awal sampai akhir pada kaki rei kanan dan kiri.
  • 98. ELEKTRODA Mengelas kedua ujung rel mulai dari kaki rel ke atas menggunakan elektroda dalam sebuah cetakan yang terbuat dari tembaga. Pengelasan kurang lebih terjadi selama ±15 – 20 menit. Prosedur pengelasan: a. Pasang cetakan b. Lakukan pemanasan awal dengan suhu 200 0C – 250 0C menggunakan burner propane c. Melakukan pengelasan pada celah sambungan dari bawah ke atas d. Lepaskan cetakan
  • 100. PERENCANAAN SUBGRADE KONSTRUKSI ENS PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 10
  • 101. PENGERTIAN SUBGRADE Subgrade/Tanah Dasar adalah merupakan lapisan tanah yang dijadikan Tubuh jalan rel (Tubuh Bann), baik dalam keadaan tanah asli maupun dalam bentuk yang sudah diperbaiki (improved subgrade) ataupun dalam bentuk buatan, yang memikul beban dari lapisan balas dan sub-balas Struktur akhir (Sub-Structure Jalan Rel) Fungsinya sebagai Penerima beban akhir sehingga perlu didisain agar tanah mampu menerima beban tanpa terjadi deformasi tetap. Perlu tinjauan perilaku tanah dan kapasitas daya dukungnya.
  • 102. Subgrade/Tanah dasar: Bahan Tanah asli Bahan yang diperbaiki Bahan buatan Persyaratan Memilikinilai CBR min 8% Tebal min 30 cm
  • 103. Permasalahan pada Subgrade/Tanah dasar: Weak ballast restraint Water pocket Ballast pocket
  • 105. Perencanaan Lapisan Subgrade : Investigasi Awal pengamatan terhadap informasi di sekitar lokasi rencana pembangunan yang telah ada dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, Investigas Terperinci informasi terperinci mengenai kondisi tanah, batuan dan aliran air tanah dengan eksplorasi dan penyempelan (sampling),
  • 106. Investigasi Awal : Adapun beberapa investigasi awal pada perencanaan subgrade konstruksi ens sebagai berikut: Informasi Geologi Indeks peta geologi Peta batuan Peta topografi Peta dan laporan tanah Laporan teknik atau geologi Foto udara Peta penelompokan zona gempa
  • 107. Investigasi Terperinci : Adapun beberapa investigasi terperinci pada perencanaan subgrade konstruksi ens sebagai berikut: Pertimbangn investigasi berdasarkan konstruksi subgrade Konstruksi pada fondasi timbunan Konstruksi pada galian (cuts) Konstruksi pada tanah asli (roadbed) Teknik sampling dan pengujian dalam investigasi terperinci Penyampelan (sampling) Klasifikasi tanah Pengujian tanah
  • 108. Pengujian Tanah di Lapangan : Pengujian tanah di lapangan meliputi pengujian pengeboran, vane-shear dan CBR Lapangan (Field-California Bearing Ratio) pengujian CBR lapangan dan Pengujian Daya Dukung Pelat (Plate Bearing Test) juga dilaksanakan untuk mendapatkan kejelasan sifat daya dukung tanah lapangan sehingga di dalam perencanaan ataupun perbaikan tanah dapat dilakuan dengan mudah dan cepat Nilai CBR - Lapangan dapat diketahui dengan pengujian Portable atau Dynamic Cone Penetrometer Struktur subgrade harus mempunyai nilai daya dukung tanah yang cukup sesuai dengan PD No.10 tahun 1986
  • 109. Pengujian Tanah di Lapangan : Pengujian Boring Test Field Vane Shear Test (Uji Geser Baling-Baling di Lapangan Pengujian CBR Lapangan Plate Loading/Plate Bearing Pengujian Sandcone
  • 110. DRAINASE PERENCANAAN JALAN REL UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MATERI 11
  • 111. PENGERTIAN DRAINASE JALAN REL : Drainase jalan rel adalah sistem pematusan/pembuangan air di suatu daerah konstruksi jalan rel, baik secara gravitasi maupun dengan menggunakan pompa, agar tidak sampai terjadi genangan air. Yang akan dibahas adalah sistem drainase jalan rel secara gravitasi, mengingat sistem inilah yang paling banyak digunakan di Perkeretaapian Indonesia, kecuali di kawasan bawah tanah MRT Jakarta, menggunakan sistem gravitasi dan pompa.
  • 112. TUJUAN KONSTRUKSI DRAINASE : Agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel, sehingga tidak terjadi pengembangan tanah dan menghindari terjadinya pemompaan butir-butir halus (pumping effect) Mencegah atau mengurangi pengaruh air terhadap kestabilan tanah, sehingga badan jalan rel tetap kokoh, Lalu lintas kereta api tidak terganggu
  • 113. JENIS - JENIS DRAINASE JALAN REL : Jenis - jenis dari drainase jalan rel dibagi menjadi 3, yaitu: Drainase permukaan (surface drainage) Drainase bawah permukaan (sub-surface drainage) Drainase lereng (slope drainage)
  • 114. DRAINASE PERMUKAAN : Drainase permukaan dimaksudkan untuk mengalirkan atau mematus air yang ada dipermukaan tanah daerah konstruksi jalan rel. Meskipun demikian pembuangan akhir air dari sistem drainase permukaan ini tidak boleh mengganggu lingkungan sesuai dengan maksud dan tujuan dibuatnya drainase. Perencanaan drainase permukaan dipengaruhi oleh keadaan topografi.
  • 115. DRAINASE PERMUKAAN : Terdapat 2 jenis drainase permukaan, yaitu : a. Drainase memanjang (side-ditch), yaitu drainase permukaan yang letaknya di samping dan memanjang arah jalur jalan rel. Potongan melintang drainase memanjang dapat berupa : Trapesium Kotak atau persegi Segitiga terbalik Busur lingkaran
  • 116. Fungsi Subgrade/Tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan rel Memberi landasan yang rata pada kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat balas akan diletakkan
  • 117. DRAINASE PERMUKAAN : Agar drainase dapat berfungsi dengan baik, pada dasarnya perencanaan saluran drainase harus memperhatikan hal-hal berikut: Karakteristik/kondisi setempat yang dapat mempengaruhi debit rencana saluran Gaya-gaya yang akan bekerja pada saluran yang dimaksud Saluran melintang harus terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dengan perkuatan susunan batu yang diplester, beton, dan sebagainya, dan harus menggunakan tutup yang kuat, diantaranya beton bertulang atau baja gelombang.
  • 118. DRAINASE PERMUKAAN : Kecepatan aliran juga bergantung pada bahan pembentuk saluran sebagaimana tabel berikut dapat digunakan sebagai pedoman.
  • 119. DRAINASE BAWAH PERMUKAAN : Tujuan drainase bawah permukaan jalan rel untuk menjaga elevasi muka air tanah tidak mendekati permukaan tanah badan jalan rel berada yang harus dilindungi. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pada badan jalan rel berupa permukaan asli dangalian, ketebalan bagian badan jalan rel setebal minimum 75 dari dasar balas harus selalu dalam keadaan kering.
  • 120. DRAINASE LERENG : Drainase lereng dimaksudkan untuk: Mencegah agar air permukaan yang berasal daripunggung lerengtidak mengalirsecara derasmenggerus permukaan dan kaki lereng; Mencegah terjadinya aliran rembesan (seepage)di dalam tubuhlereng tanah, di mana ini dapatmenyebabkan lerengbisa longsor secaramendadak dan ataumemperlemah tubuhjalan rel.
  • 121. DRAINASE LERENG : Drainase lereng jalan rel dibuat dengan maksud dan tujuan dibawah ini : Sebagai upaya untuk mencegah agar air permukaan yang berasal dari punggung lereng tidak mengalir secara deras, karena aliran yang deras dapatmengakibatkan gerusan pada permukaan dan kaki lereng. Mencegah terjadinya rembesanair dari permukaan lereng ke dalam badan jalan rel, karena rembesan yangterjadi dapat menyebabkan lereng longsor secara mendadak dan atau memperlemah badan jalan rel.