SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Download to read offline
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 1
Tutor Panduan Dasar Beberapa Metode
ANALISA WILAYAH
dan SIG
Untuk Perencanaan
Muhammad Hanif dan Tommy Adam
2015
Disusun berdasarkan kumpulan materi perkuliahan yang dipelajari pada matakuliah Analisis Perencanaan
Wilayah jurusan Geografi
Universitas Negeri Padang
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 2
PERINGATAN
Panduan analisa wilayah dan SIG ini tidak diperdangkan,
Panduan Analisa Wilayah ini ditulis dengan tujuan membantu para teman-
teman dari Ilmu Geografi untuk mempermudah menemukan beberapa metode
yang umum digunakan dalam perkuliahan analisa wilayah
Panduan tidak dapat dijadikan rujukan ataupun referensi untuk pembuatan
karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi dan Lainya, karena Panduan ini tidak
diterbitkan oleh seorang professor melalui badan penerbit resmi yang memiliki
lindungan hukum dan apa bila ingin menggunakan metode yang tertera didalam
panduan ini untuk penulisan karya ilmiah dan sejenisnya metode-metode dapat
ditelusuri melalui referensi asli yang telah dicantumkan didalam daftar
pustaka.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 3
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrahim
Alhamdulilah hirrobbil alamain, puji dan syukur dan sepenuh pujian atas segala jalan
dan kemudahan dan penerangan fikiran yang didapat selama menyusun panduan ini. Mudah-
mudahan ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi pihak-pihak terkait yang
menggunakan panduan ini dalam bidang geografi dan disiplin ilmu lainya.
Panduan ini, membahas mengenai beberapa metode analisa wilayah yang digunakan
untuk perencanaan wilayah dalam rancangan pengembangan wilayah dikemudian harinya,
yang penulisi pelajari selama menjalankan matakuliah Analisa Perencanaan Wilayah yang
termasuk kurikum Geografi, yang merupakan matakuliah puncak mengampu seluruh
matakuliah dasar.
Didalam panduan ini, penulis juga menyingung mengenai GIS atau Sistem Informasi
Geografi yang merupakan salah satu media informasi berbasis spasial yang digunakan untuk
menyajikan, menginput ataupun menganalisis data spasial, memang penulis tidak membahas
secara menyeluruh setiap kajian analisis perencanaan wilayah yang di publikasikan oleh
para professor penulis buku, namun disini penulis membahas secara dasar dan sepintas
mengenai metode-metode yang digunakan dalam analisis wilayah. Dalam kajian GIS penulis
juga tidak terlalu menjelaskan secara detail, namun penulis memberikan gambaran tentang
pengolahan data spasial untuk analisa wilayah.
Sesuai keinginan besar dari hati penulis untuk mengabdikan diri pada Ilmu Geografi,
setidaknya melalui penulisan panduan ini penulis telah berusaha menyebarkan beberapa
pengetahuan penulis mengenai Ilmu Geografi.
Penulis sadar Banyak Kekurangan dari panduan ini, semoga dapat dimaklumi.
Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kususnya para keluarga Geografi,
kawan-kawan teman-teman dan siapa saja yang menghargai keinginan dari niat baik penulis
dalam dalam menyusun buku panduan ini, penulis ucapkan terimakasih.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 4
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 5
Daftar ISI
BABI
Mengenal Analisa Wilayah dan Sistem Informasi Geografi
Apa Itu Analisa Wilayah?
Mengenal Analisa Wilayah
Lahan
Analisa Wilayah Untuk Penata Gunaan lahan
Apa Itu Sistem Informasi Geografi?
Mengenal Sistim Informasi Geografi
Defenisi Sistim Informasi Geografi
BeberapaMetode Analisis dalam Sistem Informasi Geografi
BAB II
Metode Analisa Fisik Kawasan dan Rawan Bencana
Arahan Fungsi Kawasan
Daya Dukung Lahan
Kemampuan Lahan
Analisis Rawan Bencana
Menegenal Bencana, Rawan, Rentan, Ancaman bencana
Analisa Rawan Bencana Longsor
Analisa Rawan Bencana Banjir
Analisa Rawan Kebakaran Gedung dan Permukiman
BAB II
Analisis Kependudukan dan Kesejah Teraan
Analisis Kependudukan
Fertlitas
Sexratio
Kematian bayi
Piramida Penduduk
Analisis Kesejahteraan
Index baca tulis
Index Lama bersekolah
Sex Ratio
Angka Ketergantungan dan Pengangguran
BAB III
Analsis Ekonomi Wilayah dan Sarana Prasarana
Analisis Ekonomi Wilayah
Metode Analisis SLQ dan DLQ
Metode Analisis Spasial
Metode Analisis Shift Share
Analisis Sarana Prasarana
Buffer
Standar Sarana Prasarana Wilayah
BAB IV
Geogstrategi dan Kawasan Strategis
Apa Itu Geografi Pilitik ?
Iklim dalam Geografi Politik
Geostrategi
Konflik Geopolitik Timur Tengah
Permasalahan geostrategic dalam Kawasan Strategis Maritim Indonesia
Pentingnya Geostrategi dalam Analisa Wilayah
Contoh strategi dalam rencana tata ruang
Daftar Pustaka
Riwayat Penulis
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 6
BAB I
MENGENAL ANALISA WILAYAH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 7
MENGENAL ANALISA WILAYAH
Analisa atau analisis atau Analysis adalah
suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal
atau benda dengan cara menguraikan komponen-
komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di
kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno
analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk
dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali,
dan luein yang berarti melepas sehingga jika di
gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau
menguraikan.
Analisa wilayah merupakan bahagian studi
dalam menganalisis wilayah dari berbagai sector,
kajian pokok dari analisa wilayah bertujuan
menganalisis wilayah dengan memperoleh informasi
untuk pengembangan dan perencanaan wilayah di
kemudian harinya sesuai dengan kemampuan dan
faktor pembatas dari wilayah yang di analisis, analisis
wilayah merupakan bahagian dari dasar-dasar
pengantar penataan wilayah diantaranya penyusunan
tata ruang RTRW ataupun penyusunan RDTR rencana
detai tata ruang dengan menghimpun semua kajian
dasar dalam geografi untuk memperoleh informasi
dalam menentukan sebuah kebijikan.
Kajian dari analisa wilayah memadukan dari
sector fisik sebuah kawasan yang berpotensi ataupun
terhambat oleh berbagai faktor ataupun kebencanaan,
yang mana hasil kajian analisis fisik akan
mempengarui untuk perencanaan sosial dikemudian
harinya dengan harapan perencanaan dapat berjalan
dalam memajukan wilayah dan juga melindungi
lingkungan yang akan dikembangkan.
LAHAN
Lahan merupakan penjelmaan selur factor atau kakas
(force) disuatu tapak (site) yang mempengaruhi dan
berperan dalam hidup dan kehidupan suatu makhluk
dan masyarakat.
Lahan merupakan sumberdaya pembangunan
memiliki karakteristik unik, yakni (i) sediaan/luas
relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami
(sedimntasi) dan proses (reklamasi) sangat kecil, (ii)
memiliki sifat fisik jenis batuan, kandungan mineral,
topografi, dsb. Dengan kesesuaian dalam menampung
kegiatan masyarakat cenderung spesifik
(Sitanala.2012).
ANALISIS WILAYAH UNTUK PENATA
GUNA LAHAN
Penata gunaan lahan (Land-use) pengaturan
penggunaan lahan untuk suatu fungsi tertentu dan
besarnya volume kegiatan yang di izinkan di atas
suatu lahan sesuai dengan karakteristik egiatan dan
masalah yang terkait . berdasarkan atas pengertian
penataan lahan ini seharusnya suatu daerah bila di
kembangkan , perlu terlebih dahulu di defenisikan
scara baik(Chafid Fandeli.2009).
Tata guna lahan merupkan pengaturan
pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong
di suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasiona,
regional maupun lokal) untuk kegiatan-kegiatan
tertentu (Miro.15.2005) Jenis kegiatan yang akan
dikembangkan harus sesuai dengan karakteristik
geomorfologis lokasi (jenis tanah, kemiringan,
struktur batuan). Hal ini dimaksud agar lahan dapat
didorong untuk dimanfaatkan secara tetap sesuai
fisik nya (Sitanala, Arsyad.36.2012). pengaturan
pemanfaatan lahan dimaksud untuk membuat
struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang
efisien, untuk menekan biaya yang dikeluarkan
masyarakat dalam melakukan aktifitas, dan
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan
(Sitanala,Arsyad.37.2012)
1
APA ITU ANALISA
WILAYAH ?
 Mengenali analisa wilayah untuk sebuah perncanaan
 Mengenali Lahan
 Analisis Wilayah Untuk Penata Guna Lahan
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 8
MENGENAL SISTIM INFORMASI GEOGRAFI
Sistem informasi geografi sudah tidak asing
lagi didengar saat ini, kajian ilmu sistim informasi
geografi sangat berkembang khususnya dinegara-
negara barat. Perkembangan kajian sistem informasi
geografi tidak lepas dari perkembangan teknologi,
khususnya perangkat lunak dan perangkat keras dalam
pengolahan data spasial. Tidak hanya disiplin ilmu
Geografi sendiri yang menggunakan teknologi GIS
dalam mengkaji ruang, penggunaan sistem informasi
geografi juga sangat berkembang pada disiplin ilmu
lain yang mengkaji wilayah seperti Geodehsi,
Geomatika, Kehutanan, Kelautan, Ilmu Komunikasi
dan sebagainya. Sistim informasi geografi lebih
dikenal sebagai GIS.
Pengelolaan data spasial merupakan hal yang
penting dalam pengelolaan data Sistem Informasi
Geografi. Proses pengolahan dilakukan dengan
menerapkan kaidah-kaidah relasional terkait secara
simultan. Sistem Informasi Geografis (SIG) tidak
hanya berfungsi untuk memindahkan /
mentransformasi peta konvensional (analog) ke bentuk
digital (digital map), lebih jauh lagi sistem ini
mempunyai kemampuan untuk mengolah dan
menganalisis data yang mengacu pada lokasi geografis
menjadi informasi berharga.
Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi
adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa
statistik dan overlay yang disebut analisa spasial.
Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa
spasial , tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu
dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau
geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-
attribut pada bermacam fenomena seperti umur
seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara
bersama dengan informasi seperti dimana seseorang
tinggal atau lokasi suatu jalan [Keele,1997].
DEFENISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem
informasi berbasis computer yang digunakan secara
digital untuk menggambarkan dan menganalisa ciri-
ciri geografi yang digambarkan pada permukaan bumi
dan kejadian-kejadiannya ( atribut-atribut non spasial
untuk dihubungkan dengan studi mengenai geografi)
[Feick et.al all,1999;Tuman,2001] didalam
Handayani.2005).GIS adalah satu set perangkat lunak
untuk menangkap, memanipulasi menganalisis dan
menyajikan data geografis. Kombinasi dari elemen
database untuk menyimpan informasi pada atribut dan
fungsi pemetaan untuk menampilkan data spasial
membuat produk ini kuat sangat berharga untuk
memeriksa pola yang ada di dalam dan diantara
fenomena geografis (William.2000)
GIS Istilah ini digunakan dalam dua cara yang
berbeda: pertama, untuk merujuk ke sistem yang
terintegrasi perangkat keras komputer, perangkat
lunak, data geografis digital dan bentuk lain dari IT
dan, kedua, untuk menunjukkan aplikasi tertentu dari
sistem tersebut dalam konteks organisasi tertentu,
misalnya untuk melaksanakan operasi dan prosedur
dari departemen perencanaan dipemerintah daerah
((Rideout, 1992) di dalam Walford.1999). Perbedaan
antara penggunaan ini istilah berkaitan dengan
perbedaan antara GIS sebagai komponen teknologi
informasi, yang dapat dibeli dari pemasaran yang
sesuai, dan sebagai alat praktis atau metodologi untuk
menangani dan mengelola data geografis, yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai asituasi.
GIS Geographic Information System,
selanjutnya disebut GIS, adalah sistem untuk
pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana
data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan
muka bumi (Perka BNPB No.2 Tahun 2012).
Dari teori yang telah dijelaskan dapat
disimpulkan GIS atau dikenal dengan sebutan sistim
informasi geografi merpukan perangkat untuk
memasukan, menyimpan, mengolah atau analisis dan
memanggil kembali data spasial.
Model Data Spasial di Dalam SIG
Secara umum persepsi manusia mengenai
bentuk representasi entitas spasial adalah konsep
raster dan vektor. Data spasial direpresentasikan di
dalam basisdata sebagai raster atau vector
[Prahasta,2001] didalam Handayani.2005).
2
APA ITU SIG SISTEM
INFORMASI GEOGRAFI ?
 Mengenali sistem informasi geografi
 Defenisi sistem informasi geografi
 Model data spasial dalam SIG
 Mengenali beberapa teknis analisis data spasial dengan SIG
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 9
MENGENALI BEBERAPA TEKNIK DATA
SPASIAL DENGAN SIG
Analisa Buffer
Analisa Buffer digunakan untuk mengidentifikasi area
sekitar fitur-fitur geografi. Proses mengenerate sekitar
lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi dan kemudian
mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan pada
apakah mereka berada di luar atau didalam batas
buffer(Handayani.2005). Sistem Informasi Geografi
mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa overlay dan
analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses
integrasi data dari lapisanlapisan yang berbeda sedangkan
analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis
pada jarak antar layer. Analisa Spasial sdilakukan dengan
meng-overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta
baru hasil analisis.
Overlay Data Spasial
Beberapa teknik analisa data dengan SIG sallah satu
diantaranya adalah overlay peta. Merupakan proses dua peta
tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu
dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru.
Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber
menggunakan peta merupakan kunci dari fungsifungsi analisis
Sistem Informasi Geografi.
Konsep Overlay Peta
 Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi
dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.
 Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data
attribut dari dua theme masukan.
Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay
yang merupakan polygon yaitu :
1) Titik – dengan - poligon, menghasilkan
keluaran dalam bentuk titik-titik
2) Garis – dengan - poligon, menghasilkan
keluaran dalam bentuk garis
3) Poligon – dengan - poligon menghasilkan
keluaran dalam bentuk polygon
Metode Overlay Union
Operasi Union / operator Boolean “OR”
Gambar 1. Union
Sumber: Handayani.2005.
Tujuannya untuk membuat coverage baru dengan melakukan
tumpukan (overlay) dua coverage polygon. Operasi union bisa
dilakukan dengan ketentuan semua coverage harus dalam
bentuk polygon.
Keluaran coverage baru berisi :
- polygon kombinasi
- attribut-attribut kedua coverage asal
2. INTESEKSI / IRISAN
- Operasi Interseksi atau operator Boolean
“AND”
- Membuat coverage baru dengan cara
melakukan overlay dua himpunan fiturfitur
coverage .
Gambar 3. Inteseksi / irisan
Keluaran Coverage, hanya berisi bagian fitur-fitur dalam area yang terisi
oleh kedua masukan dan merupakan irisan dari
coverage.
IDENTITI
- Membuat satu coverage baru dengan melakukan overlay dua himpunan
fitur.
- Keluaran coverage berisi :
1. semua masukan fitur
2. hasilnya hanya berisi bagian dari identitas fitur coverage yang
meliputi masukan coverage.
PENDEKATAN OVERLAY
Pendekatan Matrik Dua Dimensional
Dua dimensional Menurut (Bintarto.1978) dimensi waktu atau
temporal dimensional yang disebut juga temporal labeling
menunjukan suatu saat dalam suatu waktu atau menunjukan
suatu periode dalam suatu waktu.
Biasanya jenis overlay matrik dua dimensional, bertujuan
untuk memperoleh infromasi baru dari perbandingan dua
waktu yang berbeda, atau membandingkan antara dua peta
tahun yang berbeda dengan tema yang sama. Didalam
penelitian perubahan penggunaan lahan dapat diketahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun
pertama dan tahun kedua. Juga dapat digunakan untuk
memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke
waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memiliki
klasifikasi yang sama agar perubahan bisa dipantau secara
setara(Slet perkuliahan H.Frananda.S.P,M.Sc).
Pendekatan Kuantitatif Binary
Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan
mengoverlaykan unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya
Misalkan dalam penentuan kesesuaian lahan permukiman,
unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut
sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu:
(1) lereng,
(2) bentuk lahan
(3) kerawanan bencana
Dalam pendekatan kuantitatif binary biasanya melihat faktor
pembobotan.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 10
GEOPROSESSING
Geoprocessing menunjuk ke tool dan proses yang digunakan
untuk menghasilkan sekumpulan data yang diinginkan. Sistem
Informasi Geografi meliputi sekumpulan besar tool yang
bekerja dengan dan proses informasi geografi. Sekumpulan
tool ini digunakan untuk mengoperasikan informasi obyek
SIG sebagai kumpulan data, attribut, dan elemen kartograpi
untuk cetakan peta. Secara bersama pemahaman perintah-
perintah dan bentuk objek data merupakan dasar dari
framework geoprocessing.
Data + Tools = Data Baru Tool SIG merupakan sekumpulan
blok bangunan untuk menggabungkan banyak tahapan
operasi. Satu tool melakukan suatu operasi ke data yang ada
untuk menghasilkan data baru. geoprocessing dalam SIG
digunakan untuk menyambung secara bersama serangkaian
operasi ini.
Operasi Geoprocessing
Dissolve Fitur berdasarkan Attribut
Operasi ini dilakukan dengan melakukan
aggregasi (menyatukan) fitur yang memiliki
nilai yang sama berdasarkan attribut yang
ditentukan.
Klip Salah Satu Theme Berdasarkan Theme
yang Lain
Operasi in dilakukan dengan
menggunakan satu klip theme seperti potongan
kue pada masukan theme. Attribut masukan
theme tidak diubah.Contoh :
ss
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 11
BAB II
METODE ANALISA FISIK KAWASAN
DAN KERAWANAN BENCANAAN
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 12
A. Satuan Lahan
Penelitian mengenai lahan biasanya
menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan
berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam
R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-Cancelado
(1979: 3) satuan lahan adalah satuan bentang alam
yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat
fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan
merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan
bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan
penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat
sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil
tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta
kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan
demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan
adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng
serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Fungsi kawasan terbagi menjadi tiga yaitu
kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan
budidaya. UU RI No. 26 2007 dalam Muryono (2008 :
8) menyebutkan bahwa “Kawasan lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”.
Didalam pemebahasan ini metode arahan fisik
fungsi kawasan di wilayah Indonesia digunakan, SK
Mentri kehutanan Nomor837/Kpts/Um/11/80.
Dengan mempertimbangkan kelerangan, jenis tanah
dan curah hujan didalam penetapan fungsi kawasan,
berikut kriteria masing-masing faktor penentu arahan
fungsi kawasan.
1. Kelerengan
Data spasial kelerangan dapat diperoleh secara
perhitungan manual ataupun menggunakan perangkat
GIS dengan bahan dasar data topografi format Tin,
ataupun diolah dari citra SRTM yang dapat diunduh
dari situs http://earthexplorer.usgs.gov/ , respon
spektral gelombang hasil perekaman citra SRTM
Secara manaual dapat digunakan rumus
=kemiringan lereng
mampu manpilkan kontur yang dapat diolah menjadi
lereng, sacara dua dimensi ataupun tiga dimensi.
Table kriteria kelerangan fisik lahan.
Kelas Keterangan Kemiringan (%) Skor
I Datar >0-8 20
II Landai >8-15 40
III Agak
Curam
>15-25 60
IV Curam >25-40 80
V Sangat
Curam
>40 100
2. Curah Hujan
Data spasial curah hujan dapat diperoleh dari hasil
olah data statistic dalam bentuk peta Isoyet ataupun
Thisen yang menampilkan curah hujan wilayah.
Perangkat SIG mampu mengolah data curah hujan
dengan tool Create Thisen Polygons pada ArcToolbox.
Kelas Curah Hujan Curah hujan Skor
I Sangat rendah <13,6 10
II Rendah 13,6-20,7 20
III Sedang 20,7-27,7 30
IV Tinggi 27,7-34,8 40
V Sangat tinggi >34,8 50
3. Jenis Tanah
Peta jenis tanah dapat diperoleh dari instansi terkait,
jika dalam bentuk raster dapat diolah menjadi data
Shape file yang dapat dioleh dalam software ArcGIS,
dengan cara yang paling sederhana yaitu proses
3
ANALISIS FISIK WILAYAH
 Arahan Fungsi Kawasan
 Analisis Kemampuan Lahan
 Analisis Kerawanan Bencana
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 13
digitasi pada tool>editor>star edit>create
futures>polygone.
Kela
s
Kepekaan
terhadap Erosi
Jenis tanah Skor
I Rendah/tidak
peka
Alluvial, Glei,
Planasol,
Hidromof
kelabu, Laterit
air tanah
15
II Sdang/Agak
peka
Latosol 30
III Tinggi/Kuran
g peka
Kambisol,
mediteran,
brown forest,
non calcic brown
45
IV Sangat
tinggi/Peka
Vertisol,
Andosol,
Grumosol,
laterit, Podosol,
Podosolik
60
V Amat sangat
Tinggi?sangat
peka
Litosol,
Orgonosol,
Rendzina,
regososol
75
Analisis dilakukan dengan cara overlay peta disetiap
indikator, dengan hasil gabungan dari setiap skor/parameter.
Klasifikasi Peta Arahan Fungsi Kawasan
Adapun nilai skor masing-masing fungsi kawasan hutan
(hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas)
adalah sebagai berikut :
1. Skor >= 175, maka dicadangkan sebagai hutan lindung.
2. Skor 125-174, maka dicadangkan sebagai hutan produksi
terbatas.
3. Skor <= 124, maka dicadangkan sebagai hutan produksi
tetap.
Eksisting Peta
1. Luas Peta Arahan Fungsi Kawasan DI eksistingkan
dengan Peta Tutupan Lahan
2. Beri skor apa cocok/tidak cocok dengan tindakan
arahan pembangunan
3. Lakukan overlay peta, dengan teknologi Sistem
Informasi Geografi
Didalam mengoperasikan salah satu perangkat sistem
informasi geografi yaitu ArcGIS kita dapat menggunakan
menu dari ArcToolbox.
Hasil skoring dari klasifikasikan menjadi peta arahan fungsi
kawasan sesuai parameter masing-masing.
Sistem klasifikasi Tanah, Dudal-Soepraptohardjo
Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo
mendasarkan pada penampilan profil tanah dan sejumlah ciri-
ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini adalah dari Rudi Dudal,
ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi
Indonesia oleh M. Soepraptohardjo. Sistem ini disukai oleh
pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di
lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957.
Modifikasinya dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada
tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan modifikasinya) berlaku
khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa sistem
internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian
kriteria.
Berikut adalah klasifikasi tanah Indonesia menurut sistem
Dudal-Soepraptohardjo (D-S), diberikan dengan padanannya
menurut empat sistem klasifikasi lain.
Sumber: Padanan Nama Tanah menurut Berbagai Sistem Klasifikasi
Tanah (disederhanakan)
, kecuali untuk sistem WRB.
Sistem Soil Taxonomy (USDA)
Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun
1975 oleh tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini
pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan.
Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai
sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian
tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa
konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB
yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Dudal-
Soepraptohardjo
(D-S) (1957-1961)
Modifikasi
PPT atas D-S
(1978/1982)
FAO/UNESCO
(1974)
World
Reference
Base
(WRB) (2007)
Soil Survey
Staff USDA
(1975 – 1990)
Tanah aluvial
(endapan, alluvial
soil)
Tanah aluvial Fluvisol Entisol,
Inceptisol
Andosol Andosol Andosol Andosol Andisol
Tanah Hutan Coklat
(Brown Forest Soil)
Kambisol Cambisol Cambisol Inceptisol
Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol Vertisol
Latosol Kambisol,
Latosol,
Lateritik
Cambisol,
Litosol, Ferralsol
Inceptisol,
Ultisol, Oxisol
Litosol Litosol Litosol Entisol
(subkelompok
lithic)
Mediteran Mediteran Luvisol Chromic
Luvisols
Alfisol,
Inceptisol
Organosol Organosol Histosol Histosol Histosol
Podsol Podsol Podsol Podzols Spodosol
Podsolik Merah
Kuning
Podsolik Acrisol Ultisol
Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol
Podsolik Coklat
Kelabu
Podsolik Acrisol Ultisol
Regosol Regosol Regosol Entisol,
Inceptisol
Renzina Renzina Rendzina Calcic
Leptosols
Rendoll
- Ranker Ranker Acidic
Leptosols
-
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 14
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat
penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh)
kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah").
Mereka adalah
1. Entisol (membentuk akhiran -ent)
2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
3. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
4. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
5. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
6. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
7. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
8. Spodosol (membentuk akhiran -od)
9. Histosol (membentuk akhiran -ist)
10. Andosol (membentuk akhiran -and)
11. Aridisol (membentuk akhiran -id)
12. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-
masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek
pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan
atmosfer. Sistem ini, disingkat sistem WRB, merupakan hasil
kerja dari tim bentukan FAO dan disarankan oleh Organisasi
Ilmu Tanah Sedunia. Berdasarkan kesepakatan pada tahun
1998, sistem WRB menggantikan sistem FAO. Versi
terbarunya terbit tahun 2006. Ke dalam sistem WRB terdapat
pembagian peringkat primer dan peringkat sekunder.
Peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis
tanah utama dunia. Peringkat kedua merupakan kata sifat yang
menggambarkan keadaan fisik dan kimia tanah. Berbeda dari
sistem USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan aspek
iklim sebagai alat untuk pengelompokan.
Gambar: Contoh Peta Arahan Fungsi Kawasan
ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan
mengoverlay peta Lereng, peta, Jenis tanah, Peta Stauan
Lahan. Pada penelitia analisis ini lereng dibagi atas 18 kelas,
Dari proses overlay dan pemberian skoring maka di peroleh
fungsi kawasan utntuk wilayahKecamatan Patamuan dan
Padang Sago pada proses pembutan peta kelas kemampuan
lahan, lereng di bagi atas tujuh kelas, untuk drainase,
kedalaman solum, singkapan batuan, tingkat erosi, di peroleh
dari buku tanah pertanian bogor, banjir diperoleh dari peta
banjir. Kelas kemampuan dari seluruh table kelas kemampuan
lahan, klasifikasinya di peroleh dari skor tertinggisebagai
faktor pembatas.,
Proses analisis ini menggunakan metode overlay,
proses ini sama dengan proses arahan fungsi kawasan,
setelah overlay dilakukan maka dilihatlah nilai faktor
tertinggi dari satu kawasan sebagai faktor pembatas,
jika faktor tertinggi telah ditemukan maka lihat
kesimpulan deskriptif setiap kemampuan lahan.
Kriteria Kemampuan Lahan
Harkat penentuan tingkat kemampuan lahan menurut (USDA)
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 15
Tabel. Kemampuan Lahan Menurut USDA
Sumber: Dedi Hermon.2009.Geografi Tanah
Deskripsi Kemampuan Lahan
Kelas I : Tidak ada atau sedikit factor penmbatas dan resiko kerusakan. Sifat tanah sangat baik di tinjau dari berbagai
kepentingan. Biasa digunakan untuk kepentingan aneka pertanian dengan resiko kerusakan kecil.
Kelas II : Memiliki sedikit factor pembatas. Sifat tanah umumnya sangat baik untuk aneka penggunaan, pertanian tetapi sudah
perlu diperhatikan terhadap resiko kerusakan.
Kelas III : Memiliki sifat-sifat baik dengan factor pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk pertanian ,
namun perlu perhatian serius upaya2 konservasi yang baik karena resiko erosi yang cukup besar.
Kelas IV : Lahan yang memiliki kedalaman yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan
tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim,
tanaman pertanian, padang penggembala, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam.
Kelas V : Memiliki sedikit bahaya erosi tetapi memiliki pembatas lain yang sulit dihilangkan sehingga penggunaannya sangat
terbatas yaitu untuk padang rumput, padang pengembala, hutan produksi atau suaka.
Kelas VI : Memiliki penghambat yang berat sehingga tanah-tanah kelas ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan tanah ini
terbatas hanya untuk padang rumput atau padang pengembala, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam.
Kelas VII : Memiliki batas yang berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannya sangat terbatas untuk padang
rumput, hutan produks dan suaka alam.
No Unit lahan Kriteria harkat
1 Lereng
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
Datar (0-3%)
Landai dan berombak (4-7%)
Agak miring /bergelombang (8-15%)
Miring bukit (16-30%)
Agak curam (31-45%)
Curam (46-65%)
Sangat curam >65%
1
2
3
4
5
6
7
2 Tekstur tanah
T1
T2
T3
T4
T5
Sedang, (debu, lempung berdebu, dan lempung).
Agak halus, liat berpasir, lempung liat bedebu, lempung berliat, lempung liat berpasir) Halus, liat dan liat berdebu.
Agak kasar, lempung berpasir.
Kasar, pasir berlempung.
1
2
3
4
5
3 Premiabelitas
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Sedang (2,0-6,25 cm/jam)
Agak lambat (0,5-2,0 cm/jam)
Agak cepat (6,25-12,5 cm/jam)
Lambat (0,125-25,0 cm/jam)
Cepat (12,5-25,0 cm/jam)
Sangat lambat (<0,125 cm/jam)
Sangat cepat (>25,0 cm/jam)
1
2
3
4
5
6
7
4 Solum
K1
K2
K3
K4
Dalam >90 cm
Sedang 50-90 cm
Dangkal 25-50 cm
Sangat dangkal < 25 cm
1
2
3
4
5 Drainase
D1
D2
D3
D4
D5
Baik, sirkulasi udara baik, profiltanah seragam, tidak terdapat bercak-bercak.
Agak baik, sirkulasi udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, cokelat atau kelabu pada lapisan atas atau
bawah.
Agak buruk, sirkulasi udara baik pada lapisan atas tanah, seluruh lapisan bawah penuh dengan bercak akibat sirkulasi udara
tidak baik.
Buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan tanah lapisan bawah sangat banyak bercak,
Sangat buruk, seluruh lapisan tanah dipenuhi bercak. Sangat-sangat buruk, tanah selalu tergenang air.
1
2
3
4
5
6 Erosi
E1
E2
E3
E4
E5
Tidak ada erosi
Ringan <25% lapisan tanah atas hilang
Sedang, 25-75 % lapisan tanah atas hilang.
Berat, >75% tanah lapisan atas hilang. Dan 25% tanah bahagian bawah hilang.
Sangat berat 75% tanah lapisan bawah hilang.
1
2
3
4
5
7 Singkapan Batuan
B1
B2
B3
B4
B5
Tidak ada <2% luas area
Sedikit 2-10% luas area, pengolahan tanah dan tanaman agak terganggu.
Sedang 10-50% luas area, pengollahan tanah dan tanaman terganggu
Banyak 50-90% luas area, pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu.
Sangat banyak >90% luas areal, tanah sama sekali tidak dapat di garap.
1
2
3
4
5
8 Ancaman Banjir
O1
O2
O3
O4
O5
Tidak pernah banjir dalam periode 1 tahun, tidak tertutup banjir dalam waktu 24 jam.
Terkadang banjir menutupi >25 jam tidak teratur dalam periode 1 tahun.
Selama 1 bulan lebih tanah tertutp banjir >24 jam
Selama 2-5 bulan dalam 1 tahun, tanah selalu tertup banjir >24 jam
Selama >6 bulan tanah selalu tertutup banjir >24 jam.
1
2
3
4
5
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 16
ANALISIS KEKRITISAN DAS
1. Analisis Kekritisan Das
Das adalah Suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, mengumpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut secara alami, yang batas didarat
merupakan pemisah topografi dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih berpengaruh aktifitas daratan. Sub das
adalah bagian das yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utara setiap Das terbagi kedalam
sub-sub das.
Run off dalah aliran air/limpasan, stream flow adalah aliran sungai, Cathment Gield adalah daerah tangkapan air, Surfface
run off adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah, dan subsorface runoff adalah air dalam tanah. Debit (Q) yaitu volume air
mengalir persatuan waktu. Koefisien limpasan (c) yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya limpasan
terhadap curah hujan
Sesuai dengan keputusan menteri kehutanan No 52/Kpts-II/2011 bahwa monev kinerjja DAS dan pengelolaan DAS. Maka
monev yang akan dilakukan adalah ,monev kineja DAS, yaitu sistem monev yang dilakukan secara periodik untuk memperoleh
data dan informasi terkait kinerja DAS. Untuk memperoleh data dan informasi tentang gembaran menyeluruh mengenai
perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk memperoleh data dan informasi tentang gambaran menyeluruh mengenai
perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk tujuan pengelolaan DAS secara lestari, maka diperlukan kegiatan monev DAS yang
di tekankan pada aspek tata air, penggunaan lahan, sosial, konomi, dan kelembagaan.
Koefisien Rezim Sungai
Metode analisis yang digunakan dalam menghitung koefisien rezim sungai yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
Tata Air 1. Debit air sungai KRS=(Qmax/Qmin) KRS,50 baik
KRS 50-120 sedang
KRS>120 buruk
Dasa SPAS
PU/BRLKT/HPH
Q=debit Sungai
CV=(sd/Qrata-
ratax100%)
CV<10% baik
CV>10% jelek
CV=coefesien varian
Sd=standar deviasi data
SPAS
Sumber: Mufta’Ali 2002
Mencari Standar Deviasi
Untuk menentukan daya dukung dalam suatu DAS dapat digunakan indikator sebagai berikut;
Tabel 18. Kriteria dan Indikator Kinerja Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan
Penggunaan
Lahan
1.Penutupan oleh
vegetasi
IPL= (LVP/LDas)x
100%
IPL= > 75% baik
IPL= 30-75% sedang
IPL=< 30% jelek
IPL= indeks penutup lahan
LVp= luas lahan bervegetasi permanen
LDas = Luas DAS
2.Kesesuaian
penggunaan Lahan
(KPL)
KPL= (LPS/LDas) x
100%
KPL= > 75% baik
KPL = 40-75% sedang
KPL=< 40% jelek
LPS= luas pengggunaan lahan yang sesuai
Rujukan penggunaan lahan adalah RTRW/K dan
atau pola RLKT
3.Erosi, Indek Erosi
(IE)
IE= (Ea/Et) x 100% IE= < 1 baik
IE = >1 jelek
Ea= erosi aktual
Et= erosi ditoleransi
Perhitungan erosi merujuk pada RTL, RLKT
1988
4.Pengelolaan
Lahan
Pola tanam (C)dan
tindakan konservasi
(P)
C x P < 0,01 baik
C x P = 0,01 – 0,50 sedang
C x P > 0,50 jelek
Perhitungan nilai C dan P merujuk pada RTL,
RLKT tahun 1988
Tata Air 1.Debit air sungai KRS = (Qmax / Qmin) KRS , 50 baik
KRS 50 – 120 sedang
KRS > 120 buruk
Data SPAS PU/BRLKT/HPH
Q = debit sungai
CV = (Sd / Qrata-rata)
x 100%
CV < 10% baik
CV >10% jelek
CV = coefisien varian Sd = standar deviasi Data
SPAS
IPA = Nilai IPA semakin kecil
semakin baik
IPA = Indeks Penggunaan air
2. Kandungan
sedimen
Kadar lumpur dalam
air
Semakin menurun semakin
baik menurut mutu
peruntukan
Data SPAS
3. Kandungan
pencemar ( polutan
)
Kadar biofisik kimia Menurut standar yang berlaku Santar baku yang berlaku, misal PP 20/1990
4. Nisbah hantar
sedimen ( SDR )
SDR = (Ts/Te) x 100
%
SDR < 50% normal
SDR 50-75% tidak normal
Ts= total sedimen
Te= total erosi
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 17
SDR > 75% rusak Data SPAS dan perhitungan /pengukuran erosi
Sosial
Demografis
1.Kepedulian
Individu
E kegiatn positip
konservasi mandiri
Ada, tidak ada Data dari instansi terkait
2.Partisipasi
Masyarakat
% Masyarakat dalam
kegiatan bersama
>70 % Tinggi
40-70% sedang
> 40% rendah
Dari data pengamatan atau dari data instansi
terkait
3. Tekanan
penduduk terhadap
lahan
Indeks Tekanan
penduduk
TP= Z .
TP < 1 ringan
TP= 1-2 sedang
TP> 2 berat
T= waktu dalam 5 tahun
Z= luas lahanpertanian minimal untuk hidup
layak/jumlah petani
F= proporsi petani terhadap populasi penduduk
DAS
Po= jumlah penduduk tahun 0
L= luas lahan pertanian
r= pertumbuhan penduduk/tahun
Ekonomi 1.ketergantungan
penduduk terhadap
lahan
Kontribusi pertanian
terhadap total
pendapatan keluarga
.75% tinggi
50-75% sedang
<50% rendah
Dihitung KK/tahun data dari instansi terkait
atau petani sample
2.Tingkat
pendapatan
Pendapatan keluarga
/tahun
Garis kemiskinan BPS Data dari instansi terkait atau petani sample
3.produksivitas
lahan
Produksi/Ha/tahun Menurun,tetap, meningkat Data BPS atau petani Sample
4.jasa lingkungan
(air,wisata, iklim
micro, umur
waduk)
Internalitas dari
esternalitas
pembiayaan
pengelolaan bersama
(cost sharing)
Ada, tidak Dalam bentuk pajak, restribusi untuk dana
lingkungan
Kelembagaan 1.pemberdayaan
lembaga dan atau
lokal
Peranan lembaga lokal
dalam pengelolaan
DAS
Berperan, tidak berperan Data hasil pengamatan
2.ketergantungan
masyarakat kepada
pemerintah
Intervensi pemerintah Tinggi, sedang, rendah Data hasil pengamatan
3.KISS Konflik Tinggi , sedang, rendah Data hasil pengamatan
4.Kegiatan usaha
bersama
Jumlah unit usaha Bertambah, berkurang, tetap Data dari instansi terkait
Sumber; Muta‟ali, 2012
Catatan:
Analisis kemampuan lahan, sama halnya dengan analisis yang dijelaskan sebelumnya, analisis ini dapat dilakukan dengan overlay
peta dan merujuk kepada faktor-faktor penentu yang laninya yang tidak tersaji dalam data spasial.
Lakukan analisis Qmax Qmin, dari debit rata-rata harian dari sebuah sungai pada wilayah das/musim hujan.
Tabel 1.4. Contoh Analisis Koefisien Rezim Sungai (KRS) Tahun 2004- 2012
No Tahun QMax QMin QMax/Qmin Keterangan
1 2004 10,919 2,828 3,861 Baik
2 2005 45,011 3,096 14,538 Baik
3 2006 59,35 6,202 9,569 Baik
4 2007 47,276 6,133 7,708 Baik
5 2008 45,011 3,096 14,538 Baik
6 2009 16,838 2,591 6,498 Baik
7 2010 292,51 1,63 179,453 Buruk
8 2011 67,53 0,27 250,111 Buruk
9 2012 33,12 0,23 144 Buruk
Sumber: Berdasarkan analisis koefisien rezim sungai (KRS) batang Pariaman.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 18
Gambar: Contoh grafik Q maximum dan Q minimum DAS.
Grafik Debit Sungai Tahun 2004 DAS Batang Parimaman
Metode Pengindraan Jauh Untuk Mengukur Vegetasi Tutupan DAS
Penerapan Transformasi NDVI
Model indeks vegetasi (NDVI) Normalized Difference Vegetation Index, Meruapakan kombinasi antara teknik
penisbahan dengan teknik pengurangan citera. Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration). Berbagai penelitian mengenai perubahan liputan vegetasi dibenua
Afrika banyak menggunakan transformasi ini trucker, 1986 didalam Formulasinya adalah sebagai berikut:
BV inframerah dekat= sinar inframerah dekat
BV merah = sinar merah
NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan vegetasi, secara implisit berbagai penelitian. Dengan melakukan analisis
citra dengan menggunakan metoda NDVI maka tingkat kerapatan vegetasi dapat di analisa. Pada NDVI nilai selalu
berkisar dari -1 hingga 1 (Danoedoro.2012:248).
Untuk mengetahui luas Vegetasi pentup lahan pada wilayah DAS dapat digunakan salah satu perangkat
pengindraan Jauh Digital yaitu ENVI, yang menyediakan sistem analisis untuk kerapatan vegetaqsi dengan formula
NDVI, NDVI akan membagi gelombang spektral hasil analisis berkisar dari -1 hingga 1 ntuk faktor penetu kerapatan
vegetasi penutup lahan,
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Q.Maximum
Q.Minimum
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 19
Gambar: Contoh Tutupan Vegetasi DAS.
Sumber: Hasil analisis NDVI citra Landsat, Patamuan dan Padang sago.
Mengitung Luas Vegetasi Penutup DAS dapat dihitung menggunakan
Tool calculator geometri pada program ArcGIS.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 20
ANALISIS RAWAN BENCANA
Menurut Peraturan Kepala BNPB No.2 Tahun 2012,
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapidampak buruk bahaya tertentu.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum kawasan
rawan bencana di Indonesia digolongkan kepada 3 jenis, yaitu
kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dan gempa
bumi, kawasan rawan bencana longsor dan kawasan rawan
bencana banjir. Kawasan rawan bencana itu sendiri
didefinisikan sebagai suatu kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Sedangkan
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilalui oleh 2
sirkum dunia yaitu mediterania dan pasifik serta dialui oleh
jalur pegunungan api yang sangat aktif, sehingganya
Indonesia salah satu kawasan yang rawan bencana
Metode yang digunakan dalam analisis rawan bencana
longsor dan Banjir yaitu metode
Scoring (pengharkatan) adalah metode pemberian
skor/harkat terhadap masing-masing nilai parameter
lahan untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya.
terdiri dari;
1. Penjumlahan: teknik scoring yang dilakukan secara
obyektif berdasarkan harkat yang diberikan kepada tiap
variabel variabel yang nilanya sudah ditentukan pada
satuan lahan yang dijumlahkan sehingga didapat nilai
kemampuan lahan.
2. Perkalian/pembobotan. adalah teknik scoring yang
dilakukan secara subyektif dengan pemberian bobot pada
setiap nilai parameter yang ada sesuai dengan tujuan
pembuatan kemampuan lahan.
Analisis Rawan Bencana longsor
MENGACU PADA ATURAN PERMEN PU No.22 tahun
2007 Analisis rawan bencana longsor dapat ditentukan
dengan cara mengoverlay peta lereng, jenis tanah, dan
zona
Pembagian zona untuk rawan bencana longsor:
1) Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung,
lereng pegunungan, lereng perbukitan dan tebing sungai
dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %, dengan
ketinggian di atas 2000 meter di atas perbukitan laut.
2) Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki
pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan , dan tebing
sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21%
sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai
dengan 2000 meter di atas permukaan laut.
4
ANALISIS KERAWANAN
BENCANA
 Mengenal perbedaan rawan, rentan, ancaman dan risiko bencana
 Analisis rawan bencan longsor
 Analisis rawan bencana banjir
 Analisis kerawanan kebakaran gedung dan pemukiman
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 21
3) Zona Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi,
dataran rendah, dataran tebing sungai, atau lembah sungai
dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai
dengan 20% dengan ketinggian 0 sampai dengan 500
meter di atas permukaan laut.
Penentuan kelas masing - masing tipe zona berpotensi
longsorberdasarkan kriteria dan indikator tingkat
kerawanan
Sumber Permen PU.
Untuk menentukan kelas tipe zona berpotensi longsor
berdasarkan tingkatkerawanan ditetapkan 2 (dua) kelompok
kriteria, yakni kelompok kriteriaberdasarkan aspek fisik alami
dan kelompok kriteria berdasarkan aspek aktifitasmanusia.
Untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan aspek
fisik alami ditetapkan 7 (tujuh) indikator yakni faktor-faktor:
kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng,
curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi.
Sedangkan untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan
aspek aktifitas manusia yakni tingkat risiko kerugian manusia
dari kemungkinan kejadian longsor, ditetapkan 7 (tujuh)
indikator: pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng,
pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi,
kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi. Masing-masing
indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek fisik alami
diberikan bobot indikator: 30% untuk kemiringan lereng, 15%
untuk kondisi tanah, 20% untuk batuan penyusun lereng, 15%
untuk curah hujan, 7% untuk tata air lereng, 3% untuk
kegempaan, dan 10% untuk vegetasi.Sedangkan terhadap
indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek aktifitas
manusia (tingkat risiko) diberi bobot: 10% untuk pola tanam,
20% untuk penggalian dan pemotongan lereng, 10% untuk
pencetakan kolam, 10% untuk drainase, 20% untuk
pembangunan konstruksi, 20% untuk kepadatan penduduk,
dan 10% untuk usaha mitigasi.
Setiap indikator diberi bobot penilaian tingkat kerawanan :
a. 3 (tiga) apabila dinilai dapat memberi dampak besar
terhadap terjadinya longsor.
b. 2 (dua) apabila dinilai dapat memberi dampak sedang
terhadap terjadinya longsor.
c. 1 (satu) apabila dinilai kurang memberi dampak
terhadap terjadinya longsor.
Penilaian bobot tertimbang setiap indikator dihitung
melalui perkalian antara bobotindikator dengan bobot
penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini
menunjukkan tingkat kerawanan pada masing-masing
indikator.Kriteria tingkat kerawanan masing-masing indikator
fisik alami (7 indikator) danaktifitas manusia (7 indikator)
serta selang nilainya pada setiap tipe zona berpotensi longsor
disajikan pada Tabel 2 untuk zona tipe A, Tabel 3 untuk zone
tipe B, dan Tabel 4 untuk zona tipe C.Penilaian terhadap
tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada
aspekfisik alami dilakukan melalui penjumlahan nilai bobot
tertimbang dari 7 (tujuh) indikator pada aspek fisik alami.
Total nilai ini berkisar antara 1,00 sampai dengan 3,00.
Sedangkan untuk menetapkan tingkat kerawanan zona
tersebut dalam aspek fisik alami, digunakan kriteria sebagai
berikut:
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 22
a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila
total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00.
b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila
total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39.
c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah
apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran
1,00–1,69.
Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona
berpotensi longsor pada aspek aktifitas manusia dilakukan
melalui penjumlahan nilai bobot tertimbang dari 7 (tujuh)
indikator pada aspek aktifitas manusia. Total nilai ini berkisar
antara 1,00 sampai dengan 3,00. Sedangkan untuk
menetapkan tingkat kerawanan zona tersebut dalam aspek
aktifitas manusia (tingkat risiko), digunakan kriteria sebagai
berikut:
a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila
total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00.
b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila
total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39.
c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah
apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran
1,00–1,69.
Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona
berpotensi longsor pada seluruh aspek dilakukan dengan
menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik
alami dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktifitas
manusia, dan membaginya menjadi dua.
Sumber: Permen Pu No.22 tahun 2007.
Gambar: penampan kelerangan fisik dari pengolahan citra
SRTM
Kriteria Aspek Fisik Alami
No. Indikator Bobot Indikator (%) Sentivitas Tingkat
Kerawanan
Bobot Penilaian Nilai Bobot Tertimbang Tingkat
Kerawanan Longsor
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 . Kemiringan
Lereng
30 % = 0,3 Tinggi 3 0,90
Sedang 2 0,60
Rendah 1 0,30
2. Kondisi Tanah 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,45
Sedang 2 0,30
Rendah 1 0,15
3. Batuan Penyusun
Lereng
20 % = 0,2 Tinggi 3 0,60
Sedang 2 0,40
Rendah 1 0,20
4. Curah Hujan 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,60
Sedang 2 0,40
Rendah 1 0,20
5. Tata Air Lereng 7 % = 0,07 Tinggi 3 0,21
Sedang 2 0,14
Rendah 1 0,07
6. Kegempaan 3 % = 0,03 Tinggi 3 0,09
Sedang 2 0,06
Rendah 1 0,03
7. Vegetasi 10 % = 0,1 Tinggi 3 0,03
Sedang 2 0,02
Rendah 1 0,01
Jumlah Bobot 100 % 0,96 – 2,88 (1,00 – 3,00)
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 23
Tabel. Indikator rawan banjir faktor Fisisk Alami
Daerah Rawan Terkena Banjir
Alami (55 % = 0,55)
a
.
Bentuk Lahan
( 30 % = 0,3)
Pegunungan, perbukitan
Kipas dan lahar
Dataran, teras
Dataran, teras (lereng < 2 %)
Dataran aluvial, lembah alluvial, jalur
kelokan
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
b
.
Lereng lahan kiri –
kanan sungai (%)
(10 % = 0,10)
>8 (Sangat Lancar)
2-8 (Agak Lancar)
<2 (Terhambat)
Rendah
Sedang
Tinggi
1
3
5
c
.
Pembendungan oleh
percabangan sungai/ air
pasang
(10 % = 0,1)
Tidak ada
Anak Cabang Sungai Induk
Cabang Sungai Induk
Sungai induk/ Bottle neck
Pasang Air Laut
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
d
.
Meandering Sinusitas
(P) = panjang/ jarak
sungai sesuai belokan:
jarak lurus
(5% = 0,05)
1,0 – 1,1
1,2 – 1,4
1,5 – 1,6
1,7 – 2,0
>2
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
1
2
3
4
5
Sumber: Paimin Peneliti
Catatan:
Langkahnya bobot x skor= nilai bobot. Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot total.
Jumllah (dari bobot x skor) / 100 setiap parameter
Contoh=
1) Meandering
5% x 4 = 0,2
Karena didalam analisis kita hanya membahas kerawanan banjir berdasarkan faktor alami, maka interval kelasnya sebagai berikut.
Kerentanan Tinggi 1,92-2,6
Kerentanan Sedang 1,24 – 1, 92
Kerentanan Rendah 0-1,24
Rawan Bencana Banjir
Metode yang digunkan “Paimin”
Analisa rawan bencana banjir dapat di tentukan dengan mengoverlay peta
DAS dan Satuan lahan. Dari sana dapat di hitung medear, cabang sungai,
drainase, dan bentuk lahan. Untuk dapat memperoleh hasil klasifikasi banjiR
nya maka hasil dari mendear, cabang sungai, drainase dan bentuk lahan tadi,
di jumlahkan dan lihat skor klasifikasi banjirnya.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 24
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode penskoran dari tabel diatas maka
wilayah kecamatan batang anai dan ulakan tapakis didapatkan
analisis kerawanan banjir memiliki potensi sedang dengan
luas.
Untuk pemodelah kerawanan banjir dapat digunakan
metode GIS dengan perangkat Quantum GIS.
ANALISIS KERAWANAN KEBAKARAN
GEDUNG DAN PEMUKIMAN
Bangunan Gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau
diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya
pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara
tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya. Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Kawasan permukiman adalah kawasan budidaya yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama
untuk permukiman (PP No.80 Tahun 1999). Manajemen
penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala
upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel, sarana
dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah,
mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di
lingkungan dan kota. Lingkungan adalah beberapa gugus
bangunan yang diikat oleh jalan kolektor, yang merupakan
tingkatan ketiga yang menjadi obyek dalam penataan
bangunan.
Kota adalah lingkungan binaan bukan pedesaan yang
secara fisik merupakan bagian unit perkotaan
wilayah/kawasan terbangun dan berperan dalam
pengembangan perkotaan sesuai rencana tata ruang wilayah
serta tata bangunan dan lingkungan (Keputusan Mentri
Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000.
Analisis ini menggunakan metode analisis data meliputi
metode analisis deskriptif yang digunakan untuk men-
guraikan dari data yang diperoleh di lapangan dan
menjelaskan data yang diolah sehingga dengan mudah
dipahami dalam mendeskriptifkan daerah penelitian juga
menggunakan citra satelit quidbird beresolusi tinggi.
Penelitian ini juga menggunakan metode pengharkatan
(scoring) yang merupakan suatu cara menilai dengan
memberikan nilai atau harkat pada masing-masing
karakteristik suatu variabel sehingga dapat dihitung
nilainya. Pada setiap variabel juga diberi nilai sebagai
pembobot. Alasan digunakan faktor pembobot karena tiap
parameter memiliki pengaruh berbeda dalam menciptakan
kondisi rawan kebakaran. Hasil faktor pembobotan di
timbang dengan faktor-faktor yang juga berperan dlam
penyajian kerawanan kebakaran berupa historis kejadian,
kepadatan penduduk, sebaran pemukiman, kontruksi
bangunan Salah satu prinsip atau teknik analisa GIS yang
penting adalah teknik overlay (tumpang susun lapisan).
Dalam teknik inidata input yang berupa informasi spasial
tematik dimanipulasi dengan teknik tumpang susun untuk
menghasilkan satu peta tematik untama sabagai output
(Muta‟ali.326.2013).
Tabel 05. Indikator Pertimbangan Kerawanan Kebakaran
Gedung dan Permukiman
Sumber: Suharyadi (2000) didalam Fiska Yanuar 2012 .
Langkahnya bobot x skor= nilai bobot.
Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot
total.
Parameter Bobot Harkat Tiap
Variabel
Bobot x harkat
Terendah Tertinggi Terenda
h
Tertinggi
Kepadatan rumah 3 1 3 3 9
Tata Letak 2 1 3 2 6
Jarak
permukiman dari
jalan
3 1 3 3 9
Lokasi sumber
air
3 1 3 3 9
Lokasi Pemadam
Kebakaran
2 1 3 2 6
Lebar Jalan
Masuk
3 1 3 3 9
Jaringan istrik 3 1 3 3 9
Hidran 1 1 3 1 3
Bahan Bangunan 2 1 3 2 6
Skor Total 22 66
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 25
Lakukan Penggunaan harkatan dengan pemberian
faktor pembobot. Harkat 1 adalah untuk setiap parameter
yang tidak berpengaruh menciptakan kondisi rawan
kebakaran, sedangkan harkat dengan nilai 3 adalah untuk
kelas dari tiap parameter yang menyebabkan kondisi
rawan kebakaran cukup tinggi. Alasan digunakan faktor
pembobot juga karena setiap parameter memiliki pengaruh
yang berbeda dalam menciptakan kondisi rawan keba-
karan.
Klasifikasi kerawanan kebakaran ditentukan dari
jumlah skor total pada setiap blok permukiman. Skor total
adalah harkat dari viariabel di setiap poligon atau blok
permukiman yang sudah dikalikan dengan faktor
pembobot kemudian dijumlahkan. Skor total terendah
penilaian parameter kebakaran adalah 22 sedangkan skor
total tertinggi adalah 66. Selisih nilai tertinggi dengan
terendah kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang
diinginkan untuk mendapat nilai interval dan digunakan
untuk klasifikasi kelas kerawanannya.
Keterangan:
R= Range
K= Kelas yang diinginkan
Interval Kelas= 15
Setelah diperhitungkan harkat dan dikalikan bobotnya
maka dihasilkan harkat total dengan klasifikasi sebagai
berikut ini:
Tabel 06. Klasifikasi Kelas kerawanan Kebakaran
20 – 33 tingkat kerawanan rendah
34 – 47 tingkat kerawanan sedang
48 – 60 tingkat kerawanan tinggi
Sumber: Yanuar 2012
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 26
BAB III
METODE ANALISA KEPENDUDUKANDAN
KESEJAHTERAAN
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 27
Fenomena Kependudukan
Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok
wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya
bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk.
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live
birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan
dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak,
bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya (Mantra,
2003:145).
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak
selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia
mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan
unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi
hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup
(live birth).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya
meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari
seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada
hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut
tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang
perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti
resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)
Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap
seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun.
Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
GFR : Tingkat Fertilitas Umum
B : Jumlah kelahiran
Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun
pada pertengahan
Tahun
Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini
lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita
yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang
exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah
tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok
umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap
mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan
wanita yang berumur 25 tahun.
Transisi Demografi
Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak
Negara baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang,
termasuk Indonesia. Kemudian penurunan pada fertilitas juga
dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini
mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut
dengan teori “ transisi demografi”.
Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari
suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol
atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas
maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di
mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi,
sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat
rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi
) menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah )
mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga.
Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi
demografi.
4
ANALISIS KEPENDUDUKAN
DAN KESEJAHTERAAN
 Fenomena Kependuduk
 Pentingnya Analisis Keppendudukan
 Kesejah Teraan
 Metode Analisis Penduduk dan Kesejahteraan
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 28
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di
bagi atas tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama
(pre-transitional) yaitu dari A ke B di mana tingkat kelahiran
dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi, sedangkan
angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada
transisi ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat
kematian dan kelahiran menurun, kematian lebih rendah dari
kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan sedang atau
tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga tahap
yaitu :
a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C ,
ditandai dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat
kelahiran semakin meninggi, malah cenderung meningkat.
perengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D
dimana tingkat kelahiran dan kematian sama–sama menurun,
tetapi penurunan kematian lebih cepat dari tingkat kelahiran.
c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana
tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurunnya
hanya sedikit, sedangkan angka kelahiran cenderung menurun,
hal ini dapat diakibatkan karena sudah banyaknya masyarakat
yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan.
Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E
ke F dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat
inilah kelahiran.
Angka Harapan Hidup Saat Lahir
Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah
yang dapat di nilai dengan menilai angka harapan hidup.
Angka harapan hidup suatu umur didefinisikan sebagai rata-
rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam
situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Angka harapan hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata-
rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru
lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan
indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-
ekonomi secara umum.
Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem
pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan
masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk
akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara
keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam
membiasakan diri untuk sehat, diperkirakan akan membantu
memperpanjang angka harapan hidup. Apabila angka harapan
hidup atau umur perkiraan naik, maka angka kelahiran turun.
Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu
anak lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua
dan meneruskan nama keluarga. Sering kali seorang wanita
harus beranak enam atau lebih supaya pasti bahwa satu anak
laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang
diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer
menekankan betapa pentingnya kepastian anak-anak dapat
hidup terus sampai dewasa pada dorongan untuk membina
keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu
orang tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin.
Dimana pada angka kematian rendah dan angka harapan hidup
atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu setiap
menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka
kelahiran. Lebih besar lagi, dan dengan demikian
memperlambat perkembangan penduduk secara keseluruhan
(Brown,1986: 165-166).
Indeks Tingkat Pendidikan
Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya
untuk kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah
untuk masa bersekolah (Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat
dirumuskan adalah :
Index Angka Melek Huruf
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi
randahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat
melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan
ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan
membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong
penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses
pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).
Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini
dikarenakan siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks
Angka Melek Huruf ini dibatasi hingga seratus persen
(Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah:
Rata-rata lama sekolah
Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan
pendidikan dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah,
dan sekolah tingkat lanjut terdaftar untuk belajar di sekolah
yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004 :69). Adapun
rumusnya adalah :
Indeks masa bersekolah bruto =
Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas
New household economics berpendapat bahwa bila
pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak
waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat
anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini dapat
mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).
no Tahap Tingkat
Kelahira
n
Tingkat
kematian
Pertumbuha
n Alami
1
2
3
4
5
Stasioner Tinggi
Awal
Perkembangan.
Ahir
perkembangan
Stasioner rendah
Menurun
Tinggi
Tinggi
Menurun
Rendah
Rendah
Tinggi
Lambat
Menurun
Menurun
cepat
daripada
kelahiran
Menurun
cepat
daripada
kelahiran
Nol/Sangat
Rendah
Lambat
Cepat
Nol/Sangat
NegatifCepat
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 29
Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan
teori fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan
pemahaman bahwa seandainya harga relatif atau biaya anak-
anak meningkat akibat dari, misalnya, meningkatnya
kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan
dan pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas
usia minimum bagi anak-anak yang hendak bekerja, maka
keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak
“tambahan”.
Kontrasepsi
Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan).
Jenis kontrasepsi ada dua macam:
1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan
implant)
a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah
kehamilan, mengandung hormon estrogen dan progesteron
sintetik, disebut juga sebagai pil kombinasi, sedangkan jika
hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil
atau Pil Progestin.
b. Suntik
c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol
dimasukkan di bawah kulit lengan atas wanita untuk
mencegah terjadinya kehamilan.
2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom)
a. IUD/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari
plastik halus dan fleksibel (polietilin) Yang beredar di
Indonesia.
b. Kondom (karet KB)
A. Kepadatan Bruto dan Nettro
B. Perhitungan Angka Kematian bayi Kecamatan
patamuan Dan Kecamatan Padang Sago
(Infratmortalitiy bayi)
C. Perhitungan Angka kematin Ibu Kecamatan
patamuan Dan Kecamatan Padang
Sago
D. Fertiitas Umum
Kelahiran hidup per 1.000 wanita usia reproduktif 15-
44 thn.
E. Sex Ratio 2011
F. TPAK (Angka Ketergantugan) 2011
Contoh Piramida Penduduk
Setellah hasil perhitungan analisis kependudukan, sajikan data
dengan perangkat GIS, dengan output peta tamatik
kependudukan,
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 30
BAB IV
METODE ANALISA EKONOMI WILAYAH
DAN SARANA PRASARANA
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 31
Sarana prasarana merupakan fasilitas pelayanan sosial
berkaitan biasanya dikaitkan dengan pemenuhahan kebutuhan
dasar manusia. Pada umunya ada kesamaan pendapat
bahwasanya kebutuhan dasar tersebut tiga kategori,
diantaranya: konsumsi barang-barang dasar, pelayanan dasar,
dan hak berpartispasi.
Metode Perhitungan Pendapatan Regional
Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Metode
langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data
daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan
berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri.
Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak
langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan
pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai
berbagai macam indikator antara lain jumlah produksi, luas
areal sebagai alokatornya.
a. Metode langsung :
1. Pendekatan produksi
Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai
tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan
ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total
produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu, biasanya satu tahun
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai
tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang
seperti :
a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan.
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan
f. Perdagangan, hotel dan restoran
g. Pengangkutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasa-jasa
i.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output)
dan nilai biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar
yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama
dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi
dalam proses produksi.
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat
tergantung pada data yang tersedia. Pada hakekatnya,
pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu
sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak
langsung akan merupakan koreksi dalam perbandingan bagi
data mentah.
Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa
permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat.
New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua
mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi
dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli”
meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat
maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih
mahal.
Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi
kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah
memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi
atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan
sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan.
Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah
biaya dari mempunyai anak tersebut. daripada kegunaannya.
Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau
dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5).
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan PDRB
Persektor Atas Dasar Harga KonstanProduksi Domestik
Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang
dapat menggambarkan kegiatan ekonomi suatu daerah,
diantaranya untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh perekonomian dan perkembangan pendapatan
perkapita pada satu tahun atau periode pada suatu daerah hasil
perhitungan (PDRB) yang disajikan atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan.
Apabila kita mengamati pertumbuhan ekonomi
wilayah dari tahun ke tahun berarti tingkat pertumbuhan yang
tercapai di setiap tahunnya, sehingga dapat dinilai hasil dari
4
ANALISIS EKONOMI WILAYAH
DAN SARANA PRASARANA
 Metode Pendapatan regional
 Kaitan Pendapatan Perkapita terhadap Fertilitas
 Pembangunan Ekonomi daerah
 Analisa LQ (Location Quotient)
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 32
pertumbuhan suatu wilayah di dalam mengendalikan kegiatan
ekonomi untuk waktu jangka pendek dan usaha trntuk
pengembangan perekonomian dalam jangka waktu panjang
dan juga dapat dilihat perbedaan tingkat kesuksesan suatu
wilayah dengan wilayah lain.
Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di
mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah
terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumberdayi manusia, kelembagaan, dan
sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini
mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses,yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-
institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan
perusahaanperusahaan baru.
Pengembangan metode yang menganalisis
perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya untuk
mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang
bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian
dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-
tindakan apa yang harus diambil untuk laju pertumbuhan
yang ada. Namun di pihak lain harus diakui bahwa
menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit karena:
a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah
dibedakan berdasarkanpengertian daerah nodal. Dengan
data yang sangat terbatas sangat sukar
untukmenggunakan metode yang telah dikembangkan
dalam memberikan gambaran mengenaiperekonomian
suatu daerah.
b. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data
yang dibutuhkan untuk analisisdaerah, karena data yang
terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhananalisis perekonomian secara nasional.
c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar
dikumpulkan, sebab perekonomiandaerah lebih terbuka
dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal
tersebutmenyebabkan data tentang aliran-aliran yang
masuk dan keluar dari suatu daerah sukardiperoleh.
d. Bagi Negara Sedang Berkembang, di samping
kekurangan data sebagai kenyataan yangumum data yang
ada yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk
dipercaya, sehinggimenimbulkan kesulitan untuk
melakukan analisis yang memadai tentang
keadaanperekonomian suatu daerah.
Contoh Metode Analisis
Teknik Analisis Data :
Metode yang dapat digunakan antara lain adalah:
Metode Analisis SLQ dan DLQ
Untuk mengetahui sektor unggulan yang ada di daerah
dapat dilihat dari sektor yang mempunyai kemampuan
melakukan ekspor atau disebut juga sektor basis. Metode
Location Quotient (LQ) merupakan metode sederhana yang
mampu menunjukkan kemampuan ekspor sektor tertentu di
suatu daerah terhadap daerah yang lebih besar (Daryanto, dan
Hafizrianda. 2010; Setiono. 2011). Untuk mengetahui sektor
ekonomi unggulan dapat dilakukan perhitungan LQ dengan
pendekatan nilai tambah produksi (PDRB) dan tenaga kerja.
(Di dalam Susanto.2012) Perhitungan LQ dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Metode LQ tersebut mempunyai keterbatasan karena bersifat
statis dan hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan
sektor unggulan pada tahun tertentu saja. Untuk mengatasi
keterbatasan metode LQ statis, maka akan digunakan metode
LQ dinamis yang mampu mengakomodasi perubahan struktur
ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu. Menurut
Saharuddin (2006) secara umum metode LQ dinamis
mempunyai kesamaan dengan metode LQ statis, hanya yang
membedakan model LQ dinamis memasukkan laju
pertumbuhan rata-rata terhadap masing-masing nilai tambah
sektoral maupun PDRB untuk kurun waktu antara tahun 0
sampai tahun t. Bentuk persamaan matematis LQ dinamis
adalah sebagai berikut:
Metode Analisis Spasial
Pengujian statistik seperti Moran‟s I dapat digunakan untuk
menganalisis secara formal adanya ketergantungan spasial.
Dalam uji Moran, struktur spasial dalam data dapat
dimodelkan melalui matriks bobot spasial W. Matriks ini
mendefinisikan struktur data spasial dengan mengkhususkan
pada kedekatan masing-masing wilayah. Dengan uji statistik
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 33
Moran‟s I dapat dianalisis apakah model yang diusulkan
mampu menyajikan secara tepat hubungan spasial antar
wilayah (Longhi and Nijkamp, 2007(Di dalam
Susanto,dkk.2012)). Moran‟s I dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Dimana x adalah vektor realisasi variabel interes, μ adalah
rata-ratanya, dan W adalah matriks bobot spasial. N adalah
jumlah observasi, sedangkan S adalah faktor standarisasi.
Moran‟s I memberikan nilai negatif yang mengindikasikan
korelasi negatif, dimana area dengan nilai x lebih tinggi
daripada rata-rata secara umum dikelilingi area dengan nilai x
lebih rendah daripada rata-rata dan sebaliknya. Nilai 0
mengindikasikan tidak adanya autokorelasi spasial.
Metode Analisis Shift Share
Analisis Shift-Share (SS) bertujuan untuk mengetahui
kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkan dengan perekonomian nasional. Shift- Share
yaitu teknik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor
disuatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian
nasional. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah
terhadap nasional dapat dilihat dari Pergeseran Differensial
atau Differential Shift. Pergeseran differensial adalah sebuah
nilai untuk mengetahui seberapa komparatif sector tertentu
daerah dibanding nasional. Apabila bertanda positif (+) berarti
bahwa sektor I mempunyai kecepatan untuk tumbuh
dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional,
atau dapat dinyatakan pula bahwa share suatu wilayah atas
tenaga kerja nasional pada sektor tertentu mengalami
peningkatan. Apabila bertanda negatif berarti bahwa sektor i
mempunyai kecenderungan menghambat pertumbuhan
dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional.
Secara matematis, analisis ini dapat dihitung dengan
menggunakan
rumus :
Contoh Analisa LQ (Location Quotient)
Konsep basis ekonomi untuk mengetahui suatu sektor
pembangunan ekonomi wilayah dan kegiatan basis, yang
dapat melayani pasar daerah itu sendiri maupun pasar luar
daerah (Kadariah, 1985).Sedangkan untuk mengetahui kondisi
Analisis Kuantitatif dilakukan dengan metode Location
Quotient (LQ) tujuannya untuk mengetahui pembangunan
sektor unggulan pada daerah yaitu :
=
=
= 1,87
1) Jika LQ > 1, maka dapat dikategorikan wilayah
perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor
tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas. Hasil
produksi komoditi sangat mencukupi kebutuhan dalam
daerah dan cenderung diekspor.
2) Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi wilayah
perencanaan dalam sektor tertentu sama dengan
wilayah yang lebih luas. Hasil produksi komoditi
mencukupi kebutuhan dalam daerah.
3) Jika LQ < 1, maka dalam sektor tertentu, tingkat
spesialisasi wilayah berada di bawah wilayah yang
lebih luas. Dan wilayah cenderung mengimpor
komoditi dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan
di dalam daerah.
Bila angka LQ suatu sector lebih besar dari satu,
berarti bahwa sector ini merupakan sector basis di
Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Sebaliknya, angka LQ
yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa sector tersebut
bukan sector basis. Dengan demikian, semakin tinggi nilai LQ
dari suatu sector maka semakin tinggi pula keunggulan
komparatif daerah yang bersangkutan pada sector tersebut.
Berdasarkan hasil dari LQ diatas maka dapat diambil
kesimpulanbahwa LQ > 1 artinya sektor basis dikota/
kecamatan yang bersangkutan yaitu dengan nilainya 1,87 yang
artinya semakin tinggi keunggulan komperatif dearah yang
bersangkutan.
Untuk mengetahui tingkat keunggulan komoditas maka
perlu diketahui bagaimana kondisi komoditas unggulan dari
setiap setiap sektor komoditinya yaitu dengan cara :
=
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai
tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 34
Contoh Penyajian data Spasial Analisis Ekonomi Sektor
Pertanian
Berikut ini merupakan pemetaan sektor unggulan di bidang
pertanian untuk Kab/Kota di Jawa Timur.
Sumber Gambar:Susanto,dkk.2012
ANALISIS SARANA PRASARANA
Landasan Teori
Teori Christahler
Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933)
menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah
kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model
Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa
pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah membentuk
pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan
keuntungan optimal pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat
pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang menyediakan
barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah belakangnya.
Elemen – elemen tempat pusat yakni range
(jangkauan), threshold, dan fungsi sentral Ketiga elemen itu
yang mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan
pasar baik pelayanan barang maupun jasa pada suatu wilayah.
Teori tempat pusat merupakan teori mengenai hubungan
fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah sekelilingnya.
Juga merupakan dukungan penduduk mengenai fungsi
tertentu. Christaller tidak mendasar pada jangkauan wilayah
pasar, dan meiliki hirarki – hirarki dalam pola heksagonalnya.
Luas wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang yang
diproduksi, Analisis ketersediaan: christahler (jaringan
pelayanan), contoh jangkauan sekolah: 500m untuk kategori
anak-anak (dekat),6km kategori (jauh) maka harus
menggunakan transportasi sebagai alternative.
B. Metode Buffer
Analisa yang digunakan dalam sarana dan prasarana
adalah teknik buffer. Analisis Buffer digunakan untuk
mengidentifikasi daerah sekitarnya fitur geografis. Proses ini
melibatkan menghasilkan penyangga sekitar fitur geografis
yang ada dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur
berdasarkan apakah mereka jatuh dalam atau di luar batas
buffer.
Buffering pada umumnya mengacu pada penciptaan
zona dengan lebar tertentu di sekitar titik atau garis ataupun
area.Juga disebut sebagai zona jarak tertentu di sekitar fitur
cakupan. Secaraumum ada dua jenis buffer, yaitu buffer lebar
konstan dan lebar penyangga. Kedua jenis dapatdihasilkan
untuk satu set fitur cakupan berdasarkan setiap nilai atribut
fitur Zona atau bufferdapat digunakan dalam query untuk
menentukan entitas yang terjadi baik di dalam ataupun diluar
zona penyangga yang ditetapkan. Analog dengan zona
penyangga di raster GIS adalahanalisis jarak.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 35
B. Pendidikan
Sarana pendidikan di suatu wilayah merupakan faktor
penting penunjang pendidikan. Untuk menentukan rasio usia
sekolah terhadap jumlah sarana pada suatu wilayah.
a. Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid
Rumus : ×100%
1) Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid
Tingkat SD ×100%
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 36
STANDAR SARANA PRASARANA WILAYAH
Perencanaan fasilitas pelayanan selain sarana prasarana wilayah yang berbasis pada penguatan struktur wilayah, dalam
RTRW khusunya skala mikro, juga dibahas fasilitas pelayanan langsung yang dimanfaatkan, dan langsung dimanfaatkan dan
melayani masyarakat.
Pelayanan sosial yang bersifat dasar biasanya dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
KRITERIA KEBUTUHAN SARANA PRASARANA DAN INFRASTRUKTUR
Fasilitas Data Ketentuan (Standar Normatif Pellayanan) Keterangan
Pendidikan Jumlah dan Jenis
fasilitas pendidikan
- Tk : 700 pendudk
- SD: 6400 penduduk
- SLTP: 12000 Penduduk
- SMU : 28000 Penduduk
Fasilitas
Pelayanan
Lingkungan
Pemukiman
Kesehatan Jumlah dan Jenis
Fasilitas Kesehatan
- Balai pengobatan : 3000
- Pustu : 6000
- RS Bersalin : 10.000
- Puskemas : 30.000
- RS : 240.000
- Apotik : 10.000
- Dokter : 5.000 penduduk
Ekonomi Jumlah dan jenis
fasilitas ekonomi
- Warung, Kios : 250
- Pertokooan : 2500
- Pusat perbelanjaaan : 30.000
- Pusat Niaga : 120.000
- Pasar : 30.000 penduduk
- Koperasi : 5000mpetani
- Saprotan: 2500 petani
- Bank, pusat Industri : 120.000
- Shoppig Center : 480.000
Sarana umum
a. Taman,
tempat
bermain,
dan
lapangan
olah raga
Jumlah dan jenis - Taman tempat main anak kecil :
250
- Taman tempat bermain : 2500
- Taman bermain dan lapangan olah
raga : 30.000
- Tempat main dan lapangan olah
raga (GOR) : 480.000
- Jalur hijau
Failitas pelayanan
lingkungan
pemukiman
b. Kebutuha
n Listrik
Jumlah rumah
tangga, kapasitas
trafo
- 450 VA/KK(90 VA/warga)
- Kebutuhan travo : 25 KVA/KK
- Jarak anatr tiang listrik : 40 meter
- Sebelum ke rangkayan instalasi
dalam, arus listrik harus
dilewatkan KWH dengan kapasitas
450 VA 2 Amp.230Vuntuk
penerangan jalan disesuaikan
dengan pola pengembangan
lingkungan. Jumlah dan sebaran
listrik sesuai urgensi.
PUIL 1977,syarat
penyambungan
listrik
c. Jaringan
telepon
Jumlah sambungan
yang di perlukan
- 1 SR (sambungan rumah)/100
penduduk
Pedoman teknik
Penataan Ruang
DTKTD PU Cipta
Karya
d. Kebutuha
n Air
Bersih
Jumlah keluarga dan
penduduk eksisting
dan rencana
- Kebutuhan air bersih Ruta : 150
liter/orang/hari
- Fasilitas kebutuhan sosial ekonomi
30 % dari kebutuhan ruta.
- Asumsi kebocoran : 10%
- Cadangan kebakaran : 10 kali
kebutuhan wilayah
- Faktor pemakayan pada jam
puncak 1,75
e. Sarana
pengelola
an
sampah
Jumlah penduduk - Standar produksi sampah : 3,5
lieter/jiwa/hari
- Jumlah produksi sampah : umlah
penduduk x standar produksi
sampah /hari
- Gerobak : 1 m3
/1000 jiwa
- Dump Truck : 63
/10.000 jiwa
- Depo sementara : 100-1503
/20-
30.000 jiwa
Kasiba/Lisiba
f. Fasilitas
Pemerint
ahan dan
- Kantor Kecamatan : 1.000 m2
- Kantor kelurahan 500m2
- Pos Polisi (tk,Polsek) 300m2
Penduduk 20.000-
30.000 sebagai
penghuni kasiba
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 37
ruang
Publik
- Kantor Pos Pembantu ; 100m2
- Parkiran umum : 1000m2
- Pemadam kebakaran 200m2
- Bioskopp : 2000m2
dan lisiba
Transportasi Fungsi jalan, Beban
arus lalu Lintas
- Jaringan arteri : min 60km/jam
- Jaringan kolektor : min 40 km/jam
- Jalan lokal min 20 km/jam
UU Nomor 13
Tahun 1980 dan
Perpu no 26
Tahun 1985
Tentang Jalan
Sumber :Banyak hal yang diambil dari SNI 03-1733-2004 tentang cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.
sumber Lutfi muta‟ali, penataan ruang wilayah kota. 2013.UGM.
Contoh Tabel kebutuhan fasilitas Pendidikan (sumber Lutfi Muta‟ali)
Wilayah Penduduk
2010
Penduduk
2030
Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan *
TK SD SLTP SMU
2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030
*) Kebutuhan = (Jumlah penduduk tahun tertentu/standar minimum jumlah penduduk yang dilayani).
Contoh dasar minimum jumlah penduduk yang dilayani SD 64.000 orang, untuk mengetahui kebutuhan fasilitas SD pada tahun
2030 maka digunakan formula (Jumlah penduduk 2030 /64000).
Tambahan jumlah penduduk 2030 , dipredksi dari pertumbuhan penduduk.
Contoh table analisis proyeksi kebutuhan Luas lahan Fasilitas pendidikan (m2
)
Wilayah Penduduk
2010
Penduduk
2030
Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan *
TK SD SLTP SMU
2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030
Catatan:
Kebutuhan lauas lahan untuk satu fasilitas pelayanan disesuaikan dengan kriteria luas lahan yang dibutuhkan untuk fasilitas
pelayanan. Formula perhitungan adalah:
Luas fasilitas Pelayanan= (jumlah kebutuhan Fasilitas Pelayanan) x ( standar kebutuhan luas lahan fasilitas pelayanan ) selanjutnya
luas kebutuhan tersebut di alokasikan dalam ruang (Peta RTRW).
Dari data fasilitas yang dimiliki sebuah wilayah, untuk menentukan apakah sarana prasarana memadai dapat dilaukakn melalui
perbandingan dengan table standar sarana prasarana wilayah.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 38
BAB V
GEOSTRATEGI DAN KAWASAN
STRATEGIS
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 39
DEFENISI GEOGRAFI POLITIK
Geografi politik sebetulnya merupakan bahagian dari
rumpun geografi sosial yang tertua, memang tidak heran lagi
geografi politik memang tidak begitu tren didengan sekarang
ini, Daljoeni.1991. didalam bukunya menjelaskan penyebab
keterbelakangan geografi politik dikarenakan oleh dua faktor
yang menyebabkan geografi politik ketinggalan isi ilmiahnya.
Yang pertama usia yang amat tua dan tidak terpelihara. Kedua
adanya gagasan imperialistis yang menempeli geografi politik.
Sekarang setiap gejala plitik (artinya pengorganisasian ruang
secara politis) pada level apapun (internasional, nasional,
regional, lokal), dianggap menjadi pokok bahasan yang sah
dari geografi politik. Tetapi ada persyaratannya juga: pertama,
selama itu memiliki komponen territorial, teknik analisa
spatialnya relevan bagi penelaahnya.
Dalam arti sempit, geografi politik sebenarnya menelaah
negera (national state) menjadi serba menyerap atau
menembus bagi manusia modrn yang kegiatan politinya
diperoleh atau diinspirasikan oleh negara. Adapun fungsi dari
national state kini mencakup pelaksanaan melindungi,
mengasuh, mengekspresikan secara politis lembaga-lembaga
ideology serta cita-cita yang mencirikan suatu bangsa. Jadi
negara itu memiliki ekspresi politik belaka(Daljone.1991.
Istilah geografi politik muncul pada akhir abad 19, oleh
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman bernama Friedrich
Ratzel (1844-1904) di dalam Ruslin.2012.Meskipun demikian
menurut Blake dan Drysdale6 akar geografi politik telah ada
sejak Yunani Kuno melalui pemikiran Aristoteles, juga dikaji
oleh sejarawan Arab IbnKhaldun7 serta filsuf Perancis
Montesquieu.Ketiga pemikir tersebut secara eksplisit
mempertimbangkan faktor-faktor geografi dalam karya-karya
mereka tentang negara. Namun belakangan karya Ratzel
dianggap lebih fokus mengkaji studi
geografi politik dalam karyanya yang yang terbit 1897
berjudul politischegeographie kemudian
mengantarkannyadijulukisebagai “bapak geografi politik”.
Ratzel mendefinisikan geografi politik yaitu studi tentang
negara sebagai space organism.dimana negara
digambarkannya sebagai suatu organisme yang terlekat pada
bumi, yang nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok
yaitu: Raum (ruang) dan Lage(posisi). Sebagai ilmuwan yang
juga dipengaruhi oleh cara berfikir Charles Darwin, Ratzel
memandang negara sebagai organisme yang harus bersaing
dengan organismelain, dan agar bisa berkembang “organisme”
itu memerlukan labensraum (ruang untuk hidup). Dengan kata
lain, Ratzel dengan model biologis ini ingin menunjukkan
bahwasetiap negara punya kebutuhan yang berbeda-beda
tergantung pada kondisi fisik eksistensi masing-masing
negara. Dan salah satu syarat fundamental
yaitukeberlangsungan kehidupan bagi penduduknya.
SEKILAS MENGENAI IKLIM DAN POLITIK
Iklim dan politik memiliki keterkaitan, baik dari sector militer,
ekonomi, ataupun sosial.
Iklim Dingin
Zona iklim dingin umumya digin beku karena tertutup salju
dan es. Wilayah padang lumut tundra dapat menampung
penduduk banyak dan hanya dimanfaatkan untuk berternak
rusa kutub. Jikapun disini terdapat sumberdaya mineral,
seperti batubara, Svalbard, bijji besi di swedia utara, serta
emas di Alaska, nilai ekonominya hanya sedikit saja.
5
APA ITU GEOGRAFI POLITIK ?
 Defenisi Geografi Politik
 Sekilas Mengenai Iklim dan Politik
 Beberapa Faktor Dalam Geografi Politik
 Faktor Konflik Geografi Politik Timur Tengah
 Ancaman Konflik Geostrategi Maritim Indonesia
 Pentingnya Geostrategi Dalam Analisa Wilayah
 Strategi Dalam Penetapan Kawasan Strategis
Dalam Rencana Tata Ruang
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 40
Yang dapat meningkatkan kepentingan wilayah-wilayah
dingin hanyalah strategisnya bagi kegiatan militer.
Iklim Panas
Iklimpanas merupakan unsur kedua yang fungsinya
membatasi politik. Ini terdapat disepanjang garis ekuator dan
kawasan yang berbatasan dengan itu kearah kutup.
Darata rendah tropika di dunia kita tak memiliki musim kering
tak memiliki musim kering bahagian yang pertama. Hujan
yang turun sehari-sehari kerjanya mencuci tanah (soil
leaching) sehingga tak subur bagi pertanian.
Contoh: wilayah-wilayah bumi iklimnya terlalu terik menurut
pengalaman sejarah, menghambat munculnya perkembangan
pilitik yang modern. Jikapun pernah muncul kerajaan Maya di
Yakuta, energy dorongan maju sebenarnya berasal dari
wilayah iklim lain.
Kekeringan dan Stepa
Unsur ketiga iklim yang fungsinya menghambat
perkembangan politik adalah kekeringan. Wilayah-wilayah di
permungkaan bumi yang terdiri atas gurun-gurun dapat
menyajikan kehidupan bagi manusia apabila masih dapat
menyajikan air dlam jumlah yang cukup untuk mendukung
usaha pertanian atau menyediakan sumeberdaya tambang
yang dapat diolah.
Contoh: Pertmbangan nitrat chili utara yang berupa gurun
memberikan pemasukan pajak-pajak yang tinggi sehingga
pemasukan ini mendukung negara muda tersebut.
Contoh: Negera Saudi Arabia yang pusat negerinya dulukala
hanya berupa kelompok-kelompok oasis, setelah ditemukan
sumberdaya tambang minyak bumi yang tersebar diwalayah
Timur laut negera tersebut penting dan harus diperhitungkan
sebagai negara berwibawa di tepi teluk parsi.
Letak Astronomis
Biasanya letak astronomis dinyatakan dalam lintang dan
bujur. Corak iklim negri akan mempengaruhi hasil
pertanianya, sumberdaya, dan kebutuhanya. Hal ini akan
menimbulkan interaksi antar wilayah dalam memenuhi
kebutuhanya berupa politik dalam perdangan antar wilayah.
Lokasi Maritim
Adanya pengaruh besar sebuah struktur politik suatu bangsa
dalam mengelola wilayahnya, tergantung dari seluk beluk
pantaninya, sering terlihat seperti perniagaan ,
contoh: Siapura dengan posisi maritime yang merupakan
wilayah perlintasan transportasi laut , menjadikan negara ini
salah satu pusat bisnis diwilayah asia tenggara.
Beberapa Faktor Berpengaruh Dalam Geografi Politik
Kependudukan
Geografi politik merupakan bahagian dari kajian ilmu
geografi manusia, maka geografi politik pun tidak lepas dari
kependudukan. Kependudukan dalam geografi politik
menyangkut jumlah, persebaran, kualitas dan strukturnya,
Letak Accecibility
Accecibility atau di Indonesiakan akasesibilitas artinya
keterkjangkauan (mudah atau sukarnya dicapai). Jadi dapat
terjadi misalnya suatu negara letaknya terjepit dipedalaman
benua, misalnya Mongolia (antara rusia dan cina). Letak
sentral tak perlu berarti terkjepit yang serba melemahkan,
sebaliknya letak preferis belum tentu serba menguntungkan.
Letak Strategis
Strategis mula mula berarti mengunungkan bagi peperangan,
tetapi makna politis dan militer, juga dapat ekonomis.
Contohnya: Selat Giblartar, teluk Dardadella, dan Bosporus,
semuanya strategis berhubungan dengan laut Tengah.
Perhatikan pula Letak Terusan Panama.
Gagasan Mahan Geostrategise Determinan negara
Penguasa Lautan di dalam Daljone 1991.
Faktor penentu negara peguasa lautan menjadi sea power
sebagai berikut,
1. Lokasi Geografis Negara
Sehubungan ini terdapat dua aspek, berhadapan
dengan banyak lautan, komunikasi antar bagianya
berjalan baik musuh sulit menaklukanya.
2. Tata letak alami negara bersangkutan
Negara kepulauan yang pantainya mudah dicapai dari
pedalaman pulau-pulaunya mudah dicapai dari
pedalaman pulau-pulaunya. Menjadikan penduduk
negara tersebut berhubungan dengan dunia luar dengan
lancar.
3. Cakupan Wilayah
4. Huunganantar wilayah panjangnya garis pantai dengan
sulit mudahnya negara itu dipertahankan dimasa
perang. Jika dipelajari dengan seksama tiap wilayah
mempynyai titik-titik yang penting yang menentukan
kekuatan ataupun kelemahan secara militer.
5. Banyaknya penduduk
Makin banyak penduduk makinbanyak tenaga yang
akan dijadikan tentara.
6. Watak nasional
Kecintaan tanah air, kebangga akan kebesaran sejarah
masa lampau.
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 41
7. Politik kenegaraan, kebijakan pemerintah interen ,
memanfaatka kepadatan penduduk dan sikap terhadap
negara lain.
BERAPA CONTOH MASALAH GEOGRAFI POLITIK
YANG TERJADI DI WILAYAHTIMUR TENGAH
YANG BERKAITAN DENGAN SUMBERDAYA ALAM
WILAYAH
Ruslin.2013 di dalam karya penelitianya jurnal yang
berjudul Memetakan Konflik di Timur Tengah (Tinjauan
Geografi Politik). Menjelaskan besarnya pengaruh fisiografis
wilayah memicu timbulnya konflik:
1 Masalah Perbatasan (Boundary Dispute)
Perbatasan wilayah adalah simbol kedaulatan dan kekuasaan
nasional suatu negara. Perbatasan is like human skin, dimana
perbatasan suatu negara berfungsi untuk melindungi
keamanan wilayah negara, penduduknya, sumber daya
alamnya, juga berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan
tetangga, good fence makes good neighbour.
2 Masalah Air
Air adalah salah satu sumber vital kehidupan manusia,
sehingga tidak mengherankan jika terjadi konflik yang
disebabkan oleh air, dan tidak sedikit konflik yang terjadi di
kawasan Timur-Tengah yang disebabkankan oleh air.
Berikut faktor-faktor penyebabnya
Keterbatasan air Tawar
Masalah air tawar sebagai komoditas utama pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari sangat terbatas
keberadaannya di kawasan ini. Sementara kebutuhan
akan air semakin lama semakin meningkat dari tahun ke
tahun yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk, dan semakin ditingkatkannya produksi
pertanian. Sungai-sungai mengalir melalui beberapa
negara Di Timur-Tengah yang terdiri dari kurang lebih 20
negara, ternyata hanya memiliki 4 sungai besar sebagai
sumber kehidupan masyarakatnya, yaitu Sungai Nil,
Sungai Yordan, Sungai Eufrat dan Tigris.
Permasalahannya ditengah keterbatasan sumber air tawar,
sungai-sungai tersebut mengalir melewati banyak negara.
Sehingga tidak jarang konflik terjadi karena beberapa
negara membangun dam-dam dan waduk-waduk di
wilayahnya yang mengakibatakan jumlah aliran sungai /
debit air ke negara lain menjadi
berkurang.
Secara geografis lembah Sungai Yordan terbagi kedalam
empat wilayah, yaitu Libanon, Syiria, Yordan dan Israel
seperti pada gambar di atas. Beberapa anak Sungai Yordan
terbagi yaitu Sungai Hasbani di Libanon, Banias di Syiria,Dan
di Israel, sedangkan Yarmuk di Yordania dan Syiria. Konflik
Sungai Yordan “hanya” melibatkan Yordan dan Israel lebih
dikarenakan kepentingan kedua negara akan keberadaan
Sungai Yordan lebih besar / vital dibandingkan negara
lainnya. Konflik lainnya terjadi dalam memperebutkan debit
keuntungan Sungai
Sumber: Ruslin.2013.
3 Perbatasan Laut
Laut yang memiliki arti penting dan strategis di Timur-
Tengah, disisi lain juga mendatangkan masalah, khususnya
masalah perbatasan laut. Hal ini umumnya disebabkan oleh
jarak laut yang merupakan perbatasan antarnegara sangat
pendek, terlalu dekat antara satu negara dengan negara yang
lain.15 Masalah berikutnya yaitu kandungan kekayaan alam
laut seperti minyak, mineral, dan ikan, memicu konflik
negara-negara yang berbatasan dengan lautlaut tersebut
mengenai hak pengelolahannya.Keberadaan pulau-pulau kecil
di daerah perbatasan laut juga sering menimbulkan sengketa.
4 Beberapa negara dalam kondisi “land locked country”
Meskipun beberapa negara Timur Tengah berbatasan dengan
banyak laut, namun keadaan masing-masing negara akan
pemilikan Laut/Samudra tidaklah sama.
5 Masalah Minyak
Faktor minyak selalu menjadi isu sentral dan senantiasa
mendapat “tudingan” sebagai pemicu utama konflik di Timur-
Tengah khususnya di bagian Asia Barat,18 baik itu konflik
interen regional, maupun konflik skala internasional yang
melibatkan pihak-pihak asing (Barat) yang berkepentingan
di kawasan. Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab
konflik minyak di
kawasan ini;
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah
Metode Dasar Analisa Wilayah

More Related Content

What's hot

Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangArief Budiman
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANAbuAnshori
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangSally Indah N
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifDadang Solihin
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANDadang Solihin
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...National Cheng Kung University
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifriyanto apri
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 

What's hot (20)

Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatif
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 

Viewers also liked

Analisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahAnalisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahM Putra
 
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirAnalisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirMonita Rossy
 
Analisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerahAnalisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerahTaufik Hamidi
 
Metode scoring
Metode scoringMetode scoring
Metode scoringtanmud
 
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah sesua...
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah  sesua...Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah  sesua...
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah sesua...Dadang Solihin
 
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008bramantiyo marjuki
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiSugeng Budiharsono
 
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian Lahan
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian LahanLaprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian Lahan
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian LahanLaras Kun Rahmanti Putri
 
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...Nur Hilaliyah
 
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAJENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAInstitut Teknologi Medan
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauOpissen Yudisyus
 
Materi 2 Potensi Daerah
Materi 2 Potensi DaerahMateri 2 Potensi Daerah
Materi 2 Potensi Daerahsuparmono
 
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangAplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangMusnanda Satar
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologidandi rustandi
 

Viewers also liked (20)

Analisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahAnalisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerah
 
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirAnalisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
 
Analisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerahAnalisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerah
 
Metode scoring
Metode scoringMetode scoring
Metode scoring
 
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah sesua...
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah  sesua...Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah  sesua...
Konsep, Sistem, dan Metode Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah sesua...
 
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
Ekonomi regional
Ekonomi regionalEkonomi regional
Ekonomi regional
 
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian Lahan
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian LahanLaprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian Lahan
Laprak TI Smt 1: ArcGIS Analisis Kesesuaian Lahan
 
SIG
SIGSIG
SIG
 
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
 
Teori lokasi dan terbentuknya kota
Teori lokasi dan terbentuknya kotaTeori lokasi dan terbentuknya kota
Teori lokasi dan terbentuknya kota
 
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAJENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
 
Materi 2 Potensi Daerah
Materi 2 Potensi DaerahMateri 2 Potensi Daerah
Materi 2 Potensi Daerah
 
Metode matching
Metode matchingMetode matching
Metode matching
 
BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0
 
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangAplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologi
 

Similar to Metode Dasar Analisa Wilayah

Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1laboratorium pwkuinam
 
Modul pelatihan sig
Modul pelatihan sigModul pelatihan sig
Modul pelatihan sigahmadthohari
 
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikan
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikanrpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikan
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikanDiva Pendidikan
 
Teknik perencanaan pembangunan desa
Teknik perencanaan pembangunan desaTeknik perencanaan pembangunan desa
Teknik perencanaan pembangunan desaPEMPROP JABAR
 
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5Ade Fathurahman
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)bintang purba
 
Pppm geografi tingkatan3
Pppm geografi tingkatan3Pppm geografi tingkatan3
Pppm geografi tingkatan3amn0405
 
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3Fadhirul Fitri
 
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab I
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab ILaporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab I
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab ISaeful Bahri
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)parascandikamuliansy
 
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 20244. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024NununAbdullah
 
bimtek tahapan klhs
bimtek  tahapan klhsbimtek  tahapan klhs
bimtek tahapan klhsHauris Pati
 
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannyaMeileni Nurhayati
 
Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Dflowers Kost
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdfssuser8e6e69
 

Similar to Metode Dasar Analisa Wilayah (20)

Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Modul pelatihan sig
Modul pelatihan sigModul pelatihan sig
Modul pelatihan sig
 
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikan
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikanrpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikan
rpp revisi 2016 geografi xii rpp diva pendidikan
 
Teknik perencanaan pembangunan desa
Teknik perencanaan pembangunan desaTeknik perencanaan pembangunan desa
Teknik perencanaan pembangunan desa
 
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Pppm geografi tingkatan3
Pppm geografi tingkatan3Pppm geografi tingkatan3
Pppm geografi tingkatan3
 
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3
PPPM GEOGRAFI TINGKATAN 3
 
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab I
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab ILaporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab I
Laporan Sistem Informasi Geografis Pariwisata Berbasis Android bab I
 
gis
gis gis
gis
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Bab 1: Apa itu Pemetaan Partisipatif
Bab 1: Apa itu Pemetaan PartisipatifBab 1: Apa itu Pemetaan Partisipatif
Bab 1: Apa itu Pemetaan Partisipatif
 
Rpp sig
Rpp sigRpp sig
Rpp sig
 
paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)
 
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 20244. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024
4. PROGRAM SEMESTER GENAP KELAS XII 2024
 
bimtek tahapan klhs
bimtek  tahapan klhsbimtek  tahapan klhs
bimtek tahapan klhs
 
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya
[SMAN 1 JEMBER-XII IPS 1] Geografi Sig dan pemanfaatannya
 
Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
408362416-Metodologi-Penyusunan-Peta-RDTR-PKSN-Perbatasan-Negara-BIG.pdf
 

Recently uploaded

hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 

Recently uploaded (10)

hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 

Metode Dasar Analisa Wilayah

  • 1. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 1 Tutor Panduan Dasar Beberapa Metode ANALISA WILAYAH dan SIG Untuk Perencanaan Muhammad Hanif dan Tommy Adam 2015 Disusun berdasarkan kumpulan materi perkuliahan yang dipelajari pada matakuliah Analisis Perencanaan Wilayah jurusan Geografi Universitas Negeri Padang
  • 2. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 2 PERINGATAN Panduan analisa wilayah dan SIG ini tidak diperdangkan, Panduan Analisa Wilayah ini ditulis dengan tujuan membantu para teman- teman dari Ilmu Geografi untuk mempermudah menemukan beberapa metode yang umum digunakan dalam perkuliahan analisa wilayah Panduan tidak dapat dijadikan rujukan ataupun referensi untuk pembuatan karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi dan Lainya, karena Panduan ini tidak diterbitkan oleh seorang professor melalui badan penerbit resmi yang memiliki lindungan hukum dan apa bila ingin menggunakan metode yang tertera didalam panduan ini untuk penulisan karya ilmiah dan sejenisnya metode-metode dapat ditelusuri melalui referensi asli yang telah dicantumkan didalam daftar pustaka.
  • 3. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 3 PRAKATA Bismillahirrohmanirrahim Alhamdulilah hirrobbil alamain, puji dan syukur dan sepenuh pujian atas segala jalan dan kemudahan dan penerangan fikiran yang didapat selama menyusun panduan ini. Mudah- mudahan ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi pihak-pihak terkait yang menggunakan panduan ini dalam bidang geografi dan disiplin ilmu lainya. Panduan ini, membahas mengenai beberapa metode analisa wilayah yang digunakan untuk perencanaan wilayah dalam rancangan pengembangan wilayah dikemudian harinya, yang penulisi pelajari selama menjalankan matakuliah Analisa Perencanaan Wilayah yang termasuk kurikum Geografi, yang merupakan matakuliah puncak mengampu seluruh matakuliah dasar. Didalam panduan ini, penulis juga menyingung mengenai GIS atau Sistem Informasi Geografi yang merupakan salah satu media informasi berbasis spasial yang digunakan untuk menyajikan, menginput ataupun menganalisis data spasial, memang penulis tidak membahas secara menyeluruh setiap kajian analisis perencanaan wilayah yang di publikasikan oleh para professor penulis buku, namun disini penulis membahas secara dasar dan sepintas mengenai metode-metode yang digunakan dalam analisis wilayah. Dalam kajian GIS penulis juga tidak terlalu menjelaskan secara detail, namun penulis memberikan gambaran tentang pengolahan data spasial untuk analisa wilayah. Sesuai keinginan besar dari hati penulis untuk mengabdikan diri pada Ilmu Geografi, setidaknya melalui penulisan panduan ini penulis telah berusaha menyebarkan beberapa pengetahuan penulis mengenai Ilmu Geografi. Penulis sadar Banyak Kekurangan dari panduan ini, semoga dapat dimaklumi. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kususnya para keluarga Geografi, kawan-kawan teman-teman dan siapa saja yang menghargai keinginan dari niat baik penulis dalam dalam menyusun buku panduan ini, penulis ucapkan terimakasih.
  • 4. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 4
  • 5. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 5 Daftar ISI BABI Mengenal Analisa Wilayah dan Sistem Informasi Geografi Apa Itu Analisa Wilayah? Mengenal Analisa Wilayah Lahan Analisa Wilayah Untuk Penata Gunaan lahan Apa Itu Sistem Informasi Geografi? Mengenal Sistim Informasi Geografi Defenisi Sistim Informasi Geografi BeberapaMetode Analisis dalam Sistem Informasi Geografi BAB II Metode Analisa Fisik Kawasan dan Rawan Bencana Arahan Fungsi Kawasan Daya Dukung Lahan Kemampuan Lahan Analisis Rawan Bencana Menegenal Bencana, Rawan, Rentan, Ancaman bencana Analisa Rawan Bencana Longsor Analisa Rawan Bencana Banjir Analisa Rawan Kebakaran Gedung dan Permukiman BAB II Analisis Kependudukan dan Kesejah Teraan Analisis Kependudukan Fertlitas Sexratio Kematian bayi Piramida Penduduk Analisis Kesejahteraan Index baca tulis Index Lama bersekolah Sex Ratio Angka Ketergantungan dan Pengangguran BAB III Analsis Ekonomi Wilayah dan Sarana Prasarana Analisis Ekonomi Wilayah Metode Analisis SLQ dan DLQ Metode Analisis Spasial Metode Analisis Shift Share Analisis Sarana Prasarana Buffer Standar Sarana Prasarana Wilayah BAB IV Geogstrategi dan Kawasan Strategis Apa Itu Geografi Pilitik ? Iklim dalam Geografi Politik Geostrategi Konflik Geopolitik Timur Tengah Permasalahan geostrategic dalam Kawasan Strategis Maritim Indonesia Pentingnya Geostrategi dalam Analisa Wilayah Contoh strategi dalam rencana tata ruang Daftar Pustaka Riwayat Penulis
  • 6. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 6 BAB I MENGENAL ANALISA WILAYAH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
  • 7. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 7 MENGENAL ANALISA WILAYAH Analisa atau analisis atau Analysis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen- komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Analisa wilayah merupakan bahagian studi dalam menganalisis wilayah dari berbagai sector, kajian pokok dari analisa wilayah bertujuan menganalisis wilayah dengan memperoleh informasi untuk pengembangan dan perencanaan wilayah di kemudian harinya sesuai dengan kemampuan dan faktor pembatas dari wilayah yang di analisis, analisis wilayah merupakan bahagian dari dasar-dasar pengantar penataan wilayah diantaranya penyusunan tata ruang RTRW ataupun penyusunan RDTR rencana detai tata ruang dengan menghimpun semua kajian dasar dalam geografi untuk memperoleh informasi dalam menentukan sebuah kebijikan. Kajian dari analisa wilayah memadukan dari sector fisik sebuah kawasan yang berpotensi ataupun terhambat oleh berbagai faktor ataupun kebencanaan, yang mana hasil kajian analisis fisik akan mempengarui untuk perencanaan sosial dikemudian harinya dengan harapan perencanaan dapat berjalan dalam memajukan wilayah dan juga melindungi lingkungan yang akan dikembangkan. LAHAN Lahan merupakan penjelmaan selur factor atau kakas (force) disuatu tapak (site) yang mempengaruhi dan berperan dalam hidup dan kehidupan suatu makhluk dan masyarakat. Lahan merupakan sumberdaya pembangunan memiliki karakteristik unik, yakni (i) sediaan/luas relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami (sedimntasi) dan proses (reklamasi) sangat kecil, (ii) memiliki sifat fisik jenis batuan, kandungan mineral, topografi, dsb. Dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat cenderung spesifik (Sitanala.2012). ANALISIS WILAYAH UNTUK PENATA GUNA LAHAN Penata gunaan lahan (Land-use) pengaturan penggunaan lahan untuk suatu fungsi tertentu dan besarnya volume kegiatan yang di izinkan di atas suatu lahan sesuai dengan karakteristik egiatan dan masalah yang terkait . berdasarkan atas pengertian penataan lahan ini seharusnya suatu daerah bila di kembangkan , perlu terlebih dahulu di defenisikan scara baik(Chafid Fandeli.2009). Tata guna lahan merupkan pengaturan pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong di suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasiona, regional maupun lokal) untuk kegiatan-kegiatan tertentu (Miro.15.2005) Jenis kegiatan yang akan dikembangkan harus sesuai dengan karakteristik geomorfologis lokasi (jenis tanah, kemiringan, struktur batuan). Hal ini dimaksud agar lahan dapat didorong untuk dimanfaatkan secara tetap sesuai fisik nya (Sitanala, Arsyad.36.2012). pengaturan pemanfaatan lahan dimaksud untuk membuat struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang efisien, untuk menekan biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam melakukan aktifitas, dan memperoleh pelayanan yang dibutuhkan (Sitanala,Arsyad.37.2012) 1 APA ITU ANALISA WILAYAH ?  Mengenali analisa wilayah untuk sebuah perncanaan  Mengenali Lahan  Analisis Wilayah Untuk Penata Guna Lahan
  • 8. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 8 MENGENAL SISTIM INFORMASI GEOGRAFI Sistem informasi geografi sudah tidak asing lagi didengar saat ini, kajian ilmu sistim informasi geografi sangat berkembang khususnya dinegara- negara barat. Perkembangan kajian sistem informasi geografi tidak lepas dari perkembangan teknologi, khususnya perangkat lunak dan perangkat keras dalam pengolahan data spasial. Tidak hanya disiplin ilmu Geografi sendiri yang menggunakan teknologi GIS dalam mengkaji ruang, penggunaan sistem informasi geografi juga sangat berkembang pada disiplin ilmu lain yang mengkaji wilayah seperti Geodehsi, Geomatika, Kehutanan, Kelautan, Ilmu Komunikasi dan sebagainya. Sistim informasi geografi lebih dikenal sebagai GIS. Pengelolaan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan data Sistem Informasi Geografi. Proses pengolahan dilakukan dengan menerapkan kaidah-kaidah relasional terkait secara simultan. Sistem Informasi Geografis (SIG) tidak hanya berfungsi untuk memindahkan / mentransformasi peta konvensional (analog) ke bentuk digital (digital map), lebih jauh lagi sistem ini mempunyai kemampuan untuk mengolah dan menganalisis data yang mengacu pada lokasi geografis menjadi informasi berharga. Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial , tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut- attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan [Keele,1997]. DEFENISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem informasi berbasis computer yang digunakan secara digital untuk menggambarkan dan menganalisa ciri- ciri geografi yang digambarkan pada permukaan bumi dan kejadian-kejadiannya ( atribut-atribut non spasial untuk dihubungkan dengan studi mengenai geografi) [Feick et.al all,1999;Tuman,2001] didalam Handayani.2005).GIS adalah satu set perangkat lunak untuk menangkap, memanipulasi menganalisis dan menyajikan data geografis. Kombinasi dari elemen database untuk menyimpan informasi pada atribut dan fungsi pemetaan untuk menampilkan data spasial membuat produk ini kuat sangat berharga untuk memeriksa pola yang ada di dalam dan diantara fenomena geografis (William.2000) GIS Istilah ini digunakan dalam dua cara yang berbeda: pertama, untuk merujuk ke sistem yang terintegrasi perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis digital dan bentuk lain dari IT dan, kedua, untuk menunjukkan aplikasi tertentu dari sistem tersebut dalam konteks organisasi tertentu, misalnya untuk melaksanakan operasi dan prosedur dari departemen perencanaan dipemerintah daerah ((Rideout, 1992) di dalam Walford.1999). Perbedaan antara penggunaan ini istilah berkaitan dengan perbedaan antara GIS sebagai komponen teknologi informasi, yang dapat dibeli dari pemasaran yang sesuai, dan sebagai alat praktis atau metodologi untuk menangani dan mengelola data geografis, yang dapat diimplementasikan dalam berbagai asituasi. GIS Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi (Perka BNPB No.2 Tahun 2012). Dari teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan GIS atau dikenal dengan sebutan sistim informasi geografi merpukan perangkat untuk memasukan, menyimpan, mengolah atau analisis dan memanggil kembali data spasial. Model Data Spasial di Dalam SIG Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi entitas spasial adalah konsep raster dan vektor. Data spasial direpresentasikan di dalam basisdata sebagai raster atau vector [Prahasta,2001] didalam Handayani.2005). 2 APA ITU SIG SISTEM INFORMASI GEOGRAFI ?  Mengenali sistem informasi geografi  Defenisi sistem informasi geografi  Model data spasial dalam SIG  Mengenali beberapa teknis analisis data spasial dengan SIG
  • 9. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 9 MENGENALI BEBERAPA TEKNIK DATA SPASIAL DENGAN SIG Analisa Buffer Analisa Buffer digunakan untuk mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur geografi. Proses mengenerate sekitar lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan pada apakah mereka berada di luar atau didalam batas buffer(Handayani.2005). Sistem Informasi Geografi mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa overlay dan analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses integrasi data dari lapisanlapisan yang berbeda sedangkan analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis pada jarak antar layer. Analisa Spasial sdilakukan dengan meng-overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis. Overlay Data Spasial Beberapa teknik analisa data dengan SIG sallah satu diantaranya adalah overlay peta. Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsifungsi analisis Sistem Informasi Geografi. Konsep Overlay Peta  Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.  Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme masukan. Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay yang merupakan polygon yaitu : 1) Titik – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk titik-titik 2) Garis – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk garis 3) Poligon – dengan - poligon menghasilkan keluaran dalam bentuk polygon Metode Overlay Union Operasi Union / operator Boolean “OR” Gambar 1. Union Sumber: Handayani.2005. Tujuannya untuk membuat coverage baru dengan melakukan tumpukan (overlay) dua coverage polygon. Operasi union bisa dilakukan dengan ketentuan semua coverage harus dalam bentuk polygon. Keluaran coverage baru berisi : - polygon kombinasi - attribut-attribut kedua coverage asal 2. INTESEKSI / IRISAN - Operasi Interseksi atau operator Boolean “AND” - Membuat coverage baru dengan cara melakukan overlay dua himpunan fiturfitur coverage . Gambar 3. Inteseksi / irisan Keluaran Coverage, hanya berisi bagian fitur-fitur dalam area yang terisi oleh kedua masukan dan merupakan irisan dari coverage. IDENTITI - Membuat satu coverage baru dengan melakukan overlay dua himpunan fitur. - Keluaran coverage berisi : 1. semua masukan fitur 2. hasilnya hanya berisi bagian dari identitas fitur coverage yang meliputi masukan coverage. PENDEKATAN OVERLAY Pendekatan Matrik Dua Dimensional Dua dimensional Menurut (Bintarto.1978) dimensi waktu atau temporal dimensional yang disebut juga temporal labeling menunjukan suatu saat dalam suatu waktu atau menunjukan suatu periode dalam suatu waktu. Biasanya jenis overlay matrik dua dimensional, bertujuan untuk memperoleh infromasi baru dari perbandingan dua waktu yang berbeda, atau membandingkan antara dua peta tahun yang berbeda dengan tema yang sama. Didalam penelitian perubahan penggunaan lahan dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua. Juga dapat digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memiliki klasifikasi yang sama agar perubahan bisa dipantau secara setara(Slet perkuliahan H.Frananda.S.P,M.Sc). Pendekatan Kuantitatif Binary Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan mengoverlaykan unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya Misalkan dalam penentuan kesesuaian lahan permukiman, unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu: (1) lereng, (2) bentuk lahan (3) kerawanan bencana Dalam pendekatan kuantitatif binary biasanya melihat faktor pembobotan.
  • 10. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 10 GEOPROSESSING Geoprocessing menunjuk ke tool dan proses yang digunakan untuk menghasilkan sekumpulan data yang diinginkan. Sistem Informasi Geografi meliputi sekumpulan besar tool yang bekerja dengan dan proses informasi geografi. Sekumpulan tool ini digunakan untuk mengoperasikan informasi obyek SIG sebagai kumpulan data, attribut, dan elemen kartograpi untuk cetakan peta. Secara bersama pemahaman perintah- perintah dan bentuk objek data merupakan dasar dari framework geoprocessing. Data + Tools = Data Baru Tool SIG merupakan sekumpulan blok bangunan untuk menggabungkan banyak tahapan operasi. Satu tool melakukan suatu operasi ke data yang ada untuk menghasilkan data baru. geoprocessing dalam SIG digunakan untuk menyambung secara bersama serangkaian operasi ini. Operasi Geoprocessing Dissolve Fitur berdasarkan Attribut Operasi ini dilakukan dengan melakukan aggregasi (menyatukan) fitur yang memiliki nilai yang sama berdasarkan attribut yang ditentukan. Klip Salah Satu Theme Berdasarkan Theme yang Lain Operasi in dilakukan dengan menggunakan satu klip theme seperti potongan kue pada masukan theme. Attribut masukan theme tidak diubah.Contoh : ss
  • 11. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 11 BAB II METODE ANALISA FISIK KAWASAN DAN KERAWANAN BENCANAAN
  • 12. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 12 A. Satuan Lahan Penelitian mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-Cancelado (1979: 3) satuan lahan adalah satuan bentang alam yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan pada suatu wilayah. Fungsi kawasan terbagi menjadi tiga yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya. UU RI No. 26 2007 dalam Muryono (2008 : 8) menyebutkan bahwa “Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”. Didalam pemebahasan ini metode arahan fisik fungsi kawasan di wilayah Indonesia digunakan, SK Mentri kehutanan Nomor837/Kpts/Um/11/80. Dengan mempertimbangkan kelerangan, jenis tanah dan curah hujan didalam penetapan fungsi kawasan, berikut kriteria masing-masing faktor penentu arahan fungsi kawasan. 1. Kelerengan Data spasial kelerangan dapat diperoleh secara perhitungan manual ataupun menggunakan perangkat GIS dengan bahan dasar data topografi format Tin, ataupun diolah dari citra SRTM yang dapat diunduh dari situs http://earthexplorer.usgs.gov/ , respon spektral gelombang hasil perekaman citra SRTM Secara manaual dapat digunakan rumus =kemiringan lereng mampu manpilkan kontur yang dapat diolah menjadi lereng, sacara dua dimensi ataupun tiga dimensi. Table kriteria kelerangan fisik lahan. Kelas Keterangan Kemiringan (%) Skor I Datar >0-8 20 II Landai >8-15 40 III Agak Curam >15-25 60 IV Curam >25-40 80 V Sangat Curam >40 100 2. Curah Hujan Data spasial curah hujan dapat diperoleh dari hasil olah data statistic dalam bentuk peta Isoyet ataupun Thisen yang menampilkan curah hujan wilayah. Perangkat SIG mampu mengolah data curah hujan dengan tool Create Thisen Polygons pada ArcToolbox. Kelas Curah Hujan Curah hujan Skor I Sangat rendah <13,6 10 II Rendah 13,6-20,7 20 III Sedang 20,7-27,7 30 IV Tinggi 27,7-34,8 40 V Sangat tinggi >34,8 50 3. Jenis Tanah Peta jenis tanah dapat diperoleh dari instansi terkait, jika dalam bentuk raster dapat diolah menjadi data Shape file yang dapat dioleh dalam software ArcGIS, dengan cara yang paling sederhana yaitu proses 3 ANALISIS FISIK WILAYAH  Arahan Fungsi Kawasan  Analisis Kemampuan Lahan  Analisis Kerawanan Bencana
  • 13. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 13 digitasi pada tool>editor>star edit>create futures>polygone. Kela s Kepekaan terhadap Erosi Jenis tanah Skor I Rendah/tidak peka Alluvial, Glei, Planasol, Hidromof kelabu, Laterit air tanah 15 II Sdang/Agak peka Latosol 30 III Tinggi/Kuran g peka Kambisol, mediteran, brown forest, non calcic brown 45 IV Sangat tinggi/Peka Vertisol, Andosol, Grumosol, laterit, Podosol, Podosolik 60 V Amat sangat Tinggi?sangat peka Litosol, Orgonosol, Rendzina, regososol 75 Analisis dilakukan dengan cara overlay peta disetiap indikator, dengan hasil gabungan dari setiap skor/parameter. Klasifikasi Peta Arahan Fungsi Kawasan Adapun nilai skor masing-masing fungsi kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas) adalah sebagai berikut : 1. Skor >= 175, maka dicadangkan sebagai hutan lindung. 2. Skor 125-174, maka dicadangkan sebagai hutan produksi terbatas. 3. Skor <= 124, maka dicadangkan sebagai hutan produksi tetap. Eksisting Peta 1. Luas Peta Arahan Fungsi Kawasan DI eksistingkan dengan Peta Tutupan Lahan 2. Beri skor apa cocok/tidak cocok dengan tindakan arahan pembangunan 3. Lakukan overlay peta, dengan teknologi Sistem Informasi Geografi Didalam mengoperasikan salah satu perangkat sistem informasi geografi yaitu ArcGIS kita dapat menggunakan menu dari ArcToolbox. Hasil skoring dari klasifikasikan menjadi peta arahan fungsi kawasan sesuai parameter masing-masing. Sistem klasifikasi Tanah, Dudal-Soepraptohardjo Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo mendasarkan pada penampilan profil tanah dan sejumlah ciri- ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini adalah dari Rudi Dudal, ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi Indonesia oleh M. Soepraptohardjo. Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957. Modifikasinya dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan modifikasinya) berlaku khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa sistem internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian kriteria. Berikut adalah klasifikasi tanah Indonesia menurut sistem Dudal-Soepraptohardjo (D-S), diberikan dengan padanannya menurut empat sistem klasifikasi lain. Sumber: Padanan Nama Tanah menurut Berbagai Sistem Klasifikasi Tanah (disederhanakan) , kecuali untuk sistem WRB. Sistem Soil Taxonomy (USDA) Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia. Dudal- Soepraptohardjo (D-S) (1957-1961) Modifikasi PPT atas D-S (1978/1982) FAO/UNESCO (1974) World Reference Base (WRB) (2007) Soil Survey Staff USDA (1975 – 1990) Tanah aluvial (endapan, alluvial soil) Tanah aluvial Fluvisol Entisol, Inceptisol Andosol Andosol Andosol Andosol Andisol Tanah Hutan Coklat (Brown Forest Soil) Kambisol Cambisol Cambisol Inceptisol Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol Vertisol Latosol Kambisol, Latosol, Lateritik Cambisol, Litosol, Ferralsol Inceptisol, Ultisol, Oxisol Litosol Litosol Litosol Entisol (subkelompok lithic) Mediteran Mediteran Luvisol Chromic Luvisols Alfisol, Inceptisol Organosol Organosol Histosol Histosol Histosol Podsol Podsol Podsol Podzols Spodosol Podsolik Merah Kuning Podsolik Acrisol Ultisol Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol Podsolik Coklat Kelabu Podsolik Acrisol Ultisol Regosol Regosol Regosol Entisol, Inceptisol Renzina Renzina Rendzina Calcic Leptosols Rendoll - Ranker Ranker Acidic Leptosols -
  • 14. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 14 Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah"). Mereka adalah 1. Entisol (membentuk akhiran -ent) 2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept) 3. Alfisol (membentuk akhiran -alf) 4. Ultisol (membentuk akhiran -ult) 5. Oxisol (membentuk akhiran -ox) 6. Vertisol (membentuk akhiran -vert) 7. Mollisol (membentuk akhiran -mol) 8. Spodosol (membentuk akhiran -od) 9. Histosol (membentuk akhiran -ist) 10. Andosol (membentuk akhiran -and) 11. Aridisol (membentuk akhiran -id) 12. Gleisol (membentuk akhiran ) Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing- masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan atmosfer. Sistem ini, disingkat sistem WRB, merupakan hasil kerja dari tim bentukan FAO dan disarankan oleh Organisasi Ilmu Tanah Sedunia. Berdasarkan kesepakatan pada tahun 1998, sistem WRB menggantikan sistem FAO. Versi terbarunya terbit tahun 2006. Ke dalam sistem WRB terdapat pembagian peringkat primer dan peringkat sekunder. Peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis tanah utama dunia. Peringkat kedua merupakan kata sifat yang menggambarkan keadaan fisik dan kimia tanah. Berbeda dari sistem USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan aspek iklim sebagai alat untuk pengelompokan. Gambar: Contoh Peta Arahan Fungsi Kawasan ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan mengoverlay peta Lereng, peta, Jenis tanah, Peta Stauan Lahan. Pada penelitia analisis ini lereng dibagi atas 18 kelas, Dari proses overlay dan pemberian skoring maka di peroleh fungsi kawasan utntuk wilayahKecamatan Patamuan dan Padang Sago pada proses pembutan peta kelas kemampuan lahan, lereng di bagi atas tujuh kelas, untuk drainase, kedalaman solum, singkapan batuan, tingkat erosi, di peroleh dari buku tanah pertanian bogor, banjir diperoleh dari peta banjir. Kelas kemampuan dari seluruh table kelas kemampuan lahan, klasifikasinya di peroleh dari skor tertinggisebagai faktor pembatas., Proses analisis ini menggunakan metode overlay, proses ini sama dengan proses arahan fungsi kawasan, setelah overlay dilakukan maka dilihatlah nilai faktor tertinggi dari satu kawasan sebagai faktor pembatas, jika faktor tertinggi telah ditemukan maka lihat kesimpulan deskriptif setiap kemampuan lahan. Kriteria Kemampuan Lahan Harkat penentuan tingkat kemampuan lahan menurut (USDA)
  • 15. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 15 Tabel. Kemampuan Lahan Menurut USDA Sumber: Dedi Hermon.2009.Geografi Tanah Deskripsi Kemampuan Lahan Kelas I : Tidak ada atau sedikit factor penmbatas dan resiko kerusakan. Sifat tanah sangat baik di tinjau dari berbagai kepentingan. Biasa digunakan untuk kepentingan aneka pertanian dengan resiko kerusakan kecil. Kelas II : Memiliki sedikit factor pembatas. Sifat tanah umumnya sangat baik untuk aneka penggunaan, pertanian tetapi sudah perlu diperhatikan terhadap resiko kerusakan. Kelas III : Memiliki sifat-sifat baik dengan factor pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk pertanian , namun perlu perhatian serius upaya2 konservasi yang baik karena resiko erosi yang cukup besar. Kelas IV : Lahan yang memiliki kedalaman yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, tanaman pertanian, padang penggembala, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam. Kelas V : Memiliki sedikit bahaya erosi tetapi memiliki pembatas lain yang sulit dihilangkan sehingga penggunaannya sangat terbatas yaitu untuk padang rumput, padang pengembala, hutan produksi atau suaka. Kelas VI : Memiliki penghambat yang berat sehingga tanah-tanah kelas ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan tanah ini terbatas hanya untuk padang rumput atau padang pengembala, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam. Kelas VII : Memiliki batas yang berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannya sangat terbatas untuk padang rumput, hutan produks dan suaka alam. No Unit lahan Kriteria harkat 1 Lereng L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 Datar (0-3%) Landai dan berombak (4-7%) Agak miring /bergelombang (8-15%) Miring bukit (16-30%) Agak curam (31-45%) Curam (46-65%) Sangat curam >65% 1 2 3 4 5 6 7 2 Tekstur tanah T1 T2 T3 T4 T5 Sedang, (debu, lempung berdebu, dan lempung). Agak halus, liat berpasir, lempung liat bedebu, lempung berliat, lempung liat berpasir) Halus, liat dan liat berdebu. Agak kasar, lempung berpasir. Kasar, pasir berlempung. 1 2 3 4 5 3 Premiabelitas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Sedang (2,0-6,25 cm/jam) Agak lambat (0,5-2,0 cm/jam) Agak cepat (6,25-12,5 cm/jam) Lambat (0,125-25,0 cm/jam) Cepat (12,5-25,0 cm/jam) Sangat lambat (<0,125 cm/jam) Sangat cepat (>25,0 cm/jam) 1 2 3 4 5 6 7 4 Solum K1 K2 K3 K4 Dalam >90 cm Sedang 50-90 cm Dangkal 25-50 cm Sangat dangkal < 25 cm 1 2 3 4 5 Drainase D1 D2 D3 D4 D5 Baik, sirkulasi udara baik, profiltanah seragam, tidak terdapat bercak-bercak. Agak baik, sirkulasi udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, cokelat atau kelabu pada lapisan atas atau bawah. Agak buruk, sirkulasi udara baik pada lapisan atas tanah, seluruh lapisan bawah penuh dengan bercak akibat sirkulasi udara tidak baik. Buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan tanah lapisan bawah sangat banyak bercak, Sangat buruk, seluruh lapisan tanah dipenuhi bercak. Sangat-sangat buruk, tanah selalu tergenang air. 1 2 3 4 5 6 Erosi E1 E2 E3 E4 E5 Tidak ada erosi Ringan <25% lapisan tanah atas hilang Sedang, 25-75 % lapisan tanah atas hilang. Berat, >75% tanah lapisan atas hilang. Dan 25% tanah bahagian bawah hilang. Sangat berat 75% tanah lapisan bawah hilang. 1 2 3 4 5 7 Singkapan Batuan B1 B2 B3 B4 B5 Tidak ada <2% luas area Sedikit 2-10% luas area, pengolahan tanah dan tanaman agak terganggu. Sedang 10-50% luas area, pengollahan tanah dan tanaman terganggu Banyak 50-90% luas area, pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu. Sangat banyak >90% luas areal, tanah sama sekali tidak dapat di garap. 1 2 3 4 5 8 Ancaman Banjir O1 O2 O3 O4 O5 Tidak pernah banjir dalam periode 1 tahun, tidak tertutup banjir dalam waktu 24 jam. Terkadang banjir menutupi >25 jam tidak teratur dalam periode 1 tahun. Selama 1 bulan lebih tanah tertutp banjir >24 jam Selama 2-5 bulan dalam 1 tahun, tanah selalu tertup banjir >24 jam Selama >6 bulan tanah selalu tertutup banjir >24 jam. 1 2 3 4 5
  • 16. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 16 ANALISIS KEKRITISAN DAS 1. Analisis Kekritisan Das Das adalah Suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, mengumpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografi dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih berpengaruh aktifitas daratan. Sub das adalah bagian das yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utara setiap Das terbagi kedalam sub-sub das. Run off dalah aliran air/limpasan, stream flow adalah aliran sungai, Cathment Gield adalah daerah tangkapan air, Surfface run off adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah, dan subsorface runoff adalah air dalam tanah. Debit (Q) yaitu volume air mengalir persatuan waktu. Koefisien limpasan (c) yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya limpasan terhadap curah hujan Sesuai dengan keputusan menteri kehutanan No 52/Kpts-II/2011 bahwa monev kinerjja DAS dan pengelolaan DAS. Maka monev yang akan dilakukan adalah ,monev kineja DAS, yaitu sistem monev yang dilakukan secara periodik untuk memperoleh data dan informasi terkait kinerja DAS. Untuk memperoleh data dan informasi tentang gembaran menyeluruh mengenai perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk memperoleh data dan informasi tentang gambaran menyeluruh mengenai perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk tujuan pengelolaan DAS secara lestari, maka diperlukan kegiatan monev DAS yang di tekankan pada aspek tata air, penggunaan lahan, sosial, konomi, dan kelembagaan. Koefisien Rezim Sungai Metode analisis yang digunakan dalam menghitung koefisien rezim sungai yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Tata Air 1. Debit air sungai KRS=(Qmax/Qmin) KRS,50 baik KRS 50-120 sedang KRS>120 buruk Dasa SPAS PU/BRLKT/HPH Q=debit Sungai CV=(sd/Qrata- ratax100%) CV<10% baik CV>10% jelek CV=coefesien varian Sd=standar deviasi data SPAS Sumber: Mufta’Ali 2002 Mencari Standar Deviasi Untuk menentukan daya dukung dalam suatu DAS dapat digunakan indikator sebagai berikut; Tabel 18. Kriteria dan Indikator Kinerja Daerah Aliran Sungai (DAS) Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan Penggunaan Lahan 1.Penutupan oleh vegetasi IPL= (LVP/LDas)x 100% IPL= > 75% baik IPL= 30-75% sedang IPL=< 30% jelek IPL= indeks penutup lahan LVp= luas lahan bervegetasi permanen LDas = Luas DAS 2.Kesesuaian penggunaan Lahan (KPL) KPL= (LPS/LDas) x 100% KPL= > 75% baik KPL = 40-75% sedang KPL=< 40% jelek LPS= luas pengggunaan lahan yang sesuai Rujukan penggunaan lahan adalah RTRW/K dan atau pola RLKT 3.Erosi, Indek Erosi (IE) IE= (Ea/Et) x 100% IE= < 1 baik IE = >1 jelek Ea= erosi aktual Et= erosi ditoleransi Perhitungan erosi merujuk pada RTL, RLKT 1988 4.Pengelolaan Lahan Pola tanam (C)dan tindakan konservasi (P) C x P < 0,01 baik C x P = 0,01 – 0,50 sedang C x P > 0,50 jelek Perhitungan nilai C dan P merujuk pada RTL, RLKT tahun 1988 Tata Air 1.Debit air sungai KRS = (Qmax / Qmin) KRS , 50 baik KRS 50 – 120 sedang KRS > 120 buruk Data SPAS PU/BRLKT/HPH Q = debit sungai CV = (Sd / Qrata-rata) x 100% CV < 10% baik CV >10% jelek CV = coefisien varian Sd = standar deviasi Data SPAS IPA = Nilai IPA semakin kecil semakin baik IPA = Indeks Penggunaan air 2. Kandungan sedimen Kadar lumpur dalam air Semakin menurun semakin baik menurut mutu peruntukan Data SPAS 3. Kandungan pencemar ( polutan ) Kadar biofisik kimia Menurut standar yang berlaku Santar baku yang berlaku, misal PP 20/1990 4. Nisbah hantar sedimen ( SDR ) SDR = (Ts/Te) x 100 % SDR < 50% normal SDR 50-75% tidak normal Ts= total sedimen Te= total erosi
  • 17. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 17 SDR > 75% rusak Data SPAS dan perhitungan /pengukuran erosi Sosial Demografis 1.Kepedulian Individu E kegiatn positip konservasi mandiri Ada, tidak ada Data dari instansi terkait 2.Partisipasi Masyarakat % Masyarakat dalam kegiatan bersama >70 % Tinggi 40-70% sedang > 40% rendah Dari data pengamatan atau dari data instansi terkait 3. Tekanan penduduk terhadap lahan Indeks Tekanan penduduk TP= Z . TP < 1 ringan TP= 1-2 sedang TP> 2 berat T= waktu dalam 5 tahun Z= luas lahanpertanian minimal untuk hidup layak/jumlah petani F= proporsi petani terhadap populasi penduduk DAS Po= jumlah penduduk tahun 0 L= luas lahan pertanian r= pertumbuhan penduduk/tahun Ekonomi 1.ketergantungan penduduk terhadap lahan Kontribusi pertanian terhadap total pendapatan keluarga .75% tinggi 50-75% sedang <50% rendah Dihitung KK/tahun data dari instansi terkait atau petani sample 2.Tingkat pendapatan Pendapatan keluarga /tahun Garis kemiskinan BPS Data dari instansi terkait atau petani sample 3.produksivitas lahan Produksi/Ha/tahun Menurun,tetap, meningkat Data BPS atau petani Sample 4.jasa lingkungan (air,wisata, iklim micro, umur waduk) Internalitas dari esternalitas pembiayaan pengelolaan bersama (cost sharing) Ada, tidak Dalam bentuk pajak, restribusi untuk dana lingkungan Kelembagaan 1.pemberdayaan lembaga dan atau lokal Peranan lembaga lokal dalam pengelolaan DAS Berperan, tidak berperan Data hasil pengamatan 2.ketergantungan masyarakat kepada pemerintah Intervensi pemerintah Tinggi, sedang, rendah Data hasil pengamatan 3.KISS Konflik Tinggi , sedang, rendah Data hasil pengamatan 4.Kegiatan usaha bersama Jumlah unit usaha Bertambah, berkurang, tetap Data dari instansi terkait Sumber; Muta‟ali, 2012 Catatan: Analisis kemampuan lahan, sama halnya dengan analisis yang dijelaskan sebelumnya, analisis ini dapat dilakukan dengan overlay peta dan merujuk kepada faktor-faktor penentu yang laninya yang tidak tersaji dalam data spasial. Lakukan analisis Qmax Qmin, dari debit rata-rata harian dari sebuah sungai pada wilayah das/musim hujan. Tabel 1.4. Contoh Analisis Koefisien Rezim Sungai (KRS) Tahun 2004- 2012 No Tahun QMax QMin QMax/Qmin Keterangan 1 2004 10,919 2,828 3,861 Baik 2 2005 45,011 3,096 14,538 Baik 3 2006 59,35 6,202 9,569 Baik 4 2007 47,276 6,133 7,708 Baik 5 2008 45,011 3,096 14,538 Baik 6 2009 16,838 2,591 6,498 Baik 7 2010 292,51 1,63 179,453 Buruk 8 2011 67,53 0,27 250,111 Buruk 9 2012 33,12 0,23 144 Buruk Sumber: Berdasarkan analisis koefisien rezim sungai (KRS) batang Pariaman.
  • 18. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 18 Gambar: Contoh grafik Q maximum dan Q minimum DAS. Grafik Debit Sungai Tahun 2004 DAS Batang Parimaman Metode Pengindraan Jauh Untuk Mengukur Vegetasi Tutupan DAS Penerapan Transformasi NDVI Model indeks vegetasi (NDVI) Normalized Difference Vegetation Index, Meruapakan kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citera. Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Berbagai penelitian mengenai perubahan liputan vegetasi dibenua Afrika banyak menggunakan transformasi ini trucker, 1986 didalam Formulasinya adalah sebagai berikut: BV inframerah dekat= sinar inframerah dekat BV merah = sinar merah NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan vegetasi, secara implisit berbagai penelitian. Dengan melakukan analisis citra dengan menggunakan metoda NDVI maka tingkat kerapatan vegetasi dapat di analisa. Pada NDVI nilai selalu berkisar dari -1 hingga 1 (Danoedoro.2012:248). Untuk mengetahui luas Vegetasi pentup lahan pada wilayah DAS dapat digunakan salah satu perangkat pengindraan Jauh Digital yaitu ENVI, yang menyediakan sistem analisis untuk kerapatan vegetaqsi dengan formula NDVI, NDVI akan membagi gelombang spektral hasil analisis berkisar dari -1 hingga 1 ntuk faktor penetu kerapatan vegetasi penutup lahan, 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Q.Maximum Q.Minimum
  • 19. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 19 Gambar: Contoh Tutupan Vegetasi DAS. Sumber: Hasil analisis NDVI citra Landsat, Patamuan dan Padang sago. Mengitung Luas Vegetasi Penutup DAS dapat dihitung menggunakan Tool calculator geometri pada program ArcGIS.
  • 20. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 20 ANALISIS RAWAN BENCANA Menurut Peraturan Kepala BNPB No.2 Tahun 2012, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapidampak buruk bahaya tertentu. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum kawasan rawan bencana di Indonesia digolongkan kepada 3 jenis, yaitu kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dan gempa bumi, kawasan rawan bencana longsor dan kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan bencana itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Sedangkan Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilalui oleh 2 sirkum dunia yaitu mediterania dan pasifik serta dialui oleh jalur pegunungan api yang sangat aktif, sehingganya Indonesia salah satu kawasan yang rawan bencana Metode yang digunakan dalam analisis rawan bencana longsor dan Banjir yaitu metode Scoring (pengharkatan) adalah metode pemberian skor/harkat terhadap masing-masing nilai parameter lahan untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya. terdiri dari; 1. Penjumlahan: teknik scoring yang dilakukan secara obyektif berdasarkan harkat yang diberikan kepada tiap variabel variabel yang nilanya sudah ditentukan pada satuan lahan yang dijumlahkan sehingga didapat nilai kemampuan lahan. 2. Perkalian/pembobotan. adalah teknik scoring yang dilakukan secara subyektif dengan pemberian bobot pada setiap nilai parameter yang ada sesuai dengan tujuan pembuatan kemampuan lahan. Analisis Rawan Bencana longsor MENGACU PADA ATURAN PERMEN PU No.22 tahun 2007 Analisis rawan bencana longsor dapat ditentukan dengan cara mengoverlay peta lereng, jenis tanah, dan zona Pembagian zona untuk rawan bencana longsor: 1) Zona Tipe A Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng perbukitan dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas perbukitan laut. 2) Zona Tipe B Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan , dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut. 4 ANALISIS KERAWANAN BENCANA  Mengenal perbedaan rawan, rentan, ancaman dan risiko bencana  Analisis rawan bencan longsor  Analisis rawan bencana banjir  Analisis kerawanan kebakaran gedung dan pemukiman
  • 21. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 21 3) Zona Tipe C Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20% dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut. Penentuan kelas masing - masing tipe zona berpotensi longsorberdasarkan kriteria dan indikator tingkat kerawanan Sumber Permen PU. Untuk menentukan kelas tipe zona berpotensi longsor berdasarkan tingkatkerawanan ditetapkan 2 (dua) kelompok kriteria, yakni kelompok kriteriaberdasarkan aspek fisik alami dan kelompok kriteria berdasarkan aspek aktifitasmanusia. Untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan aspek fisik alami ditetapkan 7 (tujuh) indikator yakni faktor-faktor: kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Sedangkan untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan aspek aktifitas manusia yakni tingkat risiko kerugian manusia dari kemungkinan kejadian longsor, ditetapkan 7 (tujuh) indikator: pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi, kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi. Masing-masing indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek fisik alami diberikan bobot indikator: 30% untuk kemiringan lereng, 15% untuk kondisi tanah, 20% untuk batuan penyusun lereng, 15% untuk curah hujan, 7% untuk tata air lereng, 3% untuk kegempaan, dan 10% untuk vegetasi.Sedangkan terhadap indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek aktifitas manusia (tingkat risiko) diberi bobot: 10% untuk pola tanam, 20% untuk penggalian dan pemotongan lereng, 10% untuk pencetakan kolam, 10% untuk drainase, 20% untuk pembangunan konstruksi, 20% untuk kepadatan penduduk, dan 10% untuk usaha mitigasi. Setiap indikator diberi bobot penilaian tingkat kerawanan : a. 3 (tiga) apabila dinilai dapat memberi dampak besar terhadap terjadinya longsor. b. 2 (dua) apabila dinilai dapat memberi dampak sedang terhadap terjadinya longsor. c. 1 (satu) apabila dinilai kurang memberi dampak terhadap terjadinya longsor. Penilaian bobot tertimbang setiap indikator dihitung melalui perkalian antara bobotindikator dengan bobot penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini menunjukkan tingkat kerawanan pada masing-masing indikator.Kriteria tingkat kerawanan masing-masing indikator fisik alami (7 indikator) danaktifitas manusia (7 indikator) serta selang nilainya pada setiap tipe zona berpotensi longsor disajikan pada Tabel 2 untuk zona tipe A, Tabel 3 untuk zone tipe B, dan Tabel 4 untuk zona tipe C.Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada aspekfisik alami dilakukan melalui penjumlahan nilai bobot tertimbang dari 7 (tujuh) indikator pada aspek fisik alami. Total nilai ini berkisar antara 1,00 sampai dengan 3,00. Sedangkan untuk menetapkan tingkat kerawanan zona tersebut dalam aspek fisik alami, digunakan kriteria sebagai berikut:
  • 22. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 22 a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00. b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39. c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,00–1,69. Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada aspek aktifitas manusia dilakukan melalui penjumlahan nilai bobot tertimbang dari 7 (tujuh) indikator pada aspek aktifitas manusia. Total nilai ini berkisar antara 1,00 sampai dengan 3,00. Sedangkan untuk menetapkan tingkat kerawanan zona tersebut dalam aspek aktifitas manusia (tingkat risiko), digunakan kriteria sebagai berikut: a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00. b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39. c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,00–1,69. Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada seluruh aspek dilakukan dengan menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik alami dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktifitas manusia, dan membaginya menjadi dua. Sumber: Permen Pu No.22 tahun 2007. Gambar: penampan kelerangan fisik dari pengolahan citra SRTM Kriteria Aspek Fisik Alami No. Indikator Bobot Indikator (%) Sentivitas Tingkat Kerawanan Bobot Penilaian Nilai Bobot Tertimbang Tingkat Kerawanan Longsor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 . Kemiringan Lereng 30 % = 0,3 Tinggi 3 0,90 Sedang 2 0,60 Rendah 1 0,30 2. Kondisi Tanah 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,45 Sedang 2 0,30 Rendah 1 0,15 3. Batuan Penyusun Lereng 20 % = 0,2 Tinggi 3 0,60 Sedang 2 0,40 Rendah 1 0,20 4. Curah Hujan 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,60 Sedang 2 0,40 Rendah 1 0,20 5. Tata Air Lereng 7 % = 0,07 Tinggi 3 0,21 Sedang 2 0,14 Rendah 1 0,07 6. Kegempaan 3 % = 0,03 Tinggi 3 0,09 Sedang 2 0,06 Rendah 1 0,03 7. Vegetasi 10 % = 0,1 Tinggi 3 0,03 Sedang 2 0,02 Rendah 1 0,01 Jumlah Bobot 100 % 0,96 – 2,88 (1,00 – 3,00)
  • 23. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 23 Tabel. Indikator rawan banjir faktor Fisisk Alami Daerah Rawan Terkena Banjir Alami (55 % = 0,55) a . Bentuk Lahan ( 30 % = 0,3) Pegunungan, perbukitan Kipas dan lahar Dataran, teras Dataran, teras (lereng < 2 %) Dataran aluvial, lembah alluvial, jalur kelokan Rendah Agak rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 b . Lereng lahan kiri – kanan sungai (%) (10 % = 0,10) >8 (Sangat Lancar) 2-8 (Agak Lancar) <2 (Terhambat) Rendah Sedang Tinggi 1 3 5 c . Pembendungan oleh percabangan sungai/ air pasang (10 % = 0,1) Tidak ada Anak Cabang Sungai Induk Cabang Sungai Induk Sungai induk/ Bottle neck Pasang Air Laut Rendah Agak rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 d . Meandering Sinusitas (P) = panjang/ jarak sungai sesuai belokan: jarak lurus (5% = 0,05) 1,0 – 1,1 1,2 – 1,4 1,5 – 1,6 1,7 – 2,0 >2 Rendah Agak rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 Sumber: Paimin Peneliti Catatan: Langkahnya bobot x skor= nilai bobot. Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot total. Jumllah (dari bobot x skor) / 100 setiap parameter Contoh= 1) Meandering 5% x 4 = 0,2 Karena didalam analisis kita hanya membahas kerawanan banjir berdasarkan faktor alami, maka interval kelasnya sebagai berikut. Kerentanan Tinggi 1,92-2,6 Kerentanan Sedang 1,24 – 1, 92 Kerentanan Rendah 0-1,24 Rawan Bencana Banjir Metode yang digunkan “Paimin” Analisa rawan bencana banjir dapat di tentukan dengan mengoverlay peta DAS dan Satuan lahan. Dari sana dapat di hitung medear, cabang sungai, drainase, dan bentuk lahan. Untuk dapat memperoleh hasil klasifikasi banjiR nya maka hasil dari mendear, cabang sungai, drainase dan bentuk lahan tadi, di jumlahkan dan lihat skor klasifikasi banjirnya.
  • 24. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 24 Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode penskoran dari tabel diatas maka wilayah kecamatan batang anai dan ulakan tapakis didapatkan analisis kerawanan banjir memiliki potensi sedang dengan luas. Untuk pemodelah kerawanan banjir dapat digunakan metode GIS dengan perangkat Quantum GIS. ANALISIS KERAWANAN KEBAKARAN GEDUNG DAN PEMUKIMAN Bangunan Gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman (PP No.80 Tahun 1999). Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel, sarana dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah, mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di lingkungan dan kota. Lingkungan adalah beberapa gugus bangunan yang diikat oleh jalan kolektor, yang merupakan tingkatan ketiga yang menjadi obyek dalam penataan bangunan. Kota adalah lingkungan binaan bukan pedesaan yang secara fisik merupakan bagian unit perkotaan wilayah/kawasan terbangun dan berperan dalam pengembangan perkotaan sesuai rencana tata ruang wilayah serta tata bangunan dan lingkungan (Keputusan Mentri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000. Analisis ini menggunakan metode analisis data meliputi metode analisis deskriptif yang digunakan untuk men- guraikan dari data yang diperoleh di lapangan dan menjelaskan data yang diolah sehingga dengan mudah dipahami dalam mendeskriptifkan daerah penelitian juga menggunakan citra satelit quidbird beresolusi tinggi. Penelitian ini juga menggunakan metode pengharkatan (scoring) yang merupakan suatu cara menilai dengan memberikan nilai atau harkat pada masing-masing karakteristik suatu variabel sehingga dapat dihitung nilainya. Pada setiap variabel juga diberi nilai sebagai pembobot. Alasan digunakan faktor pembobot karena tiap parameter memiliki pengaruh berbeda dalam menciptakan kondisi rawan kebakaran. Hasil faktor pembobotan di timbang dengan faktor-faktor yang juga berperan dlam penyajian kerawanan kebakaran berupa historis kejadian, kepadatan penduduk, sebaran pemukiman, kontruksi bangunan Salah satu prinsip atau teknik analisa GIS yang penting adalah teknik overlay (tumpang susun lapisan). Dalam teknik inidata input yang berupa informasi spasial tematik dimanipulasi dengan teknik tumpang susun untuk menghasilkan satu peta tematik untama sabagai output (Muta‟ali.326.2013). Tabel 05. Indikator Pertimbangan Kerawanan Kebakaran Gedung dan Permukiman Sumber: Suharyadi (2000) didalam Fiska Yanuar 2012 . Langkahnya bobot x skor= nilai bobot. Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot total. Parameter Bobot Harkat Tiap Variabel Bobot x harkat Terendah Tertinggi Terenda h Tertinggi Kepadatan rumah 3 1 3 3 9 Tata Letak 2 1 3 2 6 Jarak permukiman dari jalan 3 1 3 3 9 Lokasi sumber air 3 1 3 3 9 Lokasi Pemadam Kebakaran 2 1 3 2 6 Lebar Jalan Masuk 3 1 3 3 9 Jaringan istrik 3 1 3 3 9 Hidran 1 1 3 1 3 Bahan Bangunan 2 1 3 2 6 Skor Total 22 66
  • 25. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 25 Lakukan Penggunaan harkatan dengan pemberian faktor pembobot. Harkat 1 adalah untuk setiap parameter yang tidak berpengaruh menciptakan kondisi rawan kebakaran, sedangkan harkat dengan nilai 3 adalah untuk kelas dari tiap parameter yang menyebabkan kondisi rawan kebakaran cukup tinggi. Alasan digunakan faktor pembobot juga karena setiap parameter memiliki pengaruh yang berbeda dalam menciptakan kondisi rawan keba- karan. Klasifikasi kerawanan kebakaran ditentukan dari jumlah skor total pada setiap blok permukiman. Skor total adalah harkat dari viariabel di setiap poligon atau blok permukiman yang sudah dikalikan dengan faktor pembobot kemudian dijumlahkan. Skor total terendah penilaian parameter kebakaran adalah 22 sedangkan skor total tertinggi adalah 66. Selisih nilai tertinggi dengan terendah kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan untuk mendapat nilai interval dan digunakan untuk klasifikasi kelas kerawanannya. Keterangan: R= Range K= Kelas yang diinginkan Interval Kelas= 15 Setelah diperhitungkan harkat dan dikalikan bobotnya maka dihasilkan harkat total dengan klasifikasi sebagai berikut ini: Tabel 06. Klasifikasi Kelas kerawanan Kebakaran 20 – 33 tingkat kerawanan rendah 34 – 47 tingkat kerawanan sedang 48 – 60 tingkat kerawanan tinggi Sumber: Yanuar 2012
  • 26. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 26 BAB III METODE ANALISA KEPENDUDUKANDAN KESEJAHTERAAN
  • 27. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 27 Fenomena Kependudukan Fertilitas Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk. Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya (Mantra, 2003:145). Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat- alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth). Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut : Dimana : GFR : Tingkat Fertilitas Umum B : Jumlah kelahiran Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun. Transisi Demografi Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “ transisi demografi”. Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi. 4 ANALISIS KEPENDUDUKAN DAN KESEJAHTERAAN  Fenomena Kependuduk  Pentingnya Analisis Keppendudukan  Kesejah Teraan  Metode Analisis Penduduk dan Kesejahteraan
  • 28. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 28 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A ke B di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi, sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada transisi ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat kematian dan kelahiran menurun, kematian lebih rendah dari kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C , ditandai dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran semakin meninggi, malah cenderung meningkat. perengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D dimana tingkat kelahiran dan kematian sama–sama menurun, tetapi penurunan kematian lebih cepat dari tingkat kelahiran. c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka kelahiran cenderung menurun, hal ini dapat diakibatkan karena sudah banyaknya masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan. Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E ke F dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat inilah kelahiran. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah yang dapat di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur didefinisikan sebagai rata- rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata- rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial- ekonomi secara umum. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup. Apabila angka harapan hidup atau umur perkiraan naik, maka angka kelahiran turun. Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu anak lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer menekankan betapa pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu setiap menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka kelahiran. Lebih besar lagi, dan dengan demikian memperlambat perkembangan penduduk secara keseluruhan (Brown,1986: 165-166). Indeks Tingkat Pendidikan Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah (Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat dirumuskan adalah : Index Angka Melek Huruf Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007). Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi hingga seratus persen (Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah: Rata-rata lama sekolah Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan pendidikan dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004 :69). Adapun rumusnya adalah : Indeks masa bersekolah bruto = Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas New household economics berpendapat bahwa bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini dapat mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7). no Tahap Tingkat Kelahira n Tingkat kematian Pertumbuha n Alami 1 2 3 4 5 Stasioner Tinggi Awal Perkembangan. Ahir perkembangan Stasioner rendah Menurun Tinggi Tinggi Menurun Rendah Rendah Tinggi Lambat Menurun Menurun cepat daripada kelahiran Menurun cepat daripada kelahiran Nol/Sangat Rendah Lambat Cepat Nol/Sangat NegatifCepat
  • 29. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 29 Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa seandainya harga relatif atau biaya anak- anak meningkat akibat dari, misalnya, meningkatnya kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak-anak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak “tambahan”. Kontrasepsi Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam: 1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah kehamilan, mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, disebut juga sebagai pil kombinasi, sedangkan jika hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin. b. Suntik c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol dimasukkan di bawah kulit lengan atas wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan. 2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom) a. IUD/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin) Yang beredar di Indonesia. b. Kondom (karet KB) A. Kepadatan Bruto dan Nettro B. Perhitungan Angka Kematian bayi Kecamatan patamuan Dan Kecamatan Padang Sago (Infratmortalitiy bayi) C. Perhitungan Angka kematin Ibu Kecamatan patamuan Dan Kecamatan Padang Sago D. Fertiitas Umum Kelahiran hidup per 1.000 wanita usia reproduktif 15- 44 thn. E. Sex Ratio 2011 F. TPAK (Angka Ketergantugan) 2011 Contoh Piramida Penduduk Setellah hasil perhitungan analisis kependudukan, sajikan data dengan perangkat GIS, dengan output peta tamatik kependudukan,
  • 30. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 30 BAB IV METODE ANALISA EKONOMI WILAYAH DAN SARANA PRASARANA
  • 31. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 31 Sarana prasarana merupakan fasilitas pelayanan sosial berkaitan biasanya dikaitkan dengan pemenuhahan kebutuhan dasar manusia. Pada umunya ada kesamaan pendapat bahwasanya kebutuhan dasar tersebut tiga kategori, diantaranya: konsumsi barang-barang dasar, pelayanan dasar, dan hak berpartispasi. Metode Perhitungan Pendapatan Regional Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah produksi, luas areal sebagai alokatornya. a. Metode langsung : 1. Pendekatan produksi Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti : a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan. b. Pertambangan dan penggalian c. Industri pengolahan d. Listrik, gas dan air bersih e. Bangunan f. Perdagangan, hotel dan restoran g. Pengangkutan dan komunikasi h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa i. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah. Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5). Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan PDRB Persektor Atas Dasar Harga KonstanProduksi Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan kegiatan ekonomi suatu daerah, diantaranya untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian dan perkembangan pendapatan perkapita pada satu tahun atau periode pada suatu daerah hasil perhitungan (PDRB) yang disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Apabila kita mengamati pertumbuhan ekonomi wilayah dari tahun ke tahun berarti tingkat pertumbuhan yang tercapai di setiap tahunnya, sehingga dapat dinilai hasil dari 4 ANALISIS EKONOMI WILAYAH DAN SARANA PRASARANA  Metode Pendapatan regional  Kaitan Pendapatan Perkapita terhadap Fertilitas  Pembangunan Ekonomi daerah  Analisa LQ (Location Quotient)
  • 32. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 32 pertumbuhan suatu wilayah di dalam mengendalikan kegiatan ekonomi untuk waktu jangka pendek dan usaha trntuk pengembangan perekonomian dalam jangka waktu panjang dan juga dapat dilihat perbedaan tingkat kesuksesan suatu wilayah dengan wilayah lain. Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdayi manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses,yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi- institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaanperusahaan baru. Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan- tindakan apa yang harus diambil untuk laju pertumbuhan yang ada. Namun di pihak lain harus diakui bahwa menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit karena: a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan berdasarkanpengertian daerah nodal. Dengan data yang sangat terbatas sangat sukar untukmenggunakan metode yang telah dikembangkan dalam memberikan gambaran mengenaiperekonomian suatu daerah. b. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisisdaerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhananalisis perekonomian secara nasional. c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebab perekonomiandaerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal tersebutmenyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukardiperoleh. d. Bagi Negara Sedang Berkembang, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yangumum data yang ada yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk dipercaya, sehinggimenimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaanperekonomian suatu daerah. Contoh Metode Analisis Teknik Analisis Data : Metode yang dapat digunakan antara lain adalah: Metode Analisis SLQ dan DLQ Untuk mengetahui sektor unggulan yang ada di daerah dapat dilihat dari sektor yang mempunyai kemampuan melakukan ekspor atau disebut juga sektor basis. Metode Location Quotient (LQ) merupakan metode sederhana yang mampu menunjukkan kemampuan ekspor sektor tertentu di suatu daerah terhadap daerah yang lebih besar (Daryanto, dan Hafizrianda. 2010; Setiono. 2011). Untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan dapat dilakukan perhitungan LQ dengan pendekatan nilai tambah produksi (PDRB) dan tenaga kerja. (Di dalam Susanto.2012) Perhitungan LQ dapat dinyatakan sebagai berikut: Metode LQ tersebut mempunyai keterbatasan karena bersifat statis dan hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan sektor unggulan pada tahun tertentu saja. Untuk mengatasi keterbatasan metode LQ statis, maka akan digunakan metode LQ dinamis yang mampu mengakomodasi perubahan struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu. Menurut Saharuddin (2006) secara umum metode LQ dinamis mempunyai kesamaan dengan metode LQ statis, hanya yang membedakan model LQ dinamis memasukkan laju pertumbuhan rata-rata terhadap masing-masing nilai tambah sektoral maupun PDRB untuk kurun waktu antara tahun 0 sampai tahun t. Bentuk persamaan matematis LQ dinamis adalah sebagai berikut: Metode Analisis Spasial Pengujian statistik seperti Moran‟s I dapat digunakan untuk menganalisis secara formal adanya ketergantungan spasial. Dalam uji Moran, struktur spasial dalam data dapat dimodelkan melalui matriks bobot spasial W. Matriks ini mendefinisikan struktur data spasial dengan mengkhususkan pada kedekatan masing-masing wilayah. Dengan uji statistik
  • 33. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 33 Moran‟s I dapat dianalisis apakah model yang diusulkan mampu menyajikan secara tepat hubungan spasial antar wilayah (Longhi and Nijkamp, 2007(Di dalam Susanto,dkk.2012)). Moran‟s I dihitung menggunakan persamaan berikut: Dimana x adalah vektor realisasi variabel interes, μ adalah rata-ratanya, dan W adalah matriks bobot spasial. N adalah jumlah observasi, sedangkan S adalah faktor standarisasi. Moran‟s I memberikan nilai negatif yang mengindikasikan korelasi negatif, dimana area dengan nilai x lebih tinggi daripada rata-rata secara umum dikelilingi area dengan nilai x lebih rendah daripada rata-rata dan sebaliknya. Nilai 0 mengindikasikan tidak adanya autokorelasi spasial. Metode Analisis Shift Share Analisis Shift-Share (SS) bertujuan untuk mengetahui kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkan dengan perekonomian nasional. Shift- Share yaitu teknik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor disuatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian nasional. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah terhadap nasional dapat dilihat dari Pergeseran Differensial atau Differential Shift. Pergeseran differensial adalah sebuah nilai untuk mengetahui seberapa komparatif sector tertentu daerah dibanding nasional. Apabila bertanda positif (+) berarti bahwa sektor I mempunyai kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional, atau dapat dinyatakan pula bahwa share suatu wilayah atas tenaga kerja nasional pada sektor tertentu mengalami peningkatan. Apabila bertanda negatif berarti bahwa sektor i mempunyai kecenderungan menghambat pertumbuhan dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional. Secara matematis, analisis ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Contoh Analisa LQ (Location Quotient) Konsep basis ekonomi untuk mengetahui suatu sektor pembangunan ekonomi wilayah dan kegiatan basis, yang dapat melayani pasar daerah itu sendiri maupun pasar luar daerah (Kadariah, 1985).Sedangkan untuk mengetahui kondisi Analisis Kuantitatif dilakukan dengan metode Location Quotient (LQ) tujuannya untuk mengetahui pembangunan sektor unggulan pada daerah yaitu : = = = 1,87 1) Jika LQ > 1, maka dapat dikategorikan wilayah perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas. Hasil produksi komoditi sangat mencukupi kebutuhan dalam daerah dan cenderung diekspor. 2) Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi wilayah perencanaan dalam sektor tertentu sama dengan wilayah yang lebih luas. Hasil produksi komoditi mencukupi kebutuhan dalam daerah. 3) Jika LQ < 1, maka dalam sektor tertentu, tingkat spesialisasi wilayah berada di bawah wilayah yang lebih luas. Dan wilayah cenderung mengimpor komoditi dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan di dalam daerah. Bila angka LQ suatu sector lebih besar dari satu, berarti bahwa sector ini merupakan sector basis di Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Sebaliknya, angka LQ yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa sector tersebut bukan sector basis. Dengan demikian, semakin tinggi nilai LQ dari suatu sector maka semakin tinggi pula keunggulan komparatif daerah yang bersangkutan pada sector tersebut. Berdasarkan hasil dari LQ diatas maka dapat diambil kesimpulanbahwa LQ > 1 artinya sektor basis dikota/ kecamatan yang bersangkutan yaitu dengan nilainya 1,87 yang artinya semakin tinggi keunggulan komperatif dearah yang bersangkutan. Untuk mengetahui tingkat keunggulan komoditas maka perlu diketahui bagaimana kondisi komoditas unggulan dari setiap setiap sektor komoditinya yaitu dengan cara : = Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang.
  • 34. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 34 Contoh Penyajian data Spasial Analisis Ekonomi Sektor Pertanian Berikut ini merupakan pemetaan sektor unggulan di bidang pertanian untuk Kab/Kota di Jawa Timur. Sumber Gambar:Susanto,dkk.2012 ANALISIS SARANA PRASARANA Landasan Teori Teori Christahler Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah membentuk pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan keuntungan optimal pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang menyediakan barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah belakangnya. Elemen – elemen tempat pusat yakni range (jangkauan), threshold, dan fungsi sentral Ketiga elemen itu yang mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan pasar baik pelayanan barang maupun jasa pada suatu wilayah. Teori tempat pusat merupakan teori mengenai hubungan fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah sekelilingnya. Juga merupakan dukungan penduduk mengenai fungsi tertentu. Christaller tidak mendasar pada jangkauan wilayah pasar, dan meiliki hirarki – hirarki dalam pola heksagonalnya. Luas wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang yang diproduksi, Analisis ketersediaan: christahler (jaringan pelayanan), contoh jangkauan sekolah: 500m untuk kategori anak-anak (dekat),6km kategori (jauh) maka harus menggunakan transportasi sebagai alternative. B. Metode Buffer Analisa yang digunakan dalam sarana dan prasarana adalah teknik buffer. Analisis Buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitarnya fitur geografis. Proses ini melibatkan menghasilkan penyangga sekitar fitur geografis yang ada dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan apakah mereka jatuh dalam atau di luar batas buffer. Buffering pada umumnya mengacu pada penciptaan zona dengan lebar tertentu di sekitar titik atau garis ataupun area.Juga disebut sebagai zona jarak tertentu di sekitar fitur cakupan. Secaraumum ada dua jenis buffer, yaitu buffer lebar konstan dan lebar penyangga. Kedua jenis dapatdihasilkan untuk satu set fitur cakupan berdasarkan setiap nilai atribut fitur Zona atau bufferdapat digunakan dalam query untuk menentukan entitas yang terjadi baik di dalam ataupun diluar zona penyangga yang ditetapkan. Analog dengan zona penyangga di raster GIS adalahanalisis jarak.
  • 35. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 35 B. Pendidikan Sarana pendidikan di suatu wilayah merupakan faktor penting penunjang pendidikan. Untuk menentukan rasio usia sekolah terhadap jumlah sarana pada suatu wilayah. a. Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid Rumus : ×100% 1) Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid Tingkat SD ×100%
  • 36. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 36 STANDAR SARANA PRASARANA WILAYAH Perencanaan fasilitas pelayanan selain sarana prasarana wilayah yang berbasis pada penguatan struktur wilayah, dalam RTRW khusunya skala mikro, juga dibahas fasilitas pelayanan langsung yang dimanfaatkan, dan langsung dimanfaatkan dan melayani masyarakat. Pelayanan sosial yang bersifat dasar biasanya dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. KRITERIA KEBUTUHAN SARANA PRASARANA DAN INFRASTRUKTUR Fasilitas Data Ketentuan (Standar Normatif Pellayanan) Keterangan Pendidikan Jumlah dan Jenis fasilitas pendidikan - Tk : 700 pendudk - SD: 6400 penduduk - SLTP: 12000 Penduduk - SMU : 28000 Penduduk Fasilitas Pelayanan Lingkungan Pemukiman Kesehatan Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan - Balai pengobatan : 3000 - Pustu : 6000 - RS Bersalin : 10.000 - Puskemas : 30.000 - RS : 240.000 - Apotik : 10.000 - Dokter : 5.000 penduduk Ekonomi Jumlah dan jenis fasilitas ekonomi - Warung, Kios : 250 - Pertokooan : 2500 - Pusat perbelanjaaan : 30.000 - Pusat Niaga : 120.000 - Pasar : 30.000 penduduk - Koperasi : 5000mpetani - Saprotan: 2500 petani - Bank, pusat Industri : 120.000 - Shoppig Center : 480.000 Sarana umum a. Taman, tempat bermain, dan lapangan olah raga Jumlah dan jenis - Taman tempat main anak kecil : 250 - Taman tempat bermain : 2500 - Taman bermain dan lapangan olah raga : 30.000 - Tempat main dan lapangan olah raga (GOR) : 480.000 - Jalur hijau Failitas pelayanan lingkungan pemukiman b. Kebutuha n Listrik Jumlah rumah tangga, kapasitas trafo - 450 VA/KK(90 VA/warga) - Kebutuhan travo : 25 KVA/KK - Jarak anatr tiang listrik : 40 meter - Sebelum ke rangkayan instalasi dalam, arus listrik harus dilewatkan KWH dengan kapasitas 450 VA 2 Amp.230Vuntuk penerangan jalan disesuaikan dengan pola pengembangan lingkungan. Jumlah dan sebaran listrik sesuai urgensi. PUIL 1977,syarat penyambungan listrik c. Jaringan telepon Jumlah sambungan yang di perlukan - 1 SR (sambungan rumah)/100 penduduk Pedoman teknik Penataan Ruang DTKTD PU Cipta Karya d. Kebutuha n Air Bersih Jumlah keluarga dan penduduk eksisting dan rencana - Kebutuhan air bersih Ruta : 150 liter/orang/hari - Fasilitas kebutuhan sosial ekonomi 30 % dari kebutuhan ruta. - Asumsi kebocoran : 10% - Cadangan kebakaran : 10 kali kebutuhan wilayah - Faktor pemakayan pada jam puncak 1,75 e. Sarana pengelola an sampah Jumlah penduduk - Standar produksi sampah : 3,5 lieter/jiwa/hari - Jumlah produksi sampah : umlah penduduk x standar produksi sampah /hari - Gerobak : 1 m3 /1000 jiwa - Dump Truck : 63 /10.000 jiwa - Depo sementara : 100-1503 /20- 30.000 jiwa Kasiba/Lisiba f. Fasilitas Pemerint ahan dan - Kantor Kecamatan : 1.000 m2 - Kantor kelurahan 500m2 - Pos Polisi (tk,Polsek) 300m2 Penduduk 20.000- 30.000 sebagai penghuni kasiba
  • 37. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 37 ruang Publik - Kantor Pos Pembantu ; 100m2 - Parkiran umum : 1000m2 - Pemadam kebakaran 200m2 - Bioskopp : 2000m2 dan lisiba Transportasi Fungsi jalan, Beban arus lalu Lintas - Jaringan arteri : min 60km/jam - Jaringan kolektor : min 40 km/jam - Jalan lokal min 20 km/jam UU Nomor 13 Tahun 1980 dan Perpu no 26 Tahun 1985 Tentang Jalan Sumber :Banyak hal yang diambil dari SNI 03-1733-2004 tentang cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. sumber Lutfi muta‟ali, penataan ruang wilayah kota. 2013.UGM. Contoh Tabel kebutuhan fasilitas Pendidikan (sumber Lutfi Muta‟ali) Wilayah Penduduk 2010 Penduduk 2030 Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan * TK SD SLTP SMU 2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030 *) Kebutuhan = (Jumlah penduduk tahun tertentu/standar minimum jumlah penduduk yang dilayani). Contoh dasar minimum jumlah penduduk yang dilayani SD 64.000 orang, untuk mengetahui kebutuhan fasilitas SD pada tahun 2030 maka digunakan formula (Jumlah penduduk 2030 /64000). Tambahan jumlah penduduk 2030 , dipredksi dari pertumbuhan penduduk. Contoh table analisis proyeksi kebutuhan Luas lahan Fasilitas pendidikan (m2 ) Wilayah Penduduk 2010 Penduduk 2030 Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan * TK SD SLTP SMU 2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030 Catatan: Kebutuhan lauas lahan untuk satu fasilitas pelayanan disesuaikan dengan kriteria luas lahan yang dibutuhkan untuk fasilitas pelayanan. Formula perhitungan adalah: Luas fasilitas Pelayanan= (jumlah kebutuhan Fasilitas Pelayanan) x ( standar kebutuhan luas lahan fasilitas pelayanan ) selanjutnya luas kebutuhan tersebut di alokasikan dalam ruang (Peta RTRW). Dari data fasilitas yang dimiliki sebuah wilayah, untuk menentukan apakah sarana prasarana memadai dapat dilaukakn melalui perbandingan dengan table standar sarana prasarana wilayah.
  • 38. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 38 BAB V GEOSTRATEGI DAN KAWASAN STRATEGIS
  • 39. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 39 DEFENISI GEOGRAFI POLITIK Geografi politik sebetulnya merupakan bahagian dari rumpun geografi sosial yang tertua, memang tidak heran lagi geografi politik memang tidak begitu tren didengan sekarang ini, Daljoeni.1991. didalam bukunya menjelaskan penyebab keterbelakangan geografi politik dikarenakan oleh dua faktor yang menyebabkan geografi politik ketinggalan isi ilmiahnya. Yang pertama usia yang amat tua dan tidak terpelihara. Kedua adanya gagasan imperialistis yang menempeli geografi politik. Sekarang setiap gejala plitik (artinya pengorganisasian ruang secara politis) pada level apapun (internasional, nasional, regional, lokal), dianggap menjadi pokok bahasan yang sah dari geografi politik. Tetapi ada persyaratannya juga: pertama, selama itu memiliki komponen territorial, teknik analisa spatialnya relevan bagi penelaahnya. Dalam arti sempit, geografi politik sebenarnya menelaah negera (national state) menjadi serba menyerap atau menembus bagi manusia modrn yang kegiatan politinya diperoleh atau diinspirasikan oleh negara. Adapun fungsi dari national state kini mencakup pelaksanaan melindungi, mengasuh, mengekspresikan secara politis lembaga-lembaga ideology serta cita-cita yang mencirikan suatu bangsa. Jadi negara itu memiliki ekspresi politik belaka(Daljone.1991. Istilah geografi politik muncul pada akhir abad 19, oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Ratzel (1844-1904) di dalam Ruslin.2012.Meskipun demikian menurut Blake dan Drysdale6 akar geografi politik telah ada sejak Yunani Kuno melalui pemikiran Aristoteles, juga dikaji oleh sejarawan Arab IbnKhaldun7 serta filsuf Perancis Montesquieu.Ketiga pemikir tersebut secara eksplisit mempertimbangkan faktor-faktor geografi dalam karya-karya mereka tentang negara. Namun belakangan karya Ratzel dianggap lebih fokus mengkaji studi geografi politik dalam karyanya yang yang terbit 1897 berjudul politischegeographie kemudian mengantarkannyadijulukisebagai “bapak geografi politik”. Ratzel mendefinisikan geografi politik yaitu studi tentang negara sebagai space organism.dimana negara digambarkannya sebagai suatu organisme yang terlekat pada bumi, yang nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok yaitu: Raum (ruang) dan Lage(posisi). Sebagai ilmuwan yang juga dipengaruhi oleh cara berfikir Charles Darwin, Ratzel memandang negara sebagai organisme yang harus bersaing dengan organismelain, dan agar bisa berkembang “organisme” itu memerlukan labensraum (ruang untuk hidup). Dengan kata lain, Ratzel dengan model biologis ini ingin menunjukkan bahwasetiap negara punya kebutuhan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik eksistensi masing-masing negara. Dan salah satu syarat fundamental yaitukeberlangsungan kehidupan bagi penduduknya. SEKILAS MENGENAI IKLIM DAN POLITIK Iklim dan politik memiliki keterkaitan, baik dari sector militer, ekonomi, ataupun sosial. Iklim Dingin Zona iklim dingin umumya digin beku karena tertutup salju dan es. Wilayah padang lumut tundra dapat menampung penduduk banyak dan hanya dimanfaatkan untuk berternak rusa kutub. Jikapun disini terdapat sumberdaya mineral, seperti batubara, Svalbard, bijji besi di swedia utara, serta emas di Alaska, nilai ekonominya hanya sedikit saja. 5 APA ITU GEOGRAFI POLITIK ?  Defenisi Geografi Politik  Sekilas Mengenai Iklim dan Politik  Beberapa Faktor Dalam Geografi Politik  Faktor Konflik Geografi Politik Timur Tengah  Ancaman Konflik Geostrategi Maritim Indonesia  Pentingnya Geostrategi Dalam Analisa Wilayah  Strategi Dalam Penetapan Kawasan Strategis Dalam Rencana Tata Ruang
  • 40. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 40 Yang dapat meningkatkan kepentingan wilayah-wilayah dingin hanyalah strategisnya bagi kegiatan militer. Iklim Panas Iklimpanas merupakan unsur kedua yang fungsinya membatasi politik. Ini terdapat disepanjang garis ekuator dan kawasan yang berbatasan dengan itu kearah kutup. Darata rendah tropika di dunia kita tak memiliki musim kering tak memiliki musim kering bahagian yang pertama. Hujan yang turun sehari-sehari kerjanya mencuci tanah (soil leaching) sehingga tak subur bagi pertanian. Contoh: wilayah-wilayah bumi iklimnya terlalu terik menurut pengalaman sejarah, menghambat munculnya perkembangan pilitik yang modern. Jikapun pernah muncul kerajaan Maya di Yakuta, energy dorongan maju sebenarnya berasal dari wilayah iklim lain. Kekeringan dan Stepa Unsur ketiga iklim yang fungsinya menghambat perkembangan politik adalah kekeringan. Wilayah-wilayah di permungkaan bumi yang terdiri atas gurun-gurun dapat menyajikan kehidupan bagi manusia apabila masih dapat menyajikan air dlam jumlah yang cukup untuk mendukung usaha pertanian atau menyediakan sumeberdaya tambang yang dapat diolah. Contoh: Pertmbangan nitrat chili utara yang berupa gurun memberikan pemasukan pajak-pajak yang tinggi sehingga pemasukan ini mendukung negara muda tersebut. Contoh: Negera Saudi Arabia yang pusat negerinya dulukala hanya berupa kelompok-kelompok oasis, setelah ditemukan sumberdaya tambang minyak bumi yang tersebar diwalayah Timur laut negera tersebut penting dan harus diperhitungkan sebagai negara berwibawa di tepi teluk parsi. Letak Astronomis Biasanya letak astronomis dinyatakan dalam lintang dan bujur. Corak iklim negri akan mempengaruhi hasil pertanianya, sumberdaya, dan kebutuhanya. Hal ini akan menimbulkan interaksi antar wilayah dalam memenuhi kebutuhanya berupa politik dalam perdangan antar wilayah. Lokasi Maritim Adanya pengaruh besar sebuah struktur politik suatu bangsa dalam mengelola wilayahnya, tergantung dari seluk beluk pantaninya, sering terlihat seperti perniagaan , contoh: Siapura dengan posisi maritime yang merupakan wilayah perlintasan transportasi laut , menjadikan negara ini salah satu pusat bisnis diwilayah asia tenggara. Beberapa Faktor Berpengaruh Dalam Geografi Politik Kependudukan Geografi politik merupakan bahagian dari kajian ilmu geografi manusia, maka geografi politik pun tidak lepas dari kependudukan. Kependudukan dalam geografi politik menyangkut jumlah, persebaran, kualitas dan strukturnya, Letak Accecibility Accecibility atau di Indonesiakan akasesibilitas artinya keterkjangkauan (mudah atau sukarnya dicapai). Jadi dapat terjadi misalnya suatu negara letaknya terjepit dipedalaman benua, misalnya Mongolia (antara rusia dan cina). Letak sentral tak perlu berarti terkjepit yang serba melemahkan, sebaliknya letak preferis belum tentu serba menguntungkan. Letak Strategis Strategis mula mula berarti mengunungkan bagi peperangan, tetapi makna politis dan militer, juga dapat ekonomis. Contohnya: Selat Giblartar, teluk Dardadella, dan Bosporus, semuanya strategis berhubungan dengan laut Tengah. Perhatikan pula Letak Terusan Panama. Gagasan Mahan Geostrategise Determinan negara Penguasa Lautan di dalam Daljone 1991. Faktor penentu negara peguasa lautan menjadi sea power sebagai berikut, 1. Lokasi Geografis Negara Sehubungan ini terdapat dua aspek, berhadapan dengan banyak lautan, komunikasi antar bagianya berjalan baik musuh sulit menaklukanya. 2. Tata letak alami negara bersangkutan Negara kepulauan yang pantainya mudah dicapai dari pedalaman pulau-pulaunya mudah dicapai dari pedalaman pulau-pulaunya. Menjadikan penduduk negara tersebut berhubungan dengan dunia luar dengan lancar. 3. Cakupan Wilayah 4. Huunganantar wilayah panjangnya garis pantai dengan sulit mudahnya negara itu dipertahankan dimasa perang. Jika dipelajari dengan seksama tiap wilayah mempynyai titik-titik yang penting yang menentukan kekuatan ataupun kelemahan secara militer. 5. Banyaknya penduduk Makin banyak penduduk makinbanyak tenaga yang akan dijadikan tentara. 6. Watak nasional Kecintaan tanah air, kebangga akan kebesaran sejarah masa lampau.
  • 41. .Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 41 7. Politik kenegaraan, kebijakan pemerintah interen , memanfaatka kepadatan penduduk dan sikap terhadap negara lain. BERAPA CONTOH MASALAH GEOGRAFI POLITIK YANG TERJADI DI WILAYAHTIMUR TENGAH YANG BERKAITAN DENGAN SUMBERDAYA ALAM WILAYAH Ruslin.2013 di dalam karya penelitianya jurnal yang berjudul Memetakan Konflik di Timur Tengah (Tinjauan Geografi Politik). Menjelaskan besarnya pengaruh fisiografis wilayah memicu timbulnya konflik: 1 Masalah Perbatasan (Boundary Dispute) Perbatasan wilayah adalah simbol kedaulatan dan kekuasaan nasional suatu negara. Perbatasan is like human skin, dimana perbatasan suatu negara berfungsi untuk melindungi keamanan wilayah negara, penduduknya, sumber daya alamnya, juga berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga, good fence makes good neighbour. 2 Masalah Air Air adalah salah satu sumber vital kehidupan manusia, sehingga tidak mengherankan jika terjadi konflik yang disebabkan oleh air, dan tidak sedikit konflik yang terjadi di kawasan Timur-Tengah yang disebabkankan oleh air. Berikut faktor-faktor penyebabnya Keterbatasan air Tawar Masalah air tawar sebagai komoditas utama pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari sangat terbatas keberadaannya di kawasan ini. Sementara kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, dan semakin ditingkatkannya produksi pertanian. Sungai-sungai mengalir melalui beberapa negara Di Timur-Tengah yang terdiri dari kurang lebih 20 negara, ternyata hanya memiliki 4 sungai besar sebagai sumber kehidupan masyarakatnya, yaitu Sungai Nil, Sungai Yordan, Sungai Eufrat dan Tigris. Permasalahannya ditengah keterbatasan sumber air tawar, sungai-sungai tersebut mengalir melewati banyak negara. Sehingga tidak jarang konflik terjadi karena beberapa negara membangun dam-dam dan waduk-waduk di wilayahnya yang mengakibatakan jumlah aliran sungai / debit air ke negara lain menjadi berkurang. Secara geografis lembah Sungai Yordan terbagi kedalam empat wilayah, yaitu Libanon, Syiria, Yordan dan Israel seperti pada gambar di atas. Beberapa anak Sungai Yordan terbagi yaitu Sungai Hasbani di Libanon, Banias di Syiria,Dan di Israel, sedangkan Yarmuk di Yordania dan Syiria. Konflik Sungai Yordan “hanya” melibatkan Yordan dan Israel lebih dikarenakan kepentingan kedua negara akan keberadaan Sungai Yordan lebih besar / vital dibandingkan negara lainnya. Konflik lainnya terjadi dalam memperebutkan debit keuntungan Sungai Sumber: Ruslin.2013. 3 Perbatasan Laut Laut yang memiliki arti penting dan strategis di Timur- Tengah, disisi lain juga mendatangkan masalah, khususnya masalah perbatasan laut. Hal ini umumnya disebabkan oleh jarak laut yang merupakan perbatasan antarnegara sangat pendek, terlalu dekat antara satu negara dengan negara yang lain.15 Masalah berikutnya yaitu kandungan kekayaan alam laut seperti minyak, mineral, dan ikan, memicu konflik negara-negara yang berbatasan dengan lautlaut tersebut mengenai hak pengelolahannya.Keberadaan pulau-pulau kecil di daerah perbatasan laut juga sering menimbulkan sengketa. 4 Beberapa negara dalam kondisi “land locked country” Meskipun beberapa negara Timur Tengah berbatasan dengan banyak laut, namun keadaan masing-masing negara akan pemilikan Laut/Samudra tidaklah sama. 5 Masalah Minyak Faktor minyak selalu menjadi isu sentral dan senantiasa mendapat “tudingan” sebagai pemicu utama konflik di Timur- Tengah khususnya di bagian Asia Barat,18 baik itu konflik interen regional, maupun konflik skala internasional yang melibatkan pihak-pihak asing (Barat) yang berkepentingan di kawasan. Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab konflik minyak di kawasan ini;