1. Apa yang dimaksud dengan Washillah?
2. Jelaskan macam-macam Washillah yang disyariatkan dalam nash!
3. Jelaskan macam-macam Washillah yang dilarang dalam nash!
4. Sebutkan contoh-contoh aplikatif Washillah!
5. Sebutkan contoh-contoh aplikasi materi dalam kehidupan sebagai akhlak seorang muslim berkait materi!
1. Apa yang dimaksud dengan Washillah?
2. Jelaskan macam-macam Washillah yang disyariatkan dalam nash!
3. Jelaskan macam-macam Washillah yang dilarang dalam nash!
4. Sebutkan contoh-contoh aplikatif Washillah!
5. Sebutkan contoh-contoh aplikasi materi dalam kehidupan sebagai akhlak seorang muslim berkait materi!
Tulisan ini di di dedikasikan kepada Kedua Orangtua yang sudah berjuang mendokan serta menyemangati penulis.
adapun harapan semoga tulisan ini bisa terus berlanjut serta bermanfaat untuk penulis pribadi dan pembaca.aamiin
Jazakallahu khairan
1. Empat Tanda Orang Celaka dan Bahagia
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Soraya Khoirunnisa
Dalam Kitab Nashaihul „Ibad karangan Imam Nawawi Al-Bantani disebutkan bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Tanda orang celaka ada empat yaitu : pertama, melupakan dosa-dosa masa
lalu padahal semuanya tercatat dengan rapi di sisi Allah.
Kedua, mengenang kebaikan di masa lalu padahal belum diketahui diterima Allah atau tidak.
Ketiga, Dalam urusan dunia selalu memandang ke yang lebih atas. Keempat, dalam urusan
agama selalu memandang ke yang lebih rendah.
Kemudian disebutkan pula, tanda orang bahagia juga ada empat. Pertama, mengingat dosa-
dosa yang telah lalu. Kedua, melupakan kebaikan yang pernah ia lakukan.
Ketiga, dalam urusan agama senang melihat kepada orang yang lebih tinggi (dalam ibadah dan
ketaatannya kepada Allah). Keempat, dalam urusan dunia senang melihat kepada orang yang
lebih rendah (sehingga mendorongnya untuk lebih mensyukuri nikmat-Nya).”
Marilah kita merenung, di manakan kita di antara kedua tanda tersebut? Apabila memang kita
lebih cenderung kepada sifat-sifat yang celaka maka tidak ada salahnya untuk mengakui.
Karena pengakuan adalah langkah awal untuk memperbaiki diri.
Tanda celaka yang pertama adalah melupakan dosa-dosa yang telah lalu. Kita sebagai
manusia yang seringkali lalai, bukan saja melupakan dosa yang telah lalu bahkan kita acapkali
tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan menambah pundi dosa kita.
Atau malah kita sudah tahu bahwa yang kita lakukan adalah dosa, namun tetap saja kita
melakukannya. Seakan-akan kita meremehkan balasan yang pasti akan kita terima di akhirat.
Maka, mengingat dosa akan menghentikan niat buruk kita sekaligus menjadi motivator dalam
menambah pundi pahala.
Tanda celaka kedua adalah mengenang kebaikan di masa lalu. Adanya perasaan ini di dalam
hati manusia adalah bukti nyata tentang liciknya syaitan. Syaitan pernah berjanji untuk selalu
menggoda manusia yang disebutkan Allah dalam banyak ayat, salah satunya dalam surat Al-
A’rof : 17. “Kemudian saya akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Ketika manusia akan melakukan kebaikan, syaitan dengan berbagai caranya menggoda
manusia untuk gagal melakukannya. Namun ketika manusia berhasil mengalahkan bisikan
2. syaitan dengan tetap melakukan kebaikan, syaitan menggoda manusia dengan cara yang lain.
Dibisikkanlah ke dalam hati manusia rasa bangga dengan kebaikannya. Sehingga muncullah
bangga diri. Muncullah rasa lebih baik daripada orang lain. Astaghfirullahal‟adzim.
Dalam hal ini, menyadari bahwa amalan kita belum tentu diterima Allah memiliki peranan
penting dalam menundukkan rasa ujub dan takabbur.
Tanda celaka ketiga adalah dalam urusan dunia selalu memandang kapada yang lebih atas.
Sehingga jiwa tidak tenang dan selalu merasa kurang. Yang teringat hanyalah kekurangan dan
serba kekurangan. Padahal, nikmat dari Allah adalah tidak terkira. “Dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat
dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS. Ibrahim : 34.
Dan yang tanda celaka yang terakhir adalah dalam urusan ibadah selalu melihat kepada yang
lebih rendah. Orang yang seperti ini akan menjadi orang sombong yang merasa telah
melakukan banyak. Padahal (lagi-lagi) kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau tidak.
Maka, semoga kita dapat menjauhi tanda celaka dan mengamalkan tanda bahagia.
Wallahua‟lam.
Komentar:
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut empat tanda orang bahagia dan orang
celaka.
Tanda-tanda orang celaka: Pertama, ia selalu mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah
dilakukannya, padahal tidak ada jaminan bahwa kebaikan-kebaikan tersebut diterima oleh Allah
SWT. Kedua, ia selalu melupakan perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukannya, padahal
dosa-dosa tercatat rapi dalam buku catatan amalnya. Ketiga, ia selalu melihat ke atas dalam
urusan dunia, sehingga ia selalu merasa kurang dan tidak bisa bersyukur. Keempat, ia selalu
melihat ke bawah dalam urusan akhirat, sehingga ia tidak punya semangat untuk berlomba-
lomba mengumpulkan bekal akhirat.
Tanda-tanda orang bahagia: Pertama, ia selalu melupakan kebaikan-kebaikan. Ia sangat tahu
diri, merasa tidak pantas membangga-banggakan kebaikan-kebaikannya. Seolah dia tidak
pernah berbuat kebaikan. Inilah kerendahan hati yang benar. Kedua, ia selalu mengingat
kesalahan-kesalahan. Rasa sesalnya terus menggelayutinya karena perbuatan salahnya itu. Ia
takut, jangan-jangan karena perbuatan salahnya itulah, murka Allah SWT datang. Ketiga, dalam
urusan dunia, ia selalu melihat ke bawah. Apapun kondisinya, ia tetap mensyukurinya, karena
menurutnya ia lebih beruntung ketimbang mereka yang di bawahnya. Keempat, ia selalu
melihat ke atas dalam urusan akhirat, sehingga tanpa bosan, ia terus bersemangat
mengumpulkan bekal akhirat.
3. Calon Wakil Rakyat yang Amanah
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuka Pendaftaran calon anggota legislatif (bacaleg)
hingga 22 April nanti. Ribuan warga di seantero Nusantara turut serta menjadi bacaleg dari 12
partai politik nasional dan 3 partai lokal.
Beragam niat menjadi caleg saat ini. Ada yang menjalankan perintah partai, permintaan
masyarakat, keinginan suami, mencari kekayaan, hingga pengabdian ke masyarakat. Niat ini
pula yang menentukan kualitas anggota Dewan di semua tingkatan (DPR RI atau DPRD).
Karena niat yang menentukan tindakan seseorang di kemudian hari.
Sebagai umat Islam, saya menyarankan kepada orang-orang yang akan mencalonkan diri nanti
pada Pemilu 2014 untuk meluruskan niat. Bahwa menjadi anggota Dewan yang merupakan
wakil rakyat harus diawali dengan niat suci. Menjadi pejabat publik bukan sekadar mencari
kekayaan akan tetapi merupakan bagian dari ibadah.
Ketika niat ibadah sudah di ditanamkan, maka ketika terpilih nanti, menjalankan tugas sebagai
anggota Dewan bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan akan ibadah.
Ada baiknya kita membaca kisah seorang lelaki kaum Anshar.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap
Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau.
Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”
“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami
gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai
sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw.
Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang
diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu,
beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua
barang itu dengan harga satu dirham.
Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu
dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali.
Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah. Tiba-tiba salah seorang sahabat
4. menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.”
Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu
lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk
keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak.
Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas
berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui
aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui
Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia
berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan
pakaian.
Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik
bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak
pada hari kiamat.”
Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam
bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan
martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karena itu, tidak salah ketika saya mengatakan, jangan pernah berpikir menjadi caleg hanya
sekadar mencari kekayaan. Tetapi bagian dari pengabdian diri untuk mengangkat martabat
kemanusiaan. Bekerja adalah ibadah yang harus kita lakukan bersama.
Komentar:
Posisi Rakyat
Tercatat ada 46 partai politik (parpol) yang berminat bertarung dalam pesta akbar demokrasi
lima tahunan 2014. Tujuan utamanya memperebutkan 560 kursi DPR RI. Kriteria calon wakil
rakyat hanya dipakai parpol untuk menyaring dan menjaring, khususnya dari kader atau elit
parpolnya. Sisanya, direkrut dari tokoh masyarakat, kalangan akademisi, birokrat atau
komedian yang mempunyai nilai jual. Sosok swasta sebagai penyandang dana termasuk yang
diincar. Mantan wakil rakyat yang banyak jasanya ke parpol masih dilirik.
Rakyat hanya pada posisi berhak memilih calon wakil rakyat yang dijual parpol, tidak bisa
mengusulkan nama calon. Rakyat tidak mencoblos parpol, menentukan pilihan pada siapa saja
yang dikenal dan layak jadi wakilnya, di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun DPR-RI.
Pemilu legislatif bukan seperti beli kucing dalam karung. Walau mudah bak menebak buah
manggis, namum terkadang harapan tinggal harapan. Rakyat memang dikondisikan harus
mengikuti aturan main para wakil rakyat.Masalahnya, calon yang dikenal karena jejak rekamnya
5. layak dipilih, tetapi berada di parpol yang tidak diminati karena sepak terjangnya tidak pro-
rakyat. Setelah dipilih dan masuk parlemen, karena wajib ikut aturan main parpol, ditambah
terkontaminasi lingkungan, berubah drastis.
Kinerja Wakil Rakyat
Wakil rakyat diketahui kinerjanya melalui media massa saat jadi tersangka tipikor (tindak pidana
korupsi). Tersandung berbagai kasus, namun malah jadi tamu, nara sumber atau pembicara di
berbagai acara TV swasta. Bagi wakil rakyat yang tidak banyak mulut namun dekat dengan
kalangan TV swasta, komentarnya bisa dipajang di running text secara menerus. Diketahui
sebagai wakil rakyat karena ada pergantian antar waktu, atau meninggal dunia.
Fungsi legislasi ditunjukkan dengan menunggaknya produk hukum. Fungsi anggaran semakin
menguatkan adanya budaya dan lagu wajib korupsi. Fungsi pengawasan lebih dijabarkan
sebagai studi banding, lawatan, dan kunjungan kerja ke manca negara, atau
mengkambinghitamkan pihak eksekutif.
Di lapangan, rakyat selalu menjadi korban sia-sia dalam memperjuangkan haknya, karena
tanahnya diserobot oleh pengusaha, menjadi alih fungsi atau sumber Galian C. Berhadapan
dan bentrok fisik dengan aparat keamanan atau tukang pukul pengusaha. Maraknya berbagai
elemen masyarakat turun ke jalan, sebagai indikasi tidak berfungsinya keterwakilan rakyat.
Masalah bangsa dan negara berbasis SARA memang diperlukan kepekaan, kepedulian dan
daya tanggap wakil rakyat.
Ironis, wakil rakyat bisa mengikuti pepatah : “Karena nila sebelanga, tak berarti susu segelas”.
Menimang Sebelum Meminang
Rakyat memilih wakilnya karena sudah kenal secara pribadi atau percaya bahwa pilihannya
bisa melaksanakan amanah secara total. Statistik anggota DPR RI 2009-2014 hanya
menyuratkan : 17,49% perempuan; mayoritas pada : 46,81% S1; 62,71% akademisi; 38,98%
41-50 tahun; serta sesedikit 49.677.076 rakyat (29,00%) tidak menggunakan hak pilihnya alias
golput.
Mengacu statistik di atas, umat Islam memantapkan langkah dengan :
Pertama, secara proaktif melakukan kajian terhadap calon. Kalau perlu adakan acara jumpa
calon. Secara pribadi lalukan sholat istiqarah.
Kedua, fokus pada latar belakang pekerjaan yang berbasis pengembangan syiar Islam, demi
kemaslahatan umat.
Ketiga, penuhi kuota 30% perempuan, pilihan bukan karena popularitas duniawi.
Keempat, beri kesempatan generasi muda yang belum terkontaminasi, tidak bisa didikte
kepentingan politik praktis, atau mempunyai jejak rekam bisa diharapkan.
Kelima, utamakan disiplin ilmu dan pengalaman yang menunjang fungsi DPR.
6. Pertolongan Al-quran di Alam Kubur
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Soraya Khoirunnisa
Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama
derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan
bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya).
Bazzar meriwayatkan dalam kitab La‟aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia,
ketika orang-orang sibuk dengan kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya, tiba-tiba
seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia
berada di antara dada dan kain kafan.
Setelah dikuburkan dan orang-orang mulai meninggalkannya, datanglah dua malaikat. Yaitu
Malaikat Munkar dan Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar
memudahkan tanya jawab.
Tetapi si tampan itu berkata,” Ia adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun aku
tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan untuk bertanya kepadanya, lakukanlah
pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia dimasukkan ke dalam
syurga.”
Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Alquran yang terkadang kamu
baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah
menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”
Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan
permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)
Allahuakbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadis ini. Getaran penuh
pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Alquran
yang kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yang tidak ada pembela. Sekaligus getaran
takut, kalau-kalau Alquran akan menuntut kita. Allah… terimalah bacaan Alquran kami.
Sempurnakanlah kekurangannya.
Banyak riwaya yang menerangkan bahwa Alquran adalah pemberi syafa’at yang pasti
dikabulkan Allah SWT. Upaya agar mendapatkan syafaat Alquran tentu saja dengan
mendekatkan diri kepada Alquran. Salah satu cara yang sangat baik dalam “memaksa” kita
untuk dekat dengan Alquran adalah dengan menghafalkannya.
Dengan berniat menghafal Alquran hati kita seakan-akan terpanggil untuk selalu memegang
Alquran. Ada tanggung jawab yang membuat kita merasa “bersalah” jika tidak memegang Al-
Qur’an. Walaupun mungkin sekedar membacanya.
7. Pada akhirnya kita mau tidak mau “dipaksa” untuk mendekat kepada Alquran. Dapat dikatakan
dengan menghafalkan Alquran kita telah mengikatkan diri dengan Al-Qur’an. Sesibuk apapun
kita, kita dipaksa untuk selalu dekat Alquran. Dan itu sungguh bukan termasuk “pemaksaan”
yang aniaya. Melainkan pemaksaan yang penuh kebaikan.
Semoga hadis di atas menjadi cambuk bagi kita ketika rasa malas menerpa kita. Semoga Allah
dengan kemuliaanNya menjadikan Alquran sebagai syafa’at bagi kita, bukan sebagai penuntut
kita.
Semoga Alquran menjadi “teman” bagi kita ketika tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat
menemani kita. Amin. Mari menghafal Alquran.
Komentar:
Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang melebihi al-Qur'an, baik dari segi kandungan maupun
gaya bahasanya. Maka pantas jika al-Qur'an disebut sebagai mukjizat terbesar sepanjang
masa. Beruntunglah, sebab mukjizat terbesar itu dihadiahkan untuk kita umat akhir zaman,
umat Muhammad Saw.
Tidak diragukan lagi, ternyata membaca al-Qur'an memberikan segudang manfaat yang sangat
dahsyat. Selain mendapatkan pahala berlipat ganda, orang yang membaca al-Qur'an juga akan
mendapatkan syafaat (pertolongan) di hari kiamat dan alam kubur, serta bisa memasuki surga
dengan mudah. Manfaat lain bagi orang yang membaca al-Qur'an di antaranya adalah
melancarkan rezeki, membuat seseorang menjadi lebih kebal terhadap penyakit, mempunyai
jiwa yang lebih stabil, mempunyai karakter yang kuat, inovatif, dan pantang menyerah, mampu
menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan penyalahgunaan narkoba, dan mampu
meningkatkan kemampuan berbicara di depan orang banyak.
8. Rezeki yang Halal
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syahruddin El-Fikri
Suatu hari, ketika Rasulullah SAW pulang ke rumah, beliau mendapat sebutir kurma di tempat
tidurnya. Beliau pun bermaksud untuk memakannya. Namun, belum sempat merealisasikannya,
beliau membuang kurma itu.
“Aku khawatir kurma itu adalah kurma sedekah (zakat), maka aku membuangnya.” (HR
Bukhari/2431, dan Muslim/1070, dari Abu Hurairah RA).
Dalam riwayat lain, sebagaimana ditulis Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi RA
dalam karyanya Fadha`il al-A‟mal (Keutamaan Beramal) disebutkan, suatu ketika Rasulullah
SAW tak bisa memejamkam matanya sepanjang malam.
Beliau tampak gelisah, dan selalu mengubah posisi tidurnya. Namun, hal itu tak juga membuat
beliau tertidur. Aisyah RA, istri Rasulullah kemudian bertanya penyebab beliau kesulitan
memejamkan matanya untuk tidur.
Rasul menjawab; “Tadi ada sebutir kurma yang diletakkan di suatu tempat. Karena khawatir
kurma itu terbuang sia-sia, maka aku memakannya.''
Rasul melanjutkan, ''Sekarang aku merasa khawatir dan menyesal, karena mungkin kurma itu
dikirimkan ke sini untuk disedekahkan kepada orang-orang miskin.” Rasul SAW bersabda:
“Sesungguhnya sedekah itu halal bagi Muhammad dan keluarganya. (HR Muslim).
Saat ini, betapa banyak beredar makanan dan minuman yang tidak halal di sekitar kita.
Kehalalan suatu makanan atau barang, bukan hanya zatnya saja, tapi juga dari cara
mendapatkannya, mengolahnya, dan mengonsumsinya.
Ayam, misalnya, adalah hewan yang dihalalkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Walau demikian,
tidak serta merta ayam halal dikonsumsi. Pertama, apakah ayam yang telah dimasak, sudah
disembelih dengan menyebut nama Allah?
Kedua, apakah proses pengolahannya dan bahan-bahannya juga dari sumber yang halal?
Ketiga, apakah ketika akan dikonsumsi (dimakan) juga dilakukan dengan cara-cara yang sesuai
ajaran Islam?
Kita sering menemukan makanan atau minuman yang dibiarkan begitu saja. Tidak diketahui
siapa pemiliknya. Namun, karena begitu membutuhkannya (haus atau lapar), acapkali kita
langsung mencicipinya tanpa sepengetahuan dari sang pemilik makanan atau minuman
tersebut.
9. Hal seperti ini juga merupakan perbuatan yang tidak dihalalkan, karena perbuatan itu sama
dengan mencuri.
Allah SWT dan Rasul-Nya sudah memperingatkan kita, untuk selalu berhati-hati dengan
makanan yang tidak halal. Sebab, sekecil apapun makanan atau minuman yang dikonsumsi
dan tidak jelas kehalalannya, hal itu dapat mencegah seseorang dari wanginya bau surga. (HR
Muslim).
Ahmad bin Hanbal pernah ditanya, “Apa yang bisa melembutkan hati?” Beliau menjawab;
“Makanan yang halal.” Makanan yang halal sangat memengaruhi corak dan isi hati seseorang.
Jika tubuh manusia dibentuk dari sumber yang halal, maka hatinya akan berkembang penuh
kelembutan. Sebaliknya, makanan dari sumber yang tidak halal, akan membuat hatinya keras
dan mati.
Kita patut berhati-hati akan makanan dan minuman yang tidak halal. Rasulullah SAW
menyampaikan; “Sungguh akan datang suatu masa, yaitu seseorang tidak lagi peduli darimana
dia mendapatkan harta, apakah jalan halal atau haram.” (HR Bukhari). Wallahu a‟lam.
Komentar:
Allah telah memerintahkan kepada kita agar selalu mencari rizki dari
terkandung dalam ayat alquran,
Yang artinya: “ Maka makanlah lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah jika kamu benar-benar
menyembah-NYA.”
Demikian juga Islam yang kita anut telah menganjurkan agar kita berusaha
Sebagai umat yang menjadi
panutan sudah sewajarnya kita menunjukkan bahwa setiap usaha kita adalah
Cara
Untuk memperoleh rezki yang halal kita perlu melakukan 3
10. UN Ciptakan Pelajar yang Jujur dan Kreatif
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
Mulai pekan ini, seluruh pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) akan melaksanakan
Ujian Nasional (UN).
Seperti pelaksanaan UN tahun–tahun sebelumnya, semua kemampuan dikerahkan untuk
meraih kesuksesan dalam pelaksanaan UN. Berbagai cara pun kerap dilakukan, baik oleh
pelajar maupun civitas sekolah.
Hasil UN pun menjadi dijadikan ajang gengsi siswa maupun sekolah dalam meraih prestasi.
Positifnya, sekolah maupun siswa saling berlomba-lomba meraih prestasi dan hasil UN yang
tertinggi.
Paradigma yang berkembang dimasyarakat bahwa tidak lulus UN merupakan aib yang harus
dihindari, membuat civitas sekolah dan siswa terkadang melegalkan segala cara.
Masyarakat akan mencemooh dan mencap bodoh bagi peserta yang tidak lulus UN dan akan
mencap tidak berkualitas serta kompeten kepada sekolah yang terdapat siswanya tidak lulus
UN, membuat praktik ilegal semakin terbuka lebar. Sehingga, perbuatan tidak jujur dan tidak
terpuji pun kerap dilakukan siswa atau civitas sekolah.
Mungkin kita sering mendengar pemberitaan di media massa telah terjadi kecurangan dalam
pelaksanaan UN. Mulai dari kemunculan calo UN, praktik membocorkan soal-soal UN,
menyebarkan kisi-kisi jawaban dari civitas sekolah kepada siswa peserta UN, hingga prilaku
menyontek yang dilakukan peserta UN.
Oleh karena itu Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI terus
menyempurnakan pelaksanaan UN, sehingga kualitas kelulusan para pelajar kita dapat
dibanggakan.
Saya meyakini, untuk meraih prestasi dan kesuksesan dalam pelaksanaan UN, bukan dengan
cara instan; menyontek, menggunakan calo, atau bahkan membagikan kisi-kisi jawaban soal
UN. Cara itu akan menghasilkan generasi bermental instantisme. Generasi yang tidak
menghargai proses, yakni proses belajar keras dan sungguh.
Kita harus sadari, para peserta UN tingkat SMA dan SMP pada lima hingga sepuluh tahun ke
depan akan menjadi pengganti generasi sebelumnya. Sebagai penerus, maka civitas sekolah
harus benar-benar menjadi tulang punggung dalam memberi arah generasi saat ini.
Apakah mereka akan menjadi generasi instan dan menghalalkan segala cara. Atau kita
11. ciptakan generasi yang pekerja keras, yang menghargai proses.
Sekolah menjadi pusat pendidikan benar-benar menghasilkan pribadi-pribadi yang jujur. Pribadi
yang jujur merupakan roh kehidupan yang teramat fundamental, karena setiap penyimpangan
dari prinsip kejujuran terlebih oleh kalangan pelajar, sebagai generasi bangsa, pada hakikatnya
akan berbenturan dengan suara hati nurani.
Pribadi jujur akan menciptakan pribadi yang menghargai hak karya orang lain. Pribadi jujur
akan lebih terbuka dan tidak akan mengambil yang bukan haknya. Pribadi jujur merupakan
pribadi yang lebih bangga dengan milik dan karya sendiri tanpa dan tidak bangga dengan karya
plagiat.
Dengan modal prinsip kejujuran menciptakan kepribadian jujur, maka akan mudah menciptakan
pribadi yang kreatif dan inovatif. Karena tanpa kejujuran, maka kreativitas tidak akan bisa
berkembang.
Dr Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Tarbiyyatul Aulad Fil Islam menyebutkan ada lima
metode dalam menciptakan generasi kreatif, diantaranya:
1. Mendidik anak dengan keteladanan yang baik, orang tua harus memberikan contoh yang
baik setiap hari dalam berbagai hal.
2. Mendidik anak dengan pembiasaan yang baik, segala hal yang baik sudah harus dibiasakan
dilaksanakan sejak dini.
3. Mendidik anak dengan pengajaran dan dialog.
4. Mendidik anak dengan pengawasan dan nasihat
5. Memberikan punishment dan reward. Apabila anak tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan sementara perintah yang lemah lembut sudah diberikan.
Sekolah memiliki peran yang besar dalam pendidikan anak karena mereka yang berhak
melakukan proses pendidikan formal. Keberhasilan pendidikan anak di sekolah sangat
tergantung pada kualitas guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan juga anak itu
sendiri.
Cara guru mengajar yang lebih mengutamakan hafalan daripada pemahaman membuat anak
lebih sering menggunakan otak kiri daripada otak kanan. Sehingga proses pendidikan di
sekolah terasa kaku, membosankan dan cenderung mematikan kreatifitas dan kemandirian
anak.
12. Komentar:
Dalam menjawab tudingan kejujuran stakeholders pendidikan dalam kontroversi Ujian Nasional,
pemerintah memang tak pernah kekurangan akal. Tahun ini misalnya, pemerintah
menyiasatinya dengan penambahan variasi soal. Jika Ujian Nasional sebelumnya terdiri atas 5
paket soal,, maka UN 2013 terdiri dari 20 paket soal. Perubahan itu diklaim mampu
meningkatkan kualitas dan mencegah kecurangan yang marak terjadi. Tapi pemerintah
agaknya lupa bahwa fenomena kebocoran kunci jawaban dari oknum tidak bertanggung jawab
tetap berpotensi terjadi secara kasat mata.
Penambahan variasi soal pada satu sisi memang akan menyulitkan dan mempersempit ruang
gerak siswa melakukan kecurangan baik menyontek maupun membaca kunci jawaban. Namun
proses psikologis siswa mengenai sosok Ujian Nasional yang menakutkan tentu tidak mudah
dihilangkan. Akhirnya siswa membuat kecurangan sistemik seperti pembelian kunci jawaban
dari oknum tidak bertanggung jawab dan kongkalikong dengan pengawas. Apalagi jamak
ditemui, para pengawas dari kalangan guru bekerja seadanya, lebih asyik mengobrol
dibandingkan secara serius dan penuh konsentrasi mengawasi peserta Ujian Nasional.