SlideShare a Scribd company logo
1
PENGAJIAN MALAM SELASA
MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH
DI AULA MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Menyingkap Rahasia
Keberhasilan Dakwah Rasulullah s.a.w.
Seringkali kita tercengang melihat keberhasilan dakwah Rasulullah s.aw.,
yang dengan segala keterbatasannya sanggup melakukan perubahan
revolusioner, bukan hanya pada tatanan sosial umat pada saat itu, tetapi
juga ketika menancapkan fondasi kokoh pada pribadi-pribadi muslim
yang berkesanggupan untuk melanjunkan estafeta dakwah perjuangan
beliau. Kini, dan tentu saja di masa depan, kita pun akan tetap bisa
melihat jejak-jejak keberhasilan dakwah beliau hingga akhir zaman. Dan
pertanyaan yang selalu ada di benak kita: “apakah kiat-kiat beliau
dalam berdakwah, dan apakah ada sesuatu yang tersembunyi di balik
kiat-kiat itu?”
Mukadimah
Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang
melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w. telah banyak
dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis
yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat
spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w..
Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk
melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita
akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk
menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah syakhshiyyah
(kepribadian) beliau sebagai seorang da’i.
Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah
hasanah”1
.
.
1
QS al-Ahzâb [33]: 21.
2
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah
s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau
menjadi qudwah shâlihah fî kulli al-umûr (teladan terbaik dalam semua aspek).
Sementara ‘Aisyah r.a., ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah.s.aw., beliau
menjawabnya dengan ringkas: “khuluquhu al-Qurân”, sebagaimana hadits
berikut2
.
.
“Dari Sa'ad bin Hisyam, ia berkata; saya bertanya kepada ‘Aisyah, saya
katakan: Kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah s.a.w.. ‘Aisyah
pun menjawab; Akhlak beliau adalah al-Quran."3
.
“Dari Abu Darda’, dia berkata: Saya pernah bertanya kepada ‘Aisyah
tentang akhlak Rasulullah s.a.w.. Beliau pun menjawab: Akhlak beliau
adalah al-Quran. Beliau (Rasulullah s.a.w.) marah karenanya, dan beliau
pun ridha karenanya.”4
“Dari Abu Darda’, bahwa dia pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang hal
itu (akhlak Rasulullah s.a.w). Beliau pun menjawab: Akhlak beliau adalah
2
HR Ahmad dari Sa’d ibn Hisyam; HR ath-Thabarani dari Abu Darda’; HR al-
Baihaqi dari Abu Darda’;
3
Musnad Ahmad ibn Hanbal, VI/163, hadits nomor 14352.
4
Al-Mu’jam al-Kabîr, XX/255, hadits nomor 1755.
3
al-Quran. Beliau (Rasulullah s.a.w.) ridha karenanya, dan beliau pun
marah karenanya.”5
Dari kedua sumber otentik tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa
faktor subjektif yang menyangkut kepribadian beliaulah yang semestinya lebih
dicermati. Karena, dalam banyak hal, persyaratan kepribadian inilah yang
sering luput dari perhatian kita untuk pelaku dakwah. Sementara, kita lebih
banyak mecermati hal-hal teknis dan manajerial yang hingga saat ini masih
menjadi pusat perhatian dari lembaga-lembaga dakwah.
Dalam teori keberagamaan, kematangan sesorang dalam beragama dapat
diukur dari lima dimensi: (1) Pengetahuan (Intellectual Involvement); (2)
Keyakinan (Ideological Involvement); (3) Pengalaman (Experiential Involvement); (4)
Pengamalan (Ritual Involvement); dan (5) Konsekuensi (Consequential
Involvement). 6
Yang masing-masing mencirikan keberadaan setiap pemeluk
agama, dengan tingkat kematangan masing-masing. Dalam hal ini, Rasulullah
s.a.w. telah memenuhi lima kualifikasinya secara komprehensif. Dan dari
kematangannya itulah tertuang rangkaian kata: uswah hasanah dan khuluquhu al-
Qurân untuk beliau.
1. Isti’âb dalam Kepribadian Rasulullah s.a.w.
Isti’âb (kompetensi individual) adalah adalah bagian dari kompetensi da’i
untuk menarik audience (pribadi dan atau kelompok yang didakwahi), dan
merekrut mereka.
5Syu’ab al-Îmân, III/23.
6
Untuk mengukur religiusitas seseorang, misalnya, dapat menggunakan pendapat
dari Glock dan Stark (1963), yang menyatakan bahwa untuk mengetahui kadar
relegiusitas individu dapat dipakai kerangka berikut: (1) Keterlibatan Ritual (Ritual
Involvement), yang menunjukkan sejauhmana seorang mengerjakan kewajiban ritual di
dalam agama mereka (misalnya: melaksanakan shalat, zakat, puasa dan membayar zakat);
(2) Keterlibatan Ideologi (Ideological Involvement), yang menunjukkan sejauhmana orang
menerima hal-hal yang dogmatis di dalam agama mereka (misalnya: seorang percaya pada
malaikat dan hari kiamat); (3) Keterlibatan Intelektual (Intelectual Involvement), yang
menunjukkan sejauhmana seseorang mengetahui tentang ajaran agama. Seberapa jauh
aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agama (misalnya: mengikuti kegiatan
pengajian dan membaca buku-buku agama, sehingga menghasilkan pengetahuan
keagamaan); (4) Keterlibatan dalam Pengalaman (Experiential Involvement), yang
menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler yang
merupakan keajaiban dari Tuhan (misalnya: merasakan do’anya terkabul); dan (5)
Keterlibatan secara Konsekuen (Consequential Involvement), yang menunjukkan sejauhmana
perilaku seorang konsekuen dengan ajaran agamanya. (misalnya: kesedaiaan untuk
menghindari perjudian dan perzinaan).
4
Da’i yang berhasil adalah da’i yang mampu masuk dan dapat
mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun
kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Disamping mampu
menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam
tataran pemikiran ataupun pergerakan.
Jadi isti’âb merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat-
keimanan, dan karunia Ilahiyah, yang membantu para da’i dan menjadikan
mereka poros bagi masyarakat, sehingga mereka senantiasa berputar dan
berkerumun di sekitarnya.
2. Tingkat Kemampuan
Tingkatan isti’âb seorang da’i berbeda-beda, namun seorang da’i dituntut
untuk memiliki batas minimal kemampuan isti’âb, agar bisa produktif dan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudharatan
dan tidak mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang
di sekelilingnya lari.
Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti’âb disyaratkan oleh sebuah
hadits:
”Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah
bagian hujan yang turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yang baik, ia
menerima air hujan itu dengan baik lalu menumbuhkan tanaman dan
rerumputan yang banyak. Ada juga bagian bumi yang menahan air, lalu Allah
memberikan manfaat kepada manusia dengan air yang disimpannya, sehingga
mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya
adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tidak
5
menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yang
diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yang aku
bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yang ia pahami.
Dan perumpamaan orang yang sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau
menerima petunjuk Allah yang aku sampaikan”.7
3. Isti’âb dan Keberhasilan Dakwah
Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti’âb
(kompetensi individual) karena keberhasilan ditandai dengan kemampuan da’i
untuk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kepada Islam dan pergerakan
yang ada, sehingga mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika da’i tidak
mempunyai isti’âb maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas,
hingga Allah mendatangkan para da’i dan kader yang sangat berpengaruh dan
mampu menarik masyarakat. Atau Allah akan menggantikannya
dengan ”dakwah” yang lain yang tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah
yang akan terus berlaku:
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah.8
“Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan Karena rencana (mereka)
yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu.9
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi
7
HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/30, hadits nomor 79 dan HR Muslim, Shahîh
Muslim, VII/63, hadits nomor 6093 dari Abu Musa al-Asy’ari
8
QS al-Ahzâb [33]: 62.
9
Yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah turunnya siksa
kepada orang-orang yang mendustakan rasul-rasul Allah.
6
sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi
sunnah Allah itu.”10
4. Isti’âb Eksternal dan Internal
Isti’âb Eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yang berada di
luar dakwah, di luar pergerakan dan di luar organisasi. Atau orang-orang yang
belum bergabung. Sedang Isti’âb Internal adalah penguasaan terhadap orang-
orang yang berada di dalam organisasi, yakni mereka yang telah bergabung ke
dalam jama’ah dan pergerakan. Keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan
kemampuan untuk menguasai keduanya, karena tidak ada gunanya
pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhîm al-jamâ’ah (manajemen
jamaah) tanpa disertai dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada
dalam tanzhîm.
Tuntutan yang harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’âb dan
rekruitmen antara lain: (1) kepahaman tentang agama; (2) keteladanan yang
baik; (3) sabar; (4) kelembutan (lemah-lembut); (5) memudahkan dan tidak
memersulit; (6) tawadhu’; (7) murah senyum dan lembut dalam bertutur-kata; (8)
kedermawanan; (9) memiliki kesedian untuk melayani dan membantu
keperluan orang lain. Dan inilah yang secara keseluruhan telah dimiliki oleh
Rasulullah s.aw.
Dengan demikian, secara sederhana dapat kita simpulkan untuk
sementara, bahwa rahasia keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w., tanpa harus
mengabaikan faktor-faktor objektif sama sekali, lebih banyak ditopang oleh
kompetensi kepribadian beliau sebagai seorang da’i, yang telah megamalkan
Islam yang didakwahkannya untuk dirinya sebelum mengajak kepada orang
lain untuk mengamalkannya dan memberi teladan yang baik dalam
menghadirkan isti’âb bagi dirinya, dan – kemudian -- menularkannya kepada
para kadernya.
Untuk itu, dalam rangka meneladani dakwah Rasulullah s.a.w., kita -–
utamanya warga Muhammadiyah -- perlu selalu mengup-grade kompetensi
keberagamaan dan isti’âb kita masing-masing, untuk kemudian kita sinergikan
menjadi sebuah kekuatan jamaah para da’i yang, di samping memiliki
kehandalan teknis-manajerial, juga kepribadian yang prima.
Insyâallâh dengan pembinaan dan pengembangan sistemik dan sistematik,
kita akan menjadi pelaku-pelaku dakwah yang handal dan ditunggu-tunggu
kehadirannya oleh umat, kini dan masa depan.
Wallâhu al-Musta’ân.
10
QS Fâthir [35]: 43.

More Related Content

What's hot

Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelEdi Awaludin
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
Amiruddin Ahmad
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwah
el-hafiy
 
Motivasi dakwah
Motivasi dakwahMotivasi dakwah
Motivasi dakwah
teukuamnar
 
Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4
Amiruddin Ahmad
 
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Yodhia Antariksa
 
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Ra Hardianto
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
AlFakir Fikri AlTakiri
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
AlFakir Fikri AlTakiri
 
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
Helmon Chan
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalam
Chy Mey Cliquerz
 
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
mohdasrimohdhasim
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
Muhsin Hariyanto
 
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ahPrinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Anas Abdillah Al Cilacapi Cilacapi
 
Hakikat iman
Hakikat imanHakikat iman
Hakikat iman
Helmon Chan
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
pebriyanti
 
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAHAkidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Khofifahh Indrianii
 
Akhlaq warga muhammadiyah
Akhlaq warga muhammadiyahAkhlaq warga muhammadiyah
Akhlaq warga muhammadiyah
Raraz Augusta
 

What's hot (19)

Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwah
 
Motivasi dakwah
Motivasi dakwahMotivasi dakwah
Motivasi dakwah
 
Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4Rukun al fahmu pt 4
Rukun al fahmu pt 4
 
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
 
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
 
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalam
 
Bida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakatBida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakat
 
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ahPrinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jama'ah
 
Hakikat iman
Hakikat imanHakikat iman
Hakikat iman
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAHAkidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
 
Akhlaq warga muhammadiyah
Akhlaq warga muhammadiyahAkhlaq warga muhammadiyah
Akhlaq warga muhammadiyah
 

Similar to Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah

Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Zukét Printing
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
Lidia Winarti
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
ade orreo
 
Tentang ma'rifatullah 2
Tentang ma'rifatullah 2Tentang ma'rifatullah 2
Tentang ma'rifatullah 2
Fitri Indra Wardhono
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
SitiZukhaeriyah1
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufAznil Muhammad
 
Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3
muhammadfaridfaizal
 
Bid
BidBid
bidaah dan syirik
  bidaah dan syirik  bidaah dan syirik
bidaah dan syirik
R&R Darulkautsar
 
Makalah akhlak
Makalah akhlakMakalah akhlak
Makalah akhlak
asky M
 
M Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikelM Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikel
MuhammadAlfandiansya
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
IkhsanFuadi
 
Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
Yusuf Prasetyo
 
Keikhlasan
KeikhlasanKeikhlasan
Keikhlasan
Helmon Chan
 
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesiaKeikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
HarunyahyaBahasaIndonesia
 
Uas muhen
Uas muhenUas muhen
Uas muhen
FikriAhmad19
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
ainundalilah30
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
ainundalilah30
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Nurul Ashwad
 

Similar to Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah (20)

Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Strategi Dakwah Di Zaman Modern UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
 
Tentang ma'rifatullah 2
Tentang ma'rifatullah 2Tentang ma'rifatullah 2
Tentang ma'rifatullah 2
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawuf
 
Da'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenyaDa'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenya
 
Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3Revisi pid klmpk 3
Revisi pid klmpk 3
 
Bid
BidBid
Bid
 
bidaah dan syirik
  bidaah dan syirik  bidaah dan syirik
bidaah dan syirik
 
Makalah akhlak
Makalah akhlakMakalah akhlak
Makalah akhlak
 
M Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikelM Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikel
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
 
Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
 
Keikhlasan
KeikhlasanKeikhlasan
Keikhlasan
 
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesiaKeikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
 
Uas muhen
Uas muhenUas muhen
Uas muhen
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah

  • 1. 1 PENGAJIAN MALAM SELASA MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH DI AULA MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Menyingkap Rahasia Keberhasilan Dakwah Rasulullah s.a.w. Seringkali kita tercengang melihat keberhasilan dakwah Rasulullah s.aw., yang dengan segala keterbatasannya sanggup melakukan perubahan revolusioner, bukan hanya pada tatanan sosial umat pada saat itu, tetapi juga ketika menancapkan fondasi kokoh pada pribadi-pribadi muslim yang berkesanggupan untuk melanjunkan estafeta dakwah perjuangan beliau. Kini, dan tentu saja di masa depan, kita pun akan tetap bisa melihat jejak-jejak keberhasilan dakwah beliau hingga akhir zaman. Dan pertanyaan yang selalu ada di benak kita: “apakah kiat-kiat beliau dalam berdakwah, dan apakah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kiat-kiat itu?” Mukadimah Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w. telah banyak dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah syakhshiyyah (kepribadian) beliau sebagai seorang da’i. Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah hasanah”1 . . 1 QS al-Ahzâb [33]: 21.
  • 2. 2 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi qudwah shâlihah fî kulli al-umûr (teladan terbaik dalam semua aspek). Sementara ‘Aisyah r.a., ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah.s.aw., beliau menjawabnya dengan ringkas: “khuluquhu al-Qurân”, sebagaimana hadits berikut2 . . “Dari Sa'ad bin Hisyam, ia berkata; saya bertanya kepada ‘Aisyah, saya katakan: Kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah s.a.w.. ‘Aisyah pun menjawab; Akhlak beliau adalah al-Quran."3 . “Dari Abu Darda’, dia berkata: Saya pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak Rasulullah s.a.w.. Beliau pun menjawab: Akhlak beliau adalah al-Quran. Beliau (Rasulullah s.a.w.) marah karenanya, dan beliau pun ridha karenanya.”4 “Dari Abu Darda’, bahwa dia pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang hal itu (akhlak Rasulullah s.a.w). Beliau pun menjawab: Akhlak beliau adalah 2 HR Ahmad dari Sa’d ibn Hisyam; HR ath-Thabarani dari Abu Darda’; HR al- Baihaqi dari Abu Darda’; 3 Musnad Ahmad ibn Hanbal, VI/163, hadits nomor 14352. 4 Al-Mu’jam al-Kabîr, XX/255, hadits nomor 1755.
  • 3. 3 al-Quran. Beliau (Rasulullah s.a.w.) ridha karenanya, dan beliau pun marah karenanya.”5 Dari kedua sumber otentik tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa faktor subjektif yang menyangkut kepribadian beliaulah yang semestinya lebih dicermati. Karena, dalam banyak hal, persyaratan kepribadian inilah yang sering luput dari perhatian kita untuk pelaku dakwah. Sementara, kita lebih banyak mecermati hal-hal teknis dan manajerial yang hingga saat ini masih menjadi pusat perhatian dari lembaga-lembaga dakwah. Dalam teori keberagamaan, kematangan sesorang dalam beragama dapat diukur dari lima dimensi: (1) Pengetahuan (Intellectual Involvement); (2) Keyakinan (Ideological Involvement); (3) Pengalaman (Experiential Involvement); (4) Pengamalan (Ritual Involvement); dan (5) Konsekuensi (Consequential Involvement). 6 Yang masing-masing mencirikan keberadaan setiap pemeluk agama, dengan tingkat kematangan masing-masing. Dalam hal ini, Rasulullah s.a.w. telah memenuhi lima kualifikasinya secara komprehensif. Dan dari kematangannya itulah tertuang rangkaian kata: uswah hasanah dan khuluquhu al- Qurân untuk beliau. 1. Isti’âb dalam Kepribadian Rasulullah s.a.w. Isti’âb (kompetensi individual) adalah adalah bagian dari kompetensi da’i untuk menarik audience (pribadi dan atau kelompok yang didakwahi), dan merekrut mereka. 5Syu’ab al-Îmân, III/23. 6 Untuk mengukur religiusitas seseorang, misalnya, dapat menggunakan pendapat dari Glock dan Stark (1963), yang menyatakan bahwa untuk mengetahui kadar relegiusitas individu dapat dipakai kerangka berikut: (1) Keterlibatan Ritual (Ritual Involvement), yang menunjukkan sejauhmana seorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka (misalnya: melaksanakan shalat, zakat, puasa dan membayar zakat); (2) Keterlibatan Ideologi (Ideological Involvement), yang menunjukkan sejauhmana orang menerima hal-hal yang dogmatis di dalam agama mereka (misalnya: seorang percaya pada malaikat dan hari kiamat); (3) Keterlibatan Intelektual (Intelectual Involvement), yang menunjukkan sejauhmana seseorang mengetahui tentang ajaran agama. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agama (misalnya: mengikuti kegiatan pengajian dan membaca buku-buku agama, sehingga menghasilkan pengetahuan keagamaan); (4) Keterlibatan dalam Pengalaman (Experiential Involvement), yang menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler yang merupakan keajaiban dari Tuhan (misalnya: merasakan do’anya terkabul); dan (5) Keterlibatan secara Konsekuen (Consequential Involvement), yang menunjukkan sejauhmana perilaku seorang konsekuen dengan ajaran agamanya. (misalnya: kesedaiaan untuk menghindari perjudian dan perzinaan).
  • 4. 4 Da’i yang berhasil adalah da’i yang mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Disamping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam tataran pemikiran ataupun pergerakan. Jadi isti’âb merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat- keimanan, dan karunia Ilahiyah, yang membantu para da’i dan menjadikan mereka poros bagi masyarakat, sehingga mereka senantiasa berputar dan berkerumun di sekitarnya. 2. Tingkat Kemampuan Tingkatan isti’âb seorang da’i berbeda-beda, namun seorang da’i dituntut untuk memiliki batas minimal kemampuan isti’âb, agar bisa produktif dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudharatan dan tidak mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang di sekelilingnya lari. Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti’âb disyaratkan oleh sebuah hadits: ”Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah bagian hujan yang turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yang baik, ia menerima air hujan itu dengan baik lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada juga bagian bumi yang menahan air, lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia dengan air yang disimpannya, sehingga mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tidak
  • 5. 5 menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yang diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yang aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yang ia pahami. Dan perumpamaan orang yang sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku sampaikan”.7 3. Isti’âb dan Keberhasilan Dakwah Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti’âb (kompetensi individual) karena keberhasilan ditandai dengan kemampuan da’i untuk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kepada Islam dan pergerakan yang ada, sehingga mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika da’i tidak mempunyai isti’âb maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas, hingga Allah mendatangkan para da’i dan kader yang sangat berpengaruh dan mampu menarik masyarakat. Atau Allah akan menggantikannya dengan ”dakwah” yang lain yang tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah yang akan terus berlaku: Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.8 “Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan Karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu.9 Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi 7 HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/30, hadits nomor 79 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VII/63, hadits nomor 6093 dari Abu Musa al-Asy’ari 8 QS al-Ahzâb [33]: 62. 9 Yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah turunnya siksa kepada orang-orang yang mendustakan rasul-rasul Allah.
  • 6. 6 sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”10 4. Isti’âb Eksternal dan Internal Isti’âb Eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yang berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan di luar organisasi. Atau orang-orang yang belum bergabung. Sedang Isti’âb Internal adalah penguasaan terhadap orang- orang yang berada di dalam organisasi, yakni mereka yang telah bergabung ke dalam jama’ah dan pergerakan. Keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan kemampuan untuk menguasai keduanya, karena tidak ada gunanya pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhîm al-jamâ’ah (manajemen jamaah) tanpa disertai dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada dalam tanzhîm. Tuntutan yang harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’âb dan rekruitmen antara lain: (1) kepahaman tentang agama; (2) keteladanan yang baik; (3) sabar; (4) kelembutan (lemah-lembut); (5) memudahkan dan tidak memersulit; (6) tawadhu’; (7) murah senyum dan lembut dalam bertutur-kata; (8) kedermawanan; (9) memiliki kesedian untuk melayani dan membantu keperluan orang lain. Dan inilah yang secara keseluruhan telah dimiliki oleh Rasulullah s.aw. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita simpulkan untuk sementara, bahwa rahasia keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w., tanpa harus mengabaikan faktor-faktor objektif sama sekali, lebih banyak ditopang oleh kompetensi kepribadian beliau sebagai seorang da’i, yang telah megamalkan Islam yang didakwahkannya untuk dirinya sebelum mengajak kepada orang lain untuk mengamalkannya dan memberi teladan yang baik dalam menghadirkan isti’âb bagi dirinya, dan – kemudian -- menularkannya kepada para kadernya. Untuk itu, dalam rangka meneladani dakwah Rasulullah s.a.w., kita -– utamanya warga Muhammadiyah -- perlu selalu mengup-grade kompetensi keberagamaan dan isti’âb kita masing-masing, untuk kemudian kita sinergikan menjadi sebuah kekuatan jamaah para da’i yang, di samping memiliki kehandalan teknis-manajerial, juga kepribadian yang prima. Insyâallâh dengan pembinaan dan pengembangan sistemik dan sistematik, kita akan menjadi pelaku-pelaku dakwah yang handal dan ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat, kini dan masa depan. Wallâhu al-Musta’ân. 10 QS Fâthir [35]: 43.