SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MENGANALISIS PEMBELAJARAN


          Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
             Pengembangan Bahan Pembelajaran
             Yang dibina oleh Ibu Siti Umayaroh


                           Oleh:
            Neni Sulistyoningrum 109151415403
            Nastiti Rahajeng       109151415406
            Jiwa Ihsanty           109151415415
            Nareswara Nugraha      109151422299




                   The Learning University




            UNIVERSITAS NEGERI MALANG
            FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
  PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
                       Oktober 2011
PEMBAHASAN


A. Pengertian pembelajaran individual
      Istilah pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan
   (Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk mengatur
   kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh
   perhatian lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam rangka
   pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar.
   Menurut Duane (dalam Mbulu, 2001:1) pembelajaran individual merupakan
   suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun
   dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu
   kecepatan belajarnya dibawah bimbingan guru.
      Individualisasi adalah strategi pengajaran yang menekankan penyesuaian
   pengajaran kepada perbedaan-perbedaan individual murid. Individualisasi
   pengajaran memberikan kemungkinan penyesuaian apa yang dipelajari dengan
   kebutuhan, kemampuan dan minat tiap siswa. Dengan demikian tiap individu
   diharapkan maju selaras dengan kecepatannya sendiri tanpa menunggu
   kemampuan kawannya yang lain (Arifin, 1991).
      Pengindividualisasian adalah suatu cara berfikir tentang pengaturang kelas.
   Pengindividualisasian bukanlah suatu metode pengajaran, namun merupakan
   suatu cara bagi guru untuk mengatur siswa, perlengkapan dan alat-alat
   pelajaran sehingga setiap anak dengan keinginannya yang besar dapat belajar
   sesuai dengan kemampuan yang maksimal, tanpa mengalami stress dan
   ketegangan mental yang tidak semestinya (Arifin, 1991).
      Individualized instructtion involves adapting instructional procedures to
   fit each student’s individual needs so as to maximize his/her learning and
   development (Gronlund, 1974).


B. Konsep Kebutuhan Pembelajaran
      Kesenjangan adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan karena
   itu kesenjangan dijadikan suatu kebutuhan dalam merancang pembelajaran,
   sehingga pembelajaran yang dilaksanakan merupakan solusi terbaik. Bila
kesenjangan tersebut dan menimbulkan efek yang besar, maka perlu
diprioritaskan dalam pengatasan masalah (Dick and Carey : 1990,15 - 27 ),
mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan diidentikkan adalah hal
yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah
kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi
yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa kebutuhan
(need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan
kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita
yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa
kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan
tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27)
    Oleh karena itu Kaufman (1982) mengajak kita meyakini betul apa
masalah yang kita hadapi (M. Atwi Suparman: 2001-63), maka jika kita
mengajar hendaknya kita mengajukan kepada diri kita suatu pertanyaan
apakah pemberian pembelajaran itu dapat memecahkan masalah? Pertanyaan-
pertanyaan senada antara lain:
1) Apa kebutuhan yang dihadapi.
2) Apakah kebutuhan tersebut merupakan masalah.
3) Apa penyebabnya.
4) Apakah pemberian pelajaran merupakan cara yang tepat untuk
    memecahkan masalah.
Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas
    sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2) Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial,
    keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan
    pendidikan
3) Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4) Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan
mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1) Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas,
       UMPTN, dan sebagainya.
   2) Kebutuhan Komperatif
       Membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain
       yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
   3) Kebutuhan yang dirasakan
       Hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang
       perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat
       ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik
       untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
   4) Kebutuhan yang diekspresikan
       Kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam
       tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
   5) Kebutuhan Masa Depan
       Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa
       mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan
       sebagainya.
   6) Kebutuhan Insidentil yang mendesak
       Faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh.
       Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.


C. Pengertian Analisis Pembelajaran
       Analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum
   menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
       Menurut Dick and Carey analisis pembelajaran adalah seperangkat
   prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan
   identifikasi langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu tujuan
   dan kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan oleh mahasiswa
   untuk mencapai tujuan.
       Analisis pembelajaran adalah satu dari beberapa langkah yang harus
   direncanakan dan dipersiapkan secara matang sebelum kita mentransfer
   sebuah ilmu kepada siswa. Perlu direncanakan dan dipersiapkan secara
matang, karena pada analisis pembelajaran ini terjadi proses menjabarkan
   perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan
   sistematik (Atwi Suparman, 2001 : 89).
       Kegiatan ini dimaksudkan agar tergambar susunan perilaku khusus dari
   yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan
   perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa
   perilaku yang tercantum dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum) dapat
   dicapai secara efektif dan efisien. Namun kenyataannya, tidak sedikit dari
   pengembang pembelajaran (termasuk pengajar) melewati tahapan ini.
   Kebanyakan dari mereka dari TIU (Tujuan Instruksional Umum) langsung
   melompat ke penulisan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), tes, atau isi
   pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang dihasilkan menjadi tidak
   sistematik.
       Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi
   perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik. Penjabaran
   tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan susunan yang jelas mengenai
   kedudukan perilaku khusus manakah yang perlu dilakukan terlebih dahulu
   dari perilaku yang lain. Banyak alasan yang membuat kita mendahulukan
   perilaku khusus yang satu dengan perilaku khusus lainnya, diantaranya karena
   alasan-alasan sebagai berikut: kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,
   perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung terlebih dahulu,
   perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara
   kronologis terjadi lebih awal.
       Jadi bisa dikatakan, dengan melakukan analisis pembelajaran, kita akan
   mendapatkan gambaran tentang susunan perilaku khusus dari yang paling
   awal sampai yang paling akhir. Atau dengan perkataan lain, melalui tahap
   perilaku-perilaku khusus tertentu siswa akan mencapai perilaku umum.
   Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum
   itu laksana jalan yang singkat yang harus dilalui siswa untuk mencapai
   tujuannya dengan baik.


D. Posisi Analisis Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran
Sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara
bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini
menunjukkan bahwa suatu benda atau peristiwa baru dapat disebut sistem bila
memenuhi empat kriteria secara sekaligus, yaitu: pertama, dapat dibagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil; kedua, setiap bagian mempunyai
fungsi tersendiri; ketiga, seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama;
keempat, fungsi bersama yang dilakukannya mempunyai suatu tujuan
tertentu.
   Dari pengertian sistem di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah salah satu contoh dari sistem dan analisis pembelajaran
adalah salah satu komponen pembangun sistem tersebut. Dengan demikian,
dimanakah posisi analisis pembelajaran dalam sistem pembelajaran? Berikut
gambarannya.
MELAKUKAN
                ANALISIS
                                                     MENULIS TES
                PEMBELAJARAN
                                                     ACUAN PATOKAN




                               MENULIS TUJUAN                         MENGEMBANGKAN           MENYUSUN DESAIN     SISTEM
                               INSTRUKSIONAL                          BAHAN                   DAN MELAKSANAKAN    PEMBELAJARAN
                               KHUSUS (TIK)                           PEMBELAJARAN            EVALUASI FORMATIF
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN
PEMBELAJARAN
DAN MENULIS
TUJUAN
INSTRUKSIONAL
UMUM (TIU)


                                                     MENYUSUN
                MENGIDENTIFIKASI                     STRATEGI
                PERILAKU DAN                         PEMBELAJARAN
                KARAKTERISTIK AWAL
                SISWA




                                            Bagan 1. Model Pengembangan Instruksional (MPI)
Bila disederhanakan, sesungguhnya sistem pembelajaran di atas hanya
   terdiri dari tiga tahapan yang tergambar sebagai berikut:


        Mengidentifikasi                  Mengembangkan               Mengevaluasi



                                               Merevisi

                       Bagan 2. Bagan Sederhana Pendekatan Sistem



       Mengapa bagan satu bisa disederhanakan menjadi bagan dua? karena
   bagan satu merupakan uraian dari komponen-komponen utama yang terdapat
   dalam bagan dua. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap mengidentifikasi yang terdapat dalam bagan sederhana telah diuraikan
   menjadi tiga langkah, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan
   menulis tujuan umum, melakukan analisis instruksional, serta
   mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
2. Tahap mengembangkan telah diuraikan menjadi empat langkah, yaitu:
   menulis tujuan pembelajaran, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi
   pembelajaran, dan mengembangkan bahan pembelajaran.
3. Tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan dalam mendesain dan
   melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk didalamnya kegiatan
   merevisi.
       Dengan demikian, sudah jelas dimanakah posisi analisis pembelajaran
   dalam sebuah sistem pembelajaran, yaitu pada tahap identifikasi atau
   perencanaan.


E. Struktur Perilaku
       Perubahan perilaku adalah salah satu tujuan dari sebuah pembelajaran.
   Dari belum tahu menjadi tahu, dari sudah tahu menjadi lebih tahu, dan dari
   yang tadinya berperilaku negatif berubah menjadi berperilaku positif. Lalu,
   apa sebenarnya perilaku itu? Leonard F. Polhaupessy dalam sebuah buku
   yang berjudul Perilaku Manusia (dalam www.infoskripsi.com) menguraikan
   bahwa perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti
orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Bila kedua
   kalimat di atas dihubungkan maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
   hasil dari sebuah pembelajaran harus bisa diukur perubahan perilakunya
   berdasarkan parameter tertentu.
      Seperti sudah dipaparkan pada point sebelumnya, bahwa menganalisis
   pembelajaran adalah kegiatan menguraikan atau menjabarkan perilaku
   umum menjadi perilaku khusus. Bila perilaku umum diuraikan menjadi
   perilaku khusus akan terdapat empat macam susunan, yaitu hierarkikal,
   prosedural, pengelompokan (cluster), dan kombinasi.
1. Struktur hierarkikal
      Yaitu kedudukan dua prilaku yang menunjukkan bahwa salah satu
   prilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai prilaku yang lain.
      Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dan perilaku yang
   menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah
   dikuasai perilaku yang lain. Sebagai contoh: siswa tidak bisa menerapkan
   perilaku menghitung perkalian kalau belum bisa menerapkan perilaku
   menghitung penjumlahan. Secara sederhana struktur hierarkikal dapat
   digambarkan sebagai berikut:


                         Menerapkan menghitung perkalian



                       Menerapkan menghitung penjumlahan

                        Bagan 3. Contoh Struktur Hierarkikal


2. Struktur Prosedural
      Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang
   menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang
   menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus
   itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum,
   tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. Sebagai contoh:
   dalam melakukan perilaku umum lari cepat terdapat sedikitnya tiga perilaku
   khusus yang terstruktur secara prosedural.
Start                      Lari                 Melintasi garis finish

                           Bagan 4. Contoh Struktur Prosedural
      Ketiga perilaku khusus tersebut harus dilakukan secara berurutan untuk
   dapat melakukan perilaku lari cepat dengan baik. Tetapi setiap perilaku
   khusus itu dapat dipelajari secara terpisah. Untuk belajar lari cepat dengan
   teknik yang baik tidak harus dapat melakukan start terlebih dahulu.
   Demikian pula untuk mempelajari garis finish dengan baik dan melintasi
   garis finish. Melakukan start bukanlah perilaku prasyarat untuk perilaku lari.
   Demikian pula perilaku lari bukanlah prasyarat untuk mempelajari cara
   melintasi garis finish. Tidak ada perilaku khusus yang menjadi prasyarat
   untuk mempelajari perilaku khusus yang lain. Ketiga perilaku khusus
   tersebut di atas merupakan suatu seri gerakan yang ditampilkan secara
   berurutan oleh seorang pelari cepat, tetapi tidak tersusun secara hierarkikal.
   Susunan ketiganya disebut prosedural.
3. Struktur pengelompokan (cluster)
      Disamping perilaku-perilaku khusus yang dapat diurut sebagai
   hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku-perilaku khusus yang tidak
   mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya
   berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antar perilaku
   khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai contoh: perilaku
   untuk menunjukkan batas-batas propinsi di Pulau Jawa.

                        Menunjukkan batas propinsi di Pulau Jawa




  Menunjukkan batas                Menunjukkan batas                Menunjukkan batas
  Propinsi Jawa Barat              Propinsi Jawa                    Propinsi Jawa Timur
                                   Tengah

                   Bagan 5. Contoh Struktur Pengelompokkan (Cluster)
      Menunjukkan batas propinsi yang satu dan propinsi yang lain tidak
   terkait secara hierarkikal dan tidak pula secara prosedural. Seseorang dapat
mulai menunjukkan batas propinsi dari Jawa Barat sampai Jawa Timur, atau
   sebaliknya. Bahkan dapat dapat pula dimulai dari propinsi yang berada di
   bagian tengah.
4. Struktur kombinasi
      Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian
   tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal,
   prosedural, dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang
   terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan
   perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan
   perilaku khusus dan umum. Sebagai contoh: perilaku umum melakukan lari
   cepat dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai berikut:

                    Merangkai start, lari, dan melintasi garis finish



         Start                       Lari                  Melintasi garis finish




     Menjelaskan                 Menjelaskan              Menjelaskan teknik
     teknik start                teknik lari              melintasi garis finish

                            Bagan 6. Contoh Struktur Kombinasi
      Perilaku umum melakukan lari cepat terbentuk dengan cara
   merangkaikan perilaku start, lari, dan melintasi garis finish. Perilaku
   merangkaikan tersebut hanya dapat dilakukan bila ketiga perilaku start, lari,
   dan melintasi garis finish telah dikuasai seluruhnya. Dengan demikian,
   merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat
   untuk melakukan setiap gerakan tersebut satu persatu. Mana yang lebih
   dahulu harus dilakukan diantara ketiga gerakan tersebut? Terserah, setiap
   orang dapat memilih salah satu diantaranya.


F. Menganalisis Kebutuhan Pembelajaran
   Tahap-tahap dalam melaksanakan analisa kebutuhan sebagai berikut
   (Morrison, 2001):
1) Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa,
           siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.
       2) Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel
           dalam penyebarannya (distribusi).
       3) Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis
           dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan.
       4) Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan
           mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil
           dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait
           dengan data.
   Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input
   yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan.


G. Strategi Penilaian Kebutuhan.
      Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu
   penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang
   disebut need assessment.
      Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian
   kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa
   umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima
   pertanyaan tersebut:
    1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa atau „leaner‟
        tentang seperti masalah yang sedang dihadapi.
    2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada siswa untuk
        mengungkapkan prioritas-prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan
        yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan
        apa yang dibutuhkan ?
    3. Tipe pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk
        mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan
        dengan kalimat yang pendek
    4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan
        siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari
        pelajaran tersebut ?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan
     pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan
     untuk ... ?
   Harles (1975) menggambarkan partisipasi pihak-pihak yang mempunyai
hubungan kerja sama untuk mengidentifikasikan kebutuhan pembelajaran
yaitu siswa, pendidik, masyarakat dalam bentuk segitiga.
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1.
   Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang
diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca
laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen.


Langkah 2.
   Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut
harus dinilai terlebih dahulu dari segi:
        Tingkat signifikasi pengaruhnya.
        Luas ruang lingkup.
        Pentingnya peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau
        program.


Langkah 3.
   Yang dilakukan dalam langkah ini:
 1. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui
     observasi,wawancara, analisa logis.
 2. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari
     kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan
     penyelesaiannya kepada pihak lain.
 3. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari
     kekurangan pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk
     diteruskan ke langkah 4.


Langkah 4.
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan
   yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan
   melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.


   Langkah 5
       Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan
   lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6
   dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7.


   Langkah 6.
       Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik
   atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai
   dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.


   Langkah 7.
       Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi
   kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari
   dekat agar mencapai hasil yang diinginkan.


   Langkah 8.
       Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan
   perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan
   yang diperlukan untuk diketahui peserta.


H. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Pembelajaran
       One of the most common ways of individualizing instructions is that of preparing local
   learning guides, similar to those used in the national programs described earlier. These
   typically consist of (Gronlund, 1974):
   1. One or more objectives stated in behavioral or performance terms
   2. A set of learning activities for achieving the objectives
   3. Criterion-referenced test for measuring entry behavior, student progress and terminal
       achievement
       Typically, the basic learning guide includes the following elements (Gronlund, 1974):
1. Name of the unit (topic to be studied)
   2. Purpose of the unit (reason for studying the topic)
       Example: this lesson will help you learn to use the dictionary. This is useful because
       the dictionary tells you the meaning of word and how to spell and pronounce them
   3. Statement of objectives (intended learning outcomes)
   4. Pretest (or direction for obtaining it)
   5. Learning activities (materials and method for achieving the objectives)
        Read books
       Read magazine articles
       Read newspaper articles
       Use programmed materials
       View film or filmstrips
       Listen to tapes
       Conduct experiments
       Do project
       Play games
       Take field trips
       Practice communication skills
       Discuss questions with teacher or peers
       Take self-test on unit activities
   6. Self tests (to aid student in monitoring his learning)
   7. Posttest (or direction for obtaining it)
   8. Enrichment activities (learning opportunities beyond the objectives)
       These are for use by students who want to study a topic in more depth , practice the
       application of a knowledge or skill, or simply persue a newly developed interest.


       Selanjutnya akan dipaparkan langkah-langkah yang bisa digunakan
   dalam menganalisis pembelajaran:
1. Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata
   pelajaran yang sedang anda kembangkan.
2. Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari
   perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum
berkisar antara 5 – 10 buah. Bila sangat diperlukan, anda masih mungkin
   menambahnya lebih banyak.
3. Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar urutan yang logis
   dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat”
   hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku
   yang paling jauh dari perilaku umum.
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan
   dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku
   khusus itu.
5. Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas
   ukuran 3 x 5 cm.
6. Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya
   dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan, menurut
   kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu tersebut
   sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang mempunyai struktur
   prosedural dan pengelompokkan serta letakkan secara vertikal untuk
   perilaku-perilaku yang hierarkikal. Dalam proses ini anda seolah-olah sedang
   bermain kartu dengan cara mencocokkan letak suatu kartu di antara kartu
   yang lain. Hal itu akan mengasyikkan, mungkin memakan waktu berjam-
   jam.
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau
   kurangi bila dianggap lebih. Sampai batas ini anda harus yakin betul bahwa
   tidak ada perilaku khusus yang masih ketinggalan atau kelebihan serta
   susunannya menurut struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau
   kombinasi.
8. Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di
   atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah anda susun.
   Hubungkan kotak-kotak yang telah anda gambar tersebut dengan garis-garis
   vertikal dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hierarkikal,
   prosedural, atau pengelompokkan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang
   lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum
   yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh
   sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor urut ini
   akan menunjukkan urutan perilaku tersebut bila diajarkan kepada
   mahasiswa. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam memberi nomor tersebut.
   Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur
   hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor
   urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan
   dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan.
   Urutan perilaku-perilaku khusus tersebut dilakukan dari yang lebih
   sederhana ke yang lebih kompleks atau sulit dan kemiripan atau kaitan
   gerakan yang satu dan yang lain. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku-
   perilaku khusus yang terstruktur pengelompokkan dilakukan dengan cara
   yang sama dengan prosedural.
11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah anda susun dengan
   teman sejawat untuk mendapatkan masukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
   dalam diskusi tersebut adalah:
   a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap
       perilaku umum
   b. Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku
       umum
   c. Stuktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal,
       prosedural, pengelompokkan, atau kombinasi)
       Setiap perilaku yang ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi perilaku
   yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan pengembang
   pembelajaran, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik melakukan
   analisis pembelajaran bagi kebutuhan mata pelajaran anda, satu perilaku
   umum dapat diuraikan menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus. Bila anda
   menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan lagi.
   Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut, anda
   akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional
   selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak
   terlalu sulit sepanjang anda dapat menyediakan waktu itu. Pekerjaan tersebut
banyak menuntut penggunaan logika. Disinilah salah satu letak penggunaan
   akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.


I. Contoh Analisis Pembelajaran
   Mata pelajaran              : Bahasa Indonesia
   Kelas                       : SD kelas 4
   Standar Kompetensi          : Siswa mampu melanjutkan cerita narasi

                                   MELANJUTKAN CERITA NARASI



                        MEMBUAT               MEMBUAT                MEMBUAT LATAR
                       PENOKOHAN              KEJADIAN               RUANG/WAKTU


                                                                        LATAR
                      PENOKOHAN               KEJADIAN               RUANG/WAKTU


                                              MENJELASKAN
                                              PENGERTIAN


                                         MEMBANGUN UNSUR
                                           UTAMA CERITA


                 MENJELASKAN                MENJELASKAN
                 TENTANG JENIS              TENTANG JENIS
                 CERITA NARASI              CERITA NARASI
                      FIKSI                   NONFIKSI



                        MENJELASKAN TENTANG
                         JENIS CERITA NARASI


                         MENJELASKAN TENTANG
                       PENGERTIAN CERITA NARASI


   Bagan 7. Contoh Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Contoh 2:

      Type of learning : Attitude (Dick and Carey : Hal 40).

      GOAL: Choose to maximize personal safety while staying in a hotel.

      Goal analysis.




Memperagakan alat pengaman                         Memilih/ mengikuti sistem
kebakaran hotel                                    pengamanan yang berlaku di
                                                   hotel tersebut




  Menunjukkan petunjuk                 Menunjukkan fasilitas           Menunjukkan fasilitas
  prosedural dari                      darurat dalam kamar             darurat yang dekat
  pengamanan kebakaran                 hotel                           kamar hotel
              Bagan 8. Contoh 2 peta kompetensi antisipasi kebakaran


      J. Kesimpulan
         Pembelajaran adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen
         atau subsistem yang membangunnya dan analisis pembelajaran merupakan
         satu dari sekian banyak komponen yang ada. Analisis pembelajaran memiliki
         peranan yang strategis dalam hal membuat pembelajaran menjadi lebih
         sistematis, terarah, dan jelas arah tujuannya. Dikatakan demikian, karena
         dalam analisis pembelajaran kita akan melakukan pemetaan kompetensi,
         mulai dari penguraian perilaku umum menjadi perilaku khusus, dari yang
         “dekat” sampai dengan yang “jauh” dari penguasaan siswa. Jadi dengan kata
         lain, semakin cermat kita melakukan analisis pembelajaran, akan semakin
         mudahlah kita dalam melakukan langkah-langkah pengembangan
         pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN


Anonymous. Konsep Perilaku: Pengertian Perilaku, Bentuk Perilaku dan
     Domain Perilaku. (Online), http://www.infoskripsi.com/Free-
     Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan-
     Domain-Perilaku.html. Diakses 25 Oktober 2011.


Arifin, Syamsul. 1990. Individualisasi Pengajaran. Malang: Depdikbud IKIP
     Malang


Atwi Suparman, Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas
     Terbuka Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2001.

Dick, Walter and Carey Lou, The Systematic Design of instruction 3rd Ed,
     Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey
     1990.


Gary. R, Morrison, Steven M, Ross, Jerrold E Kemp : Designing Effective
     Instruction, Third Edition John Wiley and Sons, inc printed in the USA
     2001.

Gronlund, Norman E. 1974. Individualizing Classroom Instruction. New York:
     Macmillan Publishing Co., Inc.


Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, Dan Media,
     Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Elang Mas.


Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: Depdikbud.


Wahyuni, Lussy Dwiutami. 2009. Peta Kompetensi (Analisis Pembelajaran).
     (Online), http://lussysf.multiply.com/journal/item/469, diakses 26 Oktober
     2011.

More Related Content

What's hot

RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1Alfan Fazan Jr.
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaPrincess Indry
 
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifMetode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifSiti Sahati
 
Administrasi wali kelas all
Administrasi wali kelas   allAdministrasi wali kelas   all
Administrasi wali kelas allTaufiq Sitepu
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasDedy Wiranto
 
Buku Panduan pelajaran Berderensiasi
Buku Panduan pelajaran BerderensiasiBuku Panduan pelajaran Berderensiasi
Buku Panduan pelajaran BerderensiasiErwinHariKurniawan2
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxTesah2
 
(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahanYocta Rahman
 
"INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
 "INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS" "INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
"INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"Nursa Fatri Nofriati
 
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)e. hardiyanto
 
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanTugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanAmdi Zulhefi
 
Ppt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranPpt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranrizka_pratiwi
 
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5ANastiti Rahajeng
 
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)Dunia Pendidikan
 
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi Program
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi ProgramCiri-ciri dan Komponen Evaluasi Program
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi ProgramHiszbul Bahri
 

What's hot (20)

RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
Cover RPP KTSP BAHASA INDONESIA KELAS 8
Cover RPP KTSP BAHASA INDONESIA KELAS 8Cover RPP KTSP BAHASA INDONESIA KELAS 8
Cover RPP KTSP BAHASA INDONESIA KELAS 8
 
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifMetode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian Kuantitatif
 
Administrasi wali kelas all
Administrasi wali kelas   allAdministrasi wali kelas   all
Administrasi wali kelas all
 
PANDUAN TEST DIAGNOSTIK
PANDUAN TEST DIAGNOSTIKPANDUAN TEST DIAGNOSTIK
PANDUAN TEST DIAGNOSTIK
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
 
Buku Panduan pelajaran Berderensiasi
Buku Panduan pelajaran BerderensiasiBuku Panduan pelajaran Berderensiasi
Buku Panduan pelajaran Berderensiasi
 
Laporan harian kak
Laporan harian kakLaporan harian kak
Laporan harian kak
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
ppt skripsi
ppt skripsippt skripsi
ppt skripsi
 
(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan
 
"INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
 "INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS" "INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
"INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
 
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
 
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanTugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
 
Ppt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranPpt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaran
 
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
 
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
 
Powerpoint presentasi ptk-cetak
Powerpoint presentasi ptk-cetakPowerpoint presentasi ptk-cetak
Powerpoint presentasi ptk-cetak
 
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi Program
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi ProgramCiri-ciri dan Komponen Evaluasi Program
Ciri-ciri dan Komponen Evaluasi Program
 

Viewers also liked

Viewers also liked (12)

Analisis Instruksional
Analisis InstruksionalAnalisis Instruksional
Analisis Instruksional
 
Analisis instruksional reaksi redoks
Analisis instruksional reaksi redoksAnalisis instruksional reaksi redoks
Analisis instruksional reaksi redoks
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
desain instruksional
desain instruksionaldesain instruksional
desain instruksional
 
Pemilihan media
Pemilihan mediaPemilihan media
Pemilihan media
 
Bab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiBab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasi
 
PPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksionalPPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksional
 
Reaksi reduksi oksidasi (Redoks)
Reaksi reduksi oksidasi (Redoks)Reaksi reduksi oksidasi (Redoks)
Reaksi reduksi oksidasi (Redoks)
 
Rpp pengembangan kurikulum
Rpp pengembangan kurikulumRpp pengembangan kurikulum
Rpp pengembangan kurikulum
 
Rpp kelas x kd 3.1 dan 4.1 konsep dasar ilmu ekonomi
Rpp kelas x kd 3.1 dan 4.1 konsep dasar ilmu ekonomiRpp kelas x kd 3.1 dan 4.1 konsep dasar ilmu ekonomi
Rpp kelas x kd 3.1 dan 4.1 konsep dasar ilmu ekonomi
 
Multimedia Database
Multimedia Database Multimedia Database
Multimedia Database
 
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
 

Similar to Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)

Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranNURHAENI
 
Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpelpurwa83
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranDESYFITRIANI
 
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfPENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfFaridaFadzilah
 
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3NikenDwi15
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copysatunahponanda
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copySUPRAPTININGSIH
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikansatunahponanda
 
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikir
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikirDesain pembelajaran PNF landasaan berfikir
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikirSalma Van Licht
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanNana Ponanda
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikansatunahpnanda
 

Similar to Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7) (20)

Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpel
 
Power Ai
Power AiPower Ai
Power Ai
 
P O W E R A I
P O W E R  A IP O W E R  A I
P O W E R A I
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdfPENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf
 
Pp nisa
Pp nisaPp nisa
Pp nisa
 
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
 
Makalah tp oke acc
Makalah tp oke accMakalah tp oke acc
Makalah tp oke acc
 
Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1
 
Model Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran TerpaduModel Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran Terpadu
 
Problematika sejarah
Problematika sejarahProblematika sejarah
Problematika sejarah
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
 
Proposal tesis model assure
Proposal tesis model assureProposal tesis model assure
Proposal tesis model assure
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikan
 
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikir
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikirDesain pembelajaran PNF landasaan berfikir
Desain pembelajaran PNF landasaan berfikir
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikan
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikan
 

More from Nastiti Rahajeng

Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengArtikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengNastiti Rahajeng
 
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Nastiti Rahajeng
 
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaStory Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaNastiti Rahajeng
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Nastiti Rahajeng
 
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Nastiti Rahajeng
 
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)Nastiti Rahajeng
 
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)Nastiti Rahajeng
 
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifBuku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifNastiti Rahajeng
 
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Nastiti Rahajeng
 
Alur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranAlur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranNastiti Rahajeng
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4Nastiti Rahajeng
 
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1ANastiti Rahajeng
 
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3ANastiti Rahajeng
 
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3ANastiti Rahajeng
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4ANastiti Rahajeng
 

More from Nastiti Rahajeng (20)

Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengArtikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
 
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
 
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaStory Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
 
My S1 Thesis Abstract
My S1 Thesis AbstractMy S1 Thesis Abstract
My S1 Thesis Abstract
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
 
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
 
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
 
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
 
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
 
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
 
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifBuku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
 
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
 
Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)
 
Handout Sempro R & D
Handout Sempro R & DHandout Sempro R & D
Handout Sempro R & D
 
Alur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranAlur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaran
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
 
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
 
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
 
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)

  • 1. MENGANALISIS PEMBELAJARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Bahan Pembelajaran Yang dibina oleh Ibu Siti Umayaroh Oleh: Neni Sulistyoningrum 109151415403 Nastiti Rahajeng 109151415406 Jiwa Ihsanty 109151415415 Nareswara Nugraha 109151422299 The Learning University UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Oktober 2011
  • 2. PEMBAHASAN A. Pengertian pembelajaran individual Istilah pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan (Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar. Menurut Duane (dalam Mbulu, 2001:1) pembelajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawah bimbingan guru. Individualisasi adalah strategi pengajaran yang menekankan penyesuaian pengajaran kepada perbedaan-perbedaan individual murid. Individualisasi pengajaran memberikan kemungkinan penyesuaian apa yang dipelajari dengan kebutuhan, kemampuan dan minat tiap siswa. Dengan demikian tiap individu diharapkan maju selaras dengan kecepatannya sendiri tanpa menunggu kemampuan kawannya yang lain (Arifin, 1991). Pengindividualisasian adalah suatu cara berfikir tentang pengaturang kelas. Pengindividualisasian bukanlah suatu metode pengajaran, namun merupakan suatu cara bagi guru untuk mengatur siswa, perlengkapan dan alat-alat pelajaran sehingga setiap anak dengan keinginannya yang besar dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang maksimal, tanpa mengalami stress dan ketegangan mental yang tidak semestinya (Arifin, 1991). Individualized instructtion involves adapting instructional procedures to fit each student’s individual needs so as to maximize his/her learning and development (Gronlund, 1974). B. Konsep Kebutuhan Pembelajaran Kesenjangan adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan karena itu kesenjangan dijadikan suatu kebutuhan dalam merancang pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan merupakan solusi terbaik. Bila
  • 3. kesenjangan tersebut dan menimbulkan efek yang besar, maka perlu diprioritaskan dalam pengatasan masalah (Dick and Carey : 1990,15 - 27 ), mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan diidentikkan adalah hal yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27) Oleh karena itu Kaufman (1982) mengajak kita meyakini betul apa masalah yang kita hadapi (M. Atwi Suparman: 2001-63), maka jika kita mengajar hendaknya kita mengajukan kepada diri kita suatu pertanyaan apakah pemberian pembelajaran itu dapat memecahkan masalah? Pertanyaan- pertanyaan senada antara lain: 1) Apa kebutuhan yang dihadapi. 2) Apakah kebutuhan tersebut merupakan masalah. 3) Apa penyebabnya. 4) Apakah pemberian pelajaran merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah. Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran. 2) Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan 3) Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan. 4) Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran. Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30). 1) Kebutuhan Normatif
  • 4. Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya. 2) Kebutuhan Komperatif Membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B. 3) Kebutuhan yang dirasakan Hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview. 4) Kebutuhan yang diekspresikan Kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus. 5) Kebutuhan Masa Depan Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya. 6) Kebutuhan Insidentil yang mendesak Faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya. C. Pengertian Analisis Pembelajaran Analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Menurut Dick and Carey analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan identifikasi langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu tujuan dan kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan. Analisis pembelajaran adalah satu dari beberapa langkah yang harus direncanakan dan dipersiapkan secara matang sebelum kita mentransfer sebuah ilmu kepada siswa. Perlu direncanakan dan dipersiapkan secara
  • 5. matang, karena pada analisis pembelajaran ini terjadi proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik (Atwi Suparman, 2001 : 89). Kegiatan ini dimaksudkan agar tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku yang tercantum dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum) dapat dicapai secara efektif dan efisien. Namun kenyataannya, tidak sedikit dari pengembang pembelajaran (termasuk pengajar) melewati tahapan ini. Kebanyakan dari mereka dari TIU (Tujuan Instruksional Umum) langsung melompat ke penulisan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), tes, atau isi pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang dihasilkan menjadi tidak sistematik. Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik. Penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan susunan yang jelas mengenai kedudukan perilaku khusus manakah yang perlu dilakukan terlebih dahulu dari perilaku yang lain. Banyak alasan yang membuat kita mendahulukan perilaku khusus yang satu dengan perilaku khusus lainnya, diantaranya karena alasan-alasan sebagai berikut: kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung terlebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara kronologis terjadi lebih awal. Jadi bisa dikatakan, dengan melakukan analisis pembelajaran, kita akan mendapatkan gambaran tentang susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Atau dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku-perilaku khusus tertentu siswa akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus dilalui siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik. D. Posisi Analisis Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran
  • 6. Sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu benda atau peristiwa baru dapat disebut sistem bila memenuhi empat kriteria secara sekaligus, yaitu: pertama, dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil; kedua, setiap bagian mempunyai fungsi tersendiri; ketiga, seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama; keempat, fungsi bersama yang dilakukannya mempunyai suatu tujuan tertentu. Dari pengertian sistem di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah salah satu contoh dari sistem dan analisis pembelajaran adalah salah satu komponen pembangun sistem tersebut. Dengan demikian, dimanakah posisi analisis pembelajaran dalam sistem pembelajaran? Berikut gambarannya.
  • 7. MELAKUKAN ANALISIS MENULIS TES PEMBELAJARAN ACUAN PATOKAN MENULIS TUJUAN MENGEMBANGKAN MENYUSUN DESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL BAHAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TIK) PEMBELAJARAN EVALUASI FORMATIF IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN MENULIS TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) MENYUSUN MENGIDENTIFIKASI STRATEGI PERILAKU DAN PEMBELAJARAN KARAKTERISTIK AWAL SISWA Bagan 1. Model Pengembangan Instruksional (MPI)
  • 8. Bila disederhanakan, sesungguhnya sistem pembelajaran di atas hanya terdiri dari tiga tahapan yang tergambar sebagai berikut: Mengidentifikasi Mengembangkan Mengevaluasi Merevisi Bagan 2. Bagan Sederhana Pendekatan Sistem Mengapa bagan satu bisa disederhanakan menjadi bagan dua? karena bagan satu merupakan uraian dari komponen-komponen utama yang terdapat dalam bagan dua. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap mengidentifikasi yang terdapat dalam bagan sederhana telah diuraikan menjadi tiga langkah, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan umum, melakukan analisis instruksional, serta mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. 2. Tahap mengembangkan telah diuraikan menjadi empat langkah, yaitu: menulis tujuan pembelajaran, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi pembelajaran, dan mengembangkan bahan pembelajaran. 3. Tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan dalam mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk didalamnya kegiatan merevisi. Dengan demikian, sudah jelas dimanakah posisi analisis pembelajaran dalam sebuah sistem pembelajaran, yaitu pada tahap identifikasi atau perencanaan. E. Struktur Perilaku Perubahan perilaku adalah salah satu tujuan dari sebuah pembelajaran. Dari belum tahu menjadi tahu, dari sudah tahu menjadi lebih tahu, dan dari yang tadinya berperilaku negatif berubah menjadi berperilaku positif. Lalu, apa sebenarnya perilaku itu? Leonard F. Polhaupessy dalam sebuah buku yang berjudul Perilaku Manusia (dalam www.infoskripsi.com) menguraikan bahwa perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti
  • 9. orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Bila kedua kalimat di atas dihubungkan maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil dari sebuah pembelajaran harus bisa diukur perubahan perilakunya berdasarkan parameter tertentu. Seperti sudah dipaparkan pada point sebelumnya, bahwa menganalisis pembelajaran adalah kegiatan menguraikan atau menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus. Bila perilaku umum diuraikan menjadi perilaku khusus akan terdapat empat macam susunan, yaitu hierarkikal, prosedural, pengelompokan (cluster), dan kombinasi. 1. Struktur hierarkikal Yaitu kedudukan dua prilaku yang menunjukkan bahwa salah satu prilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai prilaku yang lain. Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dan perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Sebagai contoh: siswa tidak bisa menerapkan perilaku menghitung perkalian kalau belum bisa menerapkan perilaku menghitung penjumlahan. Secara sederhana struktur hierarkikal dapat digambarkan sebagai berikut: Menerapkan menghitung perkalian Menerapkan menghitung penjumlahan Bagan 3. Contoh Struktur Hierarkikal 2. Struktur Prosedural Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. Sebagai contoh: dalam melakukan perilaku umum lari cepat terdapat sedikitnya tiga perilaku khusus yang terstruktur secara prosedural.
  • 10. Start Lari Melintasi garis finish Bagan 4. Contoh Struktur Prosedural Ketiga perilaku khusus tersebut harus dilakukan secara berurutan untuk dapat melakukan perilaku lari cepat dengan baik. Tetapi setiap perilaku khusus itu dapat dipelajari secara terpisah. Untuk belajar lari cepat dengan teknik yang baik tidak harus dapat melakukan start terlebih dahulu. Demikian pula untuk mempelajari garis finish dengan baik dan melintasi garis finish. Melakukan start bukanlah perilaku prasyarat untuk perilaku lari. Demikian pula perilaku lari bukanlah prasyarat untuk mempelajari cara melintasi garis finish. Tidak ada perilaku khusus yang menjadi prasyarat untuk mempelajari perilaku khusus yang lain. Ketiga perilaku khusus tersebut di atas merupakan suatu seri gerakan yang ditampilkan secara berurutan oleh seorang pelari cepat, tetapi tidak tersusun secara hierarkikal. Susunan ketiganya disebut prosedural. 3. Struktur pengelompokan (cluster) Disamping perilaku-perilaku khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antar perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai contoh: perilaku untuk menunjukkan batas-batas propinsi di Pulau Jawa. Menunjukkan batas propinsi di Pulau Jawa Menunjukkan batas Menunjukkan batas Menunjukkan batas Propinsi Jawa Barat Propinsi Jawa Propinsi Jawa Timur Tengah Bagan 5. Contoh Struktur Pengelompokkan (Cluster) Menunjukkan batas propinsi yang satu dan propinsi yang lain tidak terkait secara hierarkikal dan tidak pula secara prosedural. Seseorang dapat
  • 11. mulai menunjukkan batas propinsi dari Jawa Barat sampai Jawa Timur, atau sebaliknya. Bahkan dapat dapat pula dimulai dari propinsi yang berada di bagian tengah. 4. Struktur kombinasi Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, prosedural, dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum. Sebagai contoh: perilaku umum melakukan lari cepat dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai berikut: Merangkai start, lari, dan melintasi garis finish Start Lari Melintasi garis finish Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan teknik teknik start teknik lari melintasi garis finish Bagan 6. Contoh Struktur Kombinasi Perilaku umum melakukan lari cepat terbentuk dengan cara merangkaikan perilaku start, lari, dan melintasi garis finish. Perilaku merangkaikan tersebut hanya dapat dilakukan bila ketiga perilaku start, lari, dan melintasi garis finish telah dikuasai seluruhnya. Dengan demikian, merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat untuk melakukan setiap gerakan tersebut satu persatu. Mana yang lebih dahulu harus dilakukan diantara ketiga gerakan tersebut? Terserah, setiap orang dapat memilih salah satu diantaranya. F. Menganalisis Kebutuhan Pembelajaran Tahap-tahap dalam melaksanakan analisa kebutuhan sebagai berikut (Morrison, 2001):
  • 12. 1) Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya. 2) Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi). 3) Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan. 4) Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data. Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan. G. Strategi Penilaian Kebutuhan. Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need assessment. Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut: 1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa atau „leaner‟ tentang seperti masalah yang sedang dihadapi. 2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada siswa untuk mengungkapkan prioritas-prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan ? 3. Tipe pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek 4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran tersebut ?
  • 13. 5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan untuk ... ? Harles (1975) menggambarkan partisipasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan kerja sama untuk mengidentifikasikan kebutuhan pembelajaran yaitu siswa, pendidik, masyarakat dalam bentuk segitiga. Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut: Langkah 1. Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen. Langkah 2. Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus dinilai terlebih dahulu dari segi: Tingkat signifikasi pengaruhnya. Luas ruang lingkup. Pentingnya peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau program. Langkah 3. Yang dilakukan dalam langkah ini: 1. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui observasi,wawancara, analisa logis. 2. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada pihak lain. 3. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4. Langkah 4.
  • 14. Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8. Langkah 5 Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7. Langkah 6. Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan. Langkah 7. Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar mencapai hasil yang diinginkan. Langkah 8. Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk diketahui peserta. H. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Pembelajaran One of the most common ways of individualizing instructions is that of preparing local learning guides, similar to those used in the national programs described earlier. These typically consist of (Gronlund, 1974): 1. One or more objectives stated in behavioral or performance terms 2. A set of learning activities for achieving the objectives 3. Criterion-referenced test for measuring entry behavior, student progress and terminal achievement Typically, the basic learning guide includes the following elements (Gronlund, 1974):
  • 15. 1. Name of the unit (topic to be studied) 2. Purpose of the unit (reason for studying the topic) Example: this lesson will help you learn to use the dictionary. This is useful because the dictionary tells you the meaning of word and how to spell and pronounce them 3. Statement of objectives (intended learning outcomes) 4. Pretest (or direction for obtaining it) 5. Learning activities (materials and method for achieving the objectives)  Read books Read magazine articles Read newspaper articles Use programmed materials View film or filmstrips Listen to tapes Conduct experiments Do project Play games Take field trips Practice communication skills Discuss questions with teacher or peers Take self-test on unit activities 6. Self tests (to aid student in monitoring his learning) 7. Posttest (or direction for obtaining it) 8. Enrichment activities (learning opportunities beyond the objectives) These are for use by students who want to study a topic in more depth , practice the application of a knowledge or skill, or simply persue a newly developed interest. Selanjutnya akan dipaparkan langkah-langkah yang bisa digunakan dalam menganalisis pembelajaran: 1. Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang sedang anda kembangkan. 2. Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum
  • 16. berkisar antara 5 – 10 buah. Bila sangat diperlukan, anda masih mungkin menambahnya lebih banyak. 3. Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum. 4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus itu. 5. Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3 x 5 cm. 6. Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan, menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang mempunyai struktur prosedural dan pengelompokkan serta letakkan secara vertikal untuk perilaku-perilaku yang hierarkikal. Dalam proses ini anda seolah-olah sedang bermain kartu dengan cara mencocokkan letak suatu kartu di antara kartu yang lain. Hal itu akan mengasyikkan, mungkin memakan waktu berjam- jam. 7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih. Sampai batas ini anda harus yakin betul bahwa tidak ada perilaku khusus yang masih ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi. 8. Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah anda susun. Hubungkan kotak-kotak yang telah anda gambar tersebut dengan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan. 9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
  • 17. 10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor urut ini akan menunjukkan urutan perilaku tersebut bila diajarkan kepada mahasiswa. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam memberi nomor tersebut. Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan. Urutan perilaku-perilaku khusus tersebut dilakukan dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks atau sulit dan kemiripan atau kaitan gerakan yang satu dan yang lain. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku- perilaku khusus yang terstruktur pengelompokkan dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedural. 11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah anda susun dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi tersebut adalah: a. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum b. Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum c. Stuktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokkan, atau kombinasi) Setiap perilaku yang ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan pengembang pembelajaran, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik melakukan analisis pembelajaran bagi kebutuhan mata pelajaran anda, satu perilaku umum dapat diuraikan menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus. Bila anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan lagi. Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut, anda akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak terlalu sulit sepanjang anda dapat menyediakan waktu itu. Pekerjaan tersebut
  • 18. banyak menuntut penggunaan logika. Disinilah salah satu letak penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional. I. Contoh Analisis Pembelajaran Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : SD kelas 4 Standar Kompetensi : Siswa mampu melanjutkan cerita narasi MELANJUTKAN CERITA NARASI MEMBUAT MEMBUAT MEMBUAT LATAR PENOKOHAN KEJADIAN RUANG/WAKTU LATAR PENOKOHAN KEJADIAN RUANG/WAKTU MENJELASKAN PENGERTIAN MEMBANGUN UNSUR UTAMA CERITA MENJELASKAN MENJELASKAN TENTANG JENIS TENTANG JENIS CERITA NARASI CERITA NARASI FIKSI NONFIKSI MENJELASKAN TENTANG JENIS CERITA NARASI MENJELASKAN TENTANG PENGERTIAN CERITA NARASI Bagan 7. Contoh Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
  • 19. Contoh 2: Type of learning : Attitude (Dick and Carey : Hal 40). GOAL: Choose to maximize personal safety while staying in a hotel. Goal analysis. Memperagakan alat pengaman Memilih/ mengikuti sistem kebakaran hotel pengamanan yang berlaku di hotel tersebut Menunjukkan petunjuk Menunjukkan fasilitas Menunjukkan fasilitas prosedural dari darurat dalam kamar darurat yang dekat pengamanan kebakaran hotel kamar hotel Bagan 8. Contoh 2 peta kompetensi antisipasi kebakaran J. Kesimpulan Pembelajaran adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen atau subsistem yang membangunnya dan analisis pembelajaran merupakan satu dari sekian banyak komponen yang ada. Analisis pembelajaran memiliki peranan yang strategis dalam hal membuat pembelajaran menjadi lebih sistematis, terarah, dan jelas arah tujuannya. Dikatakan demikian, karena dalam analisis pembelajaran kita akan melakukan pemetaan kompetensi, mulai dari penguraian perilaku umum menjadi perilaku khusus, dari yang “dekat” sampai dengan yang “jauh” dari penguasaan siswa. Jadi dengan kata lain, semakin cermat kita melakukan analisis pembelajaran, akan semakin mudahlah kita dalam melakukan langkah-langkah pengembangan pembelajaran selanjutnya.
  • 20. DAFTAR RUJUKAN Anonymous. Konsep Perilaku: Pengertian Perilaku, Bentuk Perilaku dan Domain Perilaku. (Online), http://www.infoskripsi.com/Free- Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan- Domain-Perilaku.html. Diakses 25 Oktober 2011. Arifin, Syamsul. 1990. Individualisasi Pengajaran. Malang: Depdikbud IKIP Malang Atwi Suparman, Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Dick, Walter and Carey Lou, The Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey 1990. Gary. R, Morrison, Steven M, Ross, Jerrold E Kemp : Designing Effective Instruction, Third Edition John Wiley and Sons, inc printed in the USA 2001. Gronlund, Norman E. 1974. Individualizing Classroom Instruction. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, Dan Media, Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Elang Mas. Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: Depdikbud. Wahyuni, Lussy Dwiutami. 2009. Peta Kompetensi (Analisis Pembelajaran). (Online), http://lussysf.multiply.com/journal/item/469, diakses 26 Oktober 2011.